Pedoman Teknis Survei Harga Produsen 2014

(1)

(2)

KATA PENGANTAR

Buku Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen ini merupakan buku pedoman untuk pelaksanaan kegiatan pengumpulan data harga produsen dan penghitungan Indeks Harga Produsen (IHP) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) secara rutin setiap bulannya.

Dengan semakin banyaknya tuntutan untuk lebih mengembangkan data indeks harga secara lebih komprehensif, maka perlu dibangun penghitungan IHP untuk melengkapi ketersediaan data indeks harga yang selama ini sudah dilakukan oleh BPS. Buku ini berisi uraian tentang pemilihan tahun dasar, penyusunan paket komoditas, diagram timbang, dan metode penghitungan IHP serta penjelasan tentang Indeks Harga Produsen (Producer Price Index).

Dalam buku ini juga diuraikan pedoman pelaksanaan Survei Harga Produsen yang meliputi cakupan survei, metodologi, kuesioner yang digunakan, arus dokumen, dan tata cara pengisian kuesioner.

Kritik dan saran untuk penyempurnaan sangat diharapkan. Akhirnya, saya sampaikan terima kasih dan semoga buku ini bermanfaat bagi pelaksanaan dan pengembangan Statistik Harga Produsen selanjutnya.

Jakarta, November 2013 Direktur Statistik Harga

Yunita Rusanti


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………..

DAFTAR ISI ………

PEDOMAN TEKNIS STATISTIK HARGA PRODUSEN

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ………..

1.2. Tujuan ……….

1.3. Ruang Lingkup ………..

II. METODOLOGI

2.1. Pemilihan Tahun Dasar ………...……

2.2. Diagram Timbang ………….………

2.3. Pengumpulan Data Harga …………..………

2.4. Metode Penghitungan IHP ………..

2.5. Penyusunan Direktori Survei ………..…

2.6. Penyajian Data IHP ………...

III. KONSEP DAN DEFINISI

3.1. Konsep dan Definisi ………

3.2. Jenis Harga Yang Dikumpulkan ………

IV. PELAKSANAAN LAPANGAN

4.1. Organisasi Lapangan ………….………..

4.2. Daftar Yang Digunakan ………..…….

4.3. Jadwal Waktu Pelaksanaan ……… 4.4. Pemeriksaan Daftar ………...………..

i ii

1 2 3

5 5 18 19 20 21

23 25

27 27 28 28


(4)

V. PENCACAHAN HP-S

5.1.Pemilihan Sampel Lokasi ………...……

5.2.Pemilihan Responden ……… 5.3.Pemilihan Komoditi dan Kualitas ………. 5.4.Sistem Pengiriman Laporan ………. 5.5.Cara Pengisisan Daftar HP-S ……….

VI. PENCACAHAN HP-K

6.1.Pemilihan Sampel Lokasi ………...……

6.2.Pemilihan Responden ……… 6.3.Pemilihan Komoditi dan Kualitas ………. 6.4.Sistem Pengiriman Laporan ………. 6.5.Cara Pengisian Daftar HP-K ……….

DAFTAR PUSTAKA ……….

LAMPIRAN ………..

31 31 32 32 33

39 39 40 40 40

45 47


(5)

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

inamika pembangunan nasional yang telah berlangsung selama ini telah berhasil melakukan perubahan struktur perekonomian yang sebelumnya masih didominasi sektor pertanian, namun berangsur telah didominasi oleh sektor industri dan jasa. Perubahan struktur perekonomian ini juga mengakibatkan pola perdagangan dan produksi barang dan jasa mengalami perubahan yang relatif besar. Pola distribusi dan produksi barang dan jasa semakin bervariasi dan memiliki variasi level harga sesuai dengan posisi pelaku pasar. Kenaikan harga barang dan jasa di pasaran pada berbagai level harga seperti harga produsen, harga perdagangan besar, dan harga eceran, pada akhirnya dapat mempengaruhi kemampuan daya beli masyarakat.

Fluktuasi harga biasanya dimulai pada tingkat harga produsen, yang kemudian menjalar (contagion effect) pada level harga selanjutnya, yaitu harga perdagangan besar dan harga eceran. Harga produsen (HP) sebagai harga pertama merupakan price leader dari level harga lainnya. Level harga ini perlu dilakukan monitoring perkembangannya sebagai sistem peringatan dini (early warning system) terhadap gejolak harga pada level-level harga selanjutnya.

Sejak tahun 1998, Lembaga Internasional seperti: ILO, IMF, OECD, UNECE, dan Bank Dunia telah melakukan kolaborasi dalam membangun Producer Price Index Manual. Menurut konsep, Indeks Harga Produsen (IHP) merupakan indikator untuk mengukur tingkat perubahan harga barang dan jasa yang dibeli (input) dan harga yang dijual (output) oleh produsen. Saat ini, IHP yang dihitung BPS adalah IHP dari sisi output, yaitu menggunakan harga barang yang dijual di tingkat produsen.

Pada Oktober 2013, BPS telah me-release perdana IHP pada level nasional.

Cakupan sektor IHP baru untuk 3 (tiga) sektor barang, yaitu: sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor industry pengolahan. Kedepan BPS akan mengembangkan cakupan IHP ke sektor jasa. Tahun dasar yang digunakan adalah 2010=100, dengan jumlah komoditas yang masuk dalam paket komoditas IHP sebanyak 238 komoditas.

Permintaan pengguna data, khususnya terhadap data IHP semakin meningkat. Dari

D


(6)

sisi cakupan wilayah dan cakupan kegiatan, beberapa pengguna data sudah meminta IHP untuk level provinsi dan IHP sampai level subsektor. Tentunya ini menjadi tantangan BPS dalam rangka pelayanan prima kepada para stakeholder. BPS dituntut untuk dapat menyediakan data yang lengkap, akurat, dan mutakhir. Melalui Survei Harga Produsen, diharapkan data harga yang dikumpulkan akurat dan tepat waktu, sehingga kedepan BPS mampu menyajikan IHP sampai level provinsi dan cakupan kegiatannya sampai level subsektor baik sektor barang maupun jasa.

1.2. TUJUAN

Tujuan buku pedoman ini adalah untuk membantu menelaah dalam perhitungan IHP dan menyediakan data IHP untuk kepentingan pemerintah, pengusaha dan masyarakat. Kegunaan data IHP adalah sebagai berikut:

a. Sebagai indikator ekonomi (Economic Indicator)

IHP sering digunakan sebagai indikator awal dari inflasi harga konsumen yaitu IHP yang merefleksikan pergerakan harga komoditas pertama kali (leader price) dalam suatu rantai perdagangan, sebelum menuju pada level harga eceran (retail level). Di berbagai negara maju sudah digunakan IHP untuk memformulasikan kebijakan fiskal dan moneter dengan berdasarkan trend inflasi yang ditunjukkan IHP. Para ekonom yang bergerak di bidang swasta, konsultan, penasihat keuangan menggunakan IHP sebagai salah satu ukuran untuk melihat sehat atau tidaknya perekonomian. Banyak juga perusahaan swasta menggunakan data trend IHP untuk meramal pergerakan harga relatif di masa datang untuk memproduksi output dan input yang diperlukan.

b. Sebagai deflator dari data series ekonomi lainnya

IHP dapat digunakan untuk mengkonversikan nilai nominal kepada nilai riil rupiah, yaitu dengan memakai trend inflasi yang didasari pergerakan IHP. Salah satu contohnya adalah penggunaan IHP sebagai deflator dalam mengestimasi Produk Domestik Bruto (PDB)/ gross domestic product (GDP).

c. Sebagai dasar Eskalasi Kontrak/proyek dan evaluasi aset/saham

Banyak para pengusaha yang sedang melakukan kontrak/proyek dengan rekanannya menggunakan angka IHP untuk menghitung kembali pendapatannya sebagai akibat perubahan harga untuk transaksi di masa depan.


(7)

Dalam hal pencacahan lapangan survei harga produsen, buku pedoman ini bertujuan untuk membantu kegiatan statistik harga produsen dalam pembinaan teknis dan non teknis petugas di daerah baik di BPS Propinsi maupun BPS Kabupaten/Kota. Kegiatan statistik ini dimulai dari proses pengumpulan data harga produsen, pengolahan, sampai bentuk penyajian. Dengan meningkatkan kemampuan para petugas, maka dapat memperbaiki kualitas data sehingga data yang diperoleh memiliki tingkat kecermatan, akurat, aktual, dan tepat waktu.

1.3. RUANG LINGKUP

1. Pengumpulan data harga berbagai jenis barang dan jasa dalam paket komoditas yang digunakan dalam menghitung IHP. Pelaksanaan kegiatan survei dilakukan secara bulanan diseluruh 33 provinsi di Indonesia dan beberapa kabupaten/kota potensial yang dapat memenuhi secara optimal target paket komoditas.

2. Jenis barang yang dikumpulkan data harganya adalah jenis barang yang termasuk dalam paket komoditas IHP. Paket komoditas yang dipilih adalah barang-barang yang dominan diproduksi dan dijual dalam jumlah besar. Klasifikasi jenis barang tersebut dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu :

a. Dikelompokkan menurut penyedia barang. Dalam kelompok ini, jenis barang dikelompokkan secara sektoral, yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, dan industri;

b. Menurut tahapan proses produksi (stage of processing); dan c. Menurut penggunaan (end use).

3. Responden Survei Harga Produsen (SHP) adalah produsen baik dari perusahaan/industri maupun petani yang menghasilkan barang dan menjualnya ke pedagang/konsumen dan bukan menjual kepada konsumen rumah tangga. Khusus untuk sektor pertanian, pencatatan harga produsen diambil dari dokumen Survei Harga Produsen Pedesaan yang dilakukan oleh Sub Direktorat Statistik Harga Pedesaan.


(8)

PROFIL INDEKS HARGA PRODUSEN (IHP)

PROFIL KETERANGAN

1. Tahun dasar 2010=100, mengikuti Tabel Input-Output 2010 updated yang digunakan sebagai acuan diagram timbang IHP

2. Cakupan wilayah Nasional

3. Cakupan sektor Pertanian, Pertambangan & Penggalian, Industri Pengolahan 4. Basket komoditas 238 Komoditas

5. Kriteria pemilihan komoditas Pemilihan komoditas menggunakan kriteria cut-off point, share

terhadap total output ≥ 0,001

6. Responden 4.670 responden perusahaan di 33 provinsi

7. Harga IHP (2010=100) masih menggunakan harga produsen belum

menggunakan basic price (limitation)

Harga dikumpulkan bulanan, tanggal 1-15 8. Stage of Production (SoP) IHP (2010=100) belum sesuai SoP (limitation)

9. Formula Indeks Elementary Aggregate: Geometric Mean dan Arithmetic MeanHigher Level: Modified Laspeyres Index


(9)

METODOLOGI

2.1. PEMILIHAN TAHUN DASAR

ndeks Harga Produsen (IHP) sebagai salah satu indikator untuk melihat perkembangan harga komoditas dari paket komoditas terpilih memerlukan suatu tahun dasar sebagai patokan perkembangan atau trend harga itu sendiri. Pemilihan tahun dasar biasanya didasari oleh situasi perekonomian yang normal atau menunjukkan kinerja perekonomian yang relatif cukup baik. Pemilihan tahun dasar ini juga harus didasarkan pada data pendukung yang digunakan untuk penyusunan penimbang seperti table I-O. Tabel I-O yang paling mutakhir dan sudah tersedia adalah table I-O updating 2010.

2.2. DIAGRAM TIMBANG 2.2.1. Sumber Penimbang

Sebagai angka indeks, IHP dihitung sebagai rata-rata dari relatif harga dari berbagai harga barang yang dikumpulkan. Rata-rata tersebut diberikan penimbang (weighted) untuk mencerminkan seberapa penting dari masing-masing harga barang, dalam hal share-nya terhadap total output dari perusahaan tersebut. Idealnya suatu penimbang harus melekat pada tiap harga yang dikumpulkan.

2.2.2. Peranan Penimbang

IHP dihitung dari harga-harga yang dikumpulkan dari semua jenis perusahaan yang mencakup produk dan aktifitas ekonomi tertentu. Harga-harga yang telah dikumpulkan pertama dikombinasikan untuk menyusun indeks masing-masing produk. Misalnya, dari 10 jenis harga transaksi yang berbeda dari suatu produk dikumpulkan, dan harga-harga ini digabung untuk menghasilkan angka indeks suatu produk. Penimbang biasanya tidak tersedia untuk tiap transaksi individual, sehingga indeks untuk tiap perusahaan dihitung dengan rata-rata tidak terimbang. Setelah tahapan ini selesai, indeks tersebut digabung untuk menghasilkan indeks sub kelompok dan indeks kelompok. Karena beberapa produk memiliki tingkat produksi atau penjualan yang lebih besar dari yang lain, tiap produk diberikan penimbang untuk menunjukkan seberapa pentingnya tiap komoditi terhadap total output


(10)

harga dari produk individual dikalikan dengan penimbang tersebut untuk menghasilkan Indeks agregat rata-rata tertimbang (weighted average aggregate index).

Dengan demikian, penimbang merupakan elemen kunci dalam membangun IHP. Penimbang menentukan dampak bahwa perubahan sebagian harga akan ada pada keseluruhan indeks. Misalnya, di beberapa Negara, kenaikan 5 persen harga produk susu akan memiliki dampak yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan 5 persen dari harga produk teh, karena nilai output produk susu lebih besar daripada teh. Tanpa penimbang, perubahan relative harga untuk semua komoditi pada basket IHP dianggap sama pentingnya pada penghitungan indeks diatas. Tentu saja, jika memang tidak ada dispersi perubahan harga, maka penimbang menjadi tidak penting.

Seiring waktu, tingkat produksi perusahaan mengalami pergeseran sesuai dengan kondisi perekonomian. Beberapa produk menjadi lebih penting, dan beberapa lainya menjadi tidak penting. Lembaga statistik secara berkala harus mengupdate penimbang IHP untuk merefleksikan perubahan pada struktur pasar. Survei untuk updating diagram timbang sebaiknya dilakukan setiap lima tahun.

2.2.3. Kelayakan Penimbang dan Susunannya Untuk IHP a. Nilai Penimbang

Berbagai survei dari neraca nasional menyatakan bahwa nilai yang sejajar dengan harga dasar yang diterima oleh produsen barang dan jasa merupakan nilai produksi. Dengan demikian, untuk estimasi IHP dengan menggunakan formula rata-rata tertimbang jangka panjang. Pendekatan yang terbaik adalah menggunakan penimbang nilai produksi pada harga dasar untuk semua level gabungan indeks. Nilai produksi secara keseluruhan merupakan penerimaan penjualan dari seluruh output dan perubahan nilai barang-barang produk di akhir periode.

b. Kuantitas Terimbang

Pada formula Laspeyres sederhana, kuantitas periode dasar dapat digunakan sebagai penimbang untuk menilai volume produksi periode dasar pada periode berjalan. Perhatikan rumus berikut :


(11)

Dimana: m c L

I . = relatif harga laspeyres sub kategori ”c” bulan ”m” m

i

p = rata-rata harga produk ”i” pada bulan ”m” 0

i

q = kuantitas produk ”i” yang terjual pada periode dasar ”0” 0

i

p = rata-rata harga produk ”i” pada periode dasar ”0”

Penggunaan penimbang kuantitas dikatakan layak selama produk tersebut memiliki spesifikasi barang yang sama dengan hasil produksi pada periode dasar, dimana tidak ada perbedaan kualitatif antara produk saat ini dengan produk pada periode dasar.

Pada kelompok level yang lebih tinggi, misalnya level kelompok barang atau level industri, nilai agregat lebih layak digunakan untuk menghitung indeks karena ada variasi kuantitas yang digunakan oleh produk yang berbeda-beda. Alternatifnya, formula yang digunakan pada nilai rata-rata tertimbang relatif harga periode dasar menjadi sebagai berikut:

Dimana: m c L

I . = relatif harga laspeyres sub kategori ”c” bulan ”m” m

i

p = rata-rata harga produk ”i” pada bulan ”m” 0

i

q = kuantitas produk ”i” yang terjual pada periode dasar ”0” 0

i

p = rata-rata harga produk ”i” pada periode dasar ”0”

c. Penimbang Output Netto

Output salah satu kegiatan seringkali digunakan sebagai input kegiatan lainnya pada kelompok industri yang sama. Penggunaan nilai penimbang kasar untuk

0 0 0 . i i t i m i m c L

q

p

q

p

I

 0 0 0 0 . i i t i m i i m i m c L

q

p

q

p

p

p

I






(12)

kedua kegiatan dapat menghasilkan penghitungan ganda, karena nilai output pada kegiatan pertama (misalnya bahan mentah) dapat menjadi nilai input pada kegiatan kedua (barang jadi). Karena itu nilai output pada kegiatan kedua akan mencakup nilai output dari kegiatan pertama. Jika kedua kegiatan ini diagregasikan untuk menghasilkan indeks kelompok, arti dari kegiatan pertama terhitung dua kali dalam indeks kelompoknya. Untuk mengeliminir efek penghitungan ganda maka digunakan nilai penimbang netto.

Penggunaan skema pembobotan berdasarkan penimbang output netto dapat mengiliminir penghitungan ganda pada saat agregasi indeks. Namun, sebelum penimbang output netto dapat didefinisikan, perlu ditentukan struktur agregasinya. Dengan demikian, proses pembentukan penimbang output netto melibatkan 2 (dua) tahapan, yaitu:

(i) Menentukan kelompok agregasi sedemikian rupa yang memungkinkan untuk mengidentifikasi bagian dari produk yang diproduksi dalam agregasi yang dijual kepada pembeli di luar agregasi tersebut.

(ii)Menentukan penimbang untuk produk yang diproduksi di dalam agregasi yang hanya mencerminkan nilai produk yang dijual kepada pembeli di luar agregasi tersebut. Penimbang ini disebut penimbang output netto karena hanya mengandung nilai output produk diluar agregasi, yaitu output netto.

Ketika jenis struktur penimbang ini digunakan, pergerakan harga barang termasuk hanya sebatas barang yang dijual di luar struktur agregasi. Dengan demikian, masing-masing indeks agregat dapat dilihat sebagai ukuran perubahan harga untuk pembeli dari produk akhir dari perusahaan yang termasuk dalam struktur agregasi.

d. Barang-Barang dan Industri-Industri Yang Tidak Penting

Beberapa industri-industri dan barang-barang bisa jadi hanya memiliki andil yang kecil terhadap total produksi. Sebagai contoh, suatu industri yang hanya mewakili kurang dari 0,1 persen produksi pada sektor industri atau jasa dapat dikeluarkan dari sampel. Pada beberapa kasus, output untuk industri yang dikeluarkan dapat didistribusikan pada beberapa barang terpilih, atau dibagi pada industri dengan karakter yang mirip (relasi terdekat).


(13)

e. Periode Referensi Penimbang

Periode referensi penimbang merupakan periode waktu yang biasanya adalah satu tahun dimana penimbang digunakan. Akurasi dan reliabilitas IHP secara garis besar ditentukan struktur penimbang. Untuk alasan ini, pilihan periode yang dicakup oleh penimbang menjadi sangat krusial. Periode yang dipilih sebagai periode referensi penimbang harus cukup stabil normal dan tidak terlalu jauh dari periode referensi harga.

Periode referensi penimbang dan periode referensi harga yang digunakan pada formula indeks harus merujuk pada periode yang sama. Ketika periode tersebut berbeda, maka penimbang harus diperbarui untuk perubahan harga di antara periode penimbang dan periode referensi harga.

Penimbang bisa dipilih dari beberapa periode tergantung pada formula yang digunakan untuk menghitung indeks. Dalam prakteknya, penimbang sering tidak tersedia untuk periode berjalan secara cukup tepat waktu, oleh karena itu biasanya digunakan penimbang periode dasar (base-period weights). Sebagai contoh, penimbang dapat mewakili:

i. Nilai output yang dihasilkan selama periode referensi harga (Indeks Laspeyres), ii. Nilai output yang dihasilkan selama periode berjalan (Indeks Paasche), atau

iii. Nilai rata-rata geometrik dari periode berjalan dan periode dasar (Indeks Fisher dan Törnqvist).

Sebuah indeks yang dihitung menggunakan penimbang kuantitas atau nilai pada periode berjalan dapat dihasilkan dengan time-lag, karena memerlukan waktu untuk mengumpulkan dan mengolah data berjalan. Itulah mengapa kebanyakan lembaga statistik menggunakan Indeks Laspeyres yang hanya membutuhkan penimbang kuantitas atau nilai pada periode dasar saja.

2.2.4. Agregat Dasar atau Tingkat Level Penimbang a. Cakupan Penimbang

Penghitungan indeks seluruh industri atau seluruh produk dimulai dengan menghitung perubahan relatif harga untuk elementary aggregate, yang merupakan level pertama observasi harga digabungkan untuk menghitung indeks. Penimbang untuk tiap indeks dasar harus mewakili semua nilai produksi yang dihasilkan di dalam stratum,


(14)

b. Sumber-Sumber Penimbang

Sumber utama informasi penimbang untuk IHP di antaranya: sensus ekonomi, survei industri atau usaha, dan neraca nasional.

(i) Sensus Ekonomi

Sensus Ekonomi mencakup seluruh perusahaan yang memiliki aktifitas produksi dalam satu geografis. Sensus ini dapat menjadi acuan beberapa tahun dengan aktifitas ekonomi yang berbeda. Sebagai contoh, Sensus Ekonomi 2006 dapat menjadi perantara satu tahun aktifitas sensus industri (pertambangan, industri) dan sensus jasa-jasa pada tahun berikutnya.

(ii) Survei Industri

Jika sistem IHP disusun untuk indeks yang tunggal, tanpa ada pengelompokkan komoditas, maka tidak diperlukan struktur penimbang yang komprehensif. Tetapi, jika sistem IHP disusun dengan suatu pengelompokkan komoditas tertentu, maka diperlukan suatu sistem penimbang (weight system) yang akan memberikan bobot yang lebih besar kepada komoditas yang banyak diperjualbelikan dalam rantai distribusi (distribution channel) sehingga memiliki pengaruh yang besar terhadap pergerakan indeks dalam kelompok komoditas IHP.

Penimbang yang digunakan dalam penghitungan IHP adalah nilai produksi komoditas yang dihasilkan pada tingkat produsen secara keseluruhan dalam suatu perekonomian pada suatu periode. Nilai produksi ini dapat diperoleh dari hasil kegiatan Sensus seperti Sensus Ekonomi, hasil Survei Industri atau berasal dari data Tabel I-O (neraca nasional). Data nilai produksi untuk seluruh komoditas dalam suatu perekonomian terekam dalam Tabel I-O. Nilai produksi komoditas ini diklasifikasikan dalam sektor-sektor ekonomi yang dapat diperbandingkan dengan pengklasifikasian standard atau internasional.


(15)

Tabel 1. Metode Penghitungan Diagram Timbang Berdasarkan Tabel I-O METODE PENGHITUNGAN DIAGRAM TIMBANG IHP BERDASARKAN DATA TABEL I-O

SEKTOR PERTANIAN, PERTAMBANGAN & PENGGALIAN DAN INDUSTRI

No. Kode I-O Uraian Output Penimbang Ket.

(1) (2) (3) (4) (7) (8)

Untuk Sektor Pertanian,

Pertambangan & Penggalian, dan Sektor Industri

(600)

Kol (4) terhadap total kol (4) dalam bentuk permil atau persen

Diambil dari tabel transaksi domestik

2.2.5. Paket Komoditas

1. Paket komoditas IHP mencakup komoditas terpilih yang didasarkan pada: a. Jenis barang yang memiliki nilai produksi yang relatif cukup besar;

b. Data harga dari jenis barang dalam paket komoditas dapat dipantau secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama.

2. Komoditas dikelompokkan berdasarkan pengkodean KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia) 2009 dan KBKI (Klasifikasi Baku Komoditas Indonesia) 2010, ditambah dengan pengklasifikasian berdasarkan kebutuhan tertentu. IHP dapat dihitung dalam bentuk kombinasi atau klasifikasi komoditas yang dapat menggambarkan harga input dan output lainnya. Klasifikasi jenis barang tersebut dibedakan menjadi beberapa kelompok yaitu:

a. Menurut kelompok penyediaan/ penawaran barang. Dalam kelompok ini, jenis barang dikelompokkan secara sektoral yaitu sektor pertanian, pertambangan & penggalian, dan industri;

b. Menurut tahapan proses produksi (stage of processing); c. Menurut penggunaan (end use).

2.2.6. Penyusunan Klasifikasi Komoditas A. Klasifikasi Jenis Barang

IHP dapat diklasifikasikan dan dihitung sebagai indeks harga input menurut industri, menurut tahap pengolahan (stage of processing), menurut komoditas, menurut regional (wilayah), tahap produksi, dan lain-lain.


(16)

1) Klasifikasi menurut kelompok industri

Indeks yang paling dasar adalah indeks output yang diklasifikasikan menurut sistem klasifikasi industri standar, dalam hal ini didasarkan KBLI 2009 (4-5 digit).

2) Pengelompokkan Makroekonomi

Salah satu contoh pengelompokkan menurut makroekonomi pada pengelompokkan tingkat tinggi adalah komoditas dikelompokkan menurut kelompok seluruh industri (manufaktur) untuk memonitor trend makroekonomi. Klasifikasi di seluruh sektor industri ini tidak termasuk kelompok industri makanan, minuman, tembakau, dan minyak bumi. Hal ini perlu dilakukan agar pengguna dapat menganalisa trend makroekonomi tanpa pengaruh industri yang paling fluktuatif.

3) Klasifikasi menurut analisis komoditas

Harga input pada harga pembelian yang dilakukan industri dapat dikelompokkan dan dianalisa menurut komoditas. Analisis menurut komoditas menyatakan dampak dari tekanan inflasi dari bahan mentah industri (raw material), dimana harga pada pasar internasional sering berada di luar kontrol dari lembaga-lembaga domestik. Contoh yang utama adalah perubahan harga dari minyak mentah. Pengelompokkan komoditas dapat juga disusun untuk menunjukkan seluruh dampak perubahan harga komoditas dalam suatu ekonomi.

4) Klasifikasi menurut tahapan proses (Stage of processing)

Metode lain untuk klasifikasi komoditas untuk analisis adalah pengelompokkan komoditas menurut tahapan proses (stage of processing). Konsep ini mengklasifikasikan barang dan jasa-jasa menurut posisi barang dan jasa dalam rantai produksi yaitu dalam kelompok produk awal (primary product), barang antara (intermediate goods) dan barang akhir (final product).

5) Klasifikasi menurut tahap produksi (stage of production)

Metode lebih jauh untuk menganalisis adalah mengelompokkan barang dan jasa menurut tahapan produksi (stage of production) dimana setiap komoditas dialokasikan ke dalam tahapan yang digunakan dalam produksi. Klasifikasi komoditas ini berbeda dengan klasifikasi stage of processing karena suatu produk termasuk dalam seluruh tahap yang terjadi dalam suatu proses produksi dan tidak ditugaskan secara tunggal ke dalam suatu tahapan produksi. Klasifikasi produk menurut tahapan yang berbeda biasanya diperoleh dengan cara merujuk pada referensi tabel I-O agar menghindari penghitungan ganda dari tahapan yang tidak perlu dikelompokkan.


(17)

6) Klasifikasi komoditas menurut indeks harga pengeluaran akhir (final expenditure price indeks/FEPI)

Varian lain untuk mengelompokkan komoditas untuk menghitung IHP adalah FEPI. Indeks ini mengukur harga yang dibayar menurut konsumen, bisnis, dan pemerintah untuk pembelian akhir barang-barang dan jasa, kecuali pembelian antara (intermediate purchase). IHP digunakan sebagai pendekatan untuk harga yang dibayar untuk investasi barang-barang oleh para bisnis dan pemerintah dalam model FEPI. Hal ini dilakukan karena kebanyakan fungsi IHP mencerminkan perubahan harga dasar atau harga produsen (bukan harga pembelian).

7) Klasifikasi IHP menurut regional atau wilayah

Secara umum, pemerintah dan provinsi sangat tertarik untuk memiliki pengukuran regional dari produk-produk domestik dan juga lebih menyukai untuk mengukur perubahan riil output dari pemerintah dan provinsi. Dengan dasar seperti itu, hal ini memungkinkan untuk membuat IHP regional dalam suatu negara untuk menggunakannya sebagai deflator.

8) Klasifikasi komoditas menurut analisis produktivitas (productivity analysis)

Penggunaan akhir IHP adalah untuk menurunkan (deflate) nilai tambah nominal dari suatu industri ke dalam suatu nilai tambah yang riil. Industri tersebut mengukur nilai tambah riil yang kemudian dibagi dengan input buruh terhadap industri untuk membuat estimasi produktifitas buruh industri, atau nilai tambah riil tersebut dibagi dengan indeks penggunaan input utama industri untuk membuat estimasi faktor produktifitas total industri.

Komoditas yang dicakup dalam IHP dikelompokkan dalam beberapa sistem klasifikasi utama yang masing-masing memiliki struktur, sejarah, dan penggunaannya. Dalam buku ini, klasifikasi komoditas IHP disusun berdasarkan kombinasi antara pengkodean KBLI dengan sistem klasifikasi komoditas yang selama ini digunakan dalam menghitung IHPB.

B. Klasifikasi komoditas berdasarkan tahapan proses (stage of processing)

Klasifikasi komoditas IHP yang didasarkan pada stage of process mengelompokkan kembali komoditas pada tingkat kelas subproduk menurut kelas pembeli dan jumlah pemrosesan secara fisik atau produk-produk yang mengalami perakitan (assembling).


(18)

Barang Jadi (finished goods) didefinisikan sebagai komoditas yang siap untuk dijual sesuai dengan permintaan pengguna/pemakai akhir (final-demand users) atau konsumen secara individu, atau perusahaan bisnis. Dalam terminologi penghitungan pendapatan nasional, indeks harga barang-barang jadi dapat mengukur secara kasar perubahan-perubahan harga yang diterima oleh produsen untuk dua bagian dari Gross National Product (GNP) yaitu:

(1) pengeluaran konsumsi personal untuk barang-barang (personal consumption expenditure on goods);

(2) pengeluaran-pengeluaran investasi modal untuk perlengkapan (capital investment expenditure on equipment).

Dalam indeks harga barang jadi, kategori makanan konsumen mencakup makanan yang tidak diproses (unprocessed foods) seperti telur dan buah segar, dan juga makanan yang diproses seperti produk roti dan daging. Komponen barang-barang energi jadi (the finished energy goods component) mencakup jenis-jenis barang-barang energi untuk dijual ke rumahtangga seperti bensin, minyak pemanas rumah (home heating oil), gas rumahtangga (residential gas) dan listrik rumahtangga. Kategori barang-barang konsumen yang lain selain makanan dan energi mencakup barang-barang tahan lama seperti mobil penumpang (passengers car) dan furnitur rumah tangga, dan barang-barang tidak tahan lama seperti pakaian dan obat-obatan dengan resep dokter. Indeks perlengkapan modal mengukur perubahan-perubahan harga yang diterima oleh produsen tentang barang-barang investasi yang tahan lama seperti traktor, truk yang bermesin besar, alat-alat mesin.

Kategori bahan-bahan intermedier, persediaan, dan komponen-komponen terdiri dari sebagian komoditas yang telah diproses tetapi masih membutuhkan proses yang lebih jauh. Contoh kategori ini adalah barang-barang setengah jadi (semifinished goods) seperti tepung, benang tenun, produk-produk pabrik baja (stell mill products), dan kayu. Kategori barang-barang

intermedier juga meliputi barang–barang tidak tahan lama, barang-barang yang secara fisik

lengkap yang dibeli oleh perusahaan-perusahaan bisnis sebagai input untuk operasi mereka. Contoh kategori ini adalah bensin diesel, kotak kertas, ban, dan pupuk.

Bahan mentah (crude materials) untuk proses lebih jauh didefinisikan sebagai komoditas yang tidak diproses dan tidak dijual secara langsung ke konsumen. Bahan makanan mentah dan bahan makanan mencakup item-item seperti butir padi dan ternak. Kategori bahan-bahan energi


(19)

mentah terdiri dari minyak bumi mentah, gas alam yang disalurkan melalui pipa-pipa gas dan batu bara. Contoh bahan-bahan non makanan mentah lainnya selain energi adalah koral dan pasir untuk konstruksi, kapas mentah (raw cotton) dan potongan besi dan baja.

C. Klasifikasi Menurut Sektor Bahan Bangunan/Konstruksi

Teknik penyusunan klasifikasi komoditas menurut sektor bahan bangunan/konstruksi dalam penghitungan IHP dapat dilakukan dengan pendekatan bahan bangunan/konstruksi atau kelompok bahan bangunan/konstruksi seperti teknik penyusunan klasifikasi komoditas yang sama dalam penghitungan IHPB yang selama ini dilakukan oleh Subdit Statistik HPB.

2.2.7. Metode Penarikan Sampel

Salah satu komponen yang penting untuk menghitung IHP adalah data harga produsen (Producer Price). Oleh karena itu, untuk mendapatkan data harga yang relevan, teknik pengambilan sampel sangat mutlak diperhatikan. Data yang akurat dapat diperoleh dengan melakukan suatu penetapan sampel atau responden melalui mekanisme penarikan sampel yang sesuai dengan kondisi di lapangan dan konsep IHP itu sendiri.

Alokasi sampel responden untuk setiap provinsi dilakukan oleh BPS berdasarkan direktori perusahaan produsen sampel Survei Industri Besar Sedang dan Survei Harga Produsen Pertanian. Metode penarikan sampel di masing-masing kelompok komoditas memiliki perlakuan yang berbeda walaupun perbedaannya tidak terlalu jauh. Hal ini disebabkan antara lain oleh karakteristik masing-masing responden pada 4 kelompok komoditas di bawah berbeda-beda sehingga memerlukan perlakuan tersendiri.

A. Sektor Pertanian

Sampling unit di sektor ini adalah para petani yang potensial yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Seperti yang telah disebutkan di atas, ada beberapa sumber informasi untuk mendapatkan responden ini, yaitu diperoleh dari hasil survei harga produsen dan konsumen pedesaan atau dari hasil survei khusus. Setelah memiliki sample frame dari responden di sektor ini, maka dilakukan penarikan sampel dengan menggunakan metode penarikan sampel purposive. Alasan digunakan metode purposive pada sektor ini adalah biasanya perbedaan harga jual produk pertanian tidak terlalu besar atau relatif sama diantara petani dalam suatu wilayah. Begitu pula dengan perusahaan agroindustri yang relatif sedikit


(20)

populasinya dalam suatu wilayah, sehingga penarikan sampel dengan metode purposive

dapat dilakukan dengan mudah. Sebelum penarikan sampel, dilakukan stratifikasi yang didasarkan pada variasi jenis produk pertanian. Dengan demikian, stratifikasi ini akan memenuhi kebutuhan data harga yang tercakup dalam paket komoditas IHP.

Khusus mengenai startifikasi sampling unit di sektor pertanian, sampling unit di sektor pertanian adalah petani potensial yang mengelola dan memproduksi berbagai hasil komoditas pertanian. Yang dimaksud dengan petani potensial disini adalah petani yang menghasilkan beberapa jenis komoditas pertanian dan jumlah produksinya cukup besar sehingga harga komoditas pertaniannya dapat dipantau secara berkesinambungan. Data harga produsen berbagai komoditas pertanian yang diperoleh disektor ini adalah harga transaksi yang terjadi pada saat petani menjual hasil komoditas pertanian kepada pedagang besar pertama.

Di sektor ini, petani merupakan sampling unit yang harus dipilih berdasarkan kriteria yang telah disebutkan di atas. Sebelum memilih sampel maka perlu dilakukan tahap pemilihan kabupaten oleh masing-masing propinsi dengan menggunakan metode purposive

bersyarat yaitu yang memiliki potensi pertanian. Setelah kabupaten terpilih, maka dilakukan pemilihan kecamatan dengan cara purposive yang memiliki kriteria sebagai kecamatan sentra produksi pertanian. Pemilihan sampel kecamatan dilakukan oleh BPS Propinsi dan usulan kabupaten terpilih sampel. Tahap selanjutnya adalah memilih petani potensial yang berada pada kecamatan terpilih dengan menggunakan metode purposive.

B. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Setelah penyusunan direktori produsen hasil barang-barang tambang dan galian yang dikelompokkan berdasarkan pengkodean KBLI terbaru, maka dilakukan penarikan sampel. Metode penarikan sampel di sektor ini sama dengan metode penarikan sampel di sektor pertanian, yaitu metode purposive. Target pemenuhan data HP yang tercakup dalam paket komoditas menjadi acuan dalam membuat suatu stratifikasi sampel yang didasarkan variasi produk pertambangan dan penggalian.

Penarikan sampel dari daftar establishment yang sudah distratifikasikan sesuai dengan kode KBLI golongan pokok 10 dan 14 dengan menggunakan metode purposive. Metode ini dipergunakan karena penyebaran establishment di sektor ini tidak merata dan jumlahnya relatif sedikit. Di samping itu, diharapkan agar dapat memenuhi data harga komoditas yang diklasifikasikan dalam paket komoditas.


(21)

C. Sektor Industri

Sebelum dilakukan pengumpulan data HP di sektor industri, perlu dilakukan pemilihan establishment yang dijadikan sebagai perusahaan sampel IHP. Definisi

establishment di sini adalah suatu entitas produksi yang berada dalam suatu lokasi tersendiri. Karena adanya variasi yang sangat beragam dan kompleks serta mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan data dalam paket komoditas yang telah disusun, maka diperlukan tahapan pemilihan perusahaan sampel yang lebih detail dan teliti. Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

Langkah Pertama

Langkah awal dalam penarikan sampel dalam menyusun kerangka sampel (sample frame) adalah mengelompokan berdasarkan klasifkasi industri besar, sedang, menengah, mikro dan kecil. Seluruh perusahaan yang tercakup dalam kelompok industri besar dan sedang dijadikan sebagai sampel.

Langkah Kedua

Menentukan wilayah atau propinsi untuk melakukan pengelompokan establishment

yang memiliki potensi industri. Dalam pengumpulan data HP, dilakukan pemilihan kabupaten/kota yang memiliki potensi tersebut. Pemilihan kabupaten/kota ini dengan menggunakan metode purposive.

Di masing-masing propinsi dilakukan stratifikasi establishment untuk mengambil perusahaan sampel. Untuk mempermudah pengelompokan establishment digunakan klasifikasi kode KBLI sektor industri sampai 5 digit. Jumlah establishment yang tersebar akan dijadikan kerangka sampel sampai dasar penarikan sampel.

Langkah Ketiga

Untuk kelompok industri mikro dan kecil dilakukan strata berdasarkan kelompok sektor/subsektor/komoditi. Rancangan ini mungkin berbeda di masing-masing sektor yang disesuaikan dengan potensi daerah yang menjadi daerah sasaran penarikan sampel. Setelah merancang jumlah establishment dalam bentuk strata di masing-masing propinsi selanjutnya memilih establishment sebagai sampel dengan metode systematic sampling. Apabila potensi industri atau jumlah establishment suatu daerah kurang memenuhi target sebagai sumber data harga produsen, maka dilakukan suatu special treatment dengan menggunakan metode


(22)

2.3. Pengumpulan Data Harga

Salah satu komponen penting dalam penghitungan IHP adalah data harga komoditas. Data harga dikumpulkan dengan melakukan survei harga produsen yang dilakukan di seluruh propinsi di Indonesia. Responden terpilih berada di seluruh kabupaten/kota terpilih yang dapat memberikan data harga komoditas dalam paket komoditas.

Periode survei dalam pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1-15 setiap bulan dan selanjutnya dikirim ke BPS. Pengumpulan data melibatkan petugas untuk mengunjungi pengusaha sampel secara individu, dan menekankan pentingnya IHP dan menerima informasi dasar seperti barang dan jasa yang terbesar diproduksi oleh perusahaan, transaksi penting antara klien, kontak individu jika diperlukan informasi yang terjadi berulang-ulang, dan lain-lain. Jarak dan jumlah bisnis yang dikunjungi dan jenis harga barang dan jasa akan sangat bervariasi antara kota dan daerah. Instrumen survei yang digunakan untuk mengumpulkan data dapat menggunakan kuesioner, email atau telepon.

Pengumpulan data harga adalah bagian penting dari seluruh proses kompilasi IHP. Tanpa prosedur pengumpulan data kualitas harga yang baik, sangat sulit dan tidak mungkin untuk menghasilkan hasil yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Waktu dan Frekuensi Pengumpulan Data Harga

Penghitungan IHP memerlukan pengumpulan data harga dari perusahaan penjual produk. Frekuensi pengumpulan data secara bulanan, meskipun sejumlah negara ada yang mengumpulkan data harga secara kuartalan. Jika pengumpulan data harga dilakukan pada suatu periode, ada 2 (dua) pilihan dasar dari periode pengumpulan, yaitu waktu satu titik (point-in time) atau rata-rata periode (period averages).

1. Data harga point-in time berhubungan dengan harga produk pada suatu tanggal tertentu dalam suatu bulan seperti hari pertama, minggu pertama, hari perdagangan yang terdekat pada tanggal 15 setiap bulan, dan lain-lain. Pendekatan ini membuat pengumpulan langsung pada satu tanggal, dan akan dipahami oleh perusahaan yang data harga disediakan sesuai dengan tanggal transaksi. Keuntungan utama dari sistem

point-in time ini adalah perbandingan dari bulan ke bulan akan menjadi konsisten. Salah satu kelemahan sistem ini adalah bahwa suatu transaksi mungkin tidak terjadi pada tanggal atau waktu tertentu. Jika hal ini terjadi, maka responden diminta untuk


(23)

menyediakan detail transaksi yang terjadi sedekat mungkin dengan tanggal/waktu tersebut. Kelemahan lain adalah bahwa estimasi point-in time sangat rentan terhadap pengaruh jangka pendek (misalnya musim yang ekstrim, pemogokan buruh, dll) sehingga dapat mempengaruhi harga pada hari pengumpulan data harga pada waktu tertentu.

2. Rata-rata periode adalah melakukan estimasi dari data harga sepanjang bulan atau rata-rata harga untuk satu bulan. Harga suatu periode seharusnya dihitung ketika perubahan harga terjadi selama satu bulan. Contoh, jika harga produk adalah Rp100 pada 10 hari pertama, kemudian harga meningkat menjadi Rp 150 selama 20 hari terakhir, maka rata-rata harganya (10X100)+(20X150)/30 = 133,33. Rata-rata-rata ini biasanya digunakan dan membutuhkan tanggal yang tepat dari perubahan harga yang diberikan responden. Pendekatan ini biasanya menghasilkan data waktu series yang lebih luas (smoother) dan kurang rentan terhadap waktu terjadinya peningkatan harga.

Seringkali pencatatan tanggal diambil untuk mewakili rata-rata harga seluruh periode referensi tertentu. Ukuran yang lebih akurat dari rata-rata harga transaksi adalah harga suatu nilai unit (unit value price). Secara teori, unit value adalah penjualan total dibagi dengan jumlah total unit yang terjual dalam suatu periode.

2.4. Metode Penghitungan IHP

Setelah menyusun direktori survei dan membuat klasifikasi komoditas IHP, membuat diagram timbang komoditas dan menetapkan metode pengumpulan data harga, maka langkah selanjutnya adalah menghitung IHP. Untuk memperoleh angka IHP dari data harga produsen yang telah dikumpulkan maka ditentukan cara penghitungan IHP dengan menggunakan formula Modified Laspeyres.

Rumus Indeks Laspeyres ini dimodifikasi dengan tujuan untuk mempermudah penghitungan, sehingga perumusannya menjadi sebagai berikut:

a). Indeks Laspeyres:

 

j i i i j i i ni n

q

p

q

p

I

1 0 0 1 0


(24)

b). Indeks Laspeyres modifikasi (Modified Laspeyres):

di mana:

= Harga barang i pada periode yang berlaku, bulan n

= Harga barang i pada periode sebelumnya (bulan yang lalu), bulan (n-1)

= Relatif Harga (RHn) jenis barang i pada bulan n.

= Nilai akhir/nilai Marketed Surplus (MS) barang i bulan (n-1) = Nilai akhir/nilai MS barang i pada tahun dasar

j = Jumlah paket komoditas yang termasuk dalam penghitungan indeks

2.5. Penyusunan Direktori Survei

Kualitas hasil survei sangat tergantung pada hasil pengumpulan data harga di lapangan yang diperoleh dari responden survei. Daftar responden survei yang sistematis dan dapat memenuhi kebutuhan data harga dalam paket komoditas sangat mutlak disusun. Untuk itu perlu disusun direktori survei yang memuat seluruh responden survei yang berada di daerah yang dapat memberikan data yang sesuai dengan metodologi survei HP. Responden survei HP berasal dari produsen yang tersebar di berbagai sektor ekonomi seperti dalam pengklasifikasian komoditas IHP yang memerlukan dukungan informasi yang relatif besar agar dapat memperoleh responden yang tepat dan benar. Sumber data yang digunakan untuk menentukan responden yang tersebar di sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, dan industri adalah sebagai berikut :

A. Sektor Pertanian

Untuk sektor pertanian, ada beberapa alternatif dalam menyusun direktori sampel yaitu dapat berdasarkan:

a) Informasi yang diterima dari daerah tentang jumlah petani atau nelayan potensial di

     j i i i j i i i n i n n i n q p q p p p I 1 0 0 1 0 ) 1 ( ) 1 ( i n ni

p

p

) 1 (  ni

p

i n

p

( 1)

oi i n

q

p

( 1)

oi oi

q


(25)

setiap propinsi yang menjadi sumber data harga produsen di sektor pertanian. Informasi ini dapat diperoleh dengan melakukan suatu survei khusus yang dapat menggali informasi responden pertanian dan juga informasi responden pada sektor lainnya.

b) Sebagian informasi responden di sektor ini dapat diperoleh juga dari hasil Survei Harga Produsen yang dilakukan oleh Subdit Statistik Harga Pedesaan. Survei ini dilakukan secara rutin setiap bulannya di seluruh propinsi di Indonesia.

B. Sektor Industri

Direktori survei di sektor ini dapat juga disusun dengan cara :

a) Menggunakan direktori perusahaan yang established (establishment) dari hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE06) dan kegiatan survei industri besar-sedang yang dilakukan oleh Subdit Statistik Industri Besar Sedang setiap tahunnya di seluruh propinsi di Indonesia. Dalam direktori perusahaan tersebut, tidak semua

establishment akan menjadi responden dalam survei IHP tetapi akan dipilih sesuai dengan karakteristik establishment dan kebutuhan survei tersebut. Tetapi diharapkan bahwa cakupan jenis barang dalam paket komoditas dapat dipenuhi dengan pemilihan sampel establishment yang diperoleh dari direktori perusahaan tersebut; b) Bekerja sama dengan Departemen Perdagangan dan Perindustrian untuk

mendapatkan direktori establishment yang paling mutakhir;

c) Melakukan survei khusus yang memuat informasi tentang keberadaan establishment dan informasi lainnya di sektor industri di Indonesia.

C. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Produsen atau establishment yang bergerak di bidang pertambangan dan penggalian dapat diketahui keberadaannya dari hasil survei Pertambangan, Energi, dan Konstruksi yang dilakukan oleh Subdit Statistik Pertambangan, Energi, dan Konstruksi setiap tahunnya.

2.6. Penyajian Data IHP

Penyajian data IHP Indonesia dibedakan dalam cara pengelompokan sebagai berikut:


(26)

1) Sektor pertanian

2) Sektor pertambangan dan penggalian 3) Sektor industri

b. IHP menurut tingkatan dalam proses produksi (stage of processing) : 1) Bahan baku (raw materials)

2) Produk antara (intermediate products)

3) Produk akhir (finished goods)

c. IHP khusus sektor bahan konstruksi

Untuk tahap awal, penyajian IHP akan dikelompokan menurut klasifikasi komoditas (poin a.) saja.


(27)

KONSEP DAN DEFINISI

3.1. KONSEP DAN DEFINISI

Indeks Harga Produsen (IHP) adalah suatu ukuran perubahan harga yang diterima oleh produsen barang dan jasa di dalam negeri untuk mengetahui perkembangan harga antar waktu. Secara umum, IHP dapat digambarkan sebagai indeks yang dirancang untuk mengukur rata-rata perubahan pada harga barang dan jasa baik setelah melalui proses produksi maupun masuk dalam proses produksi. IHP dikategorikan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:

1) IHP input merefleksikan perubahan harga yang dibayar oleh produsen untuk bahan baku (raw material) dan produk antara (intermediate goods) disebut juga sebagai Harga Pembelian (Purchaser’s Price);

2) IHP output merefleksikan perubahan harga yang diterima produsen pada tingkat pertama rantai perdagangan atau harga transaksi pabrik dengan pedagang besar pertama yaitu pada harga dasar atau harga produsen.

Istilah angka IHP yang biasanya dipakai adalah mengacu kepada IHP Output.

Pada SNA tahun 1993, definisi harga dasar (basic price) dan harga produsen (producer price) sebagai berikut:

Harga dasar, adalah harga yang dapat diterima oleh produsen dari pembeli untuk suatu unit barang atau jasa yang dihasilkan sebagai output yang dikurangi dengan pembayaran pajak ditambah dengan subsidi yang diterima, semua itu merupakan suatu konsekuensi dari produksi dan penjualan barang tersebut. Harga ini tidak termasuk ongkos transport yang ditagihkan secara terpisah oleh produsen.

Harga produsen, adalah harga yang diterima oleh produsen dari pembeli untuk suatu unit barang atau jasa yang dihasilkan sebagai output dikurangi dengan VAT (value added tax) atau sejenis pajak yang dapat dikurangi. Harga ini tidak termasuk biaya transpor yang dibayarkan secara terpisah oleh produsen.


(28)

Perbedaan antara harga dasar dengan harga produsen secara umum adalah subsidi per unit yang produsen terima dan pajak atau produksi barang. Sementara harga dasar adalah lebih disarankan dalam IHP karena harga tersebut mewakili pendapatan per unit yang diterima oleh produsen, namun harga produsen juga bisa digunakan jika informasi subsidi pada barang atau jasa tidak tersedia. Dalam banyak kasus, produsen tidak menerima subsidi, sehingga harga dasar dan produsen akan sama.

Harga observasi adalah suatu harga produk tertentu pada suatu titik waktu atau selama periode pengumpulan data harga dan pada masa penjualan. Untuk meyakinkan konsistensi dalam indeks akhir, harga observasi harus dibandingkan dengan dari suatu periode ke periode lainnya. Harga seharusnya adalah satu dimana konsumen telah membayar untuk membeli suatu produk dan termasuk seluruh diskon dan penawaran khusus. Harga tersebut bisa dikatakan sebagai harga transaksi riil. Tujuan IHP adalah untuk mengukur harga aktual yang diterima oleh produsen untuk barang-barang dan jasa.

Harga lokal loko gudang adalah harga transaksi yang terjadi atas suatu barang antara penjual dan pembeli di dalam negeri di gudang penjual tidak termasuk ongkos transpor/angkutan barang tersebut dari gudang penjual ke gudang/tempat pembeli.

Harga discount adalah potongan harga. Potongan harga ini bisa berupa komisi kepada agen/distributor.

Produsen

Yang dimaksud dengan produsen disini adalah suatu entitas produksi dalam suatu industri dan berada dalam lokasi tersendiri dimana data tentang unit-unit produksi dan tenaga kerja dikumpulkan.

Petani

Dalam pengumpulan data harga produsen di sektor pertanian, petani yang dimaksud adalah petani tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan rakyat, baik petani pemilik maupun petani penggarap (sewa/kontrak/bagi hasil) atas resiko sendiri dengan tujuan untuk dijual. Orang yang bekerja di sawah/ladang orang lain dengan mengharapkan upah atau buruh tani bukan termasuk petani. Selain petani, nelayan atau penangkap ikan yang menjual hasil


(29)

tangkapannya dapat menjadi responden survei harga produsen guna menangkap pergerakan harga-harga komoditas perikanan di tingkat harga produsen.

Party/grosir atau jumlah besar yang dimaksud adalah bukan eceran. Batasan ini relatif, mengingat sulit menentukan besarannya, baik kuantitas maupun nilai dari suatu komoditas. Hal ini sangat tergantung dari karakteristik komoditas sendiri.

Persentase perubahan harga untuk setiap kualitas adalah perubahan harga dari harga bulan saat pengamatan terhadap harga bulan sebelumnya dengan rumus:

% Perubahan Harga = 

       1 1 n n P P x 100

Pn = Harga satuan kualitas jenis barang pada bulan pengamatan (n) Pn-1= Harga satuan kualitas jenis barang pada bulan sebelumnya (n-1)

3.2. JENIS HARGA YANG DIKUMPULKAN

Jenis harga yang dicatat dengan urutan alternatif sebagai berikut : a. Harga Dasar

b. Harga Produsen (jika harga dasar tidak tersedia) digunakan harga lokal loko gudang

Pengertian dari tingkat atau jenis harga dapat dipahami melalui diagram alur perdagangan sebagai berikut :

Pencatatan lokal yang diutamakan adalah harga dasar/basic price. Hindari harga penjualan pada rumahtangga

Produsen Pedagang Besar II (PB II) Pedagang Besar I (PB I) Konsumen rumah tangga Pedagang Eceran Harga

Produsen Perdagangan Harga Besar (HPB)

Harga Konsumen

Konsumen non rumah tangga


(30)

(31)

PELAKSANAAN LAPANGAN

4.1. ORGANISASI LAPANGAN

1. Kepala Kantor BPS Propinsi dan Kabupaten/Kota bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan survei HP di wilayahnya.

2. Kepala Bidang Statistik Distribusi di BPS Propinsi, bertanggung jawab secara teknis dan mengkoordinasikan pelaksanaan pengumpulan data HP di wilayahnya sampai pengiriman hasilnya ke Pusat.

3. Kepala Seksi Statistik Keuangan dan Harga Produsen di BPS Propinsi, dan Kepala Seksi Statistik Distribusi di BPS Kabupaten/Kota bertanggung jawab atas pengawasan/pemeriksaan hasil pengumpulan data HP dan kebenaran isiannya serta memberi petunjuk secara berkala kepada petugas pencacah mengenai metodologi, konsep dan definisi serta menjelaskan betapa pentingnya data yang dikumpulkan.

4. Petugas pencacah adalah staf BPS Propinsi dan BPS Kabupaten/Kota atau KSK yang ditunjuk, bertanggung jawab atas isian data yang diperoleh dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan.

4.2. DAFTAR YANG DIGUNAKAN

Daftar yang digunakan dalam survei ini adalah Daftar HP-S dan Daftar HP-K. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data harga produsen untuk sektor pertambangan dan penggalian, serta industri non bahan konstruksi adalah kuesioner/daftar HP-S. Sedangkan daftar HP-K digunakan untuk mengumpulkan data harga produsen bahan bangunan/konstruksi.

Daftar ini digunakan untuk melakukan pencacahan data HP terhadap responden terpilih. 1 (satu) set daftar HP-S digunakan untuk mencacah satu responden terpilih, dan 1 (satu) set daftar HP-K digunakan untuk mencacah satu responden terpilih.


(32)

4.3. JADWAL WAKTU PELAKSANAAN

1. Pencacahan, pengawasan, dan pemeriksaan hasil pencacahan Daftar HP-S dan HP-K dilakukan pada tanggal 1 – 15 setiap bulan. Pencacahan dilaksanakan dengan melakukan kunjungan wawancara langsung atau telepon pada responden terpilih.

2. Pengiriman data harga dari daftar HP-S dan HP-K ke BPS paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya. Misalnya pencacahan antara tanggal 1 – 15 Januari 2013, maka pengiriman laporan diterima sampai dengan 20 Pebruari 2013.

4.4. PEMERIKSAAN DAFTAR

Untuk mendapatkan kualitas data harga produsen yang baik, maka perlu dilakukan pemeriksaan hasil pencacahan survei pada daftar HP-S dan HP-K yang dilakukan baik di BPS Kabupaten/kota maupun BPS Propinsi. Pemeriksaan mencakup:

1. Responden/perusahaan dalam survei ini adalah perusahaan yang benar-benar menghasilkan dan menjual barang-barang yang diproduksinya ke pedagang besar/konsumen non rumah tangga. Apabila hanya ditemukan pedagang besar, usahakan untuk menanyakan harga beli barang tersebut dari produsennya dan nama/alamat produsennya. Untuk survei berikutnya, dapat dilakukan penggantian responden dengan responden berkriteria produsen.

2. Harga barang yang termasuk dalam survei ini adalah barang yang termasuk dalam paket komoditas. Jumlah sampel harus memenuhi target sampel.

3. Perubahan harga yang tidak lazim misalnya terlalu rendah, tinggi atau selalu stabil dalam 3-4 bulan supaya diperiksa kembali ke lapangan. Kemungkinan perubahan harga yang mencolok disebabkan perbedaan spesifikasi/kualitas barang. Berikan penjelasan di blok catatan.

4. Harga yang dilaporkan tidak sama antara kuesioner bulan pada saat pencacahan dengan bulan sebelumnya, misalnya harga untuk bulan sebelumnya (n-1) pada kuesioner bulan yang bersangkutan berbeda dengan harga bulan pencacahan (n) pada kuesioner bulan sebelumnya. Periksa kembali dokumen pada bulan sebelumnya.

5. Satuan barang yang dilaporkan tidak konsisten. Misalkan dibulan sebelumnya satuan barang kg tetapi pada bulan berikutnya berubah menjadi ton. Diperiksa kembali dan beri penjelasan di blok catatan.


(33)

6. Perubahan harga suatu barang tidak sesuai dengan issue yang berkembang saat ini. Cek lapangan dan konsultasikan dengan pihak terkait.

7. Harga yang didapat dari produsen lebih tinggi dibandingkan harga ecerannya. Cek ulang ke responden dan beri catatan.

8. Periksa kelengkapan dan variasi barang/kualitas apakah sudah optimal dan sesuai dengan kondisi daerah.


(34)

(35)

PENCACAHAN HP-S

5.1 PEMILIHAN SAMPEL LOKASI

Alokasi jumlah sampel ditentukan oleh BPS Pusat berdasarkan banyaknya perusahaan dan variasi jenis barang dari dokumen yang masuk. Pemilihan sampel lokasi ditentukan oleh BPS Provinsi yang meliputi ibukota provinsi dan beberapa kabupaten/kota yang dianggap representatif sebagai sentra produksi / pusat industri yang ramai.

Kabupaten/kota dipilih secara purposif dengan kriteria : 1) Banyak terdapat perusahaan industri / produsen yang masih aktif; 2) Banyak variasi barang yang dihasilkan;

3) Memiliki hasil produksi yang unik dan tidak ditemukan di kota lain sehingga dapat memenuhi paket komoditas.

5.2 PEMILIHAN RESPONDEN

Jenis barang yang disurvei dalam daftar HP-S adalah komoditas yang tercakup dalam sektor pertambangan & penggalian, dan industri non bahan konstruksi. Pemilihan responden dilakukan secara purposif dengan kriteria sebagai berikut :

1) Produsen/Perusahaan (umumnya berbadan hukum seperti PT, CV, Firma);

2) Menghasilkan barang yang tercakup dalam paket komoditas yang terdiri dari sektor pertanian, pertambangan & penggalian, dan industri non bahan konstruksi;

3) Menjual barang yang dihasilkan dengan jumlah banyak (grosir) ke pedagang atau perusahaan lain kecuali konsumen rumah tangga;

4) Diprioritaskan responden yang menghasilkan dan menjual banyak ragam komoditas; 5) Pencarian daftar nama dan alamat responden dapat diperoleh dari instansi yang terkait,

BPS Provinsi, BPS Kabupaten/Kota (melalui direktori perusahaan Survei Triwulanan Industri Besar dan Sedang, hasil SE 06 dan hasil Survei Pertambangan, Energi dan Konstruksi ), majalah, buku telepon, informasi dari petugas lapangan;

6) Responden dapat diganti apabila perusahaan sudah tidak beraktifitas lagi (tutup) atau perusahaan beralih ke produksi lainnya yang tidak terdapat dalam paket komoditas. Jika


(36)

terjadi pergantian responden, ditanyakan juga data harga pada bulan sebelumnya dari responden pengganti.

Apabila kriteria diatas tidak dapat dipenuhi maka laporkan ke BPS Provinsi agar responden dapat diganti dengan kabupaten/kota lain.

5.3 PEMILIHAN KOMODITI DAN KUALITAS

Komoditi dan kualitas barang ditentukan oleh Sub Direktorat Statistik Harga Produsen BPS, yaitu yang tertulis dalam paket komoditas. Jenis barang dan kualitas yang terpilih adalah:

1) Jenis barang yang memiliki nilai produksi yang cukup besar dan data harganya dapat dipantau secara berkesinambungan dalam waktu yang relative lama;

2) Kualitas umum yang biasanya ada diseluruh kota;

3) Kualitas yang dominan di kabupaten/kota yang bersangkutan;

4) Setiap jenis barang cukup diwakili oleh dua atau tiga responden sehingga target jumlah sampel terpenuhi secara maksimal pada kabupaten/kota yang bersangkutan;

5) Setiap jenis barang cukup diwakili dua atau tiga kualitas yang dominan;

6) Kualitas dapat diganti apabila data harga kualitas barang tersebut sudah jarang ditemui. Jika terjadi pergantian kualitas, perlakukan hal yang sama dengan penggantian responden.

5.4 SISTEM PENGIRIMAN LAPORAN

Daftar HP-S dibuat dalam 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap untuk BPS dan 1 (satu) rangkap lagi disimpan sebagai arsip di BPS Kabupaten/Kota.

Mekanisme sistem pelaporan survei HP-S adalah sebagai berikut :

1) Setelah daftar HP-S diperiksa oleh pengawas di BPS Kabupaten/Kota, 1 (satu) rangkap dokumen HP- S dikirim ke BPS Provinsi;

2) BPS Provinsi memeriksa kembali dokumen yang masuk dan memasukkan data isian kuesioner sesuai dengan format entrain. Setelah digabung kemudian dilaporkan menurut kelompok komoditi dan dikirimkan ke BPS, Sub Direktorat Statistik Harga Produsen, melalui fax nomor (021) 3863818 atau email ke shprod@bps.go.id sesuai jadwal yang sudah ditentukan, yaitu paling lambat tanggal 20 bulan setelah pencacahan. Kemudian


(37)

Dokumen HP-S dapat dikirim menyusul ke Sub Direktorat Statistik Harga Produsen, Direktorat Statistik Harga, BPS.

5.5 CARA PENGISIAN DAFTAR HP-S

Daftar HP-S diisi dengan cara wawancara baik secara langsung maupun melalui telepon dengan responden. Jika tidak memungkinkan, daftar ini dapat ditinggal dengan mengisi terlebih dahulu Blok I, Blok II rincian (1) dan (2) dan Blok III kolom (1), (2), (3), (4), dan (7). Meskipun demikian tetap diusahakan untuk bertemu secara langsung apalagi bila datanya belum lengkap atau meragukan.

Satu set Daftar HP-S digunakan untuk mencacah satu responden terpilih. Daftar ini terdiri dari 6 (enam) blok, yaitu: Identitas Perusahaan dan Periode Pencacahan, Keterangan Petugas, Harga Produsen, Keterangan Harga, Keterangan Keabsahan Isian, dan Catatan.

Cara pengisian daftar HP-S adalah sebagai berikut:

BLOK I. IDENTITAS PERUSAHAAN DAN PERIODE PENCACAHAN Rincian 1 dan 2:

Isi nama propinsi pada rincian 1, dan nama kabupaten / kota pada rincian 2, kemudian tulis kode propinsi, dan kode kabupaten/kota, pada kotak yang ada di bawah masing-masing rincian.

Rincian 3 dan 4:

Isi bulan pada saat observasi di rincian 3 dan tahun pencacahan di rincian 4 lalu pindahkan dalam bentuk angka ke kotak di bawah masing-masing rincian.

Contoh: Bulan Tahun Januari 2013

0 1 2 0 1 3

Rincian 5:

Tulis nama lengkap perusahaan. Rincian 6:


(38)

Rincian 7:

Lingkari kode yang ada pada skala klasifikasi industri, kemudian tulis kode tersebut di kotak sebelah kanan. Industri kecil adalah industri yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 20 orang, biasanya industri rumahan. Industri sedang adalah perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 20 orang sampai 99 orang. Industri besar adalah perusahaan yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 100 orang

BLOK II. KETERANGAN PETUGAS Cukup Jelas

BLOK III. HARGA PRODUSEN (Rp/Satuan)

Blok ini digunakan untuk mencatat harga barang yang diproduksi dan diperdagangkan di dalam negeri oleh responden terpilih.

Kolom 1: Kode Barang

Isikan kode jenis barang sesuai dengan jenis barang/komoditi dan kualitas. Kode ini diisi di BPS.

Kolom 2: Nama Komoditi

Isikan seluruh nama komoditi/barang yang diproduksi dan yang memilik pangsa pasar yang besar.

Kolom 3: Kualitas Komoditi

Tulis kualitas/spesifikasi barang secara lengkap dan jelas.Kualitas adalah sifat atau ciri khusus yang menunjukkan karakteristik suatu barang sehingga dapat dibedakan antara barang yang satu dengan yang lain. Kualitas dapat berupa tipe, model, kemampuan (Volt, Ampere), ukuran, bahan, proses pembuatan, merk dsb.

Contoh: Air mineral kemasan botol 1 liter, kerupuk terbuat dari ikan tenggiri, ikan teri dikeringkan, dsb

Kolom 4: Satuan

Tulis satuan standar untuk setiap kualitas/spesifikasi barang Satuan/unit barang adalah suatu besaran yang digunakan untuk menyatakan kuantitas/jumlah barang yang biasanya digunakan dalam perdagangan besar/grosir, misalnya: ton, m3, lusin, 100 kg. Apabila produsen menggunakan satuan


(39)

penjelasan cara perhitungannya di blok catatan.

Kolom 5: Jumlah Produksi bulan sebelumnya

Isikan jumlah atau banyaknya barang yang diproduksi pada saat bulan sebelum pencacahan. Satuan jumlah produksi disesuaikan dengan satuan pada kolom 4. Apabila satuan barang yang diproduksi berbeda dengan satuan yang dijual maka konversikan ke satuan standard.

Kolom 6: Tingkatan Proses Produksi

Isikan kode yang menunjukkan kelompok komoditas menurut posisi barang dalam rantai produksi. Jawaban bisa lebih dari satu dengan menjumlahkan kodenya.

Contoh:

Perusahaan X menghasilkan dan menjual CPO (Crude Palm Oil) ke pabrik lain. Selain itu perusahaan juga memproduksi minyak goreng kemasan dan diperdagangkan melalui distributor. Dengan demikian CPO termasuk produk antara (kode 2) dan produk akhir (kode 4). Kemudian minyak goreng kemasan diklasifikasikan sebagai produk akhir (kode 4). Maka isian pada kolom (1) dan (4) adalah sebagai berikut :

Kolom (1) Kolom (4)

CPO 6 = ( 2 + 4)

Minyak goreng kemasan 4

Kolom 7 dan 8: Harga Produsen (Rp/ Satuan)

Isikan besarnya harga jual produsen per satuan/unit (Rp) untuk setiap spesifikasi/kualitas barang pada bulan sebelumnya di kolom (7) dan pada bulan pencacahan di kolom (8). Produsen kadang memberikan discount pada pembeli atau hanya memberikan informasi daftar harga/price list

konsumen kepada petugas, maka harga yang dicatat disini adalah harga jual setelah ada potongan harga. Harga produsen = price listdiscount (komisi dealer). Harga dinyatakan dalam Rupiah. Apabila harga jual dalam nilai mata uang asing agar dikonversikan dulu ke Rupiah sesuai dengan angka kurs yang berlaku pada saat pencacahan.

Kolom 9: Nilai Pajak (Rp/ Satuan)


(40)

Kolom 10: Nilai Subsidi (Rp/ Satuan)

Isikan jika ada nilai subsidi (Rp) per satuan komoditi pada bulan pencacahan Isian kolom (9) dan (10) digunakan untuk mengetahui harga dasar, yaitu :

Sebelum melakukan pencacahan, isikan terlebih dahulu dengan jelas dan lengkap kolom (2), (3), (4), (6) dan (7), untuk pengontrolan series data.

Contoh Kasus:

Harga jual produsen minyak sawit beserta PPn, subsidi pemerintah untuk produsen dan discount untuk agen penjual pada bulan Maret (n-1) dan bulan pencacahan April (n) adalah sebagai berikut:

dengan demikian cara pengisian daftar HP-S di Blok III adalah:

BLOK IV. KETERANGAN HARGA Rincian 1:

Isikan kode (1) jika terjadi perubahan yang ekstrim/signifikan antara harga produsen pada bulan pencacahan dengan bulan sebelumnya. Perubahan harga dianggap cukup ekstrim/signifikan jika harga bulan pencacahan turun/naik ≥ 20%. Isikan kode (2) jika tidak.

Harga Jual/ton Pajak = 10% / ton Subsidi/ton

Maret April April April

(1a) (1b) (2) (3)

4.250.000 4.800.000 10%x4.800.000

= 480.000 100.000

Kode Barang (|Diisi di BPS Pusat) Nama

Komoditi Kualitas Komoditi Satuan

Jumlah Produksi bulan sebelumnya Tingk. Proses Prod.

Harga Produsen (Rp) Nilai Pajak (Rp) Nilai Subsidi (Rp) n-1 kol(1a)/ 10kg n Kol(1b)/ 10 kg Kol(2)/ 10 Kg

Kol (3) / 10 Kg

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Minyak goreng

Minyak goreng kemasan terbuat

dari sawit

100 kg 10 4 425.000 480.000 48.000 10.000 Harga dasar = Harga jual produsen - pajak + subsidi


(41)

Rincian 2:

Jika jawaban pada rincian 1 adalah Ya, maka sebutkan komoditi yang mengalami perubahan harga dan jelaskan secara singkat alasan mengapa terjadi perbedaan harga jual dari bulan sebelumnya, misalnya karena kenaikan jumlah penjualan akibat munculnya produk baru, atau karena kelangkaan bahan baku akibat musim kering. Jawaban ditulis pada kotak di bawahnya.

BLOK V. KETERANGAN KEABSAHAN ISIAN Rincian 1:

Tulis nama lengkap pemberi informasi isian kuesioner pada saat wawancara Rincian 2:

Tulis jabatan/posisi pemberi data dalam perusahaan Rincian 3:

Cantumkan nomor telepon rumah atau hand phone narasumber yang bisa dihubungi. Hal ini diperlukan apabila ada pengecekan ulang atau pertanyaan lebih lanjut.

Rincian 4:

Jika ada, tulis alamat e-mail narasumber Rincian 5:

Bubuhkan tanda tangan narasumber dan/atau stempel perusahaan

BLOK VI. CATATAN

Blok ini digunakan untuk mencatat hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan survei dan dianggap penting. Misalnya penjelasan mengenai perubahan kualitas jenis barang yang sudah jarang ditemui, dll.


(42)

(43)

PENCACAHAN HP-K

6.1 PEMILIHAN SAMPEL LOKASI

Mengingat semakin meningkatnya pembangunan fisik di kota maupun daerah maka data-data harga barang bahan bangunan/konstruksi sangat diperlukan. Untuk kebutuhan tersebut maka Survei Harga Produsen Bahan Konstruksi (HP-K) dilaksanakan di tingkat propinsi dan kabupaten/kota untuk mengakomodir data harga produsen dari berbagai jenis bahan bangunan yang banyak digunakan.

Jumlah sampel ditentukan oleh BPS dan alokasi sampel dilakukan oleh BPS Provinsi sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi secara optimal seluruh isian barang yang tertera pada kuesioner HP-K. Lokasi sampel tergantung dari target sampel. Jika dari sampel di ibukota propinsi belum memenuhi target karena variasi jenis barang dari paket komoditas HP-K belum maksimal, maka pelaksanaan survei harga produsen konstruksi dilakukan di kabupaten/kota.

6.2 PEMILIHAN RESPONDEN

Responden terdiri dari produsen berskala besar dan sedang yang menjual bahan bangunan/konstruksi dan juga bisa merangkap sebagai pedagang besar, eksportir, atau importer. Pemilihan responden dilakukan secara purposif dengan kriteria yang sama dengan responden pada survei HP-S, yaitu:

1) Perusahaan yang memproduksi dan menjual bahan bangunan/konstruksi. Responden umumnya berbadan hukum seperti PT, CV, Firma;

2) Menghasilkan barang yang tercakup dalam paket komoditas bahan bangunan/konstruksi dalam kuesioner HP-K;

3) Diprioritaskan responden yang menghasilkan dan menjual banyak variasi komoditas; 4) Responden dapat diganti apabila perusahaan sudah tidak beraktivitas lagi (tutup) atau

perusahaan beralih ke produksi lainnya yang tidak terdapat dalam paket komoditas. Jika terjadi pergantian responden, ditanyakan juga data harga pada bulan sebelumnya dari responden pengganti.


(44)

6.3 PEMILIHAN KOMODITI DAN KUALITAS

Komoditi dan kualitas barang ditentukan oleh BPS, yaitu berdasarkan paket komoditi yang tercakup dalam diagram timbang (2010=100). Cara memilih jenis barang dan kualitas pada daftar K adalah sama dengan cara memilih jenis barang dan kualitas pada daftar HP-S.

6.4 SISTEM PENGIRIMAN LAPORAN

Daftar HP-K dibuat dalam 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap untuk BPS Pusat dan 1 (satu) rangkap lagi disimpan sebagai arsip di BPS Provinsi.

Pada prinsipnya pelaporan dan arus dokumen HP-K hampir sama dengan dokumen HP-S, yaitu:

1) Dokumen HP-K diperiksa oleh pengawas di BPS Provinsi;

2) Apabila telah lengkap seluruh isian, BPS Provinsi bertanggung jawab dalam membuat rekapitulasi hasil survei HP-K, yaitu dengan menggabungkan data dari seluruh responden; 3) Selanjutnya, berdasarkan daftar rekapitulasi, BPS Provinsi melakukan entri data sesuai dengan isian pada kuesioner menurut kelompok komoditi dan dikirimkan ke Sub Direktorat Statistik Harga Produsen BPS Pusat melalui fax nomor (021) 3863818 atau email ke

shprod@bps.go.id sesuai jadwal yang sudah ditentukan, yaitu paling lambat tanggal 20 setelah bulan pencacahan. Kemudian Dokumen HP-K dapat dikirim menyusul melalui pos ke BPS.

6.5 CARA PENGISIAN DAFTAR HP-K

Daftar HP-K diisi dengan cara wawancara baik secara langsung maupun melalui telepon dengan responden. Satu set Daftar HP-K digunakan untuk mencacah satu responden terpilih. Daftar ini terdiri dari 5 (lima) blok, yaitu: Identitas Perusahaan dan Periode Pencacahan, Keterangan Petugas, Harga Produsen Bahan Bangunan/Konstruksi, Keterangan Harga, Keterangan Keabsahan Isian, dan Catatan.

Cara pengisian daftar HP-K adalah sebagai berikut:

BLOK I. IDENTITAS PERUSAHAAN DAN PERIODE PENCACAHAN Cukup Jelas


(45)

BLOK II. KETERANGAN PETUGAS Cukup Jelas

BLOK III. HARGA PRODUSEN BAHAN BANGUNAN/KONSTRUKSI

Blok III berisi keterangan harga produsen bahan bangunan. Konsep dan definisi harga produsen dapat dilihat bagian Pedoman Penghitungan Indeks Harga Produsen.

Kolom 1: Kode Barang

Isikan kode jenis barang sesuai dengan jenis barang/komoditi dan kualitas. Kode ini diisi di BPS Pusat

Kolom 2: Nama Komoditi

Isikan seluruh nama komoditi/barang yang diproduksi dan yang memilik pangsa pasar yang besar.

Kolom 3: Kualitas Komoditi

Tulis kualitas/spesifikasi barang secara lengkap dan jelas.Kualitas adalah sifat atau ciri khusus yang menunjukkan karakteristik suatu barang sehingga dapat dibedakan antara barang yang satu dengan yang lain. Kualitas dapat berupa tipe, model, kemampuan (Volt, Ampere), ukuran, bahan, proses pembuatan, merk dsb.

Contoh : Travo Portal / Cantol 100 KVA

Kolom 4: Satuan

Tulis satuan standar untuk setiap kualitas/spesifikasi barang Satuan/unit barang adalah suatu besaran yang digunakan untuk menyatakan kuantitas/jumlah barang yang biasanya digunakan dalam perdagangan besar/grosir, misalnya: ton, m3, lusin, 100 kg. Apabila produsen menggunakan satuan

yang berbeda, maka petugas harus mengkonversikannya ke dalam satuan standar dan memberikan penjelasan cara perhitungannya di blok catatan.

Kolom 5: Jumlah Produksi bulan sebelumnya

Isikan jumlah atau banyaknya barang yang diproduksi pada saat bulan sebelum pencacahan. Satuan jumlah produksi disesuaikan dengan satuan pada kolom 5. Apabila satuan barang yang diproduksi berbeda dengan satuan yang dijual maka konversikan ke satuan standard.


(46)

Kolom 6: Tingkatan Proses Produksi

Isikan kode yang menunjukkan kelompok komoditas menurut posisi barang dalam rantai produksi. Jawaban bisa lebih dari satu dengan menjumlahkan kodenya. Penjelasan sama dengan HP-S.

Kolom 7 dan 8: Harga Produsen (Rp/ Satuan)

Isikan besarnya harga jual produsen per satuan/unit (Rp) untuk setiap spesifikasi/kualitas barang pada bulan sebelumnya di kolom (7) dan pada bulan pencacahan di kolom (8). Produsen kadang memberikan discount pada pembeli atau hanya memberikan informasi daftar harga/price list

konsumen kepada petugas, maka harga yang dicatat disini adalah harga jual setelah ada potongan harga. Harga produsen = price listdiscount (komisi dealer). Harga dinyatakan dalam Rupiah. Apabila harga jual dalam nilai mata uang asing agar dikonversikan dulu ke Rupiah sesuai dengan angka kurs yang berlaku pada saat pencacahan.

Kolom 9: Nilai Pajak (Rp/ Satuan)

Tanyakan kepada responden jika ada, besarnya pembayaran pajak (Rp) per satuan barang oleh produsen pada bulan pencacahan.

Kolom 10: Nilai Subsidi (Rp/ Satuan)

Isikan jika ada nilai subsidi (Rp) per satuan komoditi pada bulan pencacahan Isian kolom (9) dan (10) digunakan untuk mengetahui harga dasar, yaitu :

Sebelum melakukan pencacahan, isikan terlebih dahulu dengan jelas dan lengkap kolom (2), (3), (4), (6) dan (7), untuk pengontrolan series data.

BLOK IV. KETERANGAN HARGA Rincian 1:

Isikan kode (1) jika terjadi perubahan yang ekstrim/signifikan antara harga produsen pada bulan pencacahan dengan bulan sebelumnya. Perubahan harga dianggap cukup ekstrim/signifikan jika harga bulan pencacahan turun/naik ≥ 20%. Isikan kode (2) jika tidak.


(47)

Rincian 2:

Jika jawaban pada rincian 1 adalah Ya, maka sebutkan komoditi yang mengalami perubahan harga dan jelaskan secara singkat alasan mengapa terjadi perbedaan harga jual dari bulan sebelumnya, misalnya karena kenaikan jumlah penjualan akibat munculnya produk baru, atau karena kelangkaan bahan baku akibat musim kering. Jawaban ditulis pada kotak di bawahnya.

BLOK V. KETERANGAN KEABSAHAN ISIAN

Cukup Jelas dan sama dengan petunjuk pengisian daftar HP-S

BLOK VI. CATATAN

Blok ini berisi catatan atau keterangan terhadap isian kuesioner, misalnya apabila terjadi perubahan kualitas atau ketidakjelasan komoditi, agar dilakukan pengecekan kembali dan beri penjelasan pada blok catatan.


(48)

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2007. Indikator Statistik Industri Besar dan Sedang Indonesia 2005. Jakarta: BPS

Badan Pusat Statistik. 2008. Pedoman Teknis Subdirektorat Statistik Harga Perdagangan Besar Tahun 2008. Jakarta: BPS

Eugene Becker. 1997. BLS Handbook of Methods. Bureau of Labor Statistics.

Fenella Maitland – Smith, Division for Non Members Statistics Directorate OECD. 2000. Producer Price Indices. Joint OECD/ESCAP Workshop on Key Economic Indicators (Bangkok, 22-25 May 2000).

International Labour Organisation, International Monetary Fund, Organisastion for Economic Co-operation and Development, United Nations Economic Commision for Europe. 2004.


(50)

(51)

LAMPIRAN KUESIONER

HPS DAN HPK


(1)

* Jl. Dr. Sutomo No. 6 -8, Jakarta 10010

) Telp: (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, ext.6210-13 2 Fax : (021) 3863818

: E-mail : shprod@bps.go.id, bpshq@bps.go.id Homepage : http://www.bps.go.id

1.

2.

3.

4.

5.

1. PROVINSI

……...……….

2. KABUPATEN/KOTA

………

3. NAMA PERUSAHAAN

4.

………...………

………...……….……..

Kode Pos: Telp : ( ) ………

Fax : ( ) ………. E-mail: ……….

5. BULAN PENCACAHAN

………

6. TAHUN PENCACAHAN

………

3. TANGGAL

PERHATIAN

HP-K

SURVEI HARGA PRODUSEN

BADAN PUSAT STATISTIK

REPUBLIK INDONESIA

BAHAN BANGUNAN/KONSTRUKSI

Survei Harga Produsen Bahan Bangunan/Konstruksi ini semata-mata hanya untuk keperluan Statistik, dan datanya akan disajikan dalam bentuk agregat.

BLOK II: KETERANGAN PETUGAS (Diisi oleh petugas BPS

)

BLOK I: IDENTITAS PERUSAHAAN DAN PERIODE PENCACAHAN

…………...………

ALAMAT PERUSAHAAN

RINCIAN

Survei ini digunakan untuk mengetahui data harga produsen bahan bangunan / konstruksi, guna menyusun angka Indeks Harga Produsen Bahan Bangunan/Konstruksi.

Survei ini dijamin oleh Undang-undang No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik, yang menjamin kerahasiaan data individu. Oleh karena itu, responden wajib memberikan keterangan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

PENCACAH

PEMERIKSA

1. NAMA 2. NIP 4. TANDA TANGAN

Periode survei dilakukan pada tanggal 1 - 15 setiap bulan dan hasil pencacahan sudah diterima BPS Pusat paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.

Survei ini tidak berhubungan dengan pajak dan responden tidak dikenakan biaya apapun


(2)

2

Rincian 1 & 2 :

Rincian 3 :Tulis nama lengkap perusahaan

Rincian 4 :Isikan alamat lengkap perusahaan beserta kecamatannya dan nomor telepon Rincian 5 & 6 :

Contoh :

Bulan Pencacahan : September 0 9

Tahun Pencacahan : 2014 2 0 1 4

BLOK II. KETERANGAN PETUGAS ( cukup jelas )

BLOK III. HARGA PRODUSEN BAHAN BANGUNAN/KONSTRUKSI

Kolom 1 : Kode jenis barang diisi di BPS Pusat

Kolom 2 :

Kolom 3 :

Kolom 4 :

Kolom 5 : Isikan jumlah atau banyaknya barang yang diproduksi pada bulan sebelum pencacahan sesuai dengan satuan yang tertera pada kolom (4)

Kolom 6 : Isikan terlebih dahulu kode yang menunjukkan kelompok komoditas menurut posisi barang dalam rantai produksi. Jawaban bisa lebih dari satu pilihan dengan menjumlahkan kodenya Kolom 7 & 8 :

Kolom 9 :

Kolom 10 :

Contoh :

Harga jual pada bulan pencacahan = Rp. 237.500/buah Pajak = 2 % / buah Nilai Pajak = 2 % x 237.500 = Rp. 4.750 / buah Subsidi = Rp. 10.000/buah dengan demikian cara pengisian daftar HP-K di Blok III :

Kolom (10) Rp. 10.000

Isikan jika ada nilai subsidi per satuan komoditi (Rp.) pada bulan pencacahan

Kolom (9) Kolom (8)

Isikan besarnya harga jual produsen per satuan untuk setiap spesifikasi/ kualitas barang pada bulan sebelumnya di kolom (7) dan pada bulan pencacahan di kolom (8). Harga dinyatakan dalam Rupiah. Apabila harga jual dalam nilai mata uang asing agar dikonversikan dulu ke Rupiah sesuai dengan angka kurs yang berlaku pada saat pencacahan.Sebelum melakukan pencacahan, isian kolom (7) agar ditulis terlebih dahulu

PENJELASAN

Isi nama provinsi pada rincian 1, dan nama kabupaten / kota pada rincian 2, kemudian tulis kode provinsi, dan kode kabupaten/kota pada kotak yang ada di sebelah kanan masing-masing rincian

Isi bulan observasi di rincian 5 dan tahun observasi di rincian 6 dan pindahkan dalam bentuk angka ke kotak di sebelah kanan masing-masing rincian

Sebelum melakukan pencacahan, isikan terlebih dahulu dengan jelas seluruh nama komoditi yang diproduksi perusahaan untuk pengontrolan series data

Rp. 237.500 Rp. 4.750

BLOK I. IDENTITAS PERUSAHAAN DAN PERIODE PENCACAHAN

Tulis dulu satuan standard untuk setiap kualitas/spesifikasi barang secara lengkap dan jelas Tulis terlebih dahulu kualitas/spesifikasi barang secara lengkap dan jelas untuk setiap komoditi. Cara penulisan kualitas mengikuti pedoman pada KBKI 2012


(3)

Jumlah Produksi

Bulan Sebelumnya

dalam satuan pada kol. (4)

(1) (2) (3) (4) (5)

Rp. Rp. Rp. Rp.

Rp. Rp. Rp. Rp.

Rp. Rp. Rp. Rp.

Rp. Rp. Rp. Rp.

Rp. Rp. Rp. Rp.

Rp. Rp. Rp. Rp.

Rp. Rp. Rp. Rp.

Rp. Rp. Rp. Rp.

Rp. Rp. Rp. Rp.

Rp. Rp. Rp. Rp.

Sebelum melakukan pencacahan, nama komoditi, kualitas, satuan, tingkatan proses produksi dan harga sebelum bulan pencacahan agar ditulis terlebih dahulu untuk pengontrolan series data

Kode Tingkatan : 1. Bahan baku 4. Produk akhir *) Nilai Pajak dan Nilai Subsidi per satuan barang diisi jika ada. Proses Produksi 2. Produk antara 6. Produk antara & Produk akhir Data ini digunakan untuk mengetahui Harga Dasar

3. Bahan baku & Produk antara 7. Bahan baku & Produk antara & Produk akhir

(9) (10)

Proses Produksi

(Kode diisi dulu)

(6) (7) (8)

BLOK III : HARGA PRODUSEN BAHAN BANGUNAN/KONSTRUKSI (HP-K)

Kode Barang (Diisi oleh

BPS-Pusat)

Nama Komoditi (Diisi terlebih dahulu dengan

lengkap dan jelas)

Kualitas Komoditi (Diisi terlebih dahulu dengan lengkap dan

jelas) Satuan (Diisi dulu dengan lengkap dan jelas) Harga Jual Produsen per Satuan Bulan Sebelumnya (Diisi terlebih dahulu ) Harga Jual Produsen per Satuan Bulan Pencacahan Nilai Pajak*) per Satuan Nilai Subsidi*) per Satuan Tingkatan


(4)

(5)

4

1. Apakah terjadi perbedaan harga yang signifikan dari bulan sebelumnya ?

Kode 1, jika YA 2, jika TIDAK

2. Jika Ya, jelaskan pada kotak di bawah ini komoditi apa dan berikan alasan perubahan harga.

(cthnya : karena kenaikan penjualan, perubahan musim, produk baru, dll).

1. NAMA NARASUMBER : 5. TANDA TANGAN DAN ATAU 2. JABATAN :

3. TELP / HP : 4. E-MAIL :

Rincian 1: Rincian 2:

BLOK V. KETERANGAN KEABSAHAN ISIAN

Tulis nama lengkap pemberi informasi isian kuesioner pada saat wawancara Tulis jabatan/posisi pemberi data dalam perusahaan

Cantumkan nomor telepon rumah atau hand phone narasumber Tulis alamat e-mail narasumber

Bubuhkan tanda tangan narasumber dan atau stempel perusahaan

BLOK VI. CATATAN

Blok ini digunakan untuk mencatat hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan survei dan dianggap penting, misalnya pergantian perusahaan, pergantian kualitas, dsb.

Untuk mempercepat laporan isian dokumen, dapat dikirimkan melalui fax atau e-mail ke Sub Direktorat Statistik Harga Produsen, BPS Pusat. E-mail : shprod@bps.go.id ; Fax : (021) 3863818

STEMPEL PERUSAHAAN

PENJELASAN

BLOK IV. KETERANGAN HARGA

BLOK VI : CATATAN

BLOK V : KETERANGAN KEABSAHAN ISIAN

BLOK IV : KETERANGAN HARGA

Rincian 2 : Rincian 3 : Rincian 4 : Rincian 5 :

Isikan pada kotak sebelah kiri, kode 1 jika YA atau kode 2 jika TIDAK

Jika jawaban pada rincian 1 adalah kode 1 (YA), maka sebutkan komoditi yang mengalami perubahan harga dan jelaskan alasan mengapa terjadi perbedaan harga jual dari bulan sebelumnya, misalnya karena kenaikan jumlah penjualan akibat munculnya produk baru, atau karena kelangkaan bahan baku akibat musim kering. Jawaban ditulis pada kotak di bawahnya.


(6)