Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah Kakao Dan Pupuk NPK

1

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Thbroma cacaoL.)
TERHADAP PEMBERIAN BOKASI KULIT BUAH KAKAO
DAN PUPUK NPK

SKRIPSI

Oleh :

YUDHI BINTARAN
030301009 / AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIMERSITAS SUMATERA UTARA
2007
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009


2

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Thbroma cacaoL.)
TERHADAP PEMBERIAN BOKASI KULIT BUAH KAKAO
DAN PUPUK NPK

SKRIPSI

Oleh :

YUDHI BINTARAN
030301009 / AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian
UniMersitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh,
Komisi Pembimbing

( Dr. Ir. Hapsoh, MS )

Ketua

( Ir. Rosita Sipayung, MP)
Anggota

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIMERSITAS SUMATERA UTARA
2007
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

3

Judul Skripsi

Nama
NIM
Departemen

Program studi

: Tanggap Kakao (Glycine max L.) terhadap Inokulasi
Mikoriza Mesikular Arbuskular pada Berbagai tingkat
Cekaman Kekeringan
: Tenni Sri Widari
: 030301015
: Budidaya Pertanian
: Agronomi

Disetujui Oleh,
Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Hapsoh, MP )
Ketua

( Ir. Rosita Sipayung, MP)
Anggota

Mengetahui,


( Ir. Edison Purba, Ph.D )
Ketua Departemen Budidaya Pertanian

Tanggal Lulus :
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

4

ABSTRACT

The objectiMe of this research was to know the response
morphophysiologis of seMeral peanut Marieties to drought stress. The research
was held at Agriculture Faculty Greenhouse, North Sumatera UniMersity, Medan,
conducted from May to August 2007.
The design used in the research was The Split Plot Design with
Randomized Completely Design pattern, treated as follow: the main plot is
drought stress (C) consist of 4 leMel (i.e. C1 = 100 % KL, C2 = 80% KL, C3 =

60% KL, C4 = 40 % KL) the sub plot is seMeral Mariant of peanut consisted of 3
Mariant (i.e. M1 = Singa Mariant, M2 = Gajah Mariant, M3 = Macan Mariant).
The result showed that drought stress treatment haMe significant affected
to bud diameter at 6 weeks planted, 7 weeks planted and 8 weeks planted, root
length, leaf area, root dry weight and shoot dry weight and the number of branch
production, Mariety significantly affected to shoot dry weight and onehundred
seeds dry weight. It has been got from correlation analize result that C1=100% KL
macro nutrient N leaf effect to age of flowered, macro nutrient P leaf effect
tomacro nutrient K of leaf, macro nutrient K effect to leaf area, shoot dry weight
and number of peg empty. C2= 80% KL macro nutrient N leaf effect to macro
nutrient K of leaf, macro nutrient P effect to number of production branch and
number of peg empty, macro nutrient K effect to shoot dry weight and ratio root
dry weight to shoot dry weight. C3=60% KL macro nutrient N leaf effect to age of
flowered and leaf area, macro nutrient P leaf effect to root dry weight, shoot dry
weight and ratio root dry weight to shoot dry weight. C4=40% KL macro nutrient
P leaf effect to number of production branch and number of peg empty, macro
nutrient K leaf effect to leaf area, root dry weight and shoot dry weight
Key word : Drought Stress, Marieties, and macro nutrient N, P, K.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah

Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

5

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon morfofisiologis beberapa
MVA Kakao (Arachis hypogaea L.) terhadap cekaman kekeringan. Penelitian ini
dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian, UniMersitas Sumatera Utara,
Medan dari bulan Mei hingga Agustus 2007.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Petak
Terpisah (RPT) pola Rancangan Acak Lengkap (RAL), petak utama adalah
Cekaman Kekeringan (C) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu : C1 = 100 % KL, C2 =
80% KL, C3 = 60% KL, C4 = 40 % KL, anak petak adalah MVA Kakao (M)
yang terdiri dari 3 MVA, yaitu : M1 = MVA Singa, M2 = MVA Gajah, M3 =
MVA Macan.
Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan cekaman
kekeringan berpengaruh nyata pada diameter batang 6 MST, 7 MST dan 8 MST,
panjang akar, luas daun, bobot kering akar, bobot kering tajuk dan jumlah cabang

produktif. MVA berbeda nyata pada berat kering tajuk dan bobot kering 100 biji.
Dari hasil analisis korelasi diperoleh bahwa C1=100% KL kadar N daun
mempengaruhi umur berbunga, kadar P daun mempengaruhi kadar K daun, kadar
K daun mempengaruhi luas daun, bobot kering tajuk, dan jumlah ginofor hampa.
C2=80% KL kadar N daun mempengaruhi kadar K daun, kadar P daun
mempengaruhi jumlah cabang produktif dan jumlah ginofor hampa, kadar K
mempengaruhi bobot kering tajuk dan nisbah bobot kering akar terhadap bobot
kering tajuk. C3=60% KL kadar N daun mempengaruhi umur berbunga dan luas
daun , kadar P mempengaruhi bobot kering akar dan jumlah cabang produktif,
kadar K daun mempengaruhi bobot kering akar, bobot kering tajuk dan nisbah
bobot kering akar terhadap bobot kering tajuk. C4=40% KL kadar P
mempengaruhi jumlah cabang produktif dan jumlah ginofor hampa, kadar K daun
luas daun, bobot kering akar dan bobot kering tajuk

Kata Kunci : Cekaman kekeringan, MVA dan Kadar Unsur Hara N, P, K.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009


6

RIWAYAT HIDUP

Tenni Sri Widari dilahirkan di Tebing Tinggi pada tanggal 07 Desember
1985 dari Ayahanda Sugiono. S, BE dan Ibunda Dewi Susiati. Penulis merupakan
putri petama dari tiga bersaudara.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh adalah SD Negeri 065726
Tebing Tinggi lulus tahun 1997, SLTP Negeri 1 Tebing Tinggi lulus tahun 2000,
SMU Negeri 1 Tebing Tinggi lulus tahun 2003. Terdaftar sebagai mahasiswa
Pemuliaan Tanaman Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian
UniMersitas Sumatera Utara pada tahun 2003 melalui jalur SPMB.
Selama mengikuti perkulihaan, penulis menjabat sebagai Asisten
Laboratorium Genetika Lanjutan tahun 2005 – 2006, Asisten Pemuliaan Tanaman
Khusus tahun 2006 – 2007 dan Asisten Bioteknologi Tanaman tahun 2007-2008.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) di PTPN III Kebun
Rambutan pada bulan Juni – Juli 2006.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.

USU Repository © 2009

7

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
Tanggap Kakao (Glycine max L.) terhadap Inokulasi Mikoriza Mesikular
Arbuskular pada Berbagai tingkat Cekaman Kekeringan
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada dan Ibu Ir. EMa Sartini Bayu, MP. Selaku Ketua dan Bapak
Ir. Mbue Kata Bangun, MS. Selaku Anggota komisi pembimbing yang telah
banyak membantu dan membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan
skripsi ini, dan juga kepada para dosen dan staf pengajar mata kuliah yang telah
memberi ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan .
Ucapan terima kasih yang tulus dan rasa hormat penulis sampaikan kepada
Ayahanda Sunardi S dan Ibunda Seniati K tercinta yang telah membesarkan
penulis dengan segenap cinta, kasih sayang dan pengertian serta pengorbanan
yang tak terhingga, dan juga kepada abang tercinta M. Eko Jumadi dan kakak

Dewi Murni yang telah mendukung penulis selama penulisan skripsi ini. Tidak
lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat yang selalu
menemani penulis dalam segala hal. Anak-anak kost “PINK” ( Tetti “Beby”, juli
“spongebob”, Ebda, Fat “mama”, ex “hafni”, Ika, nyet-nyet, Sri “kocik”, Putri, tri,
juli,). Sahabat-sahabat terbaikku Ami, Ayu, Tenni, Meri, Ririn, Listia, Lina, EMa,
Yani (Tnh), Putra, B’Irul, Dudi, Bayu, Kalay, Sahat, Bahtera, Yudi, K’Moul,
Banda, serta tak lupa juga kepada adik-adik junior ’04 (Indra, Yuni, Mitha, Reza
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

8

dan Rulli) yang bersedia bantuin ngisi polibek dan pihak-pihak lainnya yang telah
membantu dan memberikan masukan kepada penulis yang tidak tersebutkan satu
persatu, terima kasih.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua.

Medan, September 2007


Penulis

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

9

DAFTAR ISI

Hal
ABSTRACT ............................................................................................. i
ABSTRAK................................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iM
DAFTAR ISI ........................................................................................... Mi
DAFTAR TABEL .................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi
PENDAHULUAN ....................................................................................
Latar Belakang ............................................................................
Tujuan Penelitian.........................................................................
Hipotesis Penelitian .....................................................................
Kegunaan Penelitian ....................................................................

1
1
4
4
4

TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................
Botani Tanaman ..........................................................................
Syarat Tumbuh ............................................................................
Iklim ...................................................................................
Tanah..................................................................................
Kebutuhan Air Tanaman..............................................................
Respon Tanaman terhadap Cekaman Kekeringan .......................
Analisis Unsur Hara Tanaman ....................................................

5
5
8
8
9
10
13
19

BAHAN DAN METODE PENELITIAN ................................................
Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................
Bahan dan Alat ............................................................................
Metode Penelitian ........................................................................
Pelaksanaan Penelitian ................................................................
Persiapan Media Tanam .....................................................
Persiapan Benih ..................................................................
Aplikasi MMA....................................................................
Penanaman Benih ...............................................................
Pemupukan .........................................................................
Perlakuan Cekaman Kekeringan .........................................

23
23
23
24
26
26
26
26
27
27
27

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

10

Pemeliharaan ......................................................................
Penjarangan ...............................................................
Penyiangan.................................................................
Pembumbunan ...........................................................
Pengendalian Hama dan Penyakit ...............................
Panen .........................................................................
Peubah Amatan ...........................................................................
Diameter Batang (mm) .......................................................
Kadar Unsur Hara N, P, K(%).............................................
Umur Berbunga(hari) ..........................................................
Umur Panen (hari) ..............................................................
Jumlah Ginofor (buah) ........................................................
Panjang Akar (cm) ..............................................................
Luas Daun ( cm2) ................................................................
Bobot Kering Akar (g) ........................................................
Bobot Kering Tajuk (g) .......................................................
Nisbah Bobot Kering Akar (g) terhadap BK Tajuk (g) ........
Jumlah Cabang Produktif (cabang) .....................................
Jumlah Ginofor Hampa (buah) ...........................................
Bobot Kering 100 Biji (g) ...................................................

27
27
28
28
28
28
29
29
29
29
29
29
30
30
30
30
30
30
30
31

HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 32
Hasil ........................................................................................... 32
Diameter Batang (mm) ....................................................... 32
Kadar Unsur Hara N, P, K(%)............................................. 35
Umur Berbunga(hari) .......................................................... 37
Umur Panen (hari) .............................................................. 38
Jumlah Ginofor (buah) ........................................................ 39
Panjang Akar (cm) .............................................................. 40
Luas Daun ( cm2) ................................................................ 42
Bobot Kering Akar (g) ........................................................ 44
Bobot Kering Tajuk (g) ....................................................... 46
Nisbah Bobot Kering Akar (g) terhadap BK Tajuk (g) ........ 48
Jumlah Cabang Produktif (cabang) ..................................... 49
Jumlah Ginofor Hampa (buah) ........................................... 51
Bobot Kering 100 biji (g) .................................................... 52
Hubungan nilai korelasi dari beberapa peubah amatan ........ 54
Pembahasan................................................................................. 57
Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Morfofisiologi Kakao 57
Pengaruh MVA terhadap Morfofisiologi Kakao .................. 62
Pengaruh Interaksi Antara Cekaman Kekeringan dan MVA
terhadap Morfofisiologi Kakao ........................................... 63
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 64
Kesimpulan ................................................................................. 64
Saran ........................................................................................... 64

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

11

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

12

DAFTAR TABEL

Hal
1. Rataan Diameter Batang (mm) dari Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan MVA ....................................................................... 32
2. Rataan Kadar Unsur Hara N (%) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan MVA ....................................................................... 35
3. Rataan Kadar Unsur Hara P (%) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan MVA ....................................................................... 36
4. Rataan Kadar Unsur Hara K (%) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan MVA ....................................................................... 36
5. Rataan Umur Berbunga (Hari) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan MVA ....................................................................... 38
6. Rataan Umur Panen (Hari) Pada Perlakuan Cekaman Kekeringan
dan MVA .......................................................................................... 39
7. Rataan Jumlah Ginofor (Buah) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan MVA ....................................................................... 40
8. Rataan Panjang Akar (cm) Pada Perlakuan Cekaman Kekeringan
dan MVA .......................................................................................... 41
9. Rataan Luas Daun (cm2) Pada Perlakuan Cekaman Kekeringan dan
MVA ................................................................................................. 43
10. Rataan Bobot Kering Akar (g) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan MVA ....................................................................... 45
11. Rataan Bobot Kering Tajuk (g) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan MVA ....................................................................... 47
12. Rataan Nisbah Bobot Kering Akar (g) terhadap Bobot Kering
Tajuk (g) Pada Perlakuan Cekaman Kekeringan dan MVA ................ 49
13. Rataan Jumlah Cabang Produktif (Cabang) Pada Perlakuan
Cekaman Kekeringan dan MVA ........................................................ 50
14. Rataan Jumlah Ginofor Hampa (Buah) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan MVA ....................................................................... 52
15. Rataan Bobot Kering 100 Biji (g) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan MVA ....................................................................... 53

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

13

DAFTAR GAMBAR

Hal
1. Grafik diameter batang (mm) pada perlakuan cekaman kekeringan... 34
2. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan MVA terhadap
panjang akar ...................................................................................... 42
3. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan MVA terhadap luas
daun .................................................................................................. 44
4. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan MVA terhadap
bobot kering akar............................................................................... 46
5. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan MVA terhadap
bobot kering tajuk ............................................................................. 48
6. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan MVA terhadap
jumlah cabang produktif .................................................................... 51
7. Histogram bobot kering 100 biji dengan perlakuan MVA .................. 54

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

14

DAFTAR LAMPIRAN

Hal
1. Bagan Percobaan .............................................................................. 70
2. Rencana Kegiatan Percobaan............................................................. 71
3. Deskripsi Tanaman Kakao MVA Singa ............................................ 72
4. Deskripsi Tanaman Kakao MVA Gajah............................................. 73
5. Deskripsi Tanaman Kakao MVA Macan ........................................... 74
6. Prosedur Analisis Unsur Hara N, P, K pada daun............................... 75
7. Model Sidik Ragam Rancangan Petak Terpisah ( RPT )
Pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial ............................... 77
8. Data Pengamatan Diameter Batang ( mm ) 5 MST ............................ 78
9. Sidik Ragam Diameter Batang 5 MST (mm) ..................................... 78
10. Data Pengamatan Diameter Batang ( mm ) 6 MST ............................ 79
11. Sidik Ragam Diameter Batang 6 MST (mm) ..................................... 79
12. Data Pengamatan Diameter Batang ( mm ) 7 MST ............................ 80
13. Sidik Ragam Diameter Batang 7 MST (mm) ..................................... 80
14. Data Pengamatan Diameter Batang ( mm ) 8 MST ............................ 81
15. Sidik Ragam Diameter Batang 8 MST (mm) ..................................... 81
16. Data Pengamatan Kadar Unsur Hara N (% ) ...................................... 82
17. Data Pengamatan Kadar Unsur Hara P (% ) ....................................... 82
18. Data Pengamatan Kadar Unsur Hara K (% ) ...................................... 82
19. Data Pengamatan Umur Berbunga ( hari ) ......................................... 83
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

15

20. Sidik Ragam Umur Berbunga (hari) .................................................. 83
21. Data Pengamatan Umur Panen ( hari ) ............................................... 84
22. Sidik Ragam Umur Panen (hari) ........................................................ 84
23. Data Pengamatan Jumlah Ginofor ( buah )......................................... 85
24. Sidik Ragam Jumlah Ginofor ( buah )................................................ 85
25. Data Pengamatan Panjang Akar ( cm )............................................... 86
26. Sidik Ragam Panjang Akar ( cm )...................................................... 86
27. Data Pengamatan Luas Daun ( cm2 ).................................................. 87
28. Sidik Ragam Luas Daun ( cm2 )......................................................... 87
29. Data Pengamatan Bobot Kering Akar ( g )......................................... 88
30. Sidik Ragam Bobot Kering Akar ( g )................................................ 88
31. Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk ( g ) ....................................... 89
32. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk ( g ) ............................................. 89
33. Data Pengamatan Nisbah Bobor Kering Akar (g) terhadap Bobot Kering
Tajuk ( g ) ......................................................................................... 90
34. Sidik Ragam Nisbah Bobor Kering Akar (g) terhadap Bobot Kering
Tajuk ( g ) ......................................................................................... 90
35. Data Pengamatan Jumlah Cabang Produktif ( Cabang ) ..................... 91
36. Sidik Ragam Jumlah Cabang Produktif ( Cabang ) ............................ 91
37. Data Pengamatan Jumlah Ginofor Hampa ( Buah ) ............................ 92
38. Sidik Ragam Jumlah Ginofor Hampa ( Buah ) ................................... 92
39. Data Pengamatan Bobot Kering 100 Biji (g) ...................................... 93
40. Transformasi y’=√ y+1 dari dat bobot kering 100 biji (g) .................. 93
41. Sidik Ragam Bobot Kering 100 Biji ( biji ) ........................................ 94
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

16

42. Rangkuman uji beda rataan parameter pada perlakuan cekaman kekeringan
dan MVA .......................................................................................... 95
43. Nilai korelasi beberapa peubah amatan pada perlakuan cekaman
kekeringan (C1= 100% KL) dan MVA .............................................. 96
44. Nilai korelasi beberapa peubah amatan pada perlakuan cekaman
kekeringan (C1= 80% KL) dan MVA ................................................ 97
45. Nilai korelasi beberapa peubah amatan pada perlakuan cekaman
kekeringan (C1= 60% KL) dan MVA ................................................ 98
46. Nilai korelasi beberapa peubah amatan pada perlakuan cekaman
kekeringan (C1= 40% KL) dan MVA ................................................ 99
47. Hasil analisis kadar unsur hara N, P, K .............................................. 100
48. Hasil analisis tanah ............................................................................ 101
49. Foto Lahan pertanaman Kakao di rumah kaca ................................... 102
50. Foto perlakuan C1 dan C2 ................................................................. 102
51. Foto perlakuan C3 dan C4 ................................................................. 102
52. Foto perbandingan antar Cekaman dengan MVA Singa ..................... 103
53. Foto perbandingan antar Cekaman dengan MVA Gajah..................... 103
54. Foto perbandingan antar Cekaman dengan MVA Macan ................... 104

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

17

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kakao merupakan tanaman polong-polongan atau legum kedua terpenting
setelah Kakao di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan namun saat
ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropik Cina dan
India

merupakan

penghasil

Kakao

terbesar

dunia

(http://id.wikipedia.org/wiki/kacang.tanah).
Luas areal tanaman setiap tahun terus meningkat dan sampai akhir tahun
1995 tercatat luas areal Kakao ± 624.000 hektar dengan hasil rata-rata 638.000 ton
per tahun. Pertambahan penduduk dan berkembangnya industri pengolahan
makanan yang berasal dari Kakao menyebabkan meningkatnya jumlah
permintaan.

Tahun

1992

dibutuhkan

Kakao

sebanyak

800.000

ton

(http://www.pustaka-deptan.go.id/agritech/bali 0201.pdf).
Upaya

peningkatan

produktiMitas

Kakao

tidak

bisa

hanya

menggantungkan diri pada hasil Kakao yang di tanam di lahan sawah, tetapi lahan
kering atau tegalan memiliki peluang yang dapat dikembangkan sebagai penghasil
Kakao yang potensial. Masalah yang dihadapi lahan kering pada umumnya adalah
tingkat kesuburan yang relatif rendah sehingga mengakibatkan produktiMitas
yang rendah (http://id.wikipedia.org/wiki/kacang).
Persoalan utama dalam berusaha tani di lahan kering (marginal) adalah
bagaimana mengelola air yang menjadi faktor pembatas dalam berusaha tani,
sehingga produktiMitas lahan dapat ditingkatkan. Selain itu

lahan marginal

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

18

mempunyai keterbatasan seperti sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang tidak
baik, serta topografi lahan yang kurang mendukung dalam berusaha tani. Untuk
meningkatkan produktiMitas lahan kering ada beberapa cara yang perlu dilakukan
seperti pemakaian MVA tanaman unggul berumur genjah, penerapan pola tanam
yang sesuai dengan curahan hujan, perbaikan teknik budidaya tanaman, serta
usaha

konserMasi

lahan

sehingga

kelestarian

lahan

dapat

dijaga

(Deptan, 2006).
Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia dan semakin
terbatasnya lahan pertanian yang sesuai untuk usaha di bidang pertanian, maka
penduduk memperluaskan lahan pertaniannya dengan membuka dan menggarap
lahan marginal, walau umumnya lahan marginal bermasalah bila hendak dijadikan
sebagai lahan pertanian (Pangaribuan, 1999).
Di Sumatera Utara didominasi oleh tanah Andisol yang banyak terdapat
pada daerah pegunungan disekitar gunung Sibayak dan didepositkan pada
daerah/wilayah yang lebih rendah. Menurut Tan dan Schuylenborgh (1961)
andisol yang terdapat disekitar Medan terjadi pada temperatur rata-rata 26oC dan
total curah hujan tahunan 2000mm-3500mm tanpa bulan kering. Masalah yang
paling menonjol pada andisol adalah sifat kemampuan menyerap dan menyimpan
air yang tidak pulih kembali seperti semula apabila mengalami kekeringan
(IrreMersible drying), akibatnya jika sudah mengalami kekeringan sulit untuk
dibasahi kembali (Munir, 1996).
Dalam penelitian Arief Harsono, Tohari, D.Indradewa dan T.Adisarwanto
(2003) menyatakan bahwa berdasarkan dari beberapa genotipe Kakao yang diteliti
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

19

ternyata genotipe singa menunjukkan genotipe yang paling tahan terhadap
cekaman tetapi dibawah 60% kapasitas lapangan ketahanan antara genotipe tidak
berbeda. Genotipe tahan kering pada kondisi tercekam kekeringan mempunyai
transpirasi lebih rendah, fotosintesis lebih tinggi, menggunakan lengas tanah lebih
efisien dan mampu memberikan hasil polong lebih tinggi dibanding genotipe
rentan kering.
Cekaman kekeringan akan mempengaruhi morfologi dan fisiologi
tanaman. Alternatif penggunaan Mikoriza Mesicular Arbuskular mempunyai
sejumlah pengaruh yang menguntungkan bagi tanaman yang dapat bersimbiosis.
Dilaporkan juga tanaman bermikoriza lebih tahan kekeringan karena memperbaiki
potensial air dan daun dan turgor, memelihara membukanya stomata dan
transpirasi serta meningkatkan sistem perakaran (Ruiz-lozano et al., 1995).
Mikoriza Mesikular Arbuskular yang mengalami cekaman kekeringan
dapat membantu meningkatkan toleransi dengan produksi proline, selain itu
MMA juga meningkatkan kadar N, P, Ca, Mg, Fe dan meningkatkan efisiensi
penggunaan

air,

transpirasi

dan

laju

fotosintesis

(Ruiz-Lazano et al., 2000; Rao dan Tak., 2001).
Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian terhadap
MVA Kakao yang telah ada. Pada penelitian ini menggunakan 3 MVA Kakao
berdasarkan kelompok yang mempunyai produktiMitas tinggi, mempunyai toleran
dan peka kekeringan dan toleran Al/tanah masam yang akan di uji pada 4 tingkat
cekaman kekeringan. ProduktiMitas Kakao di lahan kering masih rendah yang
salah satu penyebabnya adalah cekaman kekeringan, kendala umum yang
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

20

dijumpai pada lahan kering ialah tanah bereaksi masam, tingkat kesuburan tanah
rendah, miskin hara makro dan hara mikro, sehingga sering menyebabkan
cekaman kekeringan. Penggunaan cendawan mikoriza diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan adaptasi tanaman dalam kondisi kekeringan. Pada
penelitian ini melihat respon morfofisiologi dengan menggunakan cendawan
mikoriza yang dapat meningkatkan kemampuan adaptasi tanaman beberapa MVA
Kakao terhadap cekaman kekeringan yang dicirikan oleh perubahan karakter
morfologi, fisiologi dan hasil pada Kakao yang dicobakan.

Tujuan Penelitian

Menguji Tanggap kedelei terhadap inokulasi Mikoriza Mesikular
Arbuskular pada Berbagai Tingkat Cekaman Kekeringan

Hipotesis Penelitian

1. Adanya pengaruh inokulasi Mikoriza Mesikular Arbuskular terhadap
pertumbuhan dan produksi Kakao
2. Adanya pengaruh berbagai tingkat cekaman kekeringan terhadap
pertumbuhan dan produksi Kakao
3. Adanya interaksi antara inokulasi Mikoriza Mesikular Arbuskular dan
tingkat cekaman kekeringanterhadap pertumbuhan dan produksi Kakao.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana dari Fakultas
Pertanian UniMersitas Sumatera Utara, Medan.
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

21

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Berdasarkan literatur taxonomy sistematika tumbuh-tumbuhan, kacang
Kakao diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
DiMisio

: Plantae
: Spermatophyta

SubdiMisio

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Rosales

Famili

: Leguminosae

Genus

: Glycine

Spesies

: Glycine max L.

Kakao budidaya dibagi menjadi dua tipe: tipe tegak dan tipe menjalar.
Tipe menjalar lebih disukai karena memiliki potensi hasil lebih tinggi. Tanaman
ini adalah satu di antara dua jenis tanaman budidaya (yang lainnya adalah “kacang
bogor”, Moandziea subterranean) yang buahnya mengalami pemasakan di bawah
permukaan tanah. Jika buah yang masih muda terkena cahaya, proses pemasakan
biji terganggu

(http://id.wikipedia.org/wiki/kacang-tanah).

Kakao mempunyai susunan

perakaran sebagai berikut: yang pertama

adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar-akar cabang yang lurus. Akar
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

22

cabang mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat
penghisap. Karena meningkatnya umur tanaman, akar-akar tersebut kemudian
mati, sedangkan akar yang masih tetap bertahan hidup menjadi akar-akar
permanen. Kakao mempunyai akar serabut yang tumbuh ke bawah sepanjang ±
20cm. Selain itu, tanaman ini memiliki akar-akar lateral (cabang) yang tumbuh ke
samping sepanjang 5-25 cm. pada akar lateral terdapat akar serabut, fungsinya
untuk menghisap air dan unsur hara. Pada akar lateral terdapat akar serabut,
fungsinya untuk menghisap air dan unsur hara. Pada akar lateral juga terdapat
bintil akar (nodule) yang mengandung bakteri rhizobium, kegunaannya sebagai
pengikat zat nitrogen dari udara (Deptan, 2006).
Terdapat bintil akar (nodule) pada perakaran Kakao yang dibudidayakan,
walaupun beberapa diantaranya ada yang tidak membentuknya (Goldsworthy and
Fisher, 1996).
Batangnya berbentuk bulat terdapat bulu dan komposisi ruas pendek.
Batang utama pada tipe tegak tingginya 30 cm dengan sejumlah cabang lateral
dan pada tipe menjalar tinggi batangnya mencapai 20 cm, cabang lateral dekat
dengan tanah dan menyebar (Weiss, 1983).
Tanaman Kakao mempunyai daun majemuk bersirip genap. Setiap helai
daun terdiri dari empat helai anak daun. Permukaan daunnya sedikit berbulu,
berfungsi sebagai penahan atau penyimpan debu dan obat semprotan. Sedangkan
gerakan nyctittropic merupakan aktiMitas daun sebagai persiapan diri untuk dapat
menyerap cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Daun mulai gugur pada akhir

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

23

masa pertumbuhan dan di mulai dari bagian bawah. Selain berhubungan dengan
umur, gugur daun ada hubungannya dengan faktor penyakit (Asiamaya, 2000)
Bunga Kakao tunggal, terletak diketiak daun, tabung kelopak berbentuk
lansel,

mahkota

bentuk

kupu-kupu,

berwarna

kuning

(http://id.wikipedia.org/wiki/kacang)
Kakao mulai berbunga kira-kira pada umur 4-5 minggu. Bunga keluar dari
ketiak daun. Bentuk bunganya sangat aneh. Setiap bunga seolah-olah bertangkai
panjang berwarna putih. Ini sebenarnya bukan tangkai bunga melainkan tabung
kelopak. Mahkota bunganya (corolla) kuning. Bendera dari mahkota bunganya
bergaris-garis merah pada pangkalnya. Umur bunganya hanya satu hari, mekar di
pagi hari dan layu pada sore hari. Dengan demikian, berdasarkan pada kenyataan
bahwa tiap hari tanaman kacang berbunga. Perhitungan jumlah bunga-bunga baru
per tanaman mudah dilakukan. Penyerbukan bunga Kakao terjadi pada malam
hari, yakni sebelum bunga mekar (Asiamaya, 2000).
Kakao berbuah polong. Polongnya terbentuk setelah terjadi pembuahan.
Buah Kakao berada di dalam tanah setelah terjadi pembuahan bakal buah tumbuh
memanjang dan nantinya akan menjadi tangkai polong. Mula-mula, ujung ginofor
yang runcing mengarah keatas, kemudian tumbuh mengarah ke bawah dan
selanjutnya masuk kedalam tanah sedalam tanah sedalam 1-5 cm. Pada waktu
menembus tanah, pertumbuhan memanjang ginofora akan terhenti. Panjang
ginofora ada yang mencapai 18 cm. tempat berhentinya ginofora masuk ke dalam
tanah tersebut menjadi tempat buah Kakao. Ginofora yang terbentuk di cabang

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

24

bagian atas dan tidak masuk ke dalam tanah akan gagal membentuk polong
(Deptan, 2006).
Biji matang memiliki dormansi singkat atau tidak dorman sama sekali dan
penundaan panen dapat berakibat biji berkecambah di dalam polong. Biji yang di
tanam tidak menunjukkan perkecambahan epigeal ataupun hypogeal, tetapi
kotiledon terdorong ke permukaan tanah oleh hypokotil dan tetap pada permukaan
tanah (Rubazky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman Kakao adalah menyerbuk sendiri (self-compatible) dan hampir
seluruhnya dibuahi sendiri. Pembuahan bersifat kleistogami, walaupun struktur
khasnya zigomorf dan himenopterus, bunga-bunga tampaknya tidak tergantung
pada serangga untuk penyerbukan (Goldsworthy and Fisher, 1996).

Syarat Tumbuh

Tanah
Kakao lebih menghendaki jenis tanah lempung berpasir, liat berpasir, atau
lempung liat berpasir. Kemasaman (pH) tanah optimal adalah sekitar 6,5 – 7,0.
apabila pH tanah lebih besar dari 7,0 maka daun akan berwarna kuning akibat
kekurangan suatu unsur hara (N, S, Fe, Mn) dan sering kali timbul bercak hitam
pada polong. Kakao memberikan hasil terbaik jika ditanam di tanah remah dan
berdrainase baik, terutama di tanah berpasir. Tanah bertekstur ringan
memudahkan penembusan dan pekembangan polong, yang biasanya terjadi di
bawah permukaan tanah. Ketersediaan kalsium tanah sangat diperlukan agar biji
dapat tumbuh dengan baik (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

25

Pada tipe Spanyol juga tumbuh dengan baik pada tekstur atau tanah
gembur. Tanah seharusnya memiliki suplai kalsium yang bagus untuk mencegah
produksi polong kosong, jika tanahnya rendah kalsium 2 lb gypsum per 100ft
baris seharusnya diberikan ketika tanaman mulai berbunga (Splittstoesser, 1984).
Andisol pada umumnya tersusun dari bahan-bahan atau partikel lepas,
sehingga andisol mempunyai permeabilitas dan aerasi cukup tinggi serta
ketahanan penetrasi cukup rendah. Namun demikian, ada beberapa masalah yang
dihadapi pada jenis tanah ini. Karena berkembang di daerah bertopografi miring,
andisol rawan terhadap erosi air hujan. Adanya sifat irreMersible drying yang
menyebabkan tanah sulit dibasahi kembali jika kering. Berat isi yang ringan dan
adanya sifat irreMersible drying menyebabkan andisol mudah terkena erosi baik
erosi angin maupun erosi air hujan serta adanya muatan bergantung pH dan
retensi fosfat yang cukup tinggi oleh halofan (Munir, 1996).
Iklim
Suhu optimum untuk pertumbuhan Kakao berkisar 25o-30oC di bawah
suhu 25oC perkembangan akan terhambat dan suhu di atas 35oC berpengaruh
terhadap produksi bunga (Weiss, 1983)
Di Indonesia, tanaman Kakao cocok di tanam di dataran rendah yang
berketinggian di bawah 500 meter di atas permukaan laut. Iklim yang dibutuhkan
tanaman Kakao adalah bersuhu tinggi anatara 25o-32oC, sedikit lembab (rH 65%75%), curah hujan 800mm-1300mm per tahun, tempat terbuka (http://warintek.
Bantul.go.id/web.php?mod=basisdata&kat=1&sub=2&file=35).

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

26

Fotoperiode mempengaruhi jumlah relatiMe pertumbuhan Megetatif dan
reproduktif, tetapi keseimbangannya bergantung juga pada suhu. Menguji
interaksi suhu / fotoperiode dalam suhu siang / suhu malam 26/22oC dan 22/18oC
disamping 30/26oC. Mereka menunjukkan bahwa tanaman pada suhu 30/26oC
berbunga lebih awal, mereka juga lebih tinggi dan lebih berat dengan lebih banyak
bunga dan ginofora daripada tanaman yang ditanam dalam kedua lingkungan suhu
lainnya, tanpa memperhatikan fotoperiode jumlah polong sangat dipengaruhi oleh
fotoperiode (Wynne dan Emery, 1973).

Kebutuhan Air Tanaman

Hasil-hasil Kakao berkurang oleh kekeringan dan kemudian tanaman
kurang mampu untuk menggunakan masukan seperti pupuk fosfat, secara efektif.
Ada juga pengaruh sekunder, karena kapasitas perkecambahan biji-biji yang di
panen dapat terganggu. Dalam Kassam dkk (1975) menunjukkan bahwa dari
penananam sampai pemanenan, suatu pertanaman tadah hujan di Nigeria
menggunakan air 438 mm untuk memberikan hasil biji 1,6 ton/ha dalam 4 bulan.
Efisiensi penggunaan air tanaman adalah 489 g air per gram bahan kering yang
dihasilkan. Tanaman paling rentan terhadap kekeringan pada pembungaan
(Goldsworthy and Fisher, 1996).
Cekaman air dapat disebabkan oleh beberapa kondisi lingkungan yang
memacu kehilangan air dari sel seperti kekeringan, kegaraman dan cekaman udara
dingin. Cekaman air menyebabkan terjadinya perubahan proses biokimia dan
fisiologi dalam sel tanaman. Cekaman air juga dilaporkan mampu berperan
penting untuk adaptasi pada lingkungan tercekam (Sugiharto, dkk, 2002).
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

27

Pada suatu pertanaman yang berfotosintesis, air akan cenderung di tarik
dari sel-sel daun, dengan menghasilkan reduksi tekanan dalam turgor sel dan
dalam potensial air sel. Stress air adalah suatu istilah yang tidak tepat, yang
menunjukkan bahwa kandungan air sel telah turun di bawah nilai optimum,
menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme. Stress air sedikit lebih pasti
dengan mendefenisikan tiga kelas stress (dalam suatu sel tertentu):


Stress ringan –



Stress sedang –

sel

ditekan lebih rendah beberapa bar

sel

ditekan lebih dari beberapa bar tetapi kurang dari 12-

15 bar


Stress berat –

sel

ditekan lebih dari lebih 15 bar

Stress ringan dalam waktu sel daun sama dengan kehilangan turgor dalam jumlah
kecil, sedangkan stress sedang berkaitan dengan hilangnya turgor yang lebih
menyeluruh dan melayunya daun (Fitter dan Hay, 1991).
Air dapat membatasi pertumbuhan dan produktiMitas tumbuhan hampir
disegala tempat, baik karena periode kering tak terduga maupun curah hujan
normal

yang

rendah

sehingga

diperlukan

pengairan

yang

teratur

(Salisbury dan Ross, 1995).
Tanaman yang menderita cekaman air secara umum mempunyai ukuran
yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Cekaman air
mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman. Dalam hal ini cekaman air
mempengaruhi proses fisiologi dan biokimia tanaman serta menyebabkan
terjadinya modifikasi anatomi dan modifikasi tanaman (Islami dan Utomo, 1995).

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

28

Berdasarkan penelitian Arief Harsono, Tohari, D. Indradewa dan T.
Adisarwanto (2003) mengatakan bahwa pada Kakao apabila eMaporasi harian
naik, indeks cekaman kekeringan naik, dan fotosintesis tanaman menurun dengan
meningkatnya tegangan lengas tanah. Pertumbuhan tanaman dalam kondisi tidak
stress air (-0,01 Mpa) menunjukkan peningkatan fotosintesis sepanjang pagi dan
menurun antara jam dua hingga tiga sore dan pulih kembali pada jam empat sore.
Apabila tegangan lengas tanah meningkat menjadi -0,045 Mpa, penurunan
fotosintesis pada siang hari tidak dapat pulih kembali pada sore hari apabila tidak
di beri tambahan air, mengakibatkan penurunan hasil 31%.
Adaptasi lain yang menurunkan transpirasi antara lain membentuk stomata
ceruk, merontokkan daun selama periode kering, dan berbulu banyak pada
permukaan daun. Yang juga penting adalah bahwa tumbuhan seperti itu
meningkatkan resistensi akar untuk mencegah kehilangan air akibat penyerapan
oleh tanah kering. Pada sebagian besar contoh tumbuhan menarik yang di kaji,
ketika cekaman air dalam daun rendah dan suhu meningkat, stomata membuka,
ketika

cekaman

air

lebih

tinggi

dan

lagi

stomata

menutup

(Salisbury dan Ross, 1995).
Dalam suatu rumah kaca, distribusi cahaya dalam ruangan – khususnya
antara tengah-ruangan dengan ruang sepanjang dinding rumah kaca – cukup
berbeda, terutama di antara pagi dengan siang hari, untuk membuat perbedaan
pertumbuhan tanaman. Penampilan tanaman dikendalikan oleh sifat genetik di
bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan. Kendali genetik pada penampilan
tanaman diekspresikan melalui proses biokimia dan fisiologi. Perbedaan susunan
genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

29

tanaman.program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase atau
keseluruhan fase pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai
sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan
keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat
perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang
digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).

Respon Tanaman Terhadap Cekaman Kekeringan

Bermacam-macam spesies bertahan terhadap kekeringan dengan berbagai
cara. Tumbuhan seperti Prosopis glandulosa dan Medicago satiMa yang
mempunyai akar yang dapat memanjang 7 sampai 10 m ke bawah mencapai muka
air tanah, tidak pernah mengalami potensial air negatif yang ekstrem. Tumbuhan
tersebut adalah pengguna air. Tumbuhan itu nyata menghindari kekeringan. Tentu
saja tumbuhan itu harus mampu menggunakan air tanah sewaktu memanjang
akarnya menuju muka air tanah (Salisbury and Ross, 1995).
Stress air (kekeringan) pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal: (1)
kekurangan suplai air di daerah perakaran, dan (2) permintaan air yang berlebihan
oleh daun, di mana laju eMapotranspirasi melebihi laju absorbsi air oleh akar
tanaman, walaupun keadaan air tanah cukup (jenuh). Dengan demikian jelaslah
bahwa stress air pada tanaman dapat terjadi pada keadaan air tanah tidak
kekurangan (Harjadi dan Yahya, 1988).
Tumbuhan dapat menjadi teraklimasi terhadap berbagai faktor cekaman
dengan mengembangkan toleransi (menjadi tahan) terhadap faktor cekaman yang
menyebabkan perubahan dan sering juga terhadap faktor cekaman lain. Sebagai
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

30

contoh, tumbuhan yang berada pada potensial air rendah, tingkat cahaya tinggi
dan faktor lain seperti pemupukan berat dengan fosfor dan pemupukan ringan
dengan nitrogen, menjadi toleran (tahan) kekeringan dibandingkan dengan
tumbuhan spesies yang sama yang tidak diberi perlakuan itu. Aklimasi terhadap
kekeringan seperti ini amatlah penting dalam pertanian. Hal ini merupakan contoh
tentang efek pengkondisian. MMA juga meningkatkan kadar N, P, K daun, seperti
diketahui daun merupakan tempat berlansungnya fotosintesis, suatu proses yang
mendasari kehidupan tanaman. Proses fotesintesis dipengaruhi oleh CO2 dan O2 di
udara, temperatur, cahaya, air tanah, klorofil dan hara (N, P, K, Fe, dan Mg).
Tanaman yang bermikoriza meningkatkan kadar N, P, K, Bobot kering dan
fotosintesis (Salisbury dan Ross, 1995).
Sebagian besar lahan di dunia mengalami kekurangan air pada tingkat
yang berbeda. Terhadap cekaman air ini tanaman memperlihatkan berbagai
respons. Diantara metabolisme tanaman diatas cekaman air ini adalah terjadinya
perubahan morfologi dan fisiologi tanaman. Perubahan morfologi meliput i (1)
gugur daun, yaitu fenomena umum sebagai mekanisme tanaman dalam usaha
mengurangi cekaman terutama daun bagian bawah. Dengan mengurangi daun,
luas permukaan transpirasi juga menurun, (2) mengubah sudut daun pada posisi
sejajar dengan berkas cahaya, sehingga suhu daun tidak segera meningkat.
Dengan demikian transpirasi dapat ditekan. (3) perakaran berkembang lebih cepat.
Terutama kearah bawah menyebabkan nisbah pupus akar mengecil. Tanaman
meningkat kemampuan penghisapan air dari lapisan tanah yang lebih dalam
sementara transpirasi dari bagian atas tanaman menurun. (4) perkembangan daun,
peka terhadap kekurangan air. Setelah terjadi cekaman pada umumnya terjadi
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository © 2009

31

percepatan pertumbuhan, akan tetapi ukuran daun lebih kecil dibandingkan
dengan daun tanaman yang ada dalam keadaan normal. Tanaman yang tercekam
mempunyai akar lateral bergaris tengah sama dengan akar primer, berkembang
lebar

kearah apical meristem, akar primer bercabang dekat ujungnya dan

seterusnya akar sekunder akan bercabang juga dekat ujungnya dan seterusnya
percabangan akan selalu terjadi di dekat ujung akar dengan panjang akar yang
semakin

berkurang

dan

semakin

gemuk.

Cekaman

juga

mengganggu

permeabilitas membran-membran sel akar dan mengganggu sintesis protein
sehingga fungsi akar rusak dan tidak efisien dalam menyerapa air dan unsur hara.
(Herawati dan Setiamihardja, 2000).
Penyerapan hara dan air dalam akar merupakan proses yang bebas satu
sama lain, kebutuhan air yang tersedia dalam tanaman dan tanah bagi
pertumbuhan dan transpor hara menyebabkan keduanya berhubungan erat. Dalam
tanah, air dalam selang sekitar -0,1 sampai -10 bar esensil bagi setiap proses yang
meningkatkan ketersediaan hara. Kemampuan akar menyerap hara dipengaruhi
oleh (1) kemampuannya menyerap, (2) kemampuannya untuk mentraslokasikan
dari akar ke daun, dan (3) kemampuannya menyebarkan atau memperluas sistem
perakaran ke jarak yang lebih jauh memperoleh suplai hara. Ketersediaan hara,
untuk sebagian besar nonhidrofita adalah tertinggi bila keadaan air berada dekat
kapasitas lapang. Hara yang paling nyata dipengaruhi oleh kandungan air tanah
adalah nitrat, kadang-kadang juga sulfat. Kandungan air tanah mempengaruhi
transpor hara ke permukaan akar dengan cara mempengaruhi laju difusi dan aliran
massa air ke akar (Harjadi dan Yahya, 1988).

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit