9 didik melalui penyelenggaraan kantin kejujuran di SD Negeri 3 Purwodadi
Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas ?”.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pembentukan karakter peserta didik melalui
penyelenggaraan kantin kejujuran di SD Negeri 3 Purwodadi Kecamatan
Tambak Kabupaten Banyumas. F.
Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan di SD Negeri 3 Purwodadi ini memiliki beberapa manfaat, antara lain:
1. Secara Teoritis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini memberi masukan sekaligus menambah pengetahuan serta wawasan untuk mengetahui proses pembentukan karakter peserta didik
melalui kantin kejujuran. b.
Bagi Anggota Lembaga Pendidikan Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk mengupayakan peningkatan
mutu pendidikan yang tidak hanya mementingkan kecerdasan kognitif saja tetapi juga pembentukan karakter peserta didik agar menjadi
manusia yang berakhlak mulia. c.
Bagi Pembaca Penelitian ini dapat dijadikan referensi penelitian berikutnya.
10 2.
Secara Praktis a.
Bagi Kepala Sekolah Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu contoh dalam program
pembentukan karakter jujur pada peserta didik. b.
Bagi Guru Penelitian ini dapat digunakan untuk memaksimalkan kinerja guru agar
dalam mengajar tidak hanya mementingkan kecerdasan kognitif peserta didik saja, tetapi juga harus bisa membentuk peserta didik yang
berkarakter.
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Tinjauan tentang Pembentukan Karakter Peserta Didik
a. Pengertian Karakter
Karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai
kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Maka, orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan berperilaku jelek maka dikatakan orang
berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008: 623, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain. Di sini, karakter juga bisa dipahami sebagai tabiat atau watak. Dengan demikian, orang yang
berkarakter adalah orang yang memiliki karakter, mempunyai kepribadian, atau berwatak.
Menurut Simon Philips dalam Fatchul Mu’min., 2011: 160,
karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.
Karakter baik dimanifestasikan dalam kebiasaan baik di kehidupan sehari-hari, seperti pikiran baik, hati baik, dan tingkah laku yang baik.
Berkarakter baik berarti mengetahui yang baik dan melakukan yang
12 baik. Sebaliknya, orang yang mempunyai kebiasaan buruk dan sering
berperilaku menyimpang maka orang tersebut dikatakan orang dengan karakter buruk.
Peterson dan Seligman dalam Gedhe Raka, dkk., 2011: 37 mengkaitkan secara langsung character strength dengan kebajikan.
Character strength dipandang sebagai unsur-unsur psikologis yang
membangun kebajikan virtues. Salah satu kriteria utama character strength
adalah bahwa karakter tersebut berkontribusi besar dalam mewujudkan sepenuhnya potensi dan cita-cita seseorang dalam
membangun kehidupan yang baik, yang bermanfaat bagi dirinya, orang lain, dan bangsanya.
Fatchul mu’in 2011: 161-162 mempertegas pengertian karakter dengan memberi ciri-ciri karakter, antara lain sebagai berikut:
1 Karakter adalah “siapakah dan apakah kamu pada saat orang lain
sedang melihat kamu ” character is what you are when nobody is
looking ;
2 Karakter merupakan hasil nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan
character is the result of values and beliefs; 3
Karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua character is a habit that becomes second nature;
4 Karakter bukanlah reputasi atau apa yang dipikirkan oleh orang
lain terhadapmu character is not reputation or what others think about you
; 5
Karakter bukanlah seberapa baik kamu daripada orang lain character is not how much better you are than others;
6 Karakter tidak relative character is not relative.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa karakter bersifat memancar dari dalam ke luar inside-out. Artinya, kebiasaan
baik tersebut dilakukan bukan atas permintaan atau tekanan dari orang
13 lain melainkan atas kesadaran dan kemauan sendiri. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan karakter adalah kualitas moral seseorang dalam bertindak dan berperilaku sehingga menjadi
ciri khas individu dan dapat membedakan dirinya dengan individu lainnya.
b. Unsur-unsur Karakter
Fatchul Mu’in 2011: 167-182 mengungkapkan bahwa ada beberapa unsur dimensi manusia secara psikologis dan sosiologis
yang berkaitan dengan terbentuknya karakter pada diri manusia tersebut. Unsur-unsur ini menunjukan bagaimana karakter seseorang.
Unsur-unsur tersebut antara lain: 1
Sikap Sikap seseorang merupakan bagian dari karakter, bahkan
dianggap cerminan karakter seseorang tersebut. Dalam hal ini, sikap seseorang terhadap sesuatu yang ada dihadapannya,
biasanya menunjukan bagaimana karakter orang tersebut. Jadi, semakin baik sikap seseorang maka akan dikatakan orang dengan
karakter baik. Dan sebaliknya, semakin tidak baik sikap seseorang maka akan dikatakan orang dengan karakter yang tidak baik.
2 Emosi
Emosi merupakan gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan manusia, yang disertai dengan efeknya pada kesadaran,
perilaku, dan juga merupakan proses fisiologis. Tanpa emosi,
14 kehidupan manusia akan terasa hambar karena manusia selalu
hidup dengan berfikir dan merasa. Dan emosi identik dengan perasaan yang kuat.
3 Kepercayaan
Kepercayaan merupakan komponen kognitif manusia dari fak
tor sosiopsikologis. Kepercayaan bahwa sesuatu itu “benar” atau “salah” atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman, dan
intuisi sangatlah penting dalam membangun watak dan karakter manusia. Jadi, kepercayaan memperkukuh eksistensi diri dan
memperkukuh hubungan dengan orang lain. 4
Kebiasaan dan Kemauan Kebiasaan merupakan aspek perilaku manusia yang
menetap, berlangsung secara otomatis pada waktu yang lama, tidak direncanakan dan diulangi berkali-kali. Sedangkan kemauan
merupakan kondisi yang sangat mencerminkan karakter seseorang karena
kemauan berkaitan
erat dengan
tindakan yang
mencerminkan perilaku orang tersebut. 5
Konsepsi diri Self-Conception Proses konsepsi diri merupakan proses totalitas, baik sadar
maupun tidak sadar tentang bagaimana karakter dan diri seseorang sdibentuk.
Jadi konsepsi diri adalah bagaimana “saya” harus membangun diri, apa yang “saya” inginkan dari, dan bagaimana
“saya” menempatkan diri dalam kehidupan.
15 Unsur-unsur tersebut menyatu dalam diri setiap orang sebagai
bentuk kepribadian orang tersebut. Jadi, unsur-unsur ini menunjukan bagaimana karakter seseorang. Selain itu, unsur-unsur tersebut juga
dapat dijadikan pedoman dalam mengembangkan dan membentuk karakter seseorang.
c. Nilai-nilai Karakter
Mohamad Mustari 2011: 1-257 mengatakan bahwa ada beberapa nilai-nilai karakter yang terkandung dalam diri setiap orang.
Nilai-nilai karakter tersebut antara lain: 1
Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yaitu religius, yang menunjukan bahwa pikiran, perkataan,
dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan danatau ajaran agamanya.
2 Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri Personal
a Jujur
Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.
b Bertanggung jawab
Bertanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
16 sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial, dan budaya,
Negara dan Tuhan. c
Bergaya hidup sehat Bergaya hidup sehat dapat diartikan sebagai segala
upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan
kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. d
Disiplin Disiplin merupakan tindakan yang menunjukan
perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
e Kerja keras
Kerja keras dapat diartikan sebagai perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan
guna menyelesaikan
tugas belajarpekerjaan dengan sebaik-baiknya.
f Berjiwa wirausaha
Berjiwa wirausaha adalah sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru,
menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, memasarkannya, serta mengatur
pemodalan operasinya.
17 g
Percaya diri Percaya
diri merupakan
sikap yakin
akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya
setiap keinginan dan harapan. h
Berfikir logis, kritis, dan inovatif Berfikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan
atau logis untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
i Mandiri
Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas. j
Ingin tahu Ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
k Cinta ilmu
Cinta ilmu dapat diartikan sebagai cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
18 l
Cerdas Cerdas merupakan kemampuan seseorang dalam
melakukan suatu tugas secara cermat, tepat, dan cepat. m
Tangguh Tangguh dapat diartikan sebagai sikap dan Perilaku
pantang menyerah atau tidak pernah putus asa ketika menghadapi berbagai kesulitan dalam melaksanakan
kegiatan atau tugas sehingga mampu mengatasi kesulitan tersebut dalam mencapai tujuan.
n Berani mengambil resiko
Berani mengambil resiko dapat diartikan sebagai kesiapan menerima resikoakibat yang mungkin timbul
dari tindakan nyata. o
Berorientasi tindakan Berorientasi tindakan adalah sikap yang membuat
hidup lebih bersifat praktis, nyata, dan tidak terjebak ke dalam lamunan dan pemikiran yang tidak-tidak.
3 Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
a Sadar diri
Sadar diri adalah sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milikhak diri sendiri dan
orang lain serta tugaskewajiban diri sendiri serta orang lain.
19 b
Patuh pada aturan sosial Patuh pada Aturan dapat diartikan sebagai sikap
menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepantingan umum.
c Santun
Santun adalah sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua
orang. d
Respek Respek merupakan sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagimasyarakat, dan mengakui dan menghormati
keberhasilan orang lain. e
Demokratis Demokratis merupakan cara berfikir, bersikap dan
bertindak yang menilai sama hak dan kewajibandirinya dan orang lain.
f Suka menolong
Suka menolong dapat diartikan sebagai sikap dan tindakan yang selalu berupaya membantu orang lain.
20 4
Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan a
Ekologis Ekologis yaitu sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan. b
Nasionalis Nasionalis merupakan cara berfikir, bersikap, dan
berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, social, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. c
Pluralis Pluralis adalah sikap memberikan respekhormat
terhadap berbagai perbedaan yang ada di masyarakat baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
Dari uraian di atas, nilai-nilai karakter berperan penting dalam kehidupan seseorang untuk bersosialisasi dengan orang lain. Hal ini
dikarenakan nilai-nilai karakter semuanya tercakup dalam diri orang itu sendiri yang dapat menunjukan jati dirinya. Sehingga dapat
dikatakan nilai-nilai karakter yang muncul dari seseorang merupakan cerminan atas jati dirinya.
21
d. Karakteristik Peserta Didik
Pendidikan Sekolah Dasar merupakan pendidikan yang biasanya diikuti oleh anak-anak yang berusia 7 sampai 12 tahun. Murid
Sekolah Dasar adalah mereka yang sedang menjalani tahap perkembangan dari masa kanak-kanak memasuki masa remaja awal.
Setelah selesai dari pendidikan Sekolah Dasar, artinya mereka telah memasuki masa awal remaja dan akan memasuki masa remaja dan
menuju jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih tinggi.
Masa usia sekolah dasar disebut juga masa intelektual, hal ini karena keterbukaan dan keinginan anak untuk mendapat pengetahuan
dan pengalaman yang ada. Pada masa ini anak diharapkan memperoleh pengetahuan dasar yang dipandang sangat penting bagi
perkembangan mentalnya untuk persiapan dan penyesuaian diri
terhadap kehidupan di masa dewasa.
Menurut Piaget John W. Santrock., 2007: 245 ada empat tahap perkembangan kognitif manusia dari lahir sampai dewasa. Setiap
tahap ditandai dengan munculnya kemampuan intelektul baru dimana manusia mulai mengerti dunia yang bertambah kompleks. Tahap-
tahap tersebut antara lain sebagai berikut:
1 Tahap sensorimotor sejak lahir hingga usia 2 tahun
Dalam tahapan ini, bayi membentuk pemahaman tentang dunia
dengan mengkoordinasikan
pengalaman-pengalaman sensorik seperti melihat dan mendengar dengan tindakan fisik,
22 motorik. Oleh karena itu, disebut sensori motor. Pada awal
tahapan ini, bayi yang baru lahir hanya memiliki pola perilaku refleks. Pada akhir tahapan sensori motor, anak berusia 2 tahun
mampu menghasilkan pola-pola sensorimotor yang kompleks dan menggunakan simbol-simbol primitif.
2 Tahap praoperasional usia 2-7 tahun
Dalam tahapan ini, anak mulai mempresentasikan dunia mereka dengan kata-kata, bayangan dan gambar-gambar.
Pemikiran-pemikiran simbolik berjalan melampaui koneksi- koneksi sederhana dari informasi sensorik dan tindakan fisik.
Konsep stabil mulai terbentuk, pemikiran-pemikiran mental muncul, egosentrisme tumbuh, dan keyakinan-keyakinan magis
mulai terkonstruksi. 3
Tahap operasional konkret usia 7-11 tahun Pada tahapan ini, pemikiran logis menggantikan pemikiran
intuitif asalkan pemikiran tersebut dapat diaplikasikan menjadi contoh-contoh yang konkret atau spesifik. Contohnya, para
pemikir operasional konkret tidak dapat membayangkan langkah- langkah penting untuk melengkapi persamaan aljabar, yang
terlalu abstrak bagi perkembangan pemikiran tahapan ini. 4
Tahap operasional formal Usia 11 dan seterusnya Dalam tahapan ini, individu-individu bergerak melalui
pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir dalam cara-cara
23 yang abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari berpikir abstrak,
mereka mengembangkan gambaran-gambaran tentang situasi- situasi ideal.
Karakteristik peserta didik menurut Degeng, 1991 dalam Asri Budiningsih., 2010: 16-18 adalah aspek-aspek atau kualitas
perseorangan yang telah dimiliki oleh peserta didik. Sedangkan karakteristik anak Sekolah Dasar menurut Syaiful Bahri Djamarah
2002: 91 sebagai berikut: a
Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk
membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis. b
Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar. c
Menjelang akhir masa ini ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai
menonjolnya faktor-faktor. d
Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya.
e Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya,
biasanya utnuk dapat bermain bersama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak terikat pada aturan permainan yang
tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit. Pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran
logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek konkret,
dan mampu melakukan konservasi. Jadi, anak akan lebih memahami segala
sesuatu jika
anak tersebut
mengalami atau
pun mempraktekannya secara langsung. Selain itu, anak pada tahap ini juga
perlu contoh nyata dari apa yang harus dilakukan.
24
e. Pembentukan Karakter Peserta Didik
Tindakan, perilaku, dan sikap anak saat ini bukanlah sesuatu yang tiba-tiba muncul atau terbentuk atau
bahkan “given” dari Yang Maha Kuasa. Ada sebuah proses panjang sebelumnya yang kemudian
membuat sikap dan perilaku tersebut melekat pada dirinya. Bahkan, sedikit atau banyak karakter anak sudah mulai terbentuk sejak dia
masih berwujud janin dalam kandungan. Sri Narwanti 2011: 5 mengungkapkan bahwa membentuk
karakter merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Anak- anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila ia
tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula. Ada tiga pihak yang memiliki peran penting terhadap pembentukan karakter anak, yaitu:
keluarga, sekolah, dan lingkungan. Ketiga pihak tersebut harus ada hubungan yang sinergis.
Kunci pembentukan karakter dan fondasi pendidikan sejatinya adalah keluarga. Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan
utama dalam kehidupan anak karena dari keluargalah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya serta menjadi dasar
perkembangan dan kehidupan anak dikemjudian hari. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, dan moral anak.
Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara, dan sebagai pendidik terhadap anak-anaknya.
25 Akan tetapi, kecenderungan saat ini, pendidikan yang semula
menjadi tanggung jawab keluarga sebagian besar diambil alih oleh sekolah dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Pada tingkat permulaan
fungsi ibu sebagian sudah diambil alih oleh pendidikan prasekolah. Begitu pula masyarakat juga mengambil peran yang besar dalam
pembentukan karakter. Menurut Sri Narwanti 2011: 27, ada beberapa nilai pembentuk
karakter yang utuh yaitu menghargai, berkreasi, memiliki keimanan, memiliki dasar keilmuan, melakukan sintesa dan melakukan sesuai
etika. Selain itu, juga ada nilai-nilai pembentuk karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan
nasional, yaitu 1 Religius, 2 Jujur, 3 Toleransi, 4 Disiplin, 5 Kerja Keras, 6 Kreatif, 7 Mandiri, 8 Demokratis, 9 Rasa Ingin
Tahu, 10 Semangat Kebangsaan, 11 Cinta Tanah Air, 12 Menghargai Prestasi, 13 BersahabatKomunikatif, 14 Cinta Damai,
15 Gemar Membaca, 16 Peduli Lingkungan, 17 Peduli Sosial, 18 Tanggung Jawab. Semua nilai pembentuk karakter tersebut saling
berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya membentuk suatu keterpaduan yang baik.
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang paling depan dalam mengembangkan pendidikan karakter. Melalui sekolah proses-proses
pembentukan dan pengembangan karakter siswa mudah dilihat dan diukur. Peran sekolah adalah memperkuat proses otonomi siswa. Di
26 sini, karakter dibangun secara konseptual dan pembiasaan dengan
menggunakan pilar moral, dan hendaknya memenuhi kaidah-kaidah tertentu. Anis Matta dalam Sri Narwanti., 2011: 6 menyebutkan ada
beberapa kaidah pembentukan karakter, yaitu: 1.
Kaidah kebertahapan Proses pembentukan dan pengembangan karakter harus
dilakukan secara bertahap. Orang tidak bisa dituntut untuk berubah sesuai yang diinginkan secara tiba-tiba dan instant.
Namun, ada tahapan-tahapan yang harus dilalui dengan sabar dan tidak terburu-buru. Orientasi kegiatan ini adalah pada proses
bukan pada hasil. Proses pendidikan adalah lama namun hasilnya paten.
2. Kaidah kesinambungan
Seberapa pun kecilnya porsi latihan yang terpenting adalah kesinambungannya. Proses yang berkesinambungan inilah yang
nantinya membentuk rasa dan warna berfikir seseorang yang lama-lama akan menjadi kebiasaan dan seterusnya menjadi
karakter pribadinya yang khas. 3.
Kaidah momentum Pergunakan berbagai momentum peristiwa untuk fungsi
pendidikan dan latihan. Misalnya, bulan Ramadhan untuk mengembangkan sifat sabar, kemauan yang kuat, kedermawanan,
dan sebagainya.
27 4.
Kaidah motivasi instrinsik Karakter yang kuat akan terbentuk sempurna jika dorongan
yang menyertainya benar-benar lahir dari dalam diri sendiri. Jadi, pr
oses “merasakan sendiri”, “melakukan sendiri” adalah penting. Hal ini sesuai dengan kaidah umum bahwa mencoba sesuatu akan
berbeda hasilnya antara yang dilakukan sendiri dengan yang hanya dilihat atau diperdengarkan saja. Pendidikan harus
menanamkan motiva sikeinginan yang kuat dan “lurus” serta
melibatkan aksi fisik yang nyata. 5.
Kaidah pembimbingan Pembentukan karakter ini tidak bisa dilakukan tanpa seorang
gurupembimbing. Kedudukan seorang gurupembimbing ini adalah untuk memantau atau mengevaluasi perkembangan
seseorang. Gurupembimbing juga berfungsi sebagai unsure perekat, tempat “curhat” dan sarana tukar pikiran bagi muridnya.
Disadari atau tidak, masih banyak pihak yang memandang atau memperlakukan sekolah sebagai sebuah pabrik. Para murid dipandang
sebagai bahan baku atau input yang diolah dalam sebuah proses yang dilakukan oleh mesin-mesin bernama guru yang bekerja menurut
program produksi bernama kurikulum. Output pabrik ini adalah lulusan yang kualitasnya adalah nilai Ujian Nasional. Cara pandang
seperti inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa di sekolah- sekolah berkembang suasana belajar yang sangat mekanistik, formal,
28 birokratik, dan hanya berorientasi pada hasil. Pemikiran seperti itu
harus ditinggalkan apabila hendak menjadikan sekolah sebagai lingkungan belajar yang memudahkan dan mendorong para peserta
didik mengembangkan karakter dan membentuk karakternya menjadi lebih baik.
Menurut Facthul Mu’in 2011: 184 menyatakan bahwa konsep
pembentukan karakter yang dicerminkan oleh tingkah laku dan ucapan memang tak dapat dilihat tanpa mengkaitkan manusia sebagai
suatu bentuk tubuh dengan kekuatan pikiran, hati, dan jiwanya dengan lingkungannya situasi material dan kondisi sosio-ekonomi
yang berkembang. Situasi tubuh menyediakan bahan untuk membentuk karakter dan kejiwaan, demikian juga faktor luar yang tak
kalah pentingnya, seperti lingkungan, situasi dan kondisi serta orang- orang yang ada disekelilingnya.
Gede Raka, dkk 2011: 59-60 mengemukakan bahwa proses terbentuknya karakter bisa berawal dari tumbuhnya kesadaran akan
pentingnya kebajikan. Kesadaran ini kemudian menguat menjadi keyakinan dan keyakinan ini mempengaruhi perilaku orang yang
bersangkutan dalam kehidupan sehari-hari. Terbentuknya kesadaran ini boleh dikatakan merupakan semacam proses pencerahan pada
seseorang. Pencerahan ini bisa terjadi atau dipicu oleh berbagai peristiwa atau media, seperti mendengar cerita, membaca buku,
berkenalan dengan seseorang, menonton pertunjukan, atau mengalami
29 sebuah peristiwa. Semua ini merupakan proses belajar dari dalam ke
luar inside-out. Sebaliknya, karakter terbentuk dari mendorong atau menganjurkan seseorang melakukan tindakan baik, memupuk
tindakan baik ini menjadi kebiasaan baik, dan selanjutnya mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang pentingnya
tindakan tersebut dalam membangun kehidupan yang baik. Inilah yang disebut proses dari luar ke dalam outinside in dalam
pembentukan karakter.
2. Tinjauan tentang Kantin Kejujuran
a. Pengertian Kejujuran
Merujuk pada sebuah pepatah yang menyatakan “Kejujuran bagaika
n emas permata bagi kehidupan”. Maka, menanamkan sikap jujur pada setiap anak atau individu adalah mutlak diperlukan. Baik
dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun dalam lingkungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Supaya kelak anak
tersebut menjadi seseorang yang jujur dalam segala hal. Menurut Mohamad Mustari 2011: 13, jujur adalah perilaku
yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain. Jadi apa yang dilakukan dan yang dibicarakan sesuai dengan apa yang terjadi.
Artinya tidak dilebihkan atau pun dikurangkan dan kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan.
30 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008:
591, jujur berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus, dan ikhlas. Sedangkan Kejujuran itu sendiri merupakan Suatu sikap yang
berfikir jujur, berkata jujur, dan bersikap jujur. Artinya, segala sesuatu yang dilakukan tidak berbohong, tidak curang, tulus, dan ikhlas.
Akhmad Muhaimin Azzet 2011: 89 mengemukakan bahwa kejujuran adalah hal paling mendasar dalam kepribadian seorang anak
manusia. Perilaku kejujuran ini didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya, baik itu dalam
perkataan maupun perbuatan; baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Tanpa adanya kejujuran, manusia sudah tidak mempunyai
nilai kebaikan di hadapan orang lain. Oleh karena itu, karakter kejujuran ini harus dibangun sejak anak usia dini melalui proses
pendidikan. Menurut Azizah Munawaroh 2012: 15 jujur termasuk akhlak
utama yang terbagi menjadi beberapa bagian. Maka dari sifat jujur, tercabang beberapa sifat, seperti: sabar,
qana’ah, zuhud, dan ridha. Selain itu, jujur juga terdiri dari tiga bagian, yaitu: kejujuran hati
dengan iman secara benar, niat yang benar dalam perbuatan, kata-kata yang benar dalam ucapan.
Sri Narwanti 2011: 29 mempertegas bahwa jujur merupakan perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
31 pekerjaan. Jadi apa pun tindakan seseorang mengenai suatu hal akan
benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada. Biasanya masyarakat akan menerima dengan terbuka orang yang berperilaku jujur.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kejujuran memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan seseorang.
Karena kejujuran membawa seseorang bersikap berani, kokoh, dan tidak ragu-ragu. Selain itu kejujuran juga membawa pengaruh
teguhnya pendirian seseorang, kuatnya hati seseorang, dan jelasnya persoalan yang dihadapi seseorang.
b. Kantin Kejujuran
Korupsi telah menjadi suatu social epidemic yang menjangkiti mekanisme kerja birokrat dan kehidupan politik serta sosial
masyarakat Indonesia, namun demikian tidak berarti pemerintah membiarkan korupsi merajalela. Berbagai upaya telah dilakukan
untuk memberantas bahkan menghentikan social epidemic tersebut. Kesulitan yang dihadapi oleh pemerintah dalam memberantas korupsi
karena korupsi merupakan fenomena multi dimensi yang melibatkan faktor individual dan sistem.
Pendidikan formal merupakan salah satu jalur untuk menanamkan pendidikan anti korupsi. Jalur ini akan lebih efektif,
karena pendidikan merupakan proses perubahan sikap mental yang terjadi pada diri seseorang. Dengan perubahan tersebut diharapkan
generasi muda secara sadar mampu membangun sistem nilai yang
32 baru yaitu anti korupsi. Dalam hal ini peserta didik dijadikan sebagai
target sekaligus diberdayakan sebagai penekan lingkungan agar tidak ”permissive to corruption” dan bersama-sama bangkit melawan
korupsi. Peserta didik adalah mereka yang dalam waktu relatif singkat akan segera bersentuhan dengan beberapa aspek pelayanan publik,
mereka adalah “student of today and leader tomorrow”. mereka merupakan generasi yang akan mengganti generasi sekarang
menduduki berbagai jabatan baik di birokrasi maupun perusahaan dan sebagian diantara mereka akan menjadi pengambil kebijakan.
Proses pembinaan pendidikan anti korupsi yang berkelanjutan dimulai dari transfer pengetahuan dan pemahaman, pengembangan
sikap dan keteladanan, sampai pada penanaman perilaku atau tindakan anti korupsi. Oleh karena itu, implementasi pembinaannya perlu
dit indaklanjuti dengan membangun “kantin kejujuran” di sekolah
sebagai praktik moral action yang harus dirancang sesuai dengan muatan sifat edukasi. Hasil yang diharapkan dari intervensi di jalur
pendidikan adalah kaum muda, khususnya peserta didik agar dapat lebih memahami tindak pidana korupsi, dan mulai berkata “TIDAK”
untuk korupsi, dan pada gilirannya dapat mewarnai, mendorong masyarakat dan lingkungan sekitarnya untuk bersama-sama bangkit
melawan korupsi. Kantin kejujuran tak ubahnya seperti kebanyakan kantin lainnya.
Perbedaanya terdapat pada pengelolaan dan pola pembayaran yang
33 menitikberatkan pada kesadaran pembeli. Kantin ini dimaksudkan
sebagai ajang pembelajaran bagi generasi muda tentang pentingnya kejujuran terhadap diri sendiri dan lingkungannya, sehingga mereka
akan menjadi penerus bangsa yang jujur untuk memajukan bangsa dan negara.
Kantin kejujuran dapat mereflesikan perilaku atau tabiat peserta didik yang ada di suatu sekolah. Jika kantin tidak bertahan lama
karena bangkrut, maka hampir dipastikan peserta didik di sekolah itu tidak berperilaku jujur. Sebaliknya, kantin akan semakin maju ketika
peserta didik memegang tinggi asas kejujuran dalam kesehariaanya. Penerimaan masyarakat terhadap kantin kejujuran menandakan
mulai berseminya kesadaran untuk menyelamatkan anak didik dan generasi muda dari jeratan budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme
KKN. Lebih dari itu, sekolah dan institusi pendidikan pada umumnya percaya masyarakat sebagai sarana efektif dalam
memberantas budaya buruk tersebut. Hal tersebut dikarenakan peserta didik setiap hari berbaur di dalam masyarakat sehingga masyarakat itu
sendiri dapat membawa pengaruh yang cukup besar pada peserta didik.
Pada kantin kejujuran, moral kejujuran diharapkan dapat terbangun melalui sistem kantin kejujuran itu sendiri. Maksud dari
sistem kantin kejujuran di sini adalah suatu sistem kantin tanpa penjaga. Artinya, Setiap konsumen yang ingin membeli suatu produk,
34 mereka bisa mengambil barang yang ada secara langsung dan bisa
membayar di tempat yang telah disediakan. Apabila memerlukan kembalian, konsumen dipersilahkan mencari sendiri di kotak uang
yang ada. Sistem kejujuran seperti ini membuat masyarakat di sekitar kantin kejujuran yang menjadi konsumen di latih untuk bertindak
jujur. Jujur dalam menghitung jumlah pembelanjaan dan juga jujur dalam membayar serta mengambil kembalian. Dalam hal ini, peserta
didik dituntut untuk jujur pada dirinya sendiri. Sri Narwanti 2011: 40 mengemukakan bahwa kantin kejujuran
merupakan contoh nyata dari penerapan nilai-nilai karakter yang termasuk dalam kegiatan ekstrakurikuler di satuan pendidikan. Jadi,
melalui kegiatan ekstrakurikuler, siswa dapat belajar memahami nilai yang nantinya dapat mempengaruhi bahkan membentuk karakter
siswa itu sendiri sesuai dengan nilai yang tersirat pada kegiatan ekstrakurikuler yang diikutinya. Sehingga ekstrakurikuler yang
diadakan oleh satuan pendidikan terkesan tidak hanya sebatas ekstrakurikuler biasa tetapi juga ekstrakurikuler yang memiliki makna
untuk menerapkan nilai-nilai karakter pada peserta didik. Berdasarkan buku panduan penyelenggaraan kantin kejujuran
2009: 7, ada mekanisme pembayaran pada kantin kejujuran yang dapat melatih siswa untuk berbuat jujur. Mekanismenya adalah
sebagai berikut: 1
Pembeli mengambil sendiri barang yang diinginkan;
35 2
Pembeli meletakan sendiri uang pembayaran di kotak uang yangtelah disediakan;
3 Pembeli mengambil sendiri uang kembalian bila ada;
4 Bila uang yang terdapat dalam kotak uang kembalian tidak
mencukupi maka peserta didik menukar di tempat yang telah tersedia;
5 Bila terdapat peserta didik belumlupatidak membayar
berdasarkan selisih jumlah barang yang terjual dibandingkan dengan
uang yang
diterima, maka
esoknya pengelola
mencantumkan pengu muman yang berbunyi “Ada peserta didik
yang lupa membayar”. Selain itu, dalam buku panduan penyelenggaraan kantin
kejujuran 2009: 3 ada beberapa tujuan dan manfaat kantin kejujuran, antara lain sebagai berikut:
1 Tujuan kantin kejujuran
a Melatih peserta didik untuk berperilaku jujur;
b Menanamkan nilai kemandirian kepada peserta didik;
c Melatih peserta didik untuk taat dan patuh terhadap norma,
tata tertib dan ketentuan yang berlaku baik di sekolah maupun di masyarakat;
d Melatih peserta didik untuk lebih bertanggung jawab dalam
setiap tindakan.
36 2
Manfaat kantin kejujuran a
Bagi peserta Dapat melatih kejujuran dan sikap tanggung jawab yang
diberikan, serta sikap kemandirian. b
Bagi guru Sebagai sarana mengaplikasikan nilai-nilai kejujuran yang
telah diajarkan di dalam kelas. c
Bagi sekolah Terbentuknya perilaku dan lingkungan yang jujur di sekolah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kantin kejujuran merupakan suatu kantin tanpa penjaga, artinya setiap
konsumen yang ingin membeli suatu produk, mereka bisa mengambil barang yang ada secara langsung dan bisa membayar di tempat yang
telah disediakan. Apabila memerlukan kembalian, konsumen dipersilahkan mencari sendiri di kotak uang yang ada. Selain itu
kantin kejujuran juga merupakan terobosan baru dalam penanaman nilai kejujuran pada peserta didik. Terutama anak pada usia Sekolah
Dasar yang dalam pembelajarannya memasuki tahap operasional konkrit. Jadi dengan adanya contoh nyata dari prilaku jujur maka anak
akan dengan mudah memahami kejujuran itu sendiri.
B. Hasil penelitian yang relevan
Hasil penelitian yang relevan dan dapat dijadikan sebagai acuan adalah hasil penelitian Suko Triyanto 2010
yang berjudul “Peningkatan Pendidikan
37 Kejujuran dan Pembelajaran Anti Korupsi melalui Program Kantin Kejujuran
Di SD Negeri 3 Purwodadi Tambak Tahun Pelajaran 2009 2010” dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa kantin kejujuran merupakan sarana yang baik dalam melatih siswa untuk berbuat jujur. Selain itu, kantin
kejujuran juga dapat diterapkan sebagai ladang pembelajaran anti korupsi karena sistematika dari kantin kejujuran ini menuntut setiap pembelinya
untuk berbuat jujur. Sekalipun tidak ada yang menjadi penjual, maka pembeli lama-lama akan merasa malu pada dirinya sendiri jika tidak jujur dalam
bertransaksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pendidikan kejujuran dan pembelajaran anti korupsi melalui program kantin
kejujuran Di SD Negeri 3 Purwodadi Tambak Tahun Pelajaran 20092010. C.
Kerangka Berfikir
Karakter adalah kualitas moral seseorang dalam bertindak dan berperilaku sehingga menjadi ciri khas seseorang yang dapat membedakan
diri orang tersebut dengan orang lain. Jadi, karakter setiap orang tentu berbeda-beda sesuai dengan sikap dan sifat yang menjadi ciri khas orang
tersebut. Jika seseorang memiliki sikap dan sifat baik yang dapat diterima dalam masyarakat maka orang tersebut tentu dapat dikatakan memiliki
karakter yang baik dengan ciri khas yang dimiliki orang itu sendiri. Dan sebaliknya, jika orang tersebut berperilaku buruk dan menyimpang yang tidak
dapat diterima oleh masyarakat maka orang tersebut dapat dikatakan orang dengan karakter buruk sesuai dengan ciri dari sifat dan sikap yang
dimilikinya.
38 Karakter muncul pada diri seseorang tidak terlepas dari unsur-unsur
karakter yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Unsur-unsur karakter meliputi sikap, emosi, kepercayaan, kebiasaan dan kemauan, serta
konsepsi diri. Unsur-unsur tersebut saling berhubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya yang dapat membentuk ciri khas karakter
seseorang. Sehingga unsur-unsur karakter yang ada pada diri seseorang dapat mencerminkan seperti apa karakter orang itu sendiri.
Karakter yang ada pada diri seseorang juga mengandung nilai-nilai karakter yang dapat digunakan seseorang untuk bersosialisasi. Hal tersebut
karena nilai-nilai karakter semuanya tercakup dalam diri orang itu sendiri yang dapat menunjukan jati dirinya. Nilai-nilai karakter yang dimaksud
meliputi nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan, nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri, nilai karakter dalam hubungannya
dengan sesama, dan nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan. Jika nilai karakter yang ada pada diri seseorang dapat diaktualisasi dengan
baik maka orang tersebut dapat bersosialisasi dengan baik pula. Karakter yang tercermin pada seseorang sebenarnya sudah ada sejak
orang itu baru dilahirkan hanya saja dengan berbagai hal yang terjadi pada kehidupannya, karakter yang ada pada diri seseorang kian berubah dan
berkembang. Hal
tersebut dikarenakan
banyaknya pengaruh
dari kehidupannya yang dapat mengubah dan membentuk karakter orang tersebut.
Seperti pada jenjang pendidikan yang ditempuh oleh seseorang. Di sini,
39 seseorang mendapat pendidikan dan pengajaran yang dapat mempengaruhi
karakter yang sudah ada pada diri seseorang. Pengalaman yang dialami seseorang pada masa kecilnya akan
berdampak ketika ia dewasa nanti. Untuk itu, pendidikan mengenai karakter harus ditanamkan sedini mungkin. Terutama pada jenjang pendidikan sekolah
dasar. Pada masa ini peserta didik berada pada tahap operasional konkret. Artinya, anak mampu berfikir logis tetapi terbatas pada objek-objek konkret.
Jadi, anak akan lebih memahami segala sesuatu jika anak tersebut mengalami atau mempraktekannya secara langsung.
Peserta didik yang berkualitas adalah peserta didik yang tidak hanya berprestasi dalam hal kecerdasan saja tetapi juga mempunyai karekter yang
baik. Berbagai cara telah dilakukan guna membentuk karakter peserta didik agar menjadi lebih baik. Pembentukan karakter ini hendaknya dilakukan pada
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat karena setiap hari anak bersosialisasi dengan ketiga hal tersebut. Dan sebaiknya, antara lingkungan
yang satu dengan yang lainnya saling mendukung untuk menghasilkan karakter yang diharapkan.
Contoh nyata dari pembentukan karakter itu sendiri salah satunya dengan diselenggarakannya kantin kejujuran pada lembaga pendidikan seperti
di sekolah dasar. Adanya kantin kejujuran ini bertujuan untuk membentuk karakter jujur pada peserta didik. Mengingat bahwa kejujuran kian disadari
menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan seeorang. Jadi, melalui kantin kejujuran anak belajar mempraktekkan secara langsung
40 berbuat jujur ketika ia bertransaksi di kantin kejujuran karena pada
pengoprasiannya kantin kejujuran adalah kantin tanpa penjaga atau pun penjual. Setiap pembeli dapat melayani dirinya sendiri, menjadi pembeli
sekaligus penjual. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, peneliti menyimpulkan
bahwa ada beberapa unsur-unsur nilai kejujuran yang dapat dikembangkan dari kantin kejujuran dalam pembentukan karakter peserta didik, yaitu:
1. Kejujuran yang mandiri
2. Kejujuran yang terbiasa
3. Kejujuran yang “dipaksa”
Unsur-unsur nilai tersebut tersirat dalam kantin kejujuran yang dapat membentuk karakter peserta didik menjadi seseorang yang berkarakter jujur.
Hal ini dikarenakan setiap hari siswa melakukan transaksi jual beli di kantin kejujuran tanpa ada pengawasan. Mereka dapat mengambil barang yang ada
secara langsung dan dapat membayar di tempat yang telah disediakan. Apabila memerlukan kembalian, siswa dipersilahkan mencari sendiri di kotak
uang tanpa ada pengawasan. Maka dengan sendirinya siswa dituntut untuk berbuat jujur dalam melakukan transaksi jual beli tanpa ada pengawasan.
Inilah yang menimbulkan kejujuran pada diri siswa secara mandiri. Dan apabila hal tersebut dilakukan setiap hari, maka lama-kelamaan siswa akan
terbiasa dengan sistematika dari kantin kejujuran. Akan tetapi, di sisi lain kejujuran siswa ini termasuk kejujuran yang “dipaksa”, maksudnya siswa
disuruh dan diajari untuk berbuat jujur melalui kantin kejujuran. Hal ini
41 dilakukan
guna membentuk
karakter jujur
pada siswa
melalui penyelenggaraan kantin kejujuran.
D. Pertanyaan Peneliti