BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP HAIKU 2.1. Konsep Haiku - Sejarah Perkembangan Haiku Menuju Go International Go International Ni Yuku Haiku No Hatten No Rekishi
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP HAIKU
2.1. Konsep Haiku
Haiku merupakan jenis puisi yang paling singkat yang pernah ada. Puisi ini
mewakili kesusastraan Jepang dalam memberikan kontribusi terhadap kesusastraan puisi di dunia. Hal ini terjadi karena haiku membuktikan bagaimana seni dalam membuat sajak dapat dibuat menjadi indah dan memiliki makna yang mendalam hanya dengan penggunaan kata – kata yang minimum. Meskipun puisi ini sangat pendek dalam penggunaan kata – kata, Jepang dan masyarakat dunia pada saat ini menganggap haiku sebagai salah satu hasil karya terbesar yang pernah ada.
Tetapi sebelum masuk lebih jauh membahas mengenai haiku, terlebih dahulu perlu diketahui mengenai pengertian puisi itu sendiri. Jika melihat pengertian puisi itu sendiri secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang berarti penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah peoetry yang erat dengan –poet dan –poem. Mengenai kata poet, Coulter ( dalam Tarigan, 1986:4 ) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari yunani yang berarti “ membuat atau mencipta “. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang – orang yang hampir – hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa – dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Sedangkan jika melihat pengertian puisi itu sendiri secara umum, puisi sebagai bagian dari genre sastra merupakan jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan satu pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama dan makna khusus ( Zubeirsyah, 1992:184 ).
Haiku( 俳句 ) adalah jenis puisi Jepang yang memiliki keringkasan dalam
penggunaan kata – kata. Haiku merupakan puisi yang hanya tersusun dari 17 suku kata. Penulisannya dilakukan dalam 3 baris ( alinea ) yang masing – masing terdiri dari 5, 7, dan 5 suku kata. Penghitungan jumlah suku kata pada haiku terlihat pada contoh di bawah ini :
U ma o sa e = 5 suku kata Na ga mu ru yu ki no = 7 suku kata A shi ta ka na = 5 suku kata Namun tidak semua haiku mematuhi aturan yang berlaku, ada yang kurang ataupun lebih dari 17 suku kata. Seperti contoh berikut : Ka me war u ru = 5 suku kata Yo ru no ko ri no = 6 suku kata Ne za me ka na = 5 suku kata
Haiku di atas berjumlah 16 suku kata. Sebagian penyair ada yang
menggunakan pola suku kata lebih atau kurang dari 17 suku kata. Namun aturan
haiku yang sebenarnya adalah 17 suku kata, dan pada umumnya haiku
menggunakan aturan 17 suku kata.Selain dari pengertian 17 suku kata, menurut wellek dan Austin, ( 1995:3 ) sastra merupakan suatu kegiatan kreatif karya seni. Dengan demikian haiku bisa dikatakan sebagai salah satu kegiatan kreatif karya seni yang mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman yang penataannya dipilih dan ditata dengan cermat dan mampu disampaikan dalam 17 suku kata sebagai seni yang indah, dan menurut Higginson ( 1996 : 28 ) menyatakan bahwa haiku merupakan pengungkapan ( rekaman ) dari suatu peristiwa yang melibatkan kemampuan pengarang dalam memahami kekuatan alam. Hal ini terlihat dari puisi
- – puisi Jepang sebelum haiku yang banyak menggunakan tema dan kata – kata yang berhubungan dengan alam, seperti waka dan renga, dan sama halnya dengan
haiku yang ditulis oleh para penyair terkenal sampai sekarang mempergunakan
tema alam.Pada masa lampau, sebahagian besar orang – orang Jepang hidup sangat dekat dengan alam. Para penyair pada saat itu sering membuat analogi antara musim dengan keadaan yang terjadi di sekitarnya dalam membuat syairnya masing - masing, seperti memadukan keadaan yang sangat sepi dan sengsara dengan musim dingin, alasannya adalah karena di musim dingin, cuaca sangat dingin, matahari tidak bersinar, sehingga membuat orang tidak mau keluar dari rumahnya, dan oleh karena itu jarang ditemui adanya kegiatan yang dilakukan oleh orang secara berkelompok, yang dapat ditemukan hanyalah suasana sepi dan muram. Namun, dengan banyaknya ditemukan puisi yang menggunakan tema dan kata – kata yang berhubungan dengan alam dalam mencitrakan keadaan yang dialami, maka hal ini menjadi suatu kebiasaan untuk menghasilkan syair – syair menurut keadaan musim – musim yang ada di Jepang.
Tema alam yang paling umum digunakan dalam haiku yaitu berupa pergantian musim, dimana di Jepang terdapat empat musim. Masing – masing musim ini memiliki keindahan yang berbeda yang dapat dituangkan dalam puisi, salah satunya seperti mekar dan gugurnya bunga sakura dan lain sebagainya.
Mulai sejak zaman dahulu, kata – kata khusus dan ungkapan – ungkapan harus mengandung makna – makna tentang empat musim tersebut. Sekarang ini masyarakat Jepang menyebut kata – kata dan ungkapan penggunaan tema empat musim ini disebut juga dengan Kigo. Karenanya makna haiku terkadang diidentikkan dengan puisi yang memerlukan kemampuan penyair dalam memahami alam.
2.2. Keistimewaan Haiku
Haiku sebagai sebuah puisi memiliki pengaruh besar dalam kesusastraan
Jepang dan internasional. Selain sebagai sebuah warisan budaya yang bernilai tinggi, juga memiliki keistimewaan tersendiri yang membuatnya digemari banyak penyair dari Jepang maupun non Jepang. Keistimewaan tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Merupakan Salah Satu Puisi yang Memiliki Keringkasan dalam Penggunaan Kata – Kata.
Haiku merupakan salah satu puisi tersingkat di dunia dengan 17 suku kata
dengan pola 5 – 7 -5 dalam tiga baris. Hal ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi para penyair dalam menulis haiku. Bagaimana menuangkan ekspresi hanya dalam tiga baris. Keringkasan haiku membuat para penyair harus lebih megadakan pendekatan yang lebih disiplin dalam berbahasa dari pada jenis puisi lain.
Keringkasan dengan kata lain membuang sesuatu yang tidak perlu membuat haiku memiliki beberapa keuntungan yang tidak dapat selalu ditemukan di jenis puisi yang lain. Keringkasan mengharuskan seorang penyair membuang tata bahasa yang tidak diinginkan dan kata sambung. Kekurangan dalam penggunaan kata sambung membuat objek yang digambarkan dalam haiku menyatu dengan yang lainnya seperti makna, rasa, dan lain – lain.
Pada awalnya haiku adalah renga yang memiliki pola 5 – 7 – 5 – 7 – 7 yang popular pada abad ke 17, renga popular di masyarakat dan banyak diperlombakan pada masa itu. Tapi seiring perkembangan zaman, orang – orang mulai merasa jenuh menulis saja yang panjang dan penuh dengan peraturan.
Selain itu haikai no rengayang merupakan variasi dari renga mulai berkembang dan popular di masyarakat, pada awalnya haikai no renga, cara penulisannya mengikuti peraturan yang sudah pakem, tetapi kemudian banyak penyair tertarik untuk menulis hanya sajak pembuka pada renga yang berjumlah tiga baris, tiga baris tersebut disebut dengan hokku, yang pada saat ini kita kenal sebagai haiku, situasi seperti ini disebabkan karena para penyair pantun lebih mudah menuangkan gagasan dalam tiga baris hokku yang singkat, daripada menulis puisi panjang sesuai dengan peraturan pada masa itu. Dan keadaan ini berlanjut terus sampai pada saat ini dimana haiku telah terkenal di seluruh dunia.
2. Memiliki Kigo yang Merupakan Kata Penanda Musim, Juga Mampu
Melukiskan Keindahan Alam, dan Sebagai Analogi dari Imajinasi dan
Emosi Penyair Terhadap Suatu Keadaan atau Situasi yang Digambarkan dalam Setiap Baris Haiku.Kigo adalah sebuah kata atau frase yang diasosiasikan dengan musim –
musim yang digunakan pada haiku – haiku Jepang. Kigo sering digunakan di dalam haiku, untuk mengindikasikan musim di dalam bait. Kigo sangat berharga dalam mengungkapkan ekspresi pada haiku.
Pemakaian kigo dalam haiku Jepang merupakan hal yang sangat penting semenjak pertengahan abad ke – 8. Di dalam buku man’yoshu, terdapat beberapa _ _ _ _ _ _ _ _
haiku yang memiliki kigo, lalu di dalam Kokinshu , lebih banyak terdapat haiku
yang memiliki kigo.Pada zaman Heian, renga berkembang dan setelah memasuki abad ke 13, dalam penulisan renga telah ditetapkan peraturan yang mengharuskan di dalam
renga harus terdapat kigo. Hal ini terus berlanjut sampai pada zaman populernya
hokku , dimana dalam menulis hokku juga harus terdapat kigo.Salah satu variasi dari renga yaitu haikai no rengadiperkenalkan pada akhir abad 15. Haikai adalah puisi yang isinya lebih ringan dan penuh humor dengan Matsuo Basho dan penyair lain mempopulerkannya. Pada awal abad 20, Masaoka Shiki memisahkan hokku dari rantai haikai dan memberikana nama haiku pada puisi yang sebelumnya tidak memiliki nama tersebut yang memuat kigo sebagai unsur intern di dalamnya.
Ketika berbicara tentang musim, merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menggunakan elemen dari alam untuk membuat suatu gambaran yang dapat mengungkapkan ekspresi dan ide. Cara seperti itu adalah cara khas dalam menggunakan kigo ketika menulis haiku.
Kigo merupakan kata – kata yang menunjuk kepada musim. Di Jepang
terdapat empat musim, yaitu musim semi, gugur, panas, dan dingin. Semua musim tersebut meemiliki kigo masing – masing yang terdapat di dalam haiku. Kigo di dalam haiku selain memiliki fungsi sebagai penunjuk waktu kapan haiku ditulis, juga mampu melukiskan keindahan alam melalui setiap kata – katanya. Setiap musim memiliki arti tersendiri bagi masyarakat Jepang, sehingga kigo pun disesuaikan dengan keadaan itu. Ada kigo yang merupakan kejadian alami yang muncul pada musim – musim tertentu, misalnya : Kawazu yang berarti katak yang menunjukkan musim semi, saat musim semi merupakan saat dimana katak-katak muncul ke sawah, dan ada kigo yang merupakan kebudayaan yang dilakukan masyarakat Jepang pada musim – musim tertentu, misalnya : Shigure yang berarti mandi hujan, shigure adalah suatu budaya mandi hujan saat akhir musim gugur atau awal musim dingin. Jadi Shigure juga adalah kigo yang menandakan musim dingin.Para penyair haiku kerap memasukkan kigo untuk menunjukkan ekspresinya. Dengan kata lain, kigo menjadi analogi dan symbol dari ekspresi sang penyair dalam haikunya.
Di bawah ini terdapat makna dari masing – masing musim bagi masyarakat Jepang beserta contoh kigo dan contoh haiku yang memiliki kigo yang dikutip dariebagai berikut :
Musim dingin : Musim dingin diumpakan dengan kesedihan, hubungan yang renggang, kesepian, kemuraman, dingin, suasana tahun baru dan ketenangan.
Contoh kigo : ochiba, fuyu, yuki, samusa, yukimi, fugujiru dan lain– lain.
Fuyu no hi ya Matahari musim dingin Bajou ni kouru Di punggung kuda Kageboshi Bayanganku membeku Musim panas : musm panas diumpamakan dengan kegembiraan hidup, kehangatan, cinta, kemarahan, dan nafsu.
Contoh kigo : natsu, satsuki, atsushi, semi, hototogisu, tsuyu, dan lain – lain.
Shizukasa ya Didalamketenangan Iwa ni shimi iru Suarajangkrik Semi no koe Menembus bebatuan Musim gugur : musim gugur diumpamakan dengan kehilangan, rasa curiga,
penyesalan, kehilangan, dan sebuah akhir. Hal – hal ini ditunjukkan oleh kata – kata yang menggambarkan sesuatu yang bersifat misteri.
Contoh kigo : aki, hazuki, taifu, kaminari, amanogawa, tsuki, mushi, nashi, momiji, kakashi, akimatsuri, dan lain – lain.
Tsuki zo shirube Bulan akan membimbingmu Konata e irase Jalan ini pengembara, datanglah Tabi no yado Ke dalam penginapan disini Musim semi : musim semi diumpamakan dengan jiwa muda, jiwa yang murni, harapan baru, dan semangat yang meluap – luap.
Contoh kigo : haru, kisaragi, atatakashi, kasumi, ume, uguisu, sakura, hanamatsuri, kawazu, hibari, hinamatsuri, dan lain – lain.
Furuike ya Kolam tua Kawazu tobikomu Katak melompat Mizu no oto Suara air
Buku yang paling popular yang berisikan daftar – daftar kigo adalah buku bernama “ Saijiki “, yang dibagi atas empat volume, disesuaikan dengan empat musim. Pada setiap musim, kita dapat menemukan berbagai kategori seperti bumi, langit, binatang, tumbuhan dan kemanusiaan. Setiap kategori terdiri dari daftar
kigo yang berkaian dengan subjek tersebut. Saijiki adalah salah satu tipe buku
yang membuat penulis dapat menemukan penjelasan mengenai kigo beserta dengan kata – kata yang berkaitan yang dapat digunakan. Buku ini juga memuat contoh haiku yang terdapat kigo.
Kigo adalah cara yang efektif untuk menyampaikan ide, pikiran, dan emosi
kepada para pembaca. Ketika menulis haiku, sangat direkomendasikan untuk memasukkan kigo untuk mendapatkan efek yang terbaik bagi penyair dan pembacanya.
3. Terdapat Pengaruh dan Konsep Zen yang Membentuk Haiku Menjadi
Puisi yang Indah Juga Menjadi Pencerahan Hidup dan Pedoman Untuk
Melihat Dunia.Zen merupakan salah satu dari ajaran Budhisme yang berasal dari India,
yang menyebar melalui Cina dan Korea. Terdapat beberapa pendapat yang bertentangan apakah Zen itu termasuk agama atau filsafat. Hal ini dikarenakan
Zen telah terlebih dahulu bercampur dengan kebudayaan China. Ada sebagian
pendapat yang mengatakan bahwa Zen merupakan filosofi bukan sebuah agama.Karena percampuran yang terjadi pada saat Zen memasuki wilayah Cina terutama di Cina bagian selatan.
Di dalam Zen, tidak dikenal adanya simbol, dewa, hari – hari besar, ritual keagamaan, dan kitab khusus, pemikiran Zen selalu diajarkan turun – temurun dari seorang ahli Zen kepada murid – muridnya. Apapun ajaran yang terdapat dalam
Zen , ajaran tersebut keluar dari pemikiran seseorang. Dalam arti setiap orang
mengajari dirinya sendiri, karena kebutuhan setiap orang itu berbeda dan hanya masing – masing pribadi yang mengetahuinya.
Selain itu jika menyangkut apa yang ada di dalam Zen, Suzuki ( 1934 : 6 ) menyatakan bahwa pengalaman pribadi adalah segalanya di dalam Zen. Pengalaman merupakan hal yang paling mendasar dalam Zen, pengalaman merupakan jawaban dari segala teka – teki kehidupan. Seperti halnya dalam menjalankan hidup. Seseorang akan paham dengan kehidupan apabila ia telah menjalaninya, dan selama menjalani kehidupan tersebut akan begitu banyak pembelajaran yang didapat.
Apabila membahas mengenai hubungan antara haiku dan Zen, maka hal tersebut merupakan hal yang tak dapat dipisahkan. Pada dasarnya haiku dan Zen menekankan pada satu hal atau dapat dikatakan sebagai persamaan, yaitu haiku dan Zen merupakan bagian dari suatu pengalaman. Dalam haiku dan Zen, pengalaman adalah pelajaran yang paling berharga, agar kita dapat mengambil hikmah daripadanya sehingga tidak melakukan hal yang salah dan mengambil intisari terbaik agar dapat melihat hidup lebih baik lagi. Di dalam haiku, terdapat beberapa konsep Zen, seperti :
Satori, adalah sebuah pengalaman akan pencerahan,
- Mu – shin, adalah mengurangi atau membatasi segala ego,
- Jiyu, adalah kebebasan,
- Shokokyaka, adalah melihat ke yang peling dasar yang merupakan
- sumber dari dirimu sendiri.
Apabila Zen dikaitkan dengan dunia seni, terdapat 5 konsep Zen dari seni
Zen yang biasa digunakan untuk menggambarkan kualitas dari kesusasteraan
Jepang :
- Wabi, adalah prinsiip moral yang mengajarkan untuk menikmati kehidupan yang tenang tanpa harus mengkhawatirkan kehidupan duniawi,
- Sabi, adalah ketenangan, dan keindahan dari kesunyian.
- Mono no aware adalah apresiasi terhadap keindahan yang berlansung sesaat pada alam, kehidupan manusia, dan sebuah hasil karya seni. Dan biasanya ditunjukkan dengan rasa terharu luar biasa, bahkan sampai menangis.
- Yugen adalah konsep yang menunjuk kepada keindahan dan kedalaman dari suatu misteri, dan sering dikombinasikan dengan hal – hal lain seperti keanggunan, kemurnian, kegelapan, ketenangan, dan lain – lain.
- Makoto secara sederhana dapat diartikan sebagai keikhlasan seperti sifat yang bersemangat, dan reaksi emosional yang terjadi secara spontan.
Hal – hal diatas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya nilai Zen dalam sebuah haiku. Keberadaan konsep Zen dalam haiku selain mampu membuat haiku menjadi lebih indah, juga mampu membuat para pembacanya mendapatkan pencerahan hidup dan cara untuk memandang dunia lebih luas.
4. Penggunaan Diksi ( Pilihan Kata ) yang Sederhana Sehingga Ekspresi dan Imajinasi dari Penyair Lebih Mudah Disampaikan.
Menurut diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti “ diksi ” yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi berarti pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan)
Segala pembicaraan bahasa dan unsur-unsurnya dalam penulisan haiku hakikatnya terkait dengan diksi. Diksi sebagai satu unsur yang ikut membangun keberadaan haiku berarti pemilihan kata yang dilakukan oleh penyair untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan-perasaan yang bergejolak dan menggejala dalam dirinya. Peranan diksi di dalam penulisan haiku memiliki arti penting karena kata-kata adalah segala-galanya dalam haiku. kata-kata tidak sekadar berperan sebagai sarana yang menghubugkan pembaca dengan gagasan penyair. Dalam haiku kata-kata sekaligus sebagai pendukung dan penghubung pembaca dengan dunia intuisi penyair.
Dapat dikemukakan bahwa diksi merupakan esensi penulisan haiku. Pilihan kata yang tepat dan cermat dapat mengukuhkan pengalaman penyair di dalam
haiku yang ditulisnya. Pilihan kata yang tepat dan cermat memungkinkan kata-
kata tidak sekedar merekat dan menempel satu sama lain, tetapi kata-kata itu dinamis dan bergerak serta memberikan kesan yang hidup. Kata-kata seperti itu tidak sekadar menjadi penanda, tetapi sekaligus menjadi dunia puitik itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menulis haiku siapapun tidak boleh meremehkan atau mengabaikan unsur diksi ini.
Meskipun diksi dalam penulisan puisi memiliki arti penting, Sanusi Pane pernah mengingatkan bahwa kata-kata yang dipilih dalam penulisan puisi tak serta merta menggunakan kata-kata indah semata, kata-kata yang pelik hanya mengejar estetika (kata-kata yang rumit hanya mengejar keindahan menurut versi penyair dan menjadi asing di mata pembaca), penyair disarankan untuk membuang segala kata yang cuma mempermainkan mata, hanya dibaca sepintas lalu karena kata- kata itu tidak keluar dari sukma (jiwa, batin, pikiran dan perasaan) penyair.
Dalam penulisan haiku, diksi dan gaya bahasa yang digunakan cenderung kepada pemilihan yang sederhana dalam berbagai aspek. Pada haiku jarang ditemukan kata – kata yang tingkat pemahamannya sulit, kata – kata yang sederhana dan umum dalam kehidupan sehari - hari lebih sering kita jumpai, seperti pada haiku yang berjudul “ Furuike ”, yang menggunakan kata – kata seperti “ Kawazu “ yang berarti “ katak “, “ Furuike “ yang berarti “ kolam tua “, dan “ Tobikomu “, yang berarti “ melompat “. Kata – kata seperti ini sangat lazim ditemukan, sangat sederhana, namun di tangan para penyair terkemuka seperti Matsuo basho, kata “ Furuike “ dan lain – lain menjadi sesuatu yang memiliki nilai keindahan yang tinggi. Selain itu kata – kata yang terangkai dalam haiku ini hamper terdengar dalam kehidupan sehari – hari dan tidak memiliki makna ambiguitas, sehingga para penyair terdahulu dan orang yang ingin menulis haiku dapat menyampaikan maksudnya dengan jelas.
5. Menggambarkan Keadaan atau Realita yang Nyata dengan Jelas tanpa
Hal – Hal yang Bersifat Abstrak, Metafora, Perbandingan, dan Personifikasi sehingga Maksud dan Tujuan Lebih Mudah Dipahami.Haiku adalah puisi yang bersifat mengambil tema berdasarkan realita yang
ada. haiku berusaha menangkap momen sesaat yang terekam dalam memori, dirasakan oleh tubuh, seperti pada saat terkena hembusan angin ketika membuka jendela, mendengar suara tetesan air di tempat yang sepi dan erbagai macam kejadian lainnya. Pada saat merasakannya hanya sebentar, tapi efek yang dirasakan luar biasa, seperti berada di dunia lain atau terasa seperti menyatu dengan alam sekitar.
Oleh karena itu, ketika seorang penyair menulis haiku, penyair berusaha untuk menulis haiku berdasarkan realita yang dialami. Hal ini untuk menghindari terjadinya ambiguitas yang sering terjadi dalam penulisan puisi. Suatu hal yang menjadi fokus si penyair adalah momen yang dirasakan sebagai sebuah pengalaman, sehingga haiku menjadi puisi yang jujur terhadap realitas karena tidak adanya “ center of interest “ ( Pusat kepentingan ) di dalamnya.
Dan karena sebab itu, dalam penulisan haiku sangat dihindari penggunaan abstrak, metafora, perbandingan, dan personifikasi. Karena hal tersebut dapat menjauhkan haiku dari realitas yang berupa momen sebagai sebuah pengalaman. Dan juga agar haiku dapat lebih mudah dipahami oleh para pembaca.
6. Haiku adalah Puisi yang Membuat Seorang Penyair Berusaha
Menangkap Momen Sesaat dan Menjadikannya Sebagai Sarana untuk
Berbagai Pengalaman sehingga Para Pembaca Seolah – Olah Dapat Merasakan Kembali Pengalaman dari Momen Sesaat Tersebut.Membaca haiku membuat kita data menghargai pengalaman dari orang lain terutama penyair. Melalui haiku kita dapat mengetahui sensasi dan kejadian yang terjadi dalam kehidupan manusia. Kita dapat mengerti betapa dalam perasaan manusia pada waktu dan tempat mereka hidup dan berbagai macam jenis kehidupan yang ada dengan mereka pada saat itu.
Seorang penyair menulis haiku sebagai pembenaran terhadap apa yang dirasakannya, dan berharap orang lain dapat mengambil hikmah dari membacanya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Blyth dalam Higginson ( 1985 : 244 ) yaitu :
“ Hampir semua emosi yang kita miliki adalah sesuatu yang
singkat. Mereka muncul tiba – tiba dan menghilang. Mereka adalah
bagian dari cara berpikir kita yang ringkas….haiku menceritakan
semua tanpa melipat kepada hal yang lain. Oleh karena itu, haiku
lebih ringan dari puisi panjang dan lebih memiliki kegembiraan…Di
dalam haiku…penyair membawa pembaca ke sebuah sisi jurang dan
melihat seekor ibu elang membawa sarangnya dan kemudian
menjatuhkannya. Pembaca dengan imjinasi yang kuat akan
menikmatinya, dan mendapati diri mereka seperti sedang terbang. Pihak yang lain jatuh ke batu dan terbunuh saat itu juga “
Penyair haiku mengundang para pembaca secara tidak langsung terlibat dalam pengalaman yang disampaikan dalam haiku. Dan berhasil menjadikan
haiku menjadi sarana yang tepat untuk berbagi pangalaman sebagai sesuatu yang berharga kepada para pembaca.
2.3. Tokoh – Tokoh yang Mempopulerkan Haiku
2.3.1. Empat Guru Besar Haiku _
- ------------ 1. Matsuo Basho
Matsuo Munefusa atau lebih dikenal dengan nama Matsuo Bash o , dilahirkan pada tahun 1644 di Ueno, yaitu daerah yang terletak di propinsi Iga
- ------------ ( saat ini dikenal dengan prefektur Mie ). Tidak terdapat keterangan pasti tentang tanggal lahirnya. Namun ada yang menyebutkan bahwa Bash o lahir pada tanggal
15 September, bertepatan pada saat bulan purnama. Ia memiliki seorang kakak laki – laki dan empat orang saudara perempuan. Ayahnya, Matsuo Monzaemon,
- ------------ adalah seorang samurai dari kelas bawah yang hidup bertani selama masa damai.
Nama Bash o bukanlah nama yang dimilikimya sejak kecil. Nama tersebut ------------ diberikan oleh muridnya dikarenakan tanaman yang tumbuh di dekat podok ------------ kecilnya yang sederhana. Dalam bahasa Jepang, Bash o diartikan sebagai “ pohon pisang “. Pondok atau lebih tepatnya gubuk kecil yang dihuni oleh Basho
- ------------ dikelilingi banyak tanaman pohon pisang yang memang sengaja ditanam oleh para muridnya. Sehingga nama Basho merupakan julukan yang diberikan oleh orang – ------------ orang yang berada di sekitarnya.
Pada tahun 1656, setelah beberapa tahun kematian ayahnya, Bash o yang dikenal dengan Munefusa, bekerja melayani Todo Yoshikiyo yang masih kerabat
- ------------ dengan daimyo ( penguasa daerah ) yang menguasai provinsi Iga. Tidak terdapat catatan tentang kegiatan Bash o selama bekerja. Namun beberapa pendapat menyebutkan bahwa jabatannya rendah dan tugasnya sangat sedikit
Selanjutnya ia bergabung dalam kegiatan anak Yoshikiyo, yaitu Yoshitada, yang berumur dua tahun lebih tua darinya. Yoshitada merupakan seorang penulis
haikai di waktu senggangnya dengan nama samaran Sengin. Nama Sengin
merupakan pemberian dari guru Yoshitada, yaitu Kitamura Kingin. Kingin merupakan salah seorang penyair haikai terbaik dari sekolah Teimon. Namun
- ------------ ------------ ketika Bash o bergabung dengan Sengin, Bash o tidak menggunakan nama aslinya, ia menggunakan nama samaran Sobo. Ia mulai menulis puisi pertamanya pada tahun 1662, namun puisi pertamanya yang tercatat yaitu pada Februari 1663 dalam Makoto Ueda ( 1992 : 19 ) yang isinya sebagai berikut :
Haru ya koshi Apakah musim semi yang datang Toshi ya yukiken Apakah tahun yang telah berlalu Kotsugumori Dua hari terakhir
- Dari sinilah awal mula Basho menyenangi dunia haiku dan mempelajari ------------ Teimon, sebelum akhirnya ia menemukan alirannya tersendiri.
Kehidupan Bash o yang sesungguhnya dimulai pada saat ia mulai ------------ bergabung dengan Yoshitada. Kehidupannya sebagai samurai ia jalani sambil membuat puisi. Tetapi pada musim panas tahun 1666, Bash o mengalami masa
- ------------ yang sulit ketika gurunya Yoshitada ( Sengin ) tiba – tiba meninggal di usia yang sangat muda. Karena kejadian ini Basho memutuskan untuk meninggalkan tempat kelahirannya dan mulai mempelajari Zen di sebuah biara ( Kinpukuji ) di dekat Kyoto diantara tahun 1666 – 1671. Di biara ini Ia juga mempelajari tentang ------------ kesusastraan Cina dan kaligrafi. Meskipun Ia telah meninggalkan kampong ------------ halamannya, Bash o masih terus menulis haikai. Pada tahun 1672 Basho pindah ke ------------
Edo ( Tokyo ), dimana Ia semakin aktif menulis puisi. Selama keberadaannya di Edo, di kota ini ( 1673 – 1684 ) Ia juga berlatih / mempelajari meditasi Bash o di ------------ bawah arahan Bucho, seorang pendeta Zen yang tinggal di kuil Chokeji.
Pada musim panas tahun 1684, Bash o memulai salah satu dari perjalanan panjangnya dari Edo menuju Kyoto. Tidak seperti perjalanannya sebelumnya, perjalanan ini tidak untuk suatu perjalanan spiritual. Adapaun tujuan dari perjalanan ini adalah untuk mengunjungi makam ibunya, mengunjungi muridnya di Ogaki, dan mendisiplinkan dirinya melalui perjalanan yang sulit ini. Perjalanan ------------ ini sangat sulit karena ia harus melewati beberapa daerah yang berada antara Edo dan Kyoto. Dari perjalanan ini Bash o mulai menemukan dan menciptakan gaya puisinya sendiri. Selama perjalanan berlangsung sama seperti seorang Bhiksu,
- Basho mengenakan jubah hitam yang biasa digunakan pendeta Budha, sebuah kebiasaan yang akan terus digunakan sampai akhir hayatnya. ------------
Setelah kembali ke Edo dari perjalanannya yang panjang,dan mendapatkan beberapa kemajuan dalam membuat haiku. Bash o memutuskan untuk melakukan perjalanan kembali. Ia ingin mengenalkan dasar pemikiran ataupun gaya puisinya yang baru yaitu Karumi kepada para penyair di luar Edo. Makoto Ueda ( 1992:428 ) menjelaskan bahwa Karumi memiliki pengertian “ ringan atau menerangi “, menunjukkan kepada sebuah kesederhanaan, yaitu kesederhanaan akan keindahan yang muncul ketika penyair menemukan tema puisinya pada hal – ------------ hal yang umum dan mengekspresikannya dalam bahasa yang sederhana.
Pada akhirnya Bash o memutuskan untuk melakukan perjalanan lain pada ------------ musim panas 1694. Namun karena meninggalnya salah seorang teman ------------ terdekatnya, sehingga perjalanan Bash o harus terhenti dan harus kembali ke Edo.
Selanjutnya Bash o kembali lagi ke Ueno pada awal musim semi untuk ------------ isitirahat selama sebulan. Selanjutnya ia melanjutkan perjalanan ke Osaka dengan beberapa teman dan sanak saudara. Tetapi selama perjalanan kesehatan Bash o mulai menurun dengan drastis, meskipun begitu ia terus menulis beberapa syair – syair yang sangat indah. Tetapi, selang beberapa waktu karena sakit perut yang dideritanya ia berada di tempat tidur, dan tidak pernah sembuh sejak itu. Begitu banyak muridnya yang berdatangan ke Osaka dan berkumpul di samping tempat
- ------------ ------------ tidurnya. Basho terlihat begitu tenang dihari – hari terakhirnya. Bash o wafat pada
- ------------
Kakemeguru Mengitari padang rumput yang kering
- ------------ kehidupan sehari – hari seputar humor atau depresi, kegembiraan atau kebingungan. Haiku karangan Bash o memiliki karakter semakin banyak dia menjelaskan perbuatan manusia, semakin kecil eksistensi manusia di dunia ini, ------------ sehingga membuat kita sadar akan kekuatan alam. Contoh haiku karangan Basho yang terkenal yang penulis kutip dari Makoto Ueda ( 1992 : 140 ) adalah :
- ------------ Takarai Kikaku ( 1661 – 1701 ) dan Hattori Ransetsu ( 1654 – 1707 ), dua orang murid Basho . Ia dikenal dengan julukan Master Yahantei ( pertapa tengah malam ) , julukan ini berasal ketika Ia tinggal di Nihonbashi di sebuah pavilion yang memiliki bel yang selalu berbunyi pada tengah malam, waktu ketika Ia sedang menulis puisi. Suatu malam dia berkata kepada Buson, “ Dalam membuat haikai, berusahalah untuk tidak mengikuti gaya gurumu. Ubahlah gayamu sendiri dengan waktu dan kesempatan, susunlah dengan jelas dan nyata terpisah dari apa yang sudah terjadi dan juga sebelum apa yang mungkin akan terjadi “. Di bawah asuhan Hayano Hajin, kemampuan Bason dalam membuat puisi semakin meningkat, salah satu puisi pertamanya yang berhasil dicatat yang epnulis kutip dari Makoto Ueda ( : 9 ) adalah :
- ------------ ------------
- ------------ jumlah buku yang membahas mengenai Buson, dan hampir sama dengan buku yang membahas mengenai Basho .
- ------------ puisinya mengenai tumbuh – tumbuhan dan hewan mencapai 1000 puisi, yang jauh dibandingkan dengan Basho yang hanya menulis sedikit mengenai tumbuh – tumbuhan dan hewan.
November 1694 pada usia 50 tahun. Haiku terakhir yang berhasil Ia tulis yang penulis kutip dari Makoto Ueda ( 1992 : 413 ) adalah :
Tabi ni yande Sakit di dalam perjalanan Yume wa kareno wo Mimpiku berkelana
Haiku karangan Basho bersifat dramatis, berisi mengenai hal – hal tentang
Furuike ya Kolam tua Kawazu Tobikomu Katak Melompat Mizu no oto Suara air
2. Yosa Buson
Secara umum banyak orang percaya bahwa Yosa Buson lahir pada tahun 1716 di Kema, desa yang sangat dekat dengan kota Osaka. Hanya sedikit yang diketahui mengenai orang tua Buson, bahkan namanya saja tidak diketahui, walaupun diketahui bahwa Buson memakai nama Tani dan Taniguchi pada awal karirnya. Salah seorang muridnya, Takai Kito, dalam manuskrip yang dia tulis, Ia menjelaskan bahwa ayah Buson adalah seorang kepala desa, dan juga seorang pahlawan desa.
Mengenai ibu Buson, banyak yang percaya bahwa Ibu Buson berasal dari daerah semenanjung dekat Kyoto. Kemudian datang dan mencari kerja ke desa Kema, dan bekerja sebagai pembantu di rumah kepala desa yang dipercayai sebagai ayah dari Buson, maka banyak orang yang menganggap Buson sebagai anak tidak sah, dan itu menjadi alasan bagi Buson untuk merahasiakan kelahirannya.
Keadaan desa Kema yang berada di antara Osaka dan Kyoto, dua kota besar yang merupakan tepat berkumpulnya banyak orang dipercaya banyak berpengaruh kepada pendidikan Buson. Sejak kecil, Buson lebih tertarik kepada kegiatan berpuisi dan melukis daripada bertani atau berdagang. Oleh karena itu, Buson meninggalkan desanya dan pergi ke kota Edo, sebuah kota baru dan berkembang, tempat yang bagus bagi para anak muda untu meraih mimpinya.
Pada awalnya, dia bertahan hidup dengan menggunakan talenta yang dia miliki, yaitu melukis, sampai musim semi tahun 1737, dia menjadi murid dari seorang master Haikai, Hayano Hajin ( 1676 – 1742 ), lalu ia pun menulis puisi dengan nama samaran Saicho.
Bushon memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi master Haikai, sehingga Ia yang memiliki masalah finansial harus menetap di rumah sang master Haikai, dan membantu segala urusan rumah tangga dan menyusun arsip gurunya setelah menulis puisi. Guru Buson, Hayano Hajin adalah murid dari master haikai,
Shirami toru Menangkap kutu Kojiki no tsuma ya Seorang istri pengemis Ume ga moto Di bawah pohon plum
Pada tahun 1741, Buson berkelana ke gunung Tsukuba untuk mempertajam kemampuannya, namun setelah Ia kembali, gurunya Hayano Hajin meninggal pada 7 Juli 1742. Oleh karena itu, buson kehilangan seorang pelindung, modal, ------------ dan rumah yang nyaman. Dan kemudian setelah itu terinspirasi dari perjalanan Basho , Buson pergi meninggalkan Edo berkelena mengelilingi Jepang selama 10 tahun berikutnya. Selama masa 10 tahun ini puisi Buson lebih menekankan kepada apa yang telah ia lihat dan kemudian melukisnya, hal seperti ini dinamakan haiga ( campuran antara lukisan dan haiku ), cara menciptakan puisi inilah yang membedakan antara Buson dan para penyair haiku lainnya.
Pada tahun 1751, Buson tiba di Kyoto, dia aktif dalam komunitas puisi Mochizuki Sooku ( 1688 – 1766 ) dan juga aktif melukis terisnspirasi dari gaya
Bunjinga dari China. Dengan berlatih melukis dan berpuisi, dia bercita – cita
untuk mencapai idealisme dari Bunjin. Pada tahun 1770, dia mengambil nama
Master Yahantei yang kedua mengikuti jejak gurunya sebagai Master Yahantei
yang pertama, dan ketika melukis dia menggunakan nama Sha – Co – Koh, Shunsei dan lain – lain pada masa saat dia berada di Tokyo.
Grup puisi yang dia dirikan mempublikasikan buku pertamanya pada tahun1772. Puisinya menunjukkan gaya lukisan yang lebih objektif daripada puisi
Basho yang meliputi banyak hal tentang manusia. Haiku karya Buson berbeda dengan Bash o, tidak terdapat semacam Filosofi ataupun tanda – tanda empati, ekspresinya begitu lembut, seolah – olah seseorang yang membacanya dapat merasakan menyatu dengan alam hanya dengan memperhatikan lukisannya.
Buson selalu mengekspresikan esensi dari suatu hal bukan luarnya. Buson dalah penyair yang karyanya diilhami dengan sensibilitas yang timbul setelah merasakan suatu pengalaman.
Meskipun Buson cemerlang dalam bidang puisi, tapi Ia lebih dikenal sebagai pelukis yang handal sampai Masaoka Shiki dan Hagiwara Sakutaro menulis essay tentang dirinya, sehingga membangkitkan kembali kenangan tentang dirinya. Selain berpuisi, Buson juga menulis puisi yang bergaya China ------------ dan Jepang klasik.
Buson tidak menulis jurnal perjalannya seperti Basho , karena perjalanan Buson lebih berat, Ia sering mengalami kelaparan dan kesengsaraan, sebab Buson tidak memilki keuangan yang baik dan kenalan yang bisa memberikannya tumpangan. Buson menikah pada usia 45, dan mempunyai seorang puteri bernama Kuno. Buson meninggal dunia pada usia 68 dan dimakamkan di Kuil Konpuku di Kyoto. Contoh haikunya yang terkanal yang penulis kutip dariadalah :
Sumizumi ni Di sudut – sudut Nokoru samusa ya Dingin yang tersisa Ume no hana Bunga Ume
3. Kobayashi Issa
Kobayashi Issa adalah seorang Penyair Jepang dan seorang pendeta Budha beraliran Joudo Shinshuu yang dikenal melalui haiku dan jurnal perjalanannya.
Dia lebih dikenal sebagai Issa ( 一茶 ), sebuah nama pena yang berarti pegangan cangkir. Dia dianggap sebagai empat master haiku di Jepang, bersama dengan uson dan Shiki. Sebagai gambaran akan popularitas Issa sebagai seorang manusia dan penyair, buku di Jepang yang membahas mengenai Issa melampaui
Issa dilahirkan dengan nama Kobayashi Yataru, pada tanggal 15 Juni 1763, di desa kecil bernama Kashiwabara di Provinsi Shinano ( Distrik Nagano sekarang ), 150 mil sebelah barat laut Tokyo, desa Kashiwabara adalah desa kecil yang terpencil dan sering bersalju. Ayah Issa bernama Yagobei adalah seorang petani, dan ibu Issa bernama Kuni berasal dari kasta yang lebih tinggi dari golongan ayahnya. Sayangnya, ibu Issa meninggal pada saat Issa masih berumur dua tahun. Kemudian dia diasuh oleh neneknya. Situasi berubah tidak lama kemudian, ketika ayah Issa menikah lagi dengan sorang wanita bernama Hatsu.
Disinilah kehidupannya yang sulit dimulai, karena hubungan antara Ia dan ibu tirinya sama sekali tidak baik. Beberapa tahun kemudian , neneknya meninggal sehingga ayahnya mengirimnya ke kota Edo untuk bekerja, tidak banyak yang bisa diketahui dari awal kehidupan Issa di kota Edo.
Setelah beberapa lama menetap di kota Edo dan menjalani kehidupan yang sulit, nama Issa dihubungkan dengan Kobayashi Chikua dari sekolah haiku Nirokuan, tapi hubungannya sama sekali tidak jelas. Pada masa ini Issa mulai belajar dan menulis puisi yang terinspirasi dari para master haikai yang ada di kota Edo, puisi pertama yang tercatat yang penulis kutip dari Makoto Ueda ( 2004 : 12 ) adalah :
Kore kara mo Di masa depan pun Mada ikukaeri Banyak kebahagiaan kembali Matsu no hana Bunga cemara
Selama tahun – tahun berikutnya, Issa mengadakan perjalanan panjang mengelilingi Jepang dan berusaha merebut harta warisan peninggalan ayahnya yang sudah meninggal dari ibu tirinya. Setelah bertahun – tahun bertengkar, Issa ingin mengamankan sebagian warisan ayahnya, sehingga dia kembali ke kampung halamannya. Di sana Ia menikah dengan seorang wanita bernama Kiku. Setelah hidup bahagia, beberapa lama kemudian tragedi terjadi. Dua anak pertama yang lahir meninggal dalam usia yang masih sangat kecil, hal ini membuat Issa sedih dan menulis haiku berikut ini yang penulis kutip dari
Tsuyu no yowa Dunia embun Tsuyu no yo nagara Sungguh dunia embun Sari nagara Dan masih, dan masih
Anak ketiga meninggal pada tahun 1820 dan istrinya jatuh sakit dan meninggal pada tahun 1823, pada waktu dia berumur 61 tahun.
Issa kemudian menikah lagi, dan melalui masa tuanya dengan menghasilkan berbagai karya puisi. Tidak berapa lama kemudian kebakaran besar melanda desa tempat tinggal Issa pada tanggal 24 Juli 1827, Issa kehilangan rumahnya dan tinggal di gudang yang sampai saat ini masih dapat ditemui di kampung halamannya. Dia meninggal pada tanggal 19 Novermber 1827 di kampung halamannya.
Semasa hidupnya Issa menulis lebih dari 20.000 haiku, membuat haibun ( campuran antara prosa dan haiku ), dan berpartisipasi dalam membuat lebih dari
250 renku ( nama lain dari haikai, semacam puisi berantai ). Haiku yang diciptakan oleh Issa menggambarkan keadaan yang sulit pada saat dia masih kecil, dan banyak berisi puisi tentang tumbuh – tumbuhan dan hewan. Issa menulis 54 haiku menngenai siput, 200 mengenai kodok, sekitar 230 mengenai kunang – kunang, lebih dari 150 mengenai nyamuk, 90 mengenai lalat, sekitar 100 megenai kutu dan hampir mencapai 90 mengenai jangkrik, membuat total jumlah
Issa dengan kepribadian yang kuat dan bahasa yang lugas mampu membuat ------------ sajak yang bergairah sesuai dengan suasana hatinya pada saat itu, sehingga dianggap bahwa Issa merupakan pewaris yang tepat dari Matsuo Bash o daripada penyair yang lain.
4. Masaoka Shiki
Masaoka Shiki (正岡子規), lahir diadalah
Nama aslinya adalah Masaoka Tsunemori, dan sewaktu kecil dipanggil Noboru.
Shiki dikenal sebagai penulisyang waktu itu merupakan olahraga baru di Jepang, dan sejumlah haiku dayang ditulisnya adalah mengenai bisbol.
Masaoka Shiki dilahirkan sebagai putra sulung di bernama Masaoka Tsunenao, sedangkan ibunya bernama Yae, putri sulung ahlibernama Ohara Kanzan. Ketika berusia 5 tahun, ayahnya meninggal dunia, dan ia dibesarkan oleh kakek dan ibunya. Ketika berusia 6 tahun, Masaoka belajar menghafal sastra Cina klasik di di sekolah privat milik kakeknya, Ohara Kanzan. Selain itu, pelajaran membaca dan menulis didapatnya di( terakoya ).
Pada ta Masaoka pindah ke Sekolah Dasar Katsuyama (sekarang Sekolah Dasar Banchō Matsuyama) Setelah kakeknya meninggal pada April 1875, Masaoka belajar sastra klasik China dari penerus kakeknya, Tsuchiya Kyūmei.
Pada taMasaoka menulis karya pertamanya berupa puisi Cina, dan Kyūmei memberikan koreksi. Bulan Maret asaoka melanjutkan ke Sekolah Menengah Matsuyama ( sekarang Sekolah Menengah Atas Matsuyama ).
Keinginannya untuk mengikuti tes masuk sekolah tingkat persiapan ( daigaku
yobimon
Bulan berikutnya (Juni 1983), Masaoka sampai di Tokyo dan memasuki bimbingan masuk universitas bernama Kyōritsu Gakkō (Sekolah Kyoritsu) yang mengajarkan bahasa Inggris untuk ujian masuk universitas. Sekarang sekolah tersebut bernama Sekolah Menengah Pertama dan Atas Kaisei.
Pada bulan Septemberasaoka diterima di sekolah tingkat persiapan Sewaktu bersekolah di sana, sekolahnya berganti nama menjadi Sekolah Menengah Atas I.
Di antara teman seangkatannya terdapat n
Masaoka menyelesaikan kelas persiapan (yoka) Sekolah Menengah Atas 1 pada bulan Juliuk seterusnya melanjutkan ke kelas utama (honka) yang dimulai bulan September 1888.
Masaoka mulai batuk darah pada bulan MeiSejak itu pula, ia mulai menggunakan nama pena "Shiki". Nama pena tersebut berasal dari sebutan bahasa Mandarin klasik untuk burung yang di Jepang disebut hototogisu
. Menurut legenda, burung hototogisu bernyanyi sampai
memuntahkan darah.Shiki lulus Sekolah Menengah Atas I pada bulan Julidan melanjutkan ke Jurusan Filsafat, Fakultas Budaya, Universitas Kekaisaran Tokyo.
Pada bulan Januarihiki berhenti kuliah, dan selanjutnya bekerja di surat kabar
Nihon Shimbun .
Sejak AprShiki bertugas sebagai wartawan perang dalam Shiki mengadakan pertemuan apresiasi haiku ( kukai ) di rumah yang diberi nama Shiki-an. Dua tahun selanjutnya, di tempat yang sama dilangsungkan pertemuan apresiasi tanka ( utakai ).
Penyakit Shiki makin parah setelah pulang bertugas meliput Peperangan Jiawu. Pada bulan Mei 1895, di atas kapal yang membawanya pulang, Shiki memuntahkan darah dalam jumlah besar, dan langsung masuk rumah sakit di sahabat dekatnya sedang bertugas mengajar di Sekolah Lanjutan Pertama Matsuyama. Setelah beristirahat di tempat kediaman Soseki, Shiki berangkat ke Tokyo pada bulan Oktober 1895. Di tengah perjalanan, pinggang yang sakit membuatnya sulit berjalan. Tahun berikutnya, bakteri TBC sudah sampai ke tulang belakangnya. Dokter ingin mengoperasinya, namun harapan untuk sembuh sudah tidak ada.
Pada tahiki sudah sulit untuk duduk apalagi berdiri. Sejak itu pula, Shiki menghabiskan sisa hidupnya terbaring di tempat tidur. Walaupun demikian, Shiki terus produktif menulis haiku, tanka, dan esai. Sewaktu terbaring sakit pun, Shiki masih memberi bimbingan kepada murid-muridnya: