138 |
V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 5 - I S S N 2 3 5 5 - 0 2 3 6
perusahaan jasa. Adapun kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa antara lain :
1 Mengerti dan memahami lingkungan ekonomi
2 Mengerti dan memaham pelaku ekonomi
3 Mengerti dan memahami rumah tangga keluarga
4 Mengerti dan memahami konsep penjualan
5 Mengerti dan memahami rumah tangga produsen
6 Mengerti dan memahami konsep pemerintah
7 Mengerti dan memahami konsep masyarakat luar negeri
Penelitian ini mengambil Kompetensi Dasar KD II yaitu Bentuk- bentuk interaksi manusia dengan lingkungan ekonomi.
2.3. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
2.3.1. Model Pembelajaran
Perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Model-model pembelajaran tradisional kini mulai
ditinggalkan berganti dengan model yang lebih modern. Model pembelajaran merupakan kerangka pembelajaran secara konseptual yang
menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Soekamto dalam Trianto, 2007: 5 mengemukakan maksud dari
“Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Hal yang
sama juga dikemukakan oleh Winataputra dalam Sugianto2008: 7 bahwa, “Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas
pembelajaran”. Joyce dalam Trianto, 2007: 5 menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran
untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman. 2.3.2.
Macam-Macam Model Pembelajaran Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para
ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Anita Lie, 2008: 23- 29 mengemukakan ada 3 model pembelajaran yang meliputi: model
kompetensi, model individual, dan model pembelajaran kooperatif. Banyak pengajar memakai sistem kompetisi dalam pengajaran dan penilaian anak
didik. Dalam model pembelajaran kompetensi, siswa belajardalam suasana persaingan. Tidak jarang guru memakai imbalan dan ganjaran sebagai
sarana memotivasi siswa dalam memenangkan kompetensi dengan sesama pembelajar. Tujuan utama evaluasi dalam model pembelajaran kompetisi
adalah menempatkan anak didik dalam urutan mulai dari yang paling baik
139 |
V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 5 - I S S N 2 3 5 5 - 0 2 3 6
sampai dengan yang paling jelek. Secara positif model kompetisi bisa menimbulkan rasa cemas yang justru memacu siswa untuk meningkatkan
kegiatan belajar
mereka.Model pembelajaran
yang kedua
yaitu pembelajaran individu. Dalam model ini setiap anak didik belajar dengan
kecepatan yang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri atau dapat dikatakan anak didik tidak bersaingdengan siapa-siapa kecuali dengan diri
mereka sendiri. Penilaian dalam modelini dilakukan dengan cara pengajar menetapkan standar untuk setiap siswa. Jadi nilai siswa tidak ditentukan
oleh nilai rata-rata tetapi oleh usaha sendiri dan standar yang ditetapkan oleh pengajar. Model pembelajaran yang ketiga adalah pembelajaran kooperatif.
Falsafah yang mendasari model pembelajaran ini yaitu falsafah homo hominisocius yang berarti kerja sama merupakan hal yang sangat penting
bagi kelangsungan hidup. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2.3.3.
Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar Sugiyanto,
2008: 35. Sedangkan menurut Johnson Johnson dalam Isjoni, 2009: 17 pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas
kedalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain
dalam kelompok tersebut.Pembelajaran kooperatif, pada dasarnya adalah pembelajaran gotong-royong. Roger dan David Johson dalam Anita Lie,
2008: 31 mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal diperlukan
lima unsur model pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka,
komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok. Apabila kelima unsur tersebut dapat dipenuhi, maka pembelajaran kooperatif yang
memotivasi siswa untuk belajar dapat diterapkan dengan positif.Sugiyanto 2008: 38-39 dalam bukunya Model-Model Pembelajaran Inovatif
menyebutkan beberapa ciri pembelajaran kooperatif, antara lain: 1
Saling ketergantungan positif Melalui pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling
membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan
dapat dicapai melalui: a
Saling ketergantungan mencapai tujuan b
Saling ketergantungan menyelesaikan tugas c
Saling ketergantungan bahan atau sumber d
Saling ketergantungan peran, dan e
Saling ketergantungan hadiah 2
Interaksi tatap muka Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam
kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan
140 |
V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 5 - I S S N 2 3 5 5 - 0 2 3 6
dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. Ini juga mencerminkan konsep
pengajaran teman sebaya. 3
Akuntabilitas individual Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara
individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan
bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap
anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompokyang didasarkan atas rata-rata penguasaan
semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.
4
Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap
teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mem- pertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan
berbagai sifat lainyang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi interpersonalrelationship tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja
diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa. Selain memiliki ciri-
ciri di atas menurut Ibrahim dalam Isjoni, 2009:27-28 pembelajaran kooperatif juga memiliki tujuan yang terdiri dari :
1
Hasil belajar akademik. Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau
tugas-tugas akademik penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep
sulit.
2 Penerimaan terhadap perbedaan individu. Tujuan lain model
pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
ketidak mampuannya.
3 Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ke tiga dari
pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi.
a Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
Think Pair Share atau berpikir berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa. TPS dikembangkan oleh Frank Lyrman sebagai struktur kegiatan pembelajaran kooperaktif. Menurut Arends dalam Trianto, 2009: 81, TPS
merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi susana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi
membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberi siswa banyak
141 |
V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 5 - I S S N 2 3 5 5 - 0 2 3 6
waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. TPS ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang
lain. Anita Lie, 2008: 58 mengungkapkan ada 4 langkah dalam Think Pair Share TPS yaitu :
1 Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas
kepada semua kelompok. 2
Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri 3
Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok danberdiskusi dengan pasangannya.
4 Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa
mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat
Sama halnya seperti diungkapkan Trianto, 2009: 81-82, fase TPS terdiri dari 3 antara lain : berpikir, berpasangan dan berbagi. Dalam fase
berpikir thinking guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk
berpikir sendiri mengenai jawaban masalah. Fase yang kedua yaitu berpasangan pairing guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan mengenai apa yang telah mereka peroleh. Pada fase terakhir yaitu fase berbagi sharing guru meminta pasangan-pasangan tersebut
berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika
guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut
memperoleh kesempatan untuk melapor.
2.4. Hasil Belajar IPS Ekonomi