Aceh Oukoku No Rekishi

(1)

ACEH OUKOKU NO REKISHI

KERTAS KARYA

Dikerjakan O

L E H

RIFKI RIFAUZI NIM 062203049

Pembimbing Pembaca

Drs.Eman Kusdiyana, M.Hum

NIP.131763365 NIP. 132313750

Alimansyar, S.S

Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian pendidikan Non-Gelar Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA

BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN


(2)

ACEH OUKOKU NO REKISHI

KERTAS KARYA

Dikerjakan O

L E H

RIFKI RIFAUZI NIM 062203049

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA

BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN


(3)

Disetujui Oleh

:

Program Diploma Bahasa Jepang Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi D3 Bahasa Jepang

Ketua,

Adriana Hasibuan,S.S., M,Hum

NIP. 131662152 .


(4)

PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, Medan, untuk Melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang

Pada : Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D NIP. 132098531

.

Panitia :


(5)

2. Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum ( )

3.

Alimansyar, S.S ( )

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkatnya rahmat dan hidahayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini, serta Shalawat dan Salam kita panjatkan kepada Nabi MUHAMMAD SAW, sebagai persyaratan untuk memenuhi ujian akhir Diploma III Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Kertasa karya ini berjudul “Sejarah Kerajaan Aceh”.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah tertulis dalam kertas karya ini masih jauh dari sempurna baik dari segi materi maupun penulis. Demi kesempurnaan, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca utuk kearah perbaikan.

Dalam kertas karya ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang cukup bernilai harganya. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum, selaku Ketua Jurusan Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Eman Kusdiana, M.hum selaku dosen pembimbing yang dengan ikhlas telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan juga arahan kepada penulis, sampai kertas karya ini dapat selesai diselesaikan.

4. Bapak Alimansyar S.S selaku dosen pembaca.

5. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, atas didikannya selama masa perkuliahan.

6. Teristimewa kepada Kelurga Besar penulis, Ayahanda Rasyid dan Ibunda Tumini. S. Juga kepada adik adik tercinta, terima kasih atas semua dukungannya dan Doa yang telah dipanjatkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.


(6)

7. Tidak lupa penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada teman teman semua . dan juga kepada seluruh Kel. Besar Hinode. Dan bagi segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, penulis menghanturkan rasa terima kasih sebesar-besarnya karena dengan tulus telah membantu dan memotivasi penulis dalam penyelesaian kertas karya ini. Akhir kata penulis memohon maaf kepada para pembaca atas segala kesalahan ataupun kekurangan dalam pengerjaan kertas karya ini, karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT.

Medan, 31 Juni 2009

Penulis

NIM. 062203049 RIFKI RIFAUZI


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI……….. ii

BAB I

PENDAHULUAN………...

1

1.1 Alasan Pemilihan Judul……… 1

1.2 Tujuan Penulisan……….. 1

1.3 Pembatasan Masalah………. 2

1.4

Metode Penulisan……….

2

BAB II

GAMBARAN UMUM KERAJAAN ACEH….

3

2.1 Letak Geografis……… 3

2.2 Agama……….. 3

2.3 Mata Pencaharian………. 3

2.4

Profil Masyarakat……….

4

BAB III

SEJARAH KERAJAAN ACEH……….. 5

3.1 Terbentuknya Kerajaan Aceh………... 5

3.2 Kedatangan Portugis………. 5

3.3

Silsilah Raja Aceh………

7

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN……… 15

4.1 Kesimpulan………... 15


(8)

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Alasan Pemilihan Judul

Kerajaan Aceh adalah sebuah kerajaan yang terletak diujung barat laut pulau Sumatera. Kerajaan Aceh adalah satu-satunya daerah diSumatera yang memiliki nilai politis di mata orang-orang barat, sehingga kerajaan ini sangat menarik untuk dibahas. Seperti sejarah kerajaannya, kedatangan bangsa Portugis, dan silsilah raja-raja Aceh. Dalam sejarahnya kerajaan aceh memiliki kekayaan alam yang melimpah seperti rempah-rempah, kain sutra, dan lain-lain. letaknya yang sterategis dan tanahnya yang subur menjadi rebutan bangsa-bangsa eropa.

Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk membahas tentang kerajaan Aceh, dan menjelaskan kesalah pahaman serta ketidak tahuan akan sejarah berdirinya kerajaan ini. Dari sejarah kerajaan ini, penulis mendapat beberapa manfaat positif yang bisa kita ambil dari sejarah kerajaan ini.

I.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan mengangkat “Sejarah Kerajaan Aceh” sebagai judul kertas karya adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperkenalkan kerajaan aceh yang merupakan salah satu kerajaan yang ada di Indonesia.


(9)

2. Untuk menambah wawasan tentang sejarah kerajaan aceh baik terhadap pembaca dan juga penulis

3. Melengkapi persyaratan untuk dapat lulus dari D3 Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara.

I.3 Pembatasan Masalah

Dalam kertas karya ini penulis membahas mengenai bagaimana sejarah kerajaan aceh yang merupakan kerajaan yang besar dan terkenal dipulau sumatera. Setelah membahas detail sejarah kerajaan aceh tersebut, penulis sebelumnya menjelaskan juga tentang letak geografis, agama, mata pencaharian, dan profil masyarakat aceh.

I.4 Metode Penulisan

Dalam kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan. Yaitu metode untuk mengumpulkan data dan informasi dengan cara membaca buku atas referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam kertas karya ini. Selanjutnya data dianalisa dan dirangkum untuk kemudian didistribusikan kedalam bab dan sub bab dalam kertas karya ini.


(10)

BAB II

GAMBARAN UMUM KERAJAAN ACEH

2.1 Letak Geografis

Kerajaan aceh terletak diujung barat laut pulau sumatra, kerajaan aceh berbatasan dengan batak. Ibu kota kerajaan aceh terletak ditepi sungai, sungai itu bermuara dibarat laut pulau sumatra atau ditanjung aceh. Jaraknya kira-kira 4,8 Km dari laut. Istana sultan dibuat dengan arsitektur yang kasar dan kaku.

2.2 Agama

Penduduk kerajaan aceh menganut agama islam, mereka memilih banyak alim ulama dan sering bergaul dengan orang-orang asing yang menganut agama yang sama. pada masa ini agama islam tumbuh dan berkembang dengan pesatnya. Seiring dengan bertambah majunya perekonomian kerajaan dan bertambah luasnya daerah kekuasaan kerajaan.

2.3 Mata Pencaharian

Pada umumnya penduduk aceh bekerja sebagai petani dan pedagang. Hal ini dikarenakan tanah diwilayah kerajaan sangat subur dan letaknya yang strategis membuat pelabuhan aceh ramai dikunjungi oleh kapal kapal asing yang singgah


(11)

untuk berdagang ataupun mencari rempah-rempah yang banyak dihasilkan oleh petani, serta barang dagangan lain untuk dijual kenegara lain.

2.4 Profil Masyarakat

Sosok tubuh orang-orang aceh berbeda dari orang-orang sumatra lainnya. pada umumnya, mereka lebih tinggi dan lebih hitam kulitnya menurut dugaan orang aceh adalah campuran orang batak, orang melayu dan orang chulias. Chulias adalah nama yang diberikan pada penduduk bagian barat india yang telah mengunjungi pelabuhan aceh selama berabad abad,

Orang aceh lebih giat dan lebih rajin bekerja. Mereka juga lebih cerdik dan lebih luas pengetahuannya.


(12)

BAB III

SEJARAH KERAJAAN ACEH

3.1 Terbentuknya kerajaan Aceh.

Pada abad ke XV berdirilah diujung pulau sumatera sebuah kerajaan Islam yang berrnama kerajaan aceh, pendirinya adalah seorang budak yang dinikahkan oleh putri sultan ketika itu. Rajanya bernama sultan Ali Mughayat Syah yang memerintah dari tahun 1514 hingga 1528.

Raja yang terkenal adalah Sultan Iskandar Muda. Ia memerintah dari tahun 1607 hingga 1636. dibawah pimpinannya aceh mencapai puncak kejayaannya. Pantai barat sumatera dapat dikuasainya hingga ke Indrapura. Hasil lada dari Indrapura dibawa ke pariaman dan ke aceh.

3.2. Kedatangan Portugis

Pada tahun 1497 orang-orang potugis dipimpin oleh Vasco de Gama melewati tanjung harapan. Pada tahun berikutnya mereka sampai dipantai makassar. Perjalanan ini didorong oleh ambisi untuk menjadi bangsa yang besar dan ingin mencari keuntungan dari perdagangan. Mereka bernafsu menjadi kaya mendadak dengan menjarah bangsa bangsa lain. Setelah melewati ujung pulau


(13)

membuang jangkar di bandar pidie, pelabuhan terpenting pulau itu. Disini ia melihat kapal kapal dari pegu, benggala dan negara lain. Di bandar lain yaitu pasai yang letaknya kira-kira 99 km kesebelah timur, Sequieira diterima dengan baik oleh para pemimpin daerah. Disini ia juga mendirikan tugu atau salib.

Setelah mengumpulkan lada sebanyak mungkin, Sequeira bergegas menuju malaka. Berita keberadaannya di perairan timur telah tersebar jauh sebelum ia sampai, ia nyaris menjadi korban tipu muslihat sultan mahmud. Saudagar-saudagar arab dan persia telah melukiskan bangsa portugis kepada sang sultan sebagai bajak laut liar (suatu gambaran yang tak jauh menyimpang dari kebenaran). Pada awalnya, orang orang portugis hanya ingin mengadakan perjanjian dagang, kemudian dengan kerakusan mereka memperbudak dan menghancurkan sultan sultan yang sudah mempercayai mereka maupun memberi tempat bagi mereka dikerajaannya. Sequeira lolos dari perangkap yang dipasang untuknya, tetapi ia kehilangan orang orangnya. Sambil meninggalkan sebagian dari awak kapalnya dalam tawanan, ia kembali ke eropa dan melaporkan perjalanannya kepada raja portugis.

Pada tahun 1510 sebuah armada dikirim lagi dibawah pimpinan Diego Mendez, untuk menyebarkan pengaruh portugis setiba di pantai malaka pada tanggal 2 mei 1511, mendez berlayar meninggalkan kocin dengan 19 perahu dan 1400 pasukan. Setibanya di Pidie, mendez menemui beberapa orang portugis yang melarikan diri dari malaka. Berdasarkan keterangan dari para pelarian, mendez mengetahui bahwa penduduk lokal memperlakukan pendatang dengan buruk. Bahkan salah seorang dari rombongan dibunuh. Akibatnya para pendatang melarikan diri ke pidie. Mereka diterima dengan terbuka oleh sultan pidie.


(14)

Albequerque menyatakan penghargaan terhadap sikap bersahabat ini dan memperbaharui persekutuan yang telah dirintis sequeira. Kemudian ia meneruskan perjalanan kepasai.

Sultan pasai mencoba membersihkan dirinya dari tindakan tindakan kekejaman terhadap para pelarian portugis. sehingga membuat gubernur portugis albequerque mengurungkan niatnya untuk membalas dendam

Kisah kisah tentang sumatera sebagai pulau emas terdengar oleh bangsa bangsa lain di eropa. yang mendapat kabar bahwa dipulau ini terdapat emas yang sangat banyak dan lada yang sangat melimpah. Membuat orang orang eropa berlomba lomba untuk bisa sampai kepulau ini dan menguasainya.

3.3. Silsilah Raja Aceh Sultan Ibrahim

Pemimpin aceh mempunyai dua orang anak, anak yang sulung bernama raja Ibrahim, sedangkan yang bungsu bernama raja Lela. Mereka dibesarkan diIstana Sultan Pidie, setelah si ayah tua, anak sulungnya diangkat menjadi pengganti oleh sultanpidie. Pada dasarnya raja Ibrahim adalah seorang yang ambisius. Setelah berkuasa, ia menyerbu Daya yang dianggap sebagai saingannya. Ia tidak menyukai campur tangan Sultan Pidie yang mencoba menghentikan penyerbuan itu. Akhirnya ia mencoba melepaskan diri dari kekuasaan sultan pidie, ayahnya yang mencoba menghalangi keinginan raja ibrahim ditangkap dan dimasukkan kedalam penjara. Akhirnya si ayah meninggal dipenjara. Sultan pidie sangat marah melihat kejadian tersebut, sehingga memutuskan untuk menghukum raja ibrahim. Akan tetapi, raja ibrahim memiliki artileri dan amunisi yang kuat,


(15)

hasil rampasan terhadap beberapa kapal portugis. Akirnya pasukan aceh lebih kuat dari pada pasukan sultan pidie.

Pada tahun 1528 sultan ibrahim meninggal dunia karena diracun oleh salah seorang istrinya. Sang istri membalas perlakuan kasar sultan ibrahim terhadap saudara laki-lakinya raja daya.

Sultan Alauddin Syah

Pengganti sultan Ibrahim bergelar Alauddin Syah. Oleh karena prestasinya ia mendapat julukan keher atau yang berkuasa besar. Orang portugis mengatakan bahwa sultan Alauddin Syah menyatakan dirinya sebagai sultan Aceh, Barus, Pidie, Pasai, Daya, Batak, dan Minangkabau.

Banyak catatan-catatan tentang sultan ini terutama di Batak dan di Aru, sekitar tahun 1539-1541 catatan itu dibuat oleh Ferdinand Mendez Pinto. Menurut sejarah, alauddin meninggal pada tahun 1556 setelah memerintah selama 28 tahun. Ia digantikan oleh Hussein syah yang memerintah sekitar 8 tahun. Hussein Syah meninggal pada tahun 1565 dan digantikan oleh anaknya yang masih kecil. Anaknya hanya hidup selama 7 bulan setelah ayahnya meninggal. Pada tahun yang sama Firman Syah naik tahta dan mati terbunuh. Tak lama kemudian nasip yang sama menimpa Raja Janil setelah ia memerintah selama 10 tahun. Pembunuhan itu terjadi pada tahun 1567.

Mansyur Syah

Raja selanjutnya yang memerintah aceh adalah Sultan Mansyur Syah, ia memerintah dari tahun 1567_1588. pada masa pemerintahannya daerah kekuasaan


(16)

kerajaan aceh menjadi cukup luas. Pada masa pemerintahan sultan mansyur syah juga aceh mencapai puncak kejayaannya. Pada saat itu negara negara yang paling berkuasa ingin menjalin persahabatan dengannya. Pelabuhan aceh kembali menjadi pusat perdagangan di belahan dunia timur. Walaupun orang-orang portugis dan kapal kapal mereka selalu dijarah. Kapal kapal negara asia lain, dari mekkah hingga jepang dilindungi dan dijamin keselamatannya.

Mansyur Syah, permaisuri dan kaum bangsawan terkemuka tewas terbunuh oleh panglima perang Makuta. Ketika hendak melakukan perjalanan ke Malaka

Alauddin Riayat Syah

Putri Mansyur syah kawin dengan sultan johor dan mempunyai seorang anak laki-laki. Sebagai pewaris singgasana ia dibawa keaceh. Dalam sejarah ia bergelar Sultan Buyung. Akan tetapi ia dibunuh sebelum sampai 3 tahun memerintah. Pembunuhnya adalah Alauddin riayat syah, ia naik tahta tahun 1588 sejarah menyebutnya sebagai cucu dari Firman Syah.

Tidak banyak kejadian pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Syah, para penduduk hidup tentram. Tidak ada peperangan. Ia memerintah dari tahun 1588 sampai 1600. pada masa pemerintahannya para pedagang belanda mulai memasuki aceh, ia meninggal pada tahun 1601 setelah terjadi kekosongan pemerintahan selama 1 tahun. Ia meninggal karena sakit dan usia yang sudah tua.


(17)

Alauddin Riayat Syah mempunyai dua anak laki-laki. Anak yang bungsu diangkatnya menjadi sultan pidie, sedangkan yang sulung disebut Sultan Muda (Ali Mughayat Syah). Ia tetap di Aceh untuk menggantikan Alauddin. Pada tahun 1603, Alauddin memutuskan untuk membagi tanggung jawab pemerintahan dengan putra mahkota karena ia merasa sudah sangat tua. Akhirnya, ia melimpahkan pangkat kesultanan kepada anaknya dan diberi kekuasaan sebagai seorang anak sultan. Anak sulungnya sudah tidak sabar lagi menunggu untuk mendapatkan kekuasaan secara penuh. Maka, ia memasukan ayahnya itu kedalam penjara. Tidak lama kemudian, Alauddin meninggal dalam penjara itu. Waktu tempatnya, Tidak diketahui. Akan tetapi berdasarkan perhitungan peristiwa itu terjadi pada tahun 1604.6 ketika itu umur sultan muda 95 tahun. Ia memerintah selama 3 atau 4 tahun, Ia meninggal dengan tiba-tiba pada tahu 1641.

Sultan Iskandar Muda

Sultan Iskandar Muda dikenal oleh para penjajah dengan gelar Sultan

Paduka Sri. Daerah kekuasaannya meliputi Aru, Deli, Johor, Pahang, Kedah

Perak, Barus, Pasaman, Tiku, Salebar, dan Pariaman. Pada tahun pertama pemerintahannya, ia bersahabat dengan belanda. Pada tahun 1613, Inggris diizinkan untuk mendirikan loji. Orang orang inggris diberi banyak kemudahan-kemudahan

Sumber sumber penghasilan Kerajaan banyak selama pemerintahan Paduka sri. Buktinya Paduka Sri mampu melengkapi kebutuhan pasukan ekspedisis .


(18)

Menurut sejarah menyatakan lama pemerintahan itu kurang dari 30 tahun dan meninggal pada bulan Desember 1636. Ia digantikan oleh Sultan Alaudin Mughayat Syah yang hanya empat tahun memerintah dan meninggal di bulan Februari 1641. setelah tahun 1641 yang memerintah kerjaan Aceh adalah seorang wanita.

Sultan Tajul Alam

Ia adalah anak sultan Ali Mughayat Syah dan bernama Tajul Alam. Ketika, Taju ‘al-alam dinobatkan sebagai sultan dan menjadi wanita pertama di Aceh sebagai kepala negara. Enam puluh tahun kemudian, Aceh terus menerus diperintah oleh wanita. Saat Tajul naik tahata, era baru dalam sejarah Aceh telah dimulai.

Pada masa kekuasaanya, bentuk pemerintahan berubah menjadi aristokrasi dan oligarki. Tidak banyak catatan tentang pemerintahan Tajul Alam. Rakyat Aceh sudah terbiasa dan dapat menerima pemerintahan seorang perempuan. Menurut pendapat mereka, pemerintahan itu lebih baik dari pada pemerintahan laki-laki. Selanjutnya, Sultan Tajul Alam digantikan oleh seorang sultan wanita,

Nurul Alam. Ia memerintah selama 2 tahun dan meninggal di tahun 1677.

Anayet Syah

Sultan yang menggantikan Nurul Alam bernama Anayet Syah. Pada tahun 1684, utusan pemerintah Inggris dari Madras datang ke Aceh. Pada waktu itu, usianya sekitar 40 tahun. Orang orang yang pernah bertemu denganya curiga bahwa sultan ini bukan seorang perempuan. Ia bertubuh besar dan bersura keras,


(19)

tetapi tidak kelelaki-lakian. Sultan Aceh melarang pendirian gedung dari batu karena khawatir orang-orang asing akan merebut dan memakai gedung itu sebagai benteng untuk menindas mereka. Dalam perundingan-perundingan ini diungkapkan bahwa Aceh mengalami kesulitan karena memberikan izin kepada semua penduduk untuk mencari emas. Dahulu izin mencari emas hanya diberikan kepada beberapa orang tertentu, sedangkan sebagian besar rakyat harus bertani.

Anayet Syah meninggal pada tahun 1688 setelah memerintah selama 11 tahun.

Kamalat Syah

Sultan ini adalah Sultan perempuan terakhir. Namun penobatannya ditentang keras oleh golongan bangsawan yang ingin mengangkat seorang raja. Ia adalah anak dari Anayet Syah perang saudara pun terjadi dan akhirnya mahkota diberikan kembali kepada ratu muda itu.

Pada tahun 1699 ratu ni diturunkan oleh rakyatnya tanpa alasan yang jelas, setelah memerintah selama 11 tahun. Selanjutnya berakhirlah dinasti perempuan yang selama 59 tahun memerintah kerajaan Aceh.

Sultan Badrul Alam Sherif Hasan dan Perkasa Alam

Pengganti Sultan kamalat syah adalah anak laki laki dari Kamalat Syah, ia bernama Badrul Alam Sherif Hashan. Ia menderita penyakit yang membuat kaki dan tangannya mengecil. sehingga menghalanginya untuk bersembahyang dalam keadaan seperti itu ia terpaksa turun tahta pada tahun 1702. Ia meninggal kira kira sebulan kemudian.


(20)

Seorang tokoh agama bernama Perkasa Alam merebut tahta kesultanan Aceh, ia bukan berasal dari keluarga sultan. Setelah ia memerintah selama 2 tahun kemudian ia dipaksa turun tahta oleh anak laki laki dari Sultan Badrul Alam. Pada tahun 1704 ia naik tahta dengan nama Jamal Al-alam.

Sultan Jamal Al-Alam

Ketika ia memerintah di aceh daerah ini banyak penduduknya. Kaum bangsawan kaya raya dan pedagang hidup makmur. Sultan memerintah dengan adil dan bijaksana. Setelah beberapa tahun bertahta terjadi pemberontakan disebuah daerah yang letaknya ditimur. Dalam keadaan terjepit Sultan mengangkat seorang hulubalang menjadi wakilnya, kemudian ia pergi ke Pidie bersama keluarganya pada tahun 1723. kemudian ia digantikan oleh maharaja Lela yaitu wakilnya. Ia bergelar Juhar Al alam Setelah tujuh hari memerintah ia meninggal dan digantikan oleh keponakan jamal al alam yang bernama Undai Tebang namun ia naik tahta hanya selama beberapa hari

Alauddyn Ahmad Syah Juhan dan Alauddin Juhan Syah

Raja selanjutnya yang memerintah aceh adalah Maharaja Lela yang bergelar Alauddin Ahmad Syah Juhan, ia memerintah selama 12 tahun, selama masa itu kerajaan aceh menjadi ramai kembali. Ia mulai memerintah pada bulan Februari 1724 dan meninggal pada bulan Juni 1735. kemudian ia digantikan oleh anak sulungnya yang bernama Po-chatan, ia naik tahta pada bulan september 1735 dengan gelar Alauddin Juhan Syah memerintah selama 15 tahun. Pada bulan agustus 1760 sultan meninggal dunia dan digantikan oleh anaknya yang


(21)

bernama Pochat Bangsa, yang bergelar Alauddin Muhammad naik tahta pada bulan November 1760. pada masa ini terjadi banyak perebutan kekuasaan diantaranya oleh Sultan Sinara, pada tahun 1763, Badaruddin juhan syah tahun 1765, dan Raja udah tahun 1772. Pada tahun 1781 Alauddin Muhammad syah meninggal dunia. Pada masa ini aceh terus menerus dilanda kerusuhan.

Alauddin Mahmud Syah Juhan

Anak sulung sultan Alauddin Muhammad syah menggantikannya pada tahun 1781, dengan gelar Alauddin Mahmud Syah Juhan ia adalah sultan yang sangat disegani dan mempunyai pengaruh yang kuat. Sultan sangat bijaksana dan dicintai oleh seluruh rakyatnya. Sejarah menggambarkan ia sebagai pangeran yang baik dan bijaksana. pemerintahan dijalankan dengan penuh kebijaksanaan dan keadilan. ia penuh perhatian dan perlindungan terhadap alim ulama dan orang orang berilmu. Pasa tahun 1801 ia meninggal dunia dan digantikan oleh anaknya yang masih berusia 18 tahun.


(22)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Pada abad ke 16 kerajaan aceh didirikan oleh Sultan Ibrahim, pada masa Pemerintahan Sultan Mansyur Syah dan Sultan Iskandar Muada Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya dan daerah kekuasaannya menjadi luas.

2. Pada Masa pemerintahan Sultan Alauddin ahmad Syah Juhan dan Juhan Syah terjadi kemunduran dan perpecahan serta perang suadara, dimasa ini kerajaan aceh tidak tentram.

3. Selama 60 tahun pemegang pemerintahan kerajaan aceh adalah seorang ratu.

4. Disamping itu Kerajaan Aceh juga pernah diperintah oleh orang oarang yang bukan dari keturunan raja.

5. Pada masa pemrintahan Sultan Alauddin Mahmud Syah Juhan banyak tercipta orang orang berilmu dan karya karya sastra yang terkenal.

4.2 Saran

Kita pemuda penerus bangsa seharusnya banyak mengetahui sejarah kerajaan yang ada ditanah air kita agar sejarah tersebut tidak hilang begitu saja.

Karena ini adalah peninggalan sejarah yang sangat penting untuk kita pelajari.


(23)

DAFTAR PUSTAKA

Marsden William. 1996. History of Sumatera. The Third Edition. Kuala Lumpur. Oxford University

Dirtjen P&K. 1971. Indonesia dari masa ke masa. Sumatera Utara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Wurjantoro Edhie. 1996. Sejarah Nasional dan Umum I. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudaiaan.


(1)

Menurut sejarah menyatakan lama pemerintahan itu kurang dari 30 tahun dan meninggal pada bulan Desember 1636. Ia digantikan oleh Sultan Alaudin Mughayat Syah yang hanya empat tahun memerintah dan meninggal di bulan Februari 1641. setelah tahun 1641 yang memerintah kerjaan Aceh adalah seorang wanita.

Sultan Tajul Alam

Ia adalah anak sultan Ali Mughayat Syah dan bernama Tajul Alam. Ketika, Taju ‘al-alam dinobatkan sebagai sultan dan menjadi wanita pertama di Aceh sebagai kepala negara. Enam puluh tahun kemudian, Aceh terus menerus diperintah oleh wanita. Saat Tajul naik tahata, era baru dalam sejarah Aceh telah dimulai.

Pada masa kekuasaanya, bentuk pemerintahan berubah menjadi aristokrasi dan oligarki. Tidak banyak catatan tentang pemerintahan Tajul Alam. Rakyat Aceh sudah terbiasa dan dapat menerima pemerintahan seorang perempuan. Menurut pendapat mereka, pemerintahan itu lebih baik dari pada pemerintahan laki-laki. Selanjutnya, Sultan Tajul Alam digantikan oleh seorang sultan wanita, Nurul Alam. Ia memerintah selama 2 tahun dan meninggal di tahun 1677.

Anayet Syah

Sultan yang menggantikan Nurul Alam bernama Anayet Syah. Pada tahun 1684, utusan pemerintah Inggris dari Madras datang ke Aceh. Pada waktu itu, usianya sekitar 40 tahun. Orang orang yang pernah bertemu denganya curiga bahwa sultan ini bukan seorang perempuan. Ia bertubuh besar dan bersura keras,


(2)

tetapi tidak kelelaki-lakian. Sultan Aceh melarang pendirian gedung dari batu karena khawatir orang-orang asing akan merebut dan memakai gedung itu sebagai benteng untuk menindas mereka. Dalam perundingan-perundingan ini diungkapkan bahwa Aceh mengalami kesulitan karena memberikan izin kepada semua penduduk untuk mencari emas. Dahulu izin mencari emas hanya diberikan kepada beberapa orang tertentu, sedangkan sebagian besar rakyat harus bertani.

Anayet Syah meninggal pada tahun 1688 setelah memerintah selama 11 tahun.

Kamalat Syah

Sultan ini adalah Sultan perempuan terakhir. Namun penobatannya ditentang keras oleh golongan bangsawan yang ingin mengangkat seorang raja. Ia adalah anak dari Anayet Syah perang saudara pun terjadi dan akhirnya mahkota diberikan kembali kepada ratu muda itu.

Pada tahun 1699 ratu ni diturunkan oleh rakyatnya tanpa alasan yang jelas, setelah memerintah selama 11 tahun. Selanjutnya berakhirlah dinasti perempuan yang selama 59 tahun memerintah kerajaan Aceh.

Sultan Badrul Alam Sherif Hasan dan Perkasa Alam

Pengganti Sultan kamalat syah adalah anak laki laki dari Kamalat Syah, ia bernama Badrul Alam Sherif Hashan. Ia menderita penyakit yang membuat kaki dan tangannya mengecil. sehingga menghalanginya untuk bersembahyang dalam keadaan seperti itu ia terpaksa turun tahta pada tahun 1702. Ia meninggal kira kira sebulan kemudian.


(3)

Seorang tokoh agama bernama Perkasa Alam merebut tahta kesultanan Aceh, ia bukan berasal dari keluarga sultan. Setelah ia memerintah selama 2 tahun kemudian ia dipaksa turun tahta oleh anak laki laki dari Sultan Badrul Alam. Pada tahun 1704 ia naik tahta dengan nama Jamal Al-alam.

Sultan Jamal Al-Alam

Ketika ia memerintah di aceh daerah ini banyak penduduknya. Kaum bangsawan kaya raya dan pedagang hidup makmur. Sultan memerintah dengan adil dan bijaksana. Setelah beberapa tahun bertahta terjadi pemberontakan disebuah daerah yang letaknya ditimur. Dalam keadaan terjepit Sultan mengangkat seorang hulubalang menjadi wakilnya, kemudian ia pergi ke Pidie bersama keluarganya pada tahun 1723. kemudian ia digantikan oleh maharaja Lela yaitu wakilnya. Ia bergelar Juhar Al alam Setelah tujuh hari memerintah ia meninggal dan digantikan oleh keponakan jamal al alam yang bernama Undai Tebang namun ia naik tahta hanya selama beberapa hari

Alauddyn Ahmad Syah Juhan dan Alauddin Juhan Syah

Raja selanjutnya yang memerintah aceh adalah Maharaja Lela yang bergelar Alauddin Ahmad Syah Juhan, ia memerintah selama 12 tahun, selama masa itu kerajaan aceh menjadi ramai kembali. Ia mulai memerintah pada bulan Februari 1724 dan meninggal pada bulan Juni 1735. kemudian ia digantikan oleh anak sulungnya yang bernama Po-chatan, ia naik tahta pada bulan september 1735 dengan gelar Alauddin Juhan Syah memerintah selama 15 tahun. Pada bulan agustus 1760 sultan meninggal dunia dan digantikan oleh anaknya yang


(4)

bernama Pochat Bangsa, yang bergelar Alauddin Muhammad naik tahta pada bulan November 1760. pada masa ini terjadi banyak perebutan kekuasaan diantaranya oleh Sultan Sinara, pada tahun 1763, Badaruddin juhan syah tahun 1765, dan Raja udah tahun 1772. Pada tahun 1781 Alauddin Muhammad syah meninggal dunia. Pada masa ini aceh terus menerus dilanda kerusuhan.

Alauddin Mahmud Syah Juhan

Anak sulung sultan Alauddin Muhammad syah menggantikannya pada tahun 1781, dengan gelar Alauddin Mahmud Syah Juhan ia adalah sultan yang sangat disegani dan mempunyai pengaruh yang kuat. Sultan sangat bijaksana dan dicintai oleh seluruh rakyatnya. Sejarah menggambarkan ia sebagai pangeran yang baik dan bijaksana. pemerintahan dijalankan dengan penuh kebijaksanaan dan keadilan. ia penuh perhatian dan perlindungan terhadap alim ulama dan orang orang berilmu. Pasa tahun 1801 ia meninggal dunia dan digantikan oleh anaknya yang masih berusia 18 tahun.


(5)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Pada abad ke 16 kerajaan aceh didirikan oleh Sultan Ibrahim, pada masa Pemerintahan Sultan Mansyur Syah dan Sultan Iskandar Muada Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya dan daerah kekuasaannya menjadi luas.

2. Pada Masa pemerintahan Sultan Alauddin ahmad Syah Juhan dan Juhan Syah terjadi kemunduran dan perpecahan serta perang suadara, dimasa ini kerajaan aceh tidak tentram.

3. Selama 60 tahun pemegang pemerintahan kerajaan aceh adalah seorang ratu.

4. Disamping itu Kerajaan Aceh juga pernah diperintah oleh orang oarang yang bukan dari keturunan raja.

5. Pada masa pemrintahan Sultan Alauddin Mahmud Syah Juhan banyak tercipta orang orang berilmu dan karya karya sastra yang terkenal.

4.2 Saran

Kita pemuda penerus bangsa seharusnya banyak mengetahui sejarah kerajaan yang ada ditanah air kita agar sejarah tersebut tidak hilang begitu saja.

Karena ini adalah peninggalan sejarah yang sangat penting untuk kita pelajari.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Marsden William. 1996. History of Sumatera. The Third Edition. Kuala Lumpur. Oxford University

Dirtjen P&K. 1971. Indonesia dari masa ke masa. Sumatera Utara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Wurjantoro Edhie. 1996. Sejarah Nasional dan Umum I. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudaiaan.