Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbahasa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia meliputi empat keterampilan, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Salah satu dari beberapa keterampilan berbahasa Indonesia yaitu keterampilan menulis. Keterampilan ini merupakan keterampilan yang tidak lagi dipahami hanya sekadar proses pengungkapan gagasan atau cara berkomunikasi dalam bentuk tulisan, keterampilan menulis telah menjadi gaya dalam mengaktualisasikan diri, mengekspresikan diri, dan sarana untuk berkreasi. Di sekolah, keterampilan menulis diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu menulis dan menghasilkan suatu karya dalam bentuk tulisan. Abidin 2014:185 mengatakan, menulis merupakan kegiatan menjalin komunikasi tidak langsung dengan pembaca melalui penggunaan media tulisan yang dihasilkan. Jadi menulis dapat didefinisikan sebagai sesuatu kegiatan penyampaian pesan komunikasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat, penulis sebagai penyampai pesan penulis, 1 pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Di samping itu, Suparno 2008:2 menjelasakan, menulis ialah proses menyusun dan menyatukan pendapat dalam bentuk tertulis. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis sebagai aktivitas berbahasa tidak lepas dari kegiatan berbahasa yang lainnya. Apa yang diperoleh melalui menyimak, membaca, dan berbicara akan memberikan masukan yang berharga untuk kegiatan menulis. Dalam kurikulum 2013, pada jenjang pendidikan SMA kelas X, terdapat Kompetensi Inti KI mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. Kompetensi Inti tersebut dijabarkan pada Kompetensi Dasar KD 4.2, yaitu memproduksi teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang dibuat, baik secara lisan maupun tulisan. Kompetensi ini menjadi objek kajian penelitian khususnya menulis teks prosedur kompleks. Berdasarkan observasi pada saat praktik pengalaman lapangan PPL, keterampilan siswa dalam menulis masih sangat terbatas, terlebih lagi saat menulis teks prsedur kompleks, siswa masih merasa kesulitan pada saat menulis teks prosedur kompleks sesuai dengan struktur dan kaidah kebahasaan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas X SMA Taruna Nusantara, peneliti menemukan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis teks prosedur kompleks, khususnya siswa kelas X-2 SMA Taruna Nusantara. Terbukti dari 32 siswa, hanya 21 siswa yang mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal KKM dengan skor 75. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi pengetahuan dan keterampilan siswa dalam menulis teks prosedur kompleks belum optimal. Kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya minat menulis siswa masih kurang, model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang memberikan kesempatan pada siswa dalam mengembangkan potensi, kurangnya penggunaan media pembelajaran yang inovatif, dan siswa cenderung belum menggunakan kemampuannya secara maksimal. Keadaan ini mengakibatkan kurang efektifnya pembelajaran menulis teks prosedur kompleks. Pada kurikulum 2013, pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan santifik dan pendekatan berbasis teks. Siswa diharapkan mampu menyimpulkan sendiri tentang materi yang telah disampaikan oleh guru berdasarkan pemodelan teks. Salah satu model yang sesuai dengan kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan santifik dan pendekatan berbasis teks yaitu model pembelajaran berbasis proyek atau project based learning. Fathurrohman 2015:118 menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh siswa dapat berupa proyek perseorangan atau kelompok, dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara kolaboratif, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian ditampilkan atau dipresentasikan. Pelaksanaan proyek dilakukan secara kolaboratif, inovatif, unik, dan berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan siswa. Pembelajaran berbasis proyek merupakan bagian dari metode instruksional yang berpusat pada siswa. Model project based learning sebagai pengganti penggunaan suatu model pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered berpusat pada guru yang cenderung membuat siswa lebih pasif dibandingkan dengan guru. Hal tersebut mengakibatkan motivasi belajar siswa menjadi rendah sehingga kinerja ilmiah mereka pun menurun. Oleh karena itu, model pembalajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman nyata. Pembelajaran berbasis proyek dilakukan secara sistematik yang mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui investigasi dalam perancangan produk. Selain penggunaan model pembelajaran, penggunaan media pembelajaran juga sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Fakta di lapangan menunjukan bahwa guru masih kurang dalam menggunakan media pada proses pembelajaran. Dengan adanya media pembelajaran dapat membangkitkan semangat belajar siswa. Penggunaan media pembelajaran sangat membantu keefektifan proses pembelajaran, penyampaian pesan, dan isi pembelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan tepercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Salah satu media yang dapat digunakan oleh guru pada pembelajaran keterampilan menulis teks prosedur kompleks yaitu video. Video merupakan media yang masuk dalam ketegori media audio visual. Dale dalam Arsyad, 2013:27 mengemukakan bahwa bahan-bahan atau media audio visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Penggunaan media video digunakan karena video lebih efisien dan juga membuat hasil belajar lebih bermakna bagi kemampuan siswa, terutama dalam pembelajaran menulis teks prosedur kompleks. Siswa dimudahkan dalam menulis teks prosedur kompleks dengan adanya video. Video yang ditayangkan yaitu video aplikatif, yang bisa diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari siswa di sekolah, terutama dalam lingkungan SMA Taruna Nusantara. Video tersebut yaitu video tentang cara mudah dalam memahami materi pelajaran dan video cara mengatasi rasa kantuk pada saat pelajaran. Topik video tersebut dipilih berdasarkan masalah yang ada di lapangan khususnya kelas X-2. SMA Taruna Nusantara yang merupakan boarding school sekolah dengan sistem asrama yang menerapkan fullday school sehari penuh belajar, yang menuntut para siswa untuk melakukan banyak kegiatan, baik kegiatan akademik maupun non-akademik. Hal tersebut berpengaruh pada kondisi siswa pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti berharap mampu meningkatkan keterampilan menulis teks prosedur kompleks pada siswa kelas X-2 SMA Taruna Nusantara dengan menggunakan model project based learning atau model pembelajaran berbasis proyek dengan media video.

1.2 Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015.

2 6 26

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017.

0 3 31

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI (INKUIRY BASED LEARNING) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015.

0 3 26

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT-BASED LEARNING) TERHADAP KEMAMPUAN MENYUNTING TEKS PROSEDUR KOMPLEKS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 TANAH JAWA TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015.

0 3 26

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PANGKALAN BERANDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015.

0 2 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 2 Karanganyar.

0 2 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS PIDATO DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS BERITA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS PIDATO DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS BERITA (NEWS-BASED LEARNING) PENDEKATAN KONTEKSTUAL KOMPONEN PE

0 0 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN STRATEGI REFLEKSI PENGALAMAN MELALUI MEDIA VIDEO KLIP PADA SISWA KELAS X-9 SMA TARUNA NUSANTARA MAGELANG.

0 0 2

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEDIA GAMBAR FOTOGRAFI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPLANASI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR.

0 0 18

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KLATEN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR FOTOGRAFI.

1 1 217