Ekstrak Rumput Laut Gracilaria verrucosa sebagai Imunostimulan untuk Melawan White Spot pada Udang Vaname Litopenaeus vannamei

EKSTRAK RUMPUT LAUT Gracilaria verrucosa SEBAGAI
IMUNOSTIMULAN UNTUK MELAWAN WHITE SPOT PADA
UDANG VANAME Litopenaeus vannamei

AMINATUL ZAHRA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Ekstrak Rumput Laut
Gracilaria verrucosa sebagai Imunostimulan untuk Melawan White Spot pada
Udang Vaname Litopenaeus vannamei adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2017
Aminatul Zahra
NIM C151140301

RINGKASAN
AMINATUL ZAHRA. Ekstrak Rumput Laut Gracilaria verrucosa sebagai
Imunostimulan untuk Melawan White Spot pada Udang Vaname Litopenaeus
vannamei. Dibimbing oleh SUKENDA dan DINAMELLA WAHJUNINGRUM.
Salah satu penyakit yang menyerang udang vaname adalah penyakit White
Spot yang disebabkan oleh White Spot Syndrome Virus (WSSV). Dibutuhkan
upaya untuk mencegah penyebaran dari WSSV pada budidaya udang yang efektif,
salah satunya adalah dengan pemberian imunostimulan. Bahan alami yang dapat
dijadikan sebagai imunostimulan yang aman dan ramah lingkungan adalah rumput
laut G. verrucosa. G.verrucosa memiliki kandungan senyawa polisakarida yang
biasanya berisi galaktosa maupun galaktan bersulfat. Senyawa bioaktif dari
G.verrucosa bisa didapatkan dengan cara ekstraksi. Dalam proses ekstraksi
banyak faktor yang dapat mempengaruhi kandungan senyawa hasil ekstraksi
diantaranya jenis pelarut. Uji bahan pelarut yang terbaik dalam proses ekstraksi
G.verrucosa perlu dilakukan. Pemberian ekstrak rumput laut G. verrucosa dalam

pakan diharapkan dapat menstimulasi sistem imun udang vaname.
Penelitian ini terdiri atas tiga tahapan. Penelitian tahap satu untuk menguji
jenis pelarut yang terbaik terdiri dari tiga perlakuan, yaitu EA (etil asetat), MT
(metanol), dan ET (etanol). Penelitian tahap dua yaitu menguji pengaruh dosis
ekstrak G. verrucosa dalam pakan yang tepat untuk meningkatkan sistem imun
dan resistensi udang vaname terhadap WSSV, terdiri dari enam perlakuan dan
masing-masing tiga ulangan, yaitu KN (tanpa ekstrak), KP (tanpa ekstrak +
infeksi WSSV), D2 (2 g/kg pakan + infeksi WSSV), D3 (3 g/kg pakan + infeksi
WSSV), D4 (4 g/kg pakan + infeksi WSSV), dan D5 (5 g/kg pakan + infeksi
WSSV). Penelitian tahap tiga yaitu menguji pengaruh lama pemberian ekstrak
G.verrucosa yang berbeda dalam meningkatkan kinerja produksi dan respons
imun udang vaname (L. vannamei) terhadap serangan penyakit WSSV, terdiri dari
lima perlakuan dan tiga ulangan, yaitu CN (0 kali pemberian/bulan), CP (0 kali
pemberian/bulan + infeksi WSSV), W1 (1 minggu pemberian/bulan + infeksi
WSSV), W2 (2 minggu pemberian/bulan (interval 7 hari) + infeksi WSSV), dan
WS (Setiap hari pemberian selama sebulan + infeksi WSSV). Udang vaname
dengan bobot 6.07±0.1 g/ekor dipelihara dalam akuarium dengan ukuran
60×30×30 cm3 dengan padat tebar 10 ekor/akuarium. Udang diberi pakan ekstrak
secara at satiation sebanyak tiga kali sehari. Parameter uji yang diamati adalah
total hemosit (THC), aktifitas fagositosis (AF), diferensial hemosit (DHC),

aktifitas phenoloksidase (PO), respiratory burst (RB), kelulushidupan, laju
pertumbuhan harian (LPH), rasio konversi pakan (FCR), Nested PCR,
histopatologi, dan gejala klinis.
Hasil penelitian tahap satu menunjukkan bahwa bahan pelarut terbaik untuk
ekstraksi G. verrucosa terdapat pada perlakuan EA. Hasil penelitian tahap dua
menunjukkan bahwa respons imun (THC, AF, RB, PO, dan Persentasi hialin)
udang yang diberi pakan ekstrak mengalami peningkatan dibanding perlakuan KP
maupun KN. Respons imun setelah uji tantang dengan WSSV pada perlakuan
juga menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, dan
respons imun paling tinggi pada perlakuan D4. Kelangsungan hidup setelah uji
tantang pada perlakuan KN, KP, D2, D3, D4, dan D5 berturut-turut sebesar

96.67±5.74%, 26.67±5.74%, 43.33±5.74%, 46.67±5.74%, 56.67±5.74%, dan
36.67±5.74%. Perlakuan D2, D3, D4, dan D5 menunjukkan kelangsungan hidup
yang lebih tinggi secara signifikan (P