Standar Tentang Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Alat dan Bahan 1. Power sprayer dan hands sprayer

25 Standar Prosedur Operasional Nomor: POS BP. X Tanggal Dibuat …………….. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan OPT Revisi………. Tanggal…………. Disahkan …………….. IX. PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN OPT A. Definisi dan Tujuan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah tindakan untuk menekan serangan OPT guna mempertahankan produksi benih dengan sistem pengendalian hama terpadu PHT . Tujuannya agar OPT terkendali dan terjaganya kelestarian lingkungan

B. Standar Tentang Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

1. Lakukan pengamatan dan identifikasi terhadap OPT di lahan secara berkala. 2. Tentukan jenis tindakan yang perlu segera dilakukan 3. Pengendalian OPT dilakukan bila serangan mencapai ambang pengendalian, sesuai dengan kondisi serangan OPT dan fasestadia tanaman sesuai teknik yang dianjurkan.

C. Alat dan Bahan 1. Power sprayer dan hands sprayer

2. Pestisida biopestisidia, pestisida nabati, pestisida kimiawi dan musuh alami

parasitoid, patogen, predator untuk mengendalikan OPT 3. Air sebagai bahan pencampur pestisida dan bahan pembersih. 4. Ember timba untuk mencampur pestisida dengan air. 5. Pengaduk untuk mencampur pestisida dengan air. 6. Takaran gelas ukur alat berfungsi sama untuk menakar pestisida dan air.

7. Alat pelindung untuk melindungi bagian tubuh dari cemaran bahan kimia

pestisida. 8. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan D. Prosedur Kerja Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan 1. Lakukan pengamatan dan identifikasi terhadap OPT di lahan secara berkala. 2. Tentukan jenis tindakan yang perlu segera dilakukan.. 3. Pengendalian OPT dilakukan bila serangan mencapai ambang pengendalian, sesuai dengan kondisi serangan OPT dan fasestadia tanaman sesuai teknik yang dianjurkan. 4. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan Tabel 11 Tabel. 11. Form Catatan Kegiatan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan OPT Nama Petani :.............. Alamat Lahan :............. Tgl Petak Luas ha Umur Tanaman Jenis OPT Tingkat Serangan Cara Pengendalian Nama Bahan Pengendali OPT Cara Aplikasi Bahan Pengendali OPT Cuaca Petugas 26 Validasi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan 1. Undang-Undang UU Nomor 12, Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. 2. Peraturan Pemerintah PP Nomor 6, Tahun 1995, tentang Perlindungan Tanaman. 3. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887KptsOP.210997 tentang Pedoman Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan. 4. Buku Pengolahan benih hortikultura seri kentang dan bawang putih, Direktorat Bina Produksi Hortikultura, tahun 1991 5. Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah Berikut ini adalah informasi pokok mengenai jenis OPT utama yang terdapat pada setiap fasestadia pertumbuhan tanaman bawang putih. Hama-hama penting pada bawang putih 1. Trips Thrips tabaci Gejala serangan: Daun bawang yang terserang terdapat bercak-bercak berwarna putih keperakan dikarenakan hama ini mengisap cairan daun yang menyebabkan hilangnya lapisan epidermis. Pada serangan sedang, ujung daun memintal dan berwarna coklat dan jika terjadi serangan yang hebat menyebabkan daun tanaman rebah. Cara pengendalian:  Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya  Menggunakan melestarikan musuh alami kumbang macan kumbang helm predator Coccinellidae.  Melakukan pemasangan perangkap berwarna kuning berperekat, sebanyak 80–100 buah hektar  Penggunaan pestisida nabati ekstrak patah tulang, dlingu, daun mimba, daun sirsat, daun sereh  Apabila populasi dan serangan terus meningkat dilakukan pengendalian dengan insektisida kimia efektif yang terdaftar 2. Ulat bawang Spodoptera exigua Gejala serangan: Daun bawang yang terserang terdapat bercak-bercak tembus cahaya bekas gigitan ulat. Sering terdapat kotoran ulat berwarna hitam dibawah daun yang terserang. Cara pengendalian:  Melakukan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman yang bukan inang tanaman palawija untuk musim tanam selanjutnya  Pengambilan kelompok telur dan larva yang dijumpai di sekitar tanaman inang, kemudian dimusnahkan 27 3. Ulat grayak Spodoptera litura Gejala serangan: Daun bawang yang terserang akan berlubang atau terkoyak bahkan dapat patah. Sering kali ulat juga menyerang bagian tunas sehingga mengakibatkan kerusakan menjadi lebih berat. Cara pengendalian:  Pergiliran tanaman  Menbakar sisa-sisa tanaman. 4. Tungau Tetranychus sp Gejala serangan: Permukaan daun bagian bawah kusust darena adanya anyaman-anyaman halus akibat serangan tungau. Daun kelihatan keputih-putihan karena kehilangan klorofil da jika serangan berlanjut daun berubah warna menjadi kuning atau coklat dan akhirnya gugur seluruhnya. Cara pengendalian:  Sanitasi lingkungan  Penyemprotan dengan air deras 5. Nematoda Ditylenchus dipsaci Gejala serangan: Tanaman terserang berwarna hijau pucat, menebal dan terdapat berbagai bentuk yang abnormal. Pangkal titik tumbuh bengkak sehingga tanaman menjadi kerdil, agak kurus, warna daun agak pucat dengan ujung daun menguning dan kering. Jika serangan terjadi pada tanaman muda dapat menyebabkan kematian. Cara pengendalian:  Rotasi tanaman  Sterilisasi tanah dengan pestisida 6. Ulat tanah Agrotis ipsilon Gejala serangan: Ulat merusak tanaman dengan memotong pangkal batang muda sehingga tanaman menjadi terpotong dan mati. Kerusakan hebat sering terjadi terutama pada persemaian di musim kemarau. Cara pengendalian:  Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya atau tingkat keinangannya rendah tanaman palawija  Melakukan pengolahan tanah sebaik-baiknya sehingga pupa maupun ulat mati terkena sinar matahari  Pengambilan larva yang dijumpai di sekitar tanaman inang, kemudian dimusnahkan  Menggunakan lampu perangkap seperti pengendalian pada ulat bawang  Menggunakan melestarikan musuh alami Coccinella repanda, Goniophona, Tritaxys braneri 28 PENYAKIT PENTING PADA BAWANG PUTIH 1. bercak ungu Alternaria porri Gejala serangan: Pada daunpangkal daun terdapat bercak-bercak, cekung, berwarna putih berbentuk bulattidak beraturan. Pusat bercak kemudian berwarna merah lembayung dibatasi oleh tepi yang berwarna jingga.. Daun yang terinfeksi menjadi kuning dan mati dalam waktu 3- 4 minggu. Jika umbi yang terinfeksi, umbi menjadi lunak berair kemudian menjadi kuning, merah tua, coklat tua dan akhirnya hitam. Cara pengendalian:  Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya atau tingkat keinangannya rendah tanaman palawija .  Menggunakan benih yang berasal dari tanaman sehat, tidak keropos dan tidak terdapat luka pada kulitterkelupas dan warna mengkilap  Melakukan sanitasi dan pembakaran sisa – sisa tanaman yang sakit  Menjaga lahan tidak tergenang air dengan membuat saluran drainase sebaik mungkin  Mengadakan penyemprotan dengan air bersih sebelum matahari terbit untuk menghilangkan embun  Jika terjadi hujan pada siang hari, maka tanaman segera disemprot dengan air bersih untuk menghindari patogen yang menempel pada daun  Menggunakan pupuk kompos plus agens hayati Gliocladium sp atau Trichodherma sp yang ditaburkan sebelum tanam dan agens hayati Gliocladium sp atau Trichodherma sp ditaburkan lagi sesudah tanam  Penggunaan pestisida nabati ekstraks laos, dringu, temu ireng  Apabila masih ditemukan gejala serangan dapat dilakukan penyemprotan dengan fungisida kimia efektif yang dianjurkan terdaftar 2. Embun berbulu Peronospora destructor = downy mildew Gejala serangan: Infeksi pada tanaman muda menyebabkan tanaman mati, jika tetap hidup tanaman menjadi kerdil, berubah bentuk dan berwarna pucat. Infeksi pada tanaman tua menyebabkan bercak klorotik pada daun, kemudian daun menguning dan dilapisi oleh benang-benang halus. Jika serangan berat terjadi pada tangkai bunga, maka tangkai tersebut rebah, biji berkeriput dan mati. Cendawan dapat menyebar kearah umbi, mengakibatkan warna umbi menjadi coklat dan lapisan terluar umbi berkeriput sedangkan bagian dalamnya kering dan tetap berwarna putih. Jika umbi terinfeksi hebat maka umbi menjadi lunak dan busuk atau berkecambah sebelum waktunya di penyimpanan. Cara pengendalian:  Menanam dengan umbi sehat  Sanitasi lingkungan  Drainase yang baik  Penyemprotan dengan fungisida yang sesuai 3. Busuk leher Botrytis sp. Neck rot Gejala serangan: Gejala kerusakan pada daun berbentuk bercak bulatlonjong dengan warna putih atau hanya berbentuk titik-titik dengan tepi agak basah, daun dapat menjadi layu dan mengalami kematian. Pembusukan umbi biasa mulai terjadi pada leher, daging umbi seperti berair dan terdapat batas yang jelas antara jaringan yang sehat dan yang sakit. Jika tidak dikendalikan pertumbuhan jamur terus berlangsung kadang –kadang beberapa bulan sampai seluruh umbi membusuk. 29 Cara pengendalian:  Gejala bercak daun diatasi dengan penyemprotan fungisida  Jika busuk leher dan umbi diatasi dengan membersihkan umbi dari daun-daun dan lapisan umbi terluar yang mati sebelum disimpan  Penghembusan udara panas ke dalam tempat penyimpanan. 4. Busuk putih Selerotium cepivorum white rot Gejala serangan: Daun yang terserang menguning dan mengalami kematian mulai dari pucukujung daun. Daun tertutup oleh lapisan tepung yang terdiri atas miselium putih dan jika dicabut akar kelihatan busuk. Dalam waktu singkat miselium berkembang menjadi sklerotia yang berwarna hitam. Serangan pada umbi menyebabkan umbi agak berair. Jika infeksi umbi sampai terbawa ketempat penyimpanan maka kerusakan akan berlanjut. Cara pengendalian:  Perlakuan benih dengan air hangat atau fungisida.  Rotasi jangka panjang 5. Busuk akar pink Pyrenochaeta terrestais pink rot Gejala serangan: Bagian tanaman yang terserang adalah perakaran. Bagian yang terinfeksi berwarna pink dan mengkerut. Tanaman yang terserang biasanya tidak mati, ujung daun mongering, perkembangan umbi dan hasil sangat berkurang. Cara pengendalian:  Pemeliharaan lingkungan  Rotasi jangka panjang  Penggunaan kultivar tahan 6. jamur hitam Aspergillus niger =black mold Gejala serangan: Gejala kerusakan dimulai pada umbi pada saat daun dikeringkandipotong. Jaringan yang terserang berair, kemudian timbul miselium putih diantara lapisan daging umbi bagian luar. Diantara kulit luar umbi terbentuk tepung hitam. Apabila serangan hebat dapat menyebabkan kematian. Cara pengendalian:  rotasi tanaman  menjaga kelembaban tempat penyimpanan tidak lebih dari 65 – 70. 30 7. Busuk pangkal Fusarium oxysporum Bottom Rot atau Basal Rot Gejala Serangan: Daun di lapangan berwarna kekuningan yang menyebar dimulai dari ujung daun. Bagian yang terserang dapat mati dalam waktu 1 atau 2 minggu. Kerusakan lain dapat terjadi pada pangkal batang. Perakaran menjadi berwarna pink dan sedikit demi sedikit rusak, sampai akhirnya seluruh sistim perakaran rusak. Umbi yang terserang tampak normal tetapi bagian leher umbi lunak. Serangan pada saat panen akan berlanjut terus pada tempat penyimpanan. Cara pengendalian:  Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya atau tingkat keinangannya rendah.  Drainase dijaga sebaik mungkin  Menggunakan pupuk kompos plus agens hayati Gliocladium sp atau Trichodherma sp yang ditaburkan pada bedengan sebelum tanam dan agens hayati Gliocladium sp atau Trichodherma sp ditaburkan pada bedengan sesudah tanam.  Penggunaan pestisida nabati ekstraks laos, dringu  Melakukan penyemprotan dengan air bersih pada bagian daun sebelum matahari terbit.  Menjaga tanamanumbi jangan sampai terluka akibat perlakuan sewaktu pemeliharaan maupun panen  Pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit 8. Busuk kapang biru Penicillium spp. Blue mold rot Gejala serangan: Gejala serangan tampak pada umbi, bagian yang busuk menjadi lunak dan berangsur-angsur berair. Pada siung bawang putih massa yang berwarna abu-abu tersembunyi didalam jaringan dan adanya penyakit hanya terlihat dari ringannya bobot umbi. Penyakit ini umumnya terdapat dalam penyimpanan atau pengankutan. Cara Pengendalian:  melindungi umbi dari pengaruh kelembaban dilapang baik pada waktu panen maupun pengankutan. 9. Colletotricum cirsinans Gejala serangan: Gejalanya serangan dapat dilihat dari adanya titik-titik hitam dan hijau kecil yang membentuk cincin pada umbi bagian luar. Penyakit ini menyerang bagian leher dan siung umbi. Penyakit ini terutama menyerang pada waktu umbi di penyimpanan, yang menyebabkan pengkerutan dan dapat merusak penampilan umbi sehingga dapat menurunkan harga jual. Cara Pengendalian  rotasi tanaman  sanitasi lingkungan antara lain dengan membersihkan sisa-sisa tanaman. 10. Mati pucuk dumping off Gejala serangan: gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya pembusukan umbi dan mati pucuk beberapa saat setelah tanaman tumbuh, sehingga tanaman menjadi kurus. Penyakit ini disebabkan oleh Phytion spp, Pellicularia filamentosa, Rhizoctonia solani Cara pengendalian:  Perlakuan umbi dengan thiram pada saat penanaman.  Penggunaan fumigant pada tanah  pengairan pada cuaca terang dilakukan pada dini hari sehingga tanaman cukup kering sebelum malam. 31 11. Layu bakteri Erwina carotovara Bacterical soft rot Gejala serangan: Serangan Penyakit ini ditandai dengan busuknya umbi biasa dimulai pada leher umbi dan menyerang satu atau lebih siung umbi. Penyebaran serangan dari siung satu ke siung yang lain relative lambat. Gejala luar yang nampak adalah umbi agak kempes dan adanya bau busuk yang terjadi yang mengalir melalui leher akar. Serangan melalui leher batang sering terjadi pada cuaca lembab. Serangan yang hebat dapat terjadi karena infeksi larva yang membawa bakteri dan masuk umbi. Cara pengendalian:  Pengeringan yang sempurna dan cepat pada saat panen.  Membuang seluruh umbi yang menunjukan adanya luka karena larva 12. Busuk batang Pseudomonas cepacia saur skimslippery skim Gejala serangan: Penyakit ini menyerang siung umbi bagian luar. Kebusukan pertama berupa lapisan bening, kemudian licin dan berwarna kuning serta berbau asam. Cara pengedalian:  pengeringan yang sempurna dan cepat pada saat panen. 13. Kerdil Kuning Yellow dwart Gejala serangan: Gejala awal pada tanaman yang ditanam dari umbi yang terinfeksi adalah rangkaian garis kuning pendek yang timbul dari pangkal daun pertama yang tumbuh dan lambat laun warna daun berubah menjadi kuning muda. Pertumbuhan daun terganggu dan menjadi keriting dan layu. Penyakit ini menghambat pertumbuhan tanaman dan mempengaruhi hasil dan mutu umbi. Penyakit ini disebabkan oleh virus, yang dapat ditularkan oleh Aphids sebagai perantara. Cara pengendalian:  menggunakan benih yang bebas penyakit.  Memberantas hama aphids  waktu seleksi umbi yang kecil dibuang. gambar 17. Pengendalian Hama dan Penyakit 32 Standar Prosedur Operasional Nomor: POS BP. XI Tanggal Dibuat …………….. Roguing Revisi………. Tanggal…………. Disahkan …………….. X. ROUGUING A. Definisi dan Tujuan Rouguing adalah memilih tanaman yang sehat dan tidak cacat sesuai dengan identitas varietas. Tujuannya agar diperoleh mutu benih yang baik sesuai dengan ciri-ciri varietas yang ditanam. B. Standar tentang rouguing 7. Rouguing dilakukan minimal tiga kali yaitu pada saat tanaman berumur 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan. 8. Hal yang harus diperhatikan pada waktu rouguing adalah keseragaman, tipe pertumbuhan, warna daun, warna batang, warna umbi dan kesehatan tanaman.

C. Alat dan Bahan

1. Catatan waktu tanam bawang putih untuk mengetahui umur tanaman dan menentukan saat roguing. 2. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan. D. Prosedur Kerja Penentuan Saat roguing 1. Lakukan pengamatan terhadap perkembangan fisik tanaman pada saat tanaman berumur 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan. 2. Cabut tanaman yang sakit, kerdil, tidak normal dan layu, tipe simpang dan varietas lain off type . 3. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan Tabel 12 Tabel. 12. Form Catatan Kegiatan Penentuan Saat Roguing Nama Petani :…………. Alamat Lahan :………… Tgl Petak Luas ha Umur Tanaman Penampakan Ciri Fisik Tanaman Siap roguing Petugas 33 Gambar 18. Tanaman hasil roguing 34 Standar Prosedur Operasional Nomor: POS BP. XI Tanggal Dibuat …………….. Penentuan Saat Panen Revisi………. Tanggal…………. Disahkan …………….. XI. PENENTUAN SAAT PANEN A. Definisi dan Tujuan Penentuan saat panen adalah memantaumelihat keadaan fisik tanaman untuk menentukan saat panen yang tepat. Tujuannya agar diperoleh mutu dan produksi umbi yang optimal untuk digunakan sebagai benih. B. Standar tentang Penentuan Saat Panen 1. Penentuan saat panen dilakukan dengan melihat perkembangan fisik tanaman terutama daun maupun dokumentasicatatan kebun lainnya. 2. Panen dilakukan setelah tanaman berumur 110 – 120 hari dengan ciri-ciri fisik 70-80 daun menguning serta layu dan umbinya sudah cukup masak dan padat.

C. Alat dan Bahan

1. Catatan waktu tanam bawang putih untuk mengetahui umur tanaman dan menentukan saat panen. 2. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan. D. Prosedur Kerja Penentuan Saat Panen 1. Lakukan pengamatan secara periodik terhadap perkembangan fisik tanaman terutama daun maupun dokumentasicatatan kebun lainnya. 2. Panen dilakukan setelah tanaman berumur 110 – 120 hari dengan ciri-ciri fisik 70- 80 daun dan batang sudah kering, kuning serta layu dan umbinya sudah cukup masak dan padat. 3. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan Tabel 12 Tabel. 12. Form Catatan Kegiatan Penentuan Saat Panen Nama Petani :…………. Alamat Lahan :………… Tgl Petak Luas ha Umur Tanaman Penampakan Ciri Fisik Tanaman Siap Dipanen Rencana Umbi Dipanen Petugas Umur Tanggal E. Validasi Penentuan Saat Panen : 1. Buku Pengolahan benih hortikultura seri kentang dan bawang putih, Direktorat Bina Produksi Hortikultura, tahun 1991 2. Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah 35 Standar Prosedur Operasional Nomor: POS BP. XII Tanggal Dibuat …………….. Panen Revisi………. Tanggal…………. Disahkan …………….. XII. PANEN

A. Definisi dan Tujuan