Indonesia De No Wayang Kulit No Rekishi

(1)

INDONESIA DE NO WAYANG KULIT NO REKISHI KERTAS KARYA

DIKERJAKAN O

L E H

RATNA DEWI NIM. 072203026

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG


(2)

INDONESIA DE NO WAYANG KULIT NO REKISHI KERTAS KARYA

DIKERJAKAN O

L E H

RATNA DEWI NIM. 072203026

Dosen Pembimbing Dosen Pembaca

(Drs. Amin Sihombing ) (Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum) NIP. 19600403 199103 1 001 NIP. 19600919 198803 1 001

Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian

Program pendidikan Non-Gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Dalam Bidang Studi Bahasa Jepang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG


(3)

Disetujui Oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi D3 Bahasa Jepang Ketua,

Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum NIP 19620727 198703 2 005


(4)

PENGESAHAN

Diterima oleh :

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang

Pada : Tanggal :

Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Prof. Syaifuddin, M.A., Ph.D. NIP 19650909 199403 1 004

Panitia :

No. Nama Tanda Tangan

1. Adriana Hasibuan, S.S., M. Hum ( )

2. Drs. Amin Sihombing ( )

3. Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum ( )


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya yang berjudul, “INDONESIA DE NO WAYANG KULIT NO REKISHI”. Meskipun banyak kesulitan dalam penulisan kertas karya ini karena pengetahuan penulis yang terbatas, tetapi berkat bimbingan, bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan kertas karya ini, terutama kepada :

1. Bapak Prof. Drs. Syaifuddin, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum., selaku Ketua Jurusan Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Amin Sihombing, selaku Dosen Pembimbing yang dengan ikhlas meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sampai kertas karya ini dapat diselesaikan.

4. Dosen pembaca, Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum. 5. Bapak Drs. Nandi. S, selaku Dosen Wali.

6. Seluruh Staff pengajar Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

7. Teristimewa kepada kedua orang tuak, Bapak Asril Koto dan Ibu tercinta Marinis Chaniago atas dukungan moral dan cinta kalian yang tanpa batas membuat aku tetap semangat untuk studi ini.


(6)

8. Buat semua saudaraku (K’Iris, B’Iwan, K’ Rhima, Rheiny “Uncu”) my little neph ew “FACHRY & FAEYZHA”, dan buat sikecil “ZAHRA”

9. Buat mahasiswa Bahasa Jepang 2007 khususnya (Henni, Indri, Bu’ guru (Tia), Dj, Ani, Anum, Bunga)

GANNBATTE……!!!

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih untuk semua bantuan dan dukungannya selama ini. Mudah-mudahan kertas karya ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2010 Penulis

RATNA DEWI NIM. 072203026


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 1

1.3 Pembatasan Masalah ... 2

1.4 Metode Penulisan ... 2

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG WAYANG KULIT ... 2

2.1. Pengertian Wayang Kulit ... 3

2.2. Asal Mula Wayang Kulit ... 4

2.3. Perkembangan Wayang Kulit ... 5

BAB III TOKOH-TOKOH DALAM PERTUNJUKAN WAYANG KULIT ... 7

3.1. Pemain atau Pelaksana ... 7

3.2. Peran atau Tokoh ... 8

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 10

4.1. Kesimpulan ... 10

4.2. Saran ... 10


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Alasan Pemilihan Judul

Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang memiliki kekayaan akan seni. Adapun salah satu kesenian yang menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia adalah Wayang kulit yang terkenal di Indonesia bahkan mancanegara.

Wayang sampai pada sekarang ini sudah berumur lebih dari 300 tahun. Walaupun begitu, pertunjukannya masih tetap digemari dan menjadi salah satu khas bangsa Indonesia yang berasal dari budaya Jawa. Wayang kulit merupakan media pendidikan masyarakat dan menyebarkan informasi yang menarik dan hiburan bagi masyarakat luas. Oleh karena itu, wayang kulit perlu dilestarikan dan dikembangkan. Penulis ingin mengetahui dan memahami mengenai sejarah dan perkembangan wayang kulit. Karena itu, penulis memilih judul dalam kertas karya ini.

1.2.Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sejarah wayang kulit di Indonesia.

2. Untuk menambah wawasan generasi muda untuk mengenal wayang kulit sebagai budaya Indonesia.

3. Sebagai salah satu syarat kelulusan dari program studi D3 Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.


(9)

1.3.Pembatasan Masalah

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis membatasi ruang lingkup pembahasannya yaitu mengenai sejarah dan perkembangan Wayang kulit termasuk pemain dan peran serta perkembangannya di Indonesia.

1.4.Metode Penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan metode perpustakaan yaitu metode pengumpulan data atau informasi dengan cara membaca buku–buku, majalah dan artikel dari situs internet sebagai referensi yang berkaitan dengan tema kertas karya ini. Kemudian data-data yang terkumpul diidentifikasikan, dirangkum dan selanjutnya didistribusikan ke dalam setiap bab dalam kertas karya ini.


(10)

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG WAYANG KULIT

2.1. Pengertian Wayang Kulit

Wayang kulit merupakan salah satu seni budaya bangsa Indonesia yang punya ciri khas diantara banyak karya budaya lainnya. Wayang kulit meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Pertunjukkan Wayang kulit terus berkembang dari zaman ke zaman, sehingga menjadi media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan.

Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia, yang berasal dari Jawa. Wayang Kulit dimainkan oleh seorang dalang, dengan diiringi oleh musik gamelan dan diiringi lagu yang dinyanyikan oleh para pesinden.

Secara umum Wayang kulit mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana. Yaitu adaptasi karya sastra India. Tetapi pewayangan di Indonesia banyak mengalami pengubahan dan penambahan untuk menyesuaikan dengan kebudayaan asli Indonesia.


(11)

2.2. Asal Mula Wayang Kulit

Menurut penelitian para ahli sejarah kebudayaan, Wayang Kulit merupakan budaya asli Indonesia, yakni suku Jawa.

Kesenian Wayang kulit dalam bentuknya yang asli timbul sebelum kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia dan mulai berkembang pada zaman Hindu Jawa. Pertunjukan kesenian Wayang kulit merupakan sisa-sisa upacara keagamaan orang Jawa yaitu sisa-sisa dari kepercayaan animisme dan dinamisme pada tahun 1500 SM.

Yakni suatu anggapan bahwa semua benda yang bernyawa dan mempunyai kekuatan gaib, atau mempunyai roh yang berwatak baik maupun jahat. Misalnya roh jahat yang mereka sebut Hyang. Roh ini dianggap tidak kelihatan dan lebih berkuasa dari pada manusia.

Tentang asal-usul kesenian Wayang Kulit hingga saat ini masih merupakan suatu masalah yang belum terpecahkan secara tuntas. Menurut kitab Centini, asal-usul Wayang Kulit diciptakan oleh Raja Jayabaya dari kerajaan Mamenang (kediri), sekitar abad ke-10.

Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan digoreskan diatas daun lontar. Kesenian Wayang Kulit merupakan hiburan yang mengasikkan baik ditinjau dari segi wujud maupun pakelirannya. Terkandung nilai-nilai pendidikan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.


(12)

2.3. Perkembangan Wayang Kulit

Dalam Bahasa Jawa, Wayang kulit berarti bayangan yaitu boneka-boneka yang digunakan dalam pertunjukan itu berbayangan atau memberi bayang-bayang.

Pada tahun 1500 SM – 400 M, pertunjukan bayang-bayang pada mulanya bersifat upacara agama, tetapi kemudian berkembang menjadi pertunjukan Wayang Kulit yang bersifat duniawi. Meskipun pertunjukan Wayang Kulit tetap tidak sempurna tapi kemudian menjadi populer pada tahun 907 M. Sehingga menarik minat penonton pada abad ke-11. Namun pertunjukan Wayang Kulit tersebut masih bersifat magis-religius.

Pertunjukan Wayang Kulit menggunakan kelir, secarik kain, sebagai pembatas antara dalang yang memainkan Wayang kulit, dan penonton dibalik kelir. Penonton hanya menyaksikan gerakan-gerakan Wayang kulit melalui bayangan yang jatuh pada kelir. Pada masa itu pergelaran wayang kulit hanya diiringi oleh seperangkat gamelan dan pesiden pada masa itu diduga masih belum ada.

Sekitar abad ke-10, Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan digoreskan diatas daun lontar. Bentuk gambar Wayang kulit ditiru dari gambar relief cerita Ramayana. Cerita Ramayana sangat menarik karena Jayabaya termasuk penyembah dewa Wisnu.

Masa berikutnya yaitu pada zaman Jenggala, pertunjukan Wayang kulit semakin berkembang. Raja Sri Suryawisesa giat menyempurnakan bentuk Wayang kulit. Setiap ada upacara penting di istana diselenggarakan pertunjukan Wayang kulit. Pada saat itu pertunjukan Wayang Kulit sudah diiringi oleh gamelan.


(13)

Pada zaman Majapahit, Wayang Kulit ditulis diatas kertas. Wayang Kulit tesebut berbentuk gulungan.

Masuknya agama islam sekitar abad ke-15 memberi pengaruh besar pada budaya Wayang Kulit. Pengikut islam yang menggemari kesenian Wayang kulit, terutama para Wali Songo, berhasil menciptaka bentuk baru dari wayang kulit yaitu dengan bahan kulit kerbau. Wajah wayang digambarkan miring, ukuran tangan dibuat lebih pajang dari ukuran tangan manusia sehingga sampai ke kaki. Pakaian Wayang dicat dengan tinta.

Selanjutnya pada tahun 1596-1942, telah banyak tercipta bentuk-bentuk Wayang Kulit, antara lain: Wayang Madya, Wayang Wong, Wayang Golek Wayang Tegul, Wayang Dupara, Wayang menak, Wayang Kuluk, Wayang Jawa, Wayang Kancil, dan Wayang Wahara.

Kemudian pada tahun 1521-1945 dunia pewayangan mengalami kemajuan pesat, baik dalam bentuk wayang kulit, bentuk pakeliran (layar), nilai-nilai isinya, jenis-jenis wayang kulit, maupun dalam pertunjukannya. Sehingga pada Zaman tersebut telah mencapai titik puncaknya. Namun demikian tidak berarti terhenti, tetapi bahkan makin disenangi dan diminati. Bukan oleh bangsa Indonesia saja, tetapi juga oleh bangsa asing dari generasi satu ke generasi berikutnya. Sehingga sampai sekarang Wayang Kulit telah menjadi kesenian Klasik tradisional Indonesia.


(14)

BAB III

TOKOH-TOKOH DALAM PERTUNJUKAN WAYANG KULIT

3.1

.

Pemain atau Pelaksana

Berdasarkan pertujukannya, ada tiga unsur pemain atau pelaksana dalam pertujukan wayang kulit yaitu Dalang, Pesinden, dan Nigaya.

a. Dalang

Dalang adalah seniman utama dalam pertunjukan. Hanya terdiri dari satu orang. Umumnya pria karena pekerjaan sebagai dalang sangat berat. Dalang duduk bersila semalam suntuk, malaksanakan pertujukan dan memimpin para Nigaya dan Pesinden dengan aba-aba tersemar seperti gerak gerik tertentu dari wayang kulit, nyanyi, suara dodogan (suara dari cempala, sejenis alat musik perkusi dari kayu dan terdapat dikotak penyimpanan boneka wayang) dan kepyakan (suara dari kepyak, sejenis alat musik perkusi terdiri dari lembaran-lembaran kecil besi atau perunggu). Tetapi menurut sejarah, dalang pernah dilakukan oleh wanita dan berkat adaya pendidikan seni pendalangan di sekolah tingkat menengah dan akademi, saat ini dalang juga bisa dilakukan oleh anak remaja. Bahkan lamanya pertunjukan juga bisa dipersingkat dari semalam suntuk menjadi 3 sampai 4 jam.


(15)

b. Pesinden

Pesinden adalah siniwati yang mengiringi pertunjukan. Dikenal sudah lama sejak tahun 1634 Pesinden juga disebut dengan Waranggana, Widuwati atau Suarawati. Jumlah pesinden sedikitnya dua orang.

c. Niyaga

Niyaga adalah para seniman penabuh gamelan untuk mengiringi Pertunjukan. Jumlah niyaga sedikitnya 10 orang untuk memainkan berbagai peralatan gamelan berjumlah sedikitnya 15 buah. Para niyaga tidak saja Memainkan musik gamelan tapi ada kalanya juga gertugas untuk menyanyi Seperti pesinden.

3.2. Peran atau Tokoh.

Dalam pertunjukan wayang kulit di Jawa. Punakawan adalah tokoh Terpenting dalam pewayangan. Punakawan adalah para pembantu dan pengasuh setia pondawa. Dalam Wayang kulit, punakawan sering muncul pada pertunjukan dan seringkali berisi lelucon maupun nasehat. Para punakawan yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.

a. Semar

Semar adalah nama tokoh punakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengaruh serta penasehat para Kesatria dalam pementasan. Semar juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang.


(16)

b. Gareng

Nama lengkap dari gareng adalah Nala Gareng. Gareng adalah Punakawan yang berkaki pincang. Sifatnya selalu hati-hati dalam bertindak dan tidak suka mengambil hak milik orang lain.

c. Petruk

Nama lain dari petruk adalah Dawala dan Kantongan Bolong. Ciri-cirinya adalah berhidung panjang, berkulit hitam. Keistimewaannya adalah senang bergurau.

d. Bagong

Ki Lurah Bagong adalah nama salah satu tokoh punawakawan dalam kisah pewayangan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tokoh ini dikisahkan sebagai anak bungsu semar. Ciri-cirinya adalah tubuhnya bulat, matanya lebar, bibirnya tebal dan sosok yang paling lugu.


(17)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Di dalam bab ini, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan sejarah, Wayang Kulit merupakan salah satu seni budaya asli Indonesia.

2. Wayang Kulit sudah ada sebelum kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia. 3. Pertujukan Wayang Kulit merupakan sisa-sisa kepercayaan animisme dan

dinamisme.

4. Dalam Wayang Kulit dalang merupakan unsur penting dalam pertunjukan. 5. Pertunjukan Wayang Kulit tidak saja sebagai media hiburan tetapi juga

sebagai media pendidikan dan informasi.

6. Mekanisme penggerak dilakukan seorang dalang, dan diiringi musik untuk menciptakan suasana hidup.

4.2. Saran

Dengan membaca tulisan ini, diharapkan generasi muda menyadari dan menghargai nilai-nilai budaya yang ada di dalam tradisi masyarakat Indonesia. Meskipun tidak mengetahui secara detail, generasi muda setidaknya sedikit mengetahui tentang budaya dan tradisi yang ada di Indonesia yang unik atau yang bernilai.


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Soekatno. 1992. Wayang Kulit Purwa. Semarang : Aneka Ilmu.

Mulyono, Sri. 1975. Wayang : Asal-Usul Filsafat Dan Masa Depannya. Jakarta : Inti Idayu Press.


(1)

Pada zaman Majapahit, Wayang Kulit ditulis diatas kertas. Wayang Kulit tesebut berbentuk gulungan.

Masuknya agama islam sekitar abad ke-15 memberi pengaruh besar pada budaya Wayang Kulit. Pengikut islam yang menggemari kesenian Wayang kulit, terutama para Wali Songo, berhasil menciptaka bentuk baru dari wayang kulit yaitu dengan bahan kulit kerbau. Wajah wayang digambarkan miring, ukuran tangan dibuat lebih pajang dari ukuran tangan manusia sehingga sampai ke kaki. Pakaian Wayang dicat dengan tinta.

Selanjutnya pada tahun 1596-1942, telah banyak tercipta bentuk-bentuk Wayang Kulit, antara lain: Wayang Madya, Wayang Wong, Wayang Golek Wayang Tegul, Wayang Dupara, Wayang menak, Wayang Kuluk, Wayang Jawa, Wayang Kancil, dan Wayang Wahara.

Kemudian pada tahun 1521-1945 dunia pewayangan mengalami kemajuan pesat, baik dalam bentuk wayang kulit, bentuk pakeliran (layar), nilai-nilai isinya, jenis-jenis wayang kulit, maupun dalam pertunjukannya. Sehingga pada Zaman tersebut telah mencapai titik puncaknya. Namun demikian tidak berarti terhenti, tetapi bahkan makin disenangi dan diminati. Bukan oleh bangsa Indonesia saja, tetapi juga oleh bangsa asing dari generasi satu ke generasi berikutnya. Sehingga sampai sekarang Wayang Kulit telah menjadi kesenian Klasik tradisional Indonesia.


(2)

BAB III

TOKOH-TOKOH DALAM PERTUNJUKAN WAYANG KULIT

3.1

.

Pemain atau Pelaksana

Berdasarkan pertujukannya, ada tiga unsur pemain atau pelaksana dalam pertujukan wayang kulit yaitu Dalang, Pesinden, dan Nigaya.

a. Dalang

Dalang adalah seniman utama dalam pertunjukan. Hanya terdiri dari satu orang. Umumnya pria karena pekerjaan sebagai dalang sangat berat. Dalang duduk bersila semalam suntuk, malaksanakan pertujukan dan memimpin para Nigaya dan Pesinden dengan aba-aba tersemar seperti gerak gerik tertentu dari wayang kulit, nyanyi, suara dodogan (suara dari cempala, sejenis alat musik perkusi dari kayu dan terdapat dikotak penyimpanan boneka wayang) dan kepyakan (suara dari kepyak, sejenis alat musik perkusi terdiri dari lembaran-lembaran kecil besi atau perunggu). Tetapi menurut sejarah, dalang pernah dilakukan oleh wanita dan berkat adaya pendidikan seni pendalangan di sekolah tingkat menengah dan akademi, saat ini dalang juga bisa dilakukan oleh anak remaja. Bahkan lamanya pertunjukan juga bisa dipersingkat dari semalam suntuk menjadi 3 sampai 4 jam.


(3)

b. Pesinden

Pesinden adalah siniwati yang mengiringi pertunjukan. Dikenal sudah lama sejak tahun 1634 Pesinden juga disebut dengan Waranggana, Widuwati atau Suarawati. Jumlah pesinden sedikitnya dua orang.

c. Niyaga

Niyaga adalah para seniman penabuh gamelan untuk mengiringi Pertunjukan. Jumlah niyaga sedikitnya 10 orang untuk memainkan berbagai peralatan gamelan berjumlah sedikitnya 15 buah. Para niyaga tidak saja Memainkan musik gamelan tapi ada kalanya juga gertugas untuk menyanyi Seperti pesinden.

3.2. Peran atau Tokoh.

Dalam pertunjukan wayang kulit di Jawa. Punakawan adalah tokoh Terpenting dalam pewayangan. Punakawan adalah para pembantu dan pengasuh setia pondawa. Dalam Wayang kulit, punakawan sering muncul pada pertunjukan dan seringkali berisi lelucon maupun nasehat. Para punakawan yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.

a. Semar

Semar adalah nama tokoh punakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengaruh serta penasehat para Kesatria dalam pementasan. Semar juga sebagai pelontar humor untuk


(4)

b. Gareng

Nama lengkap dari gareng adalah Nala Gareng. Gareng adalah Punakawan yang berkaki pincang. Sifatnya selalu hati-hati dalam bertindak dan tidak suka mengambil hak milik orang lain.

c. Petruk

Nama lain dari petruk adalah Dawala dan Kantongan Bolong. Ciri-cirinya adalah berhidung panjang, berkulit hitam. Keistimewaannya adalah senang bergurau.

d. Bagong

Ki Lurah Bagong adalah nama salah satu tokoh punawakawan dalam kisah pewayangan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tokoh ini dikisahkan sebagai anak bungsu semar. Ciri-cirinya adalah tubuhnya bulat, matanya lebar, bibirnya tebal dan sosok yang paling lugu.


(5)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Di dalam bab ini, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan sejarah, Wayang Kulit merupakan salah satu seni budaya asli Indonesia.

2. Wayang Kulit sudah ada sebelum kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia. 3. Pertujukan Wayang Kulit merupakan sisa-sisa kepercayaan animisme dan

dinamisme.

4. Dalam Wayang Kulit dalang merupakan unsur penting dalam pertunjukan. 5. Pertunjukan Wayang Kulit tidak saja sebagai media hiburan tetapi juga

sebagai media pendidikan dan informasi.

6. Mekanisme penggerak dilakukan seorang dalang, dan diiringi musik untuk menciptakan suasana hidup.

4.2. Saran

Dengan membaca tulisan ini, diharapkan generasi muda menyadari dan menghargai nilai-nilai budaya yang ada di dalam tradisi masyarakat Indonesia. Meskipun tidak mengetahui secara detail, generasi muda setidaknya sedikit mengetahui tentang budaya dan tradisi yang ada di Indonesia yang unik atau


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Soekatno. 1992. Wayang Kulit Purwa. Semarang : Aneka Ilmu.

Mulyono, Sri. 1975. Wayang : Asal-Usul Filsafat Dan Masa Depannya. Jakarta : Inti Idayu Press.