Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Yang Berpengaruh Terhadap Motivasi Anak Nelayan Untuk Sekolah (Kasus : Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan)

(1)

FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG

BERPENGARUH TERHADAP MOTIVASI ANAK NELAYAN

UNTUK SEKOLAH

(

Kasus : Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan)

SKRIPSI

VINA LUSIANA

050309040

AGRIBISNIS/PKP

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG

BERPENGARUH TERHADAP MOTIVASI ANAK NELAYAN

UNTUK SEKOLAH

(

Kasus : Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan)

SKRIPSI

VINA LUSIANA

050309040

SEP/PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Menjadi Sarjana Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing,

Ketua, Anggota,

(

Ir. Yusak Maryunianta, M.Si

) (

Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si

2010

)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

RINGKASAN

VINA LUSIANA (050309040/AGRIBISNIS-PKP) dengan judul penelitian “FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERPENGARUH TERHADAP MOTIVASI ANAK NELAYAN UNTUK SEKOLAH (Kasus : Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan)” yang dilakukan pada tahun 2009. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si, dan Bapak

Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat motivasi anak nelayan di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan untuk sekolah dan bagaimana pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi terhadap motivasi anak nelayan tersebut untuk sekolah.

Pemilihan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu daerah dipilih secara cermat sehingga sesuai dengan kondisi yang diharapkan yaitu banyaknya anak nelayan yang tidak bersekolah di daerah ini. Penarikan sampel keluarga dan anak nelayan pada daerah penelitian dilakukan dengan metode Simple Random Sampling. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan semua keluarga nelayan memiliki kultur yang relatif homogen dan memperoleh fasilitas sosial ekonomi yang relatif sama.alat analisis yang digunakan adalah Metode Analisa Penilaian menggunakan Skoring dan Analisis Regresi Linier Berganda.

Dari hasil penelitian diperoleh :

1. Tingkat motivasi anak nelayan untuk sekolah di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan adalah sedang, yang berarti bahwa responden di daerah penelitian tidak sepenuhnya mengeluarkan upaya dan dayanya (usaha) untuk bersekolah. Hal ini disebabkan karena pola fikir anak nelayan yang menganggap bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap masa depan mereka.

2. Secara serempak, kelima variabel independen yang dikaji (pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, persepsi nelayan, tingkat kosmopolitan nelayan dan infrastruktur) berpengaruh nyata terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah dengan jumlah presentase sebesar 70,5 % sedangkan sisanya dipengaruhi variabel lain seperti kondisi lingkungan sekolah (murid/teman dan


(4)

guru). Secara parsial, variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah adalah persepsi nelayan dengan sumbangan pengaruh sebesar 68%, hal ini dikarenakan semakin meningkatnya persepsi nelayan tentang pendidikan ke arah yang positif maka akan semakin nyata dukungan, perhatian dan motivasi nelayan kepada anaknya untuk mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi.


(5)

VINA LUSIANA, dilahirkan di Belawan pada tanggal 18 Oktober 1987. Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara dari Ayahanda H. Sukardi, SE dan Ibunda Hj. Ermawati.

Jenjang pendidikan :

1. SD Swasta Hang Tuah III Belawan tamat Tahun 1999. 2. SLTP Negeri 5 Medan tamat Tahun 2002.

3. SMU Negeri 16 Medan tamat Tahun 2005.

4. Diterima di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada Tahun 2005 melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Mangan Molih Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009. Selama masa perkuliahan penulis juga aktif dalam berbagai organisasi internal kampus seperti menjabat sebagai Sekretaris Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP) Periode 2007/2008, serta sebagai Sekretaris Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) Periode 2008/2009.


(6)

Puji dan syukur atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERPENGARUH TERHADAP MOTIVASI ANAK NELAYAN UNTUK SEKOLAH (Kasus : Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan)”.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Ayahanda H. Sukardi, SE dan Ibunda Hj. Ermawati dimana telah memberikan dukungan baik materi dan kasih sayang yang berlimpah serta do’a, serta kepada Kakanda Dina Octivina, ST, Abangda Reza Wahyudi, ST, dan Adinda Muhammad Yudha Syuhada yang selalu memberikan dukungan yang luar biasa.

2. Komisi Pembimbing Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si, atas segala bimbingan dan pengarahannya serta ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP, selaku Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Ibu DR.Ir. Salmiah, MS selaku Sekretaris Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara serta seluruh staff pengajar Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan.

4. Para responden yang telah memberikan waktu dan kesediaan diri dalam membantu penulis selama melakukan penelitian dan kepada Bapak Saparrudin selaku Kepala Lingkungan XII Kampung Nelayan Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan yang telah begitu banyak membantu di daerah penelitian.

5. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Asman Sarif Daulay, STP, yang telah memberikan dukungan dan motivasi yang luar biasa, serta kepada teman-teman Stambuk 2005, “Isqe, Darma, Rosi, Ulima, Elis, Dwi, Hafiz, Heriyanto, Budi, temen seperjuangan PKL”, serta temen-temen lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.


(7)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dan saran dari berbagai pihak bagi perbaikan kualitas skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Februari 2010


(8)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 6

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian ... 7

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 8

Tinjauan Pustaka ... 8

Landasan Teori ... 12

Kerangka Pemikiran ... 16

Hipotesis Penelitian ... 18

METODOLOGI PENELITIAN, PENETAPAN SAMPEL, DEFINISI DAN BATASAN OPERASIONAL ... 19

Metode Penentuan Daerah Penelitian... 19

Metode Penentuan Sampel ... 19

Metode Pengumpulan Data ... 20

Metode Analisis Data ... 21

Definisi dan Batasan Operasional ... 27

Definisi ... 27

Batasan Operasional ... 28

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL………...29

Deskripsi Daerah Penelitian... 27

Karakteristik Sampel ... 32

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

Motivasi Anak Nelayan di Daerah Penelitian ... 35

Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Berpengaruh Terhadap Motivasi Anak Nelayan untuk Sekolah ... 37

KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

Kesimpulan ... 42

Saran ... 43

Saran Kepada Pemerintah ... 43

Saran LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) ... 43

Saran Kepada Nelayan (Orang Tua) ... 44

Saran Kepada Peneliti Selanjutnya ... 44

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman 1. Jumlah Penduduk Anak yang Berusia 6 - 18 Tahun di

Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan,

Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008……….. 4 2. Jumlah Penduduk Anak yang Berusia 6 - 18 Tahun yang Tidak

Sekolah di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan

Belawan I, Kecamatan Medan Belawan Tahun 2009………... 5 3. Spesifikasi Pengumpulan Data………..20 4. Jumlah Penduduk di Kampung Nelayan Lingkungan XII,

Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008………….. 30 5. Jenis Sarana yang terdapat di Kampung Nelayan Lingkungan XII,

Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008………….. 31 6. Karakteristik Sampel Anak Nelayan………..32 7. Karakteristik Sampel Nelayan……..………..33 8. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Variabel-Variabel yang


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Karakteristik Sampel Anak Nelayan .………..……….1

2. Karakteristik Sampel Nelayan ………..2

3. Pernyataan Variabel Motivasi ………... …...3

4. Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Tentang Tingkat Motivasi ……5

5. Frekuensi Jawaban Pernyataan Tingkat Motivasi ...6

6. Metode Succesive Interval Variabel Tingkat Motivasi ………7

7. Perhitungan Nilai Skala Kategori Jawaban Pernyataan Tingkat Motivasi Responden ………...……..9

8. Hasil Interpretase Jumlah Skor untuk Variabel Motivasi……….10

9. Jenis Pendapatan Keluarga per Sampel………12

10. Total Pendapatan Keluarga per Sampel per Bulan ………...13

11. Total Pendapatan Keluarga per Sampel ………...14

12. Jumlah Tanggungan Keluarga………...15

13. Pernyataan Variabel Persepsi………16

14. Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Tentang Persepsi………...17

15. Frekuensi Jawaban Pernyataan Persepsi...18

16. Metode Succesive Interval Variabel Persepsi ………..19

17. Perhitungan Nilai Skala Kategori Jawaban Pernyataan Tingkat Persepsi Responden………...20

18. Hasil Interpretase Jumlah Skor untuk Variabel Persepsi..……….21

19. Pernyataan Variabel Tingkat Kosmopolitan ……….23

20. Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Tingkat Kosmopolitan………...25

21. Frekuensi Jawaban Pernyataan Tingkat Kosmopolitan...26

22. Metode Succesive Interval Variabel Tingkat Kosmopolitan ………27

23. Perhitungan Nilai Skala Kategori Jawaban Pernyataan Tingkat Kosmopolitan Responden………..29

24. Hasil Interpretase Jumlah Skor untuk Variabel Tingkat Kosmopolitan...….30

25. Pernyataan Variabel Infrastruktur………..32

26. Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Tentang Infrastruktur………….33

27. Frekuensi Jawaban Pernyataan Infrastruktur...34

28. Metode Succesive Interval Variabel Infrastruktur ………35

29. Perhitungan Nilai Skala Kategori Jawaban Pernyataan Tingkat Infrastruktur Responden………36

30. Hasil Interpretase Jumlah Skor untuk Variabel Infrastruktur……...……….37

31. Data Input Analisis Regresi Linier Berganda...39


(11)

RINGKASAN

VINA LUSIANA (050309040/AGRIBISNIS-PKP) dengan judul penelitian “FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERPENGARUH TERHADAP MOTIVASI ANAK NELAYAN UNTUK SEKOLAH (Kasus : Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan)” yang dilakukan pada tahun 2009. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si, dan Bapak

Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat motivasi anak nelayan di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan untuk sekolah dan bagaimana pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi terhadap motivasi anak nelayan tersebut untuk sekolah.

Pemilihan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu daerah dipilih secara cermat sehingga sesuai dengan kondisi yang diharapkan yaitu banyaknya anak nelayan yang tidak bersekolah di daerah ini. Penarikan sampel keluarga dan anak nelayan pada daerah penelitian dilakukan dengan metode Simple Random Sampling. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan semua keluarga nelayan memiliki kultur yang relatif homogen dan memperoleh fasilitas sosial ekonomi yang relatif sama.alat analisis yang digunakan adalah Metode Analisa Penilaian menggunakan Skoring dan Analisis Regresi Linier Berganda.

Dari hasil penelitian diperoleh :

1. Tingkat motivasi anak nelayan untuk sekolah di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan adalah sedang, yang berarti bahwa responden di daerah penelitian tidak sepenuhnya mengeluarkan upaya dan dayanya (usaha) untuk bersekolah. Hal ini disebabkan karena pola fikir anak nelayan yang menganggap bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap masa depan mereka.

2. Secara serempak, kelima variabel independen yang dikaji (pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, persepsi nelayan, tingkat kosmopolitan nelayan dan infrastruktur) berpengaruh nyata terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah dengan jumlah presentase sebesar 70,5 % sedangkan sisanya dipengaruhi variabel lain seperti kondisi lingkungan sekolah (murid/teman dan


(12)

guru). Secara parsial, variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah adalah persepsi nelayan dengan sumbangan pengaruh sebesar 68%, hal ini dikarenakan semakin meningkatnya persepsi nelayan tentang pendidikan ke arah yang positif maka akan semakin nyata dukungan, perhatian dan motivasi nelayan kepada anaknya untuk mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi.


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kondisi kehidupan dan tingkat kesejahteraan nelayan di Sumatera Utara sangat memprihatinkan dan berada di bawah garis kemiskinan. Berdasarkan pendataan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Sumatera Utara (Januari 2009), jumlah tersebut mencapai 138 ribu orang atau sekitar 60 persen dari 231 ribu nelayan. Salah satu faktor yang menyebabkan sulitnya nelayan memperbaiki tingkat kesejahteraannya karena tidak memiliki kapal dan alat tangkap yang memadai (Anonimous. 2009).

Nelayan dikenal sebagai masyarakat yang lekat dengan kemiskinan. Kebutuhan dasar manusia seperti pangan, sandang dan papan pun terkadang sulit untuk dipenuhi secara sehat apalagi sempurna. Apalagi tentang pendidikan dan kesehatan, mungkin sangat jauh dari sempurna (Kalyanamitra, 2005).

Kemiskinan, rendahnya pendidikan dan pengetahuan nelayan serta kurangnya informasi sebagai akibat keterisolasian pulau-pulau kecil merupakan karakteristik dari masyarakat pulau-pulau kecil (biasanya nelayan). Pemberdayaan pendidikan anak nelayan biasanya tidak terlepas dari pemberdayaan masyarakat pesisir. Persoalan pendidikan ini tidak terlepas dari kemiskinan yang melingkupi masyarakat pesisir (Sulistyowati, 2003).

Apabila dilihat berdasarkan daerah, angka putus sekolah lebih banyak di daerah pinggiran. Angka putus sekolah di daerah pedesaan hampir dua kali lipat dibandingkan dengan daerah semi perkotaan (Boediono, dkk., 1999).


(14)

Pekerjaan sebagai nelayan tidak diragukan lagi adalah pekerjaan yang sangat berat. Mereka yang menjadi nelayan tidak dapat membayangkan pekerjaan lain yang lebih mudah, sesuai kemampuan yang mereka miliki. Keterampilan sebagai nelayan amat sederhana dan hampir sepenuhnya dapat dipelajari dari orang tua mereka sejak mereka masih anak-anak. Apabila orang tua mereka mampu, mereka pasti akan berusaha menyekolahkan anak setinggi mungkin sehingga tidak harus menjadi nelayan seperti orang tua mereka, tetapi kebanyakan mereka tidak mampu membebaskan diri dari profesi nelayan. Turun-temurun adalah nelayan (Mubyarto, 1989).

Hampir setiap tahun jumlah anak-anak nelayan di seluruh wilayah Indonesia yang putus sekolah mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah anak nelayan putus sekolah tersebut dipicu oleh terus memburuknya kemiskinan keluarga mereka. Memburuknya kemiskinan nelayan tersebut terjadi seiring dengan terus menurunnya pendapatan melaut mereka (Suhana, 2006).

Pelaksanaan wajib belajar di Indonesia dimulai dengan wajib belajar sekolah dasar 6 tahun (Wajib 6 Tahun), dan itu telah dicapai pada tahun 1984 dengan mendapat penghargaan Aviciena dari UNESCO (Tilaar, 2000). Kesuksesan Wajib 6 Tahun dilanjutkan dengan pelaksanaan Wajar 9 Tahun atau wajib belajar sekolah lanjutan tingkat pertama. Pelaksanaan Wajib 9 Tahun dimulai tahun 1994, ketika Wardiman Djojonegoro menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Hasanuddin, 2000).

Diberitakan dalam surat kabar Kompas (2009), Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara mengakui tidak ada sekolah gratis. Iklan sekolah gratis yang ditayangkan di berbagai media oleh Departemen Pendidikan diakui salah dipersepsikan oleh masyarakat. Pemerintah hanya memberikan sebagian bantuan.


(15)

Menurut Penanggung Jawab Kegiatan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara (Sumut) Jamaluddin Napitupulu, yang ada saat ini hanyalah pemerintah memberikan sebagian bantuan biaya sekolah, antara lain dalam bentuk pemberian dana BOS ke sekolah dasar dan sekolah menengah pertama negeri, serta swasta.

Pada umumnya rumah tangga nelayan tidak memiliki perencanaan yang matang untuk pendidikan anak-anaknya. Pendidikan bagi sebagian besar rumah tangga nelayan masih menjadi kebutuhan nomor sekian dalam rumah tangga. Dapat dikatakan bahwa animo terhadap pendidikan di masyarakat nelayan relatif masih rendah. Hal ini tidak lepas dari rendahnya pendapatan nelayan yang menyebabkan orientasi konsumsi nelayan masih pada pemenuhan kebutuhan pokok terutama pangan (Anggraini, 2000).

Fenomena keseharian masyarakat nelayan yaitu anak anak lelaki maupun wanita secara lebih dini terlibat dalam proses pekerjaan nelayan dari mulai persiapan orang tua mereka untuk ke laut sampai dengan menjual hasil tangkapan. Hal ini tentunya berimplikasi kepada kelangsungan pendidikan anak-anak nelayan (Pengemanan,A.P, dkk., 2002).

Morgan (dalam Soemanto, 1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku ( motivating states ), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut ( motivated behavior ), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut ( goals or ends of such behavior ). McDonald (dalam Soemanto, 1987) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi mencapai tujuan.


(16)

Soemanto (1987) secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi - reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkah laku mencapai tujuan, telah terjadi di dalam diri seseorang.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah merupakan sejumlah proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi (Soemanto, 1987).

Tabel 1. Jumlah Penduduk Anak yang Berusia 6 - 18 Tahun di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008

Kelompok Umur

Jenis Kelamin

Jumlah (jiwa) Laki-laki Perempuan

6 sampai < 12 tahun 93 92 185

12 sampai < 15 tahun 87 101 188

15 sampai 18 tahun 83 87 170

Jumlah Total 263 280 543

Sumber : Diolah dari Kepala Lingkungan XII,Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan Tahun 2009 (data pra survey ke daerah penelitian)

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah anak yang berusia 6-18 tahun di daerah penelitian sebanyak 543 jiwa.


(17)

Tabel 2. Jumlah Penduduk Anak yang Berusia 6 - 18 Tahun yang Tidak Sekolah di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan Tahun 2009

Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)

Laki-laki Perempuan

6 sampai < 12 tahun 34 25 59 12 sampai < 15 tahun 25 17 42 15 sampai 18 tahun 30 38 68

Jumlah Total 89 80 169

Sumber : Diolah dari Kepala Lingkungan XII,Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan Tahun 2009 (data pra survey ke daerah penelitian)

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah anak yang tidak sekolah di daerah penelitian mencapai 169 jiwa ( ± 31 % dari total keseluruhan). Angka yang cukup tinggi mengingat daerah penelitian ini terletak berseberangan dengan Kota Belawan sejauh ± 1 km (merupakan Kota Pelabuhan terbesar di Sumatera) yang berada di Kecamatan Medan Belawan yang terletak di wilayah Utara Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Labuhan

Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka (Sumber : Kecamatan Medan Belawan)


(18)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat motivasi anak nelayan di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan untuk sekolah?

2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi terhadap motivasi anak nelayan di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan untuk sekolah?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui tingkat motivasi anak nelayan di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan untuk sekolah.

2. Mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi terhadap motivasi anak nelayan di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan untuk sekolah.


(19)

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah untuk :

1. Bahan pertimbangan pemerintah daerah dan instansi terkait dalam meningkatkan pendidikan dan motivasi anak nelayan untuk sekolah.

2. Bahan masukan bagi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan pihak-pihak swasta lainnya dalam meningkatkan pendidikan dan motivasi anak nelayan untuk sekolah.


(20)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi anak untuk bersekolah, yaitu faktor internal (dalam diri) dan faktor eksternal (luar diri) siswa. Aspek internal meliputi kemampuan, minat, motivasi, nilai-nilai dan sikap, ekspektasi (harapan), dan persepsi siswa tentang sekolah. Pada aspek eksternal meliputi latar belakang ekonomi orangtua, persepsi orangtua tentang pendidikan, jarak sekolah dari rumah, hubungan guru-murid, usaha yang dilakukan pemerintah (meliputi pemberian bantuan dan pengadaan sarana dan prasarana). Banyaknya siswa-siswa yang tidak berhasil dalam belajar, termasuk banyaknya anak-anak putus sekolah bisa dilihat dari kedua aspek tersebut (Hasanuddin, 2000).

Pemberian motivasi kepada masyarakat nelayan tentang pendidikan, meski sedikit demi sedikit sudah ada perkembangan, namun sangat susah merombak tradisi pemikiran masyarakat setempat. Melihat hal tersebut, tampaknya pemerintah perlu memikirkan bagaimana anak-anak nelayan bisa mengakses pendidikan dengan wajar. Infrastruktur pendidikan, berikut SDM-nya masih menjadi hal penting disamping sarana transportasi antar pulau (Sanomae. 2005).

Menurut Kamus Besar Indonesia, aspirasi adalah harapan dan tujuan untuk keberhasilan yang akan datang atau ilham yang timbul dalam mencipta. Gagasan adalah nerupakan hasil pemikiran atau ide, sedangkan persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau serapan maupun pandangan atau pemahaman.


(21)

Alasan petani-nelayan berusahatani-melaut adalah : untuk mencukupi kebutuhan keluarga, sesuai dengan sumber daya yang ada, meneruskan pekerjaan orang tua. Disamping itu, alasan lain adalah karena sulitnya mencari pekerjaan, adanya keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi dan tidak ada pekerjaan lain. Petani-nelayan yang berlatar pendidikan rendah menyadari bahwa Indonesia adalah negara agraris dan petani-nelayan adalah tulang punggung perekonomian negara (Azahari, A. 2002).

Menurut Dahuri dkk (2001), di dalam pembangunan masyarakat, desa pantai (tempat bermukim nelayan) sesuai sifat, situasi dan kondisi yang ada, ditemukan berbagai permasalahan sebagai berikut :

1. Desa pantai pada umumnya terisolasi.

2. Sarana pelayanan dasar termasuk prasarana fisik masih terbatas. 3. Kondisi lingkungan kurang terpelihara.

4. Air bersih dan sanitasi jauh dari cukup.

5. Keadaan perumahan umumnya masih jauh dari layak huni.

6. Keterampilan yang dimiliki penduduk umumnya terbatas pada masalah penangkapan ikan sehingga kurang mendukung diversifikasi kegiatan.

7. Pendapatan penduduk rendah.

8. Peralatan melaut yang dimiliki terbatas. 9. Permasalahan modal.

10. Waktu dan tenaga yang tersita untuk kegiatan penangkapan ikan cukup besar sehingga kurang mempunyai kesempatan untuk mencari usaha tambahan maupun memperhatikan keluarga.

11. Kurang pengetahuan tentang pengelolaan kehidupan ikan maupun siklus hidup biota laut.


(22)

12. Pada umumnya keadaan lingkungan alam sekitar pantai kurang mendukung usaha pengembangan kegiatan pertanian.

13. Karena kurangnya waktu senggang, umumnya mereka kurang bergaul, kekeluargaan lemah dan kurang perhatian pada lembaga-lembaga masyarakat di desa maupun dalam pembangunan desanya.

14. Kegiatan ekonomi masyarakat umumnya masih tradisional, terbatas pada satu produk saja yaitu ikan.

Dalam kehidupan nelayan, orang tua beranggapan bahwa anak laki-lakinyalah yang nanti akan membantu melunaskan utang pada tengkulak. Di lain pihak, anak-anak muda nelayan juga cukup memahami kesulitan hidup orang tuanya sehingga keinginan untuk membantu orang tuanya pun cukup besar. Di samping itu, sebagian besar anak nelayan pun masih ingin bekerja di bidang kenelayanan untuk menambah pendapatan keluarga (Mulyadi. 2005).

Dalam rumah tangga nelayan, lapangan kerja di luar penangkapan ikan seperti industri pengolahan dan perdagangan dapat meningkatkan perluasan kesempatan kerja secara total berupa masukan waktu rumah tangga untuk kegiatan produktif. Untuk kelompok istri dan anak-anak misalnya ketika partisipasi lapangan kerja mereka relatif rendah, dan pada saat bersamaan anak-anak mereka juga perlu mendukung untuk pembentukan pendapatan di masa waktu luang. Perluasan lapangan kerja wanita yang tidak konflik dengan waktu pengasuhan anak dan waktu untuk kegiatan rumah tangga menjadi ini lebih rasional untuk dikembangkan daripada wanita dan anak-anak menghabiskan waktunya untuk sesuatu yang tidak berguna tanpa menghasilkan nilai ekonomisnya (Mulyadi. 2005).


(23)

Pemberdayaan pendidikan anak nelayan tidak terlepas dari pemberdayaan masyarakat pesisir. Persoalan yang dihadapi adalah, sebagian masyarakat pesisir masih beranggapan bahwa pendidikan itu tidak penting. Yang perlu dilakukan memotong pragmatisme nelayan dan membalik paradigma bahwa pendidikan itu penting (Anonimous. 2006).

Kosmopolitan merupakan keterbukaan suatu kelompok masyarakat terhadap dunia luar yang akan mengakibatkan terjadinya globalisasi, akibat dari globalisasi adalah keterbukaan, demokratisasi dalam konteks kerjasama. Karena itu, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, arus globalisasi mengharuskan kita terlibat dalam proses saling berhubungan yang sifatnya mendunia, baik antar individu, bangsa, negara, organisasi kemasyarakatan, terutama dunia usaha dan perubahan di bidang transportasi dan komunikasi (Tampubolon, 2002).

Alat transportasi dan komunikaso yang modern sebagai prasarana timbulnya globalisasi, telah juga memberikan peluang bagi kita untuk memanfaatkannya di bidang sosial budaya. Media komunikasi seperti televisi, komputer dan sebagainya dapat digunakan untuk menerima informasi.

Kosmopolitan petani atau nelayan juga dipengaruhi oleh frekuensi petani tersebut mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian. Dimana kegiatan penyuluhan pertanian diakui telah banyak memberikan sumbangan pada keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia. Penyuluhan telah berhasil menyampaikan berbagai inovasi pertanian kepada petani dengan segala metodenya sehingga terjadi peningkatan terhadap pengetahuan dan keterampilannya (Mulyono, M. 2001).


(24)

Landasan Teori

Menurut Ensiklopedi Indonesia (dalam Mulyadi. 2005), yang dikatakan nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung (seperti penebar dan pemakai jaring) maupun secara tidak langsung (seperti juru mudi perahu layar, nakhoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal, juru masak kapal penangkap ikan), sebagai mata pencaharian.

Tingkat pendidikan petani atau nelayan cenderung mempengaruhi tingkat penghasilan secara positif. Makin tinggi tingkat pendidikan maka penghasilannya cenderung meningkat. Hal ini didukung oleh keinginan anak petani atau nelayan untuk sekolah (Azahari. 2002).

Pendekatan pendidikan masyarakat nelayan perlu mempertimbangkan aspek-aspek sosial ekonomi rumah tangga nelayan untuk lebih memfokuskan sasaran target pelayanan pendidikan kepada mayoritas rumah tangga nelayan yang miskin. Selanjutnya intervensi pendidikan untuk nelayan harus memberikan prioritas kepada anak laki-laki usia 13 tahun ke atas (Pengemanan dkk,. 2002).

Motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha seseorang (siswa) untuk menyediakan segala daya (kondisi-kondisi) untuk belajar sehingga ia mau atau ingin melakukan proses pembelajaran. Motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri (motivasi intrinsik/motivasi internal) dan/atau berasal dari luar diri pribadi siswa (motivasi ekstrinsik/motivasi eksternal). Kedua jenis motivasi ini jalin-menjalin atau kait mengait menjadi satu membentuk satu sistem motivasi yang menggerakkan siswa untuk belajar (Achmad. 2007).


(25)

Menurut Siagian (1995), motivasi mengandung 3 hal, yaitu :

1. Pemberian motivasi berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran.

2. Motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan kebutuhan tertentu atau kesediaan untuk mengerahkan usaha tingkat tinggi untuk mencapai tujuan.

3. Kebutuhan, yaitu keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha tertentu menjadi menarik.

Dengan adanya motivasi yang tumbuh kuat dalam diri seseorang maka hal itu akan merupakan modal penggerak utama dalam melakoni dunia ini. Begitu pula dengan siswa, selama ia menjadi pembelajar selama itu pula membutuhkan motivasi belajar guna keberhasilan proses pembelajarannya. Semakin kuat dorongan atau motivasi seseorang untuk berproses maka semakin besar kemungkinan dia meraih sukses dalam pendidikan. Namun diakui, sukses tidaknya pelaksanaan pendidikan di tataran lingkungan masyarakat luas tergantung kepada banyak aspek seperti aspek internal seperti minat, persepsi, kemampuan belajar, harapan, sikap dan perilaku (Achmad.. 2007).

Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Kuatnya motivasi seseorang berprestasi (usahanya) tergantung pada pandangannya tenteng betapa kuatnya keyakinan yang terdapat dalam dirinya bahwa ia akan dapat mencapai apa yang diusahakan untuk dicapai (Siagian. 1995).

Kosmopolitan merupakan keterbukaan suatu kelompok masyarakat terhadap dunia luar atau terjadinya perubahan gaya hidup duatu kelompok masyarakat yang terjadi karena adanya pengaruh-pengaruh dari luar kelompok


(26)

masyarakat tersebut dimana gaya hidup itu diadopsi oleh masyarakat tersebut menjadi gaya hidup mereka (Jhon,N dan P. Aburdene, 1990).

Suatu sekolah dikatakan baik apabila penampilan sarana dan prasarana sekolah tersebut mencukupi, terutama sarana praktek. Dan infrastruktur yang baik adalah sarana dan prasarana yang berjalan sesuai fungsinya (Azahari. 2002).

Menurut sulastiyono (1999), yang dimaksud fasilitas adalah penyediaan perlengkapan-perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada para pemakai dalam melaksanakan aktivitas-aktivitasnya, sehingga segala kebutuhan dapat terpenuhi. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh lembaga pendidikan seperti sekolah, sebaiknya merupakan fasilitas yang dapat menunjang kegiatan belajar-mengajar agar dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang maksimal. Jenis-jenis fasilitas itu antara lain dapat berupa perpustakaan, laboratorium, pusat komputer dan internet, program pendidikan bahasa, dan sebagainya.

Keadaan sosio ekonomi keluarga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak-anak. Dengan tercukupnya kebutuhan ekonomi keluarga secara materiil, anak-anak akan mendapatkan kesempatan yang lebih luas antara lain pendidikan (Mudjijono, 1997).

Dalam membangun SDM (Sumber Daya Manusia) masyarakat nelayan, maka aspek demografi hendaknya diperhatikan. Tingginya angka kelahiran (fertilitas) memerlukan program untuk mengendalikannya. Pengendalian kelahiran pada masyarakat nelayan memang sangat mendesak agar dalam jangka panjang besarnya anggota rumah tangga nelayan dapat dikendalikan secara berangsur-angsur. Dalam aspek demografi rumah tangga nelayan memiliki beban ketergantungan yang relatif tinggi dengan indikasi dapat dijelaskan dari tingginya tingkat angka kelahiran dibandingkan dengan rumah tangga lainnya.


(27)

Kecenderungan ini sekaligus menunjukkan bahwa laju pertumbuhan rumah tangga nelayan lebih tinggi daripada rumah tangga bukan nelayan (Pengemanan,A.P, dkk,. 2002).

Pada bidang pendidikan selanjutnya perlu dipertahankan tingkat daftaran anak usia sekolah baik pria maupun wanita sebagai target kebijakan pendidikan untuk masyarakat nelayan. Dalam hal ini ditetapkan bahwa setidaknya anak nelayan diharuskan menyelesaikan pendidikan setingkat SMU (Sekolah Menengah Umum) maupun kejuruan. Pembangunan pendidikan pada masyarakat dalam jangka panjang harus dapat menjamin kemampuan generasi mendatang untuk dapat memilih tindakan-tindakan alternatif (Pengemanan,A.P, dkk,. 2002).

Penduduk desa memiliki tingkat pendidikan yang sangat rendah. Standar pendidikan di pedesaan memang rendah karena kesempatan memperoleh pendidikan sangat kurang (Malasis. 1981).

Menurut Siagian (1995), persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah :

1. Karakter individu yang bersangkutan (The Perceiver), yang dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan harapan.

2. Karakteristik dari objek setelah diteliti dapat mempengaruhi apa yang dirasakan (The Target).


(28)

Kerangka Pemikiran

Kondisi sosial ekonomi nelayan berhubungan dengan pendapatan nelayan, jumlah tanggungan keluarga, persepsi nelayan dan tingkat kosmopolitan. Dimana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi motivasi anak nelayan untuk sekolah. Motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi anak nelayan itu sendiri (motivasi internal) dan/atau berasal dari luar diri pribadi anak nelayan (motivasi eksternal). Kedua jenis motivasi ini jalin-menjalin atau kait mengait menjadi satu membentuk satu sistem motivasi yang menggerakkan anak nelayan untuk belajar atau sekolah.

Faktor internal yang mempengaruhi motivasi anak nelayan untuk sekolah adalah berasal dari minat anak tersebut dan faktor eksternal berasal dari faktor infrastruktur yang ada. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi nelayan seperti pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, persepsi dan tingkat kosmopolitan nelayan.

Motivasi anak nelayan untuk sekolah difokuskan kepada anak-anak nelayan yang berusia sekolah yaitu usia 6 – 18 tahun yang ada di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat digambarkan skema kerangka pemikiran dari penelitian sebagai berikut :


(29)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Faktor-Faktor Sosial Ekonomi : 1. Pendapatan Keluarga

2. Jumlah Tanggungan Keluarga 3. Persepsi Nelayan

4. Tingkat Kosmopolitan Nelayan 5. Infrastruktur (Respon Anak Nelayan

Terhadap Infrastruktur)

Motivasi Anak Nelayan Keadaan Internal : Untuk Sekolah 1. Minat

2. Persepsi

3. Kemampuan Belajar 4. Harapan

5. Sikap dan Perilaku

Keterangan : = Menyatakan Hubungan = Menyatakan Pengaruh


(30)

Hipotesis Penelitian

1. Tingkat motivasi anak nelayan untuk sekolah di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan dikatakan tinggi.

2. Ada pengaruh antara faktor-faktor sosial ekonomi terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan.


(31)

METODOLOGI PENELITIAN, PENETAPAN SAMPEL,

DEFINISI DAN BATASAN OPERASIONAL

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Pemilihan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu daerah dipilih secara cermat sehingga sesuai dengan kondisi yang diharapkan yaitu banyaknya anak nelayan yang tidak bersekolah di daerah ini. Hal ini dapat dilihat bahwa jumlah anak yang tidak sekolah di Kelurahan Belawan I dengan jumlah 31 Lingkungan Daerah adalah sebanyak 245 jiwa. Sementara itu, jumlah anak yang tidak sekolah di daerah penelitian adalah sebanyak 169 jiwa (Sumber : Diolah dari Kepala Lingkungan XII Kampung Nelayan dan data Kelurahan Belawan I). Daerah yang dipilih adalah Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, yang terletak di seberang Kota Belawan.

Metode Penentuan Sampel

Penarikan sampel keluarga dan anak nelayan pada daerah penelitian dilakukan dengan metode Simple Random Sampling. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan semua keluarga nelayan memiliki kultur yang relatif homogen dan memperoleh fasilitas sosial ekonomi yang relatif sama. Di daerah penelitian terdapat 489 KK nelayan dan 543 anak usia sekolah. Dari masing-masing populasi tersebut, 30 KK dan 30 anak usia sekolah akan dijadikan sampel dalam penelitian ini yang didasarkan atas pedoman umum dari beberapa ahli, yakni Gay (1987) dalam Jalil, A dkk, 1997, menyebutkan bahwa untuk studi korelasional dan studi kausal-komparatif disarankan menggunakan sampel minimum sebanyak 30 sampel atau responden.


(32)

Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari keluarga dan anak nelayan di daerah penelitian melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait yaitu Kepala Lingkungan XII Kampung Nelayan, Kantor Kelurahan Belawan I, Kantor Kecamatan Medan Belawan, serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat pada tabel 5 berikut :

Tabel 3. Spesifikasi Pengumpulan Data

Jenis Data Sumber Metode

Wawancara Observasi

Identitas Keluarga dan

Anak Nelayan Nelayan Deskripsi Daerah

Penelitian

Kepala Lingkungan dan Kantor

Kelurahan

Motivasi Anak

Nelayan Anak Nelayan Pendapatan Keluarga Nelayan Jumlah Tanggungan

Keluarga Nelayan

Persepsi nelayan Nelayan Tingkat Kosmopolitan

Nelayan Nelayan

Infrastruktur (Respon

Anak Nelayan) Anak Nelayan Sumber : Diolah dari Daerah Penelitian tahun 2009


(33)

Metode Analisis Data

Setelah data dan informasi terkumpul, selanjutnya data yang berskala ordinal seperti data motivasi anak nelayan, persepsi nelayan, tingkat kosmopolitan nelayan, infrastruktur dan lingkungan sosial, ditransformasi menjadi data berskala interval melalui Methods of Successive Interval (MSI).

Tujuan penelitian 1 dicari menggunakan metode analisa penilaian dengan skor, untuk mencari tingkat motivasi anak nelayan untuk sekolah, yaitu :

a. T (Tinggi), apabila pilihan jawaban “a” = skor 3 b. S (Sedang), apabila pilihan jawaban “b” = skor 2 c. R (Rendah), apabila pilihan jawaban “c” = skor 1

Setelah didapatkan skor keseluruhan, lalu digunakan Method successive of Interval (MSI) dengan langkah kerja sebagai berikut :

1. Perhatikan f (frekuensi) responden (banyaknya responden yang memberikan respon yang ada).

2. Bagi setiap bilangan pada f (frekuensi) oleh banyaknya responden, sehingga diperoleh proporsi.

3. Jumlahkan p (proporsi) secara berurutan untuk setiap respon sehingga keluar proporsi kumulatif.

4. Proporsi kumulatif (pk) dianggap mengikuti distribusi normal baku. 5. Hitung SV (Scale Value = nilai skala) dengan rumus :


(34)

6. SV (Scale Value = nilai skala) yang nilainya terkecil (harga negatif yang terbesar) diubah menjadi sama dengan satu (=1).

Transformed scale value : Y = SV + / Sv min / Motivasi dikatakan :

a. Tinggi, apabila sampel melakukan segala upaya dan dayanya (usaha) untuk dapat bersekolah.

b. Sedang, apabila sampel tidak sepenuhnya mengeluarkan upaya dan dayanya (usaha) untuk bersekolah.

c. Rendah, apabila sampel sama sekali tidak ada mengeluarkan upaya dan dayanya (usaha) untuk sekolah.

Pada tujuan penelitian 2, yang dicari adalah faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah, yaitu :

1. Pendapatan Keluarga, dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan utama dan usaha sampingan keluarga.

2. Jumlah Tanggungan Keluarga dianalisis secara deskriptif dan langsung, yaitu dengan mencatat langsung jumlah tanggungan keluarga di masing-masing keluarga responden.

3. Persepsi Nelayan dan Infrastruktur, dicari menggunakan metode analisa penilaian dengan skor. Untuk mencari indikator tingkat persepsi nelayan adalah sebagai berikut :

a. Baik, untuk pilihan jawaban “a” = skor 3 b. Sedang, untuk pilihan jawaban “b” = skor 2 c. Buruk, untuk pilihan jawaban “c” = skor 1


(35)

Persepsi dikatakan :

a. Baik, apabila sampel memberikan kesan, penilaian dan pendapat yang positif tentang pendidikan.

b. Sedang, apabila sampel memberikan kesan, penilaian dan pendapat, baik yang positif maupun negatif tentang pendidikan (memberikan penilaian dua aspek terhadap daftar pertanyaan kuisioner).

c. Buruk, apabila sampel memberikan kesan, penilaian dan pendapat yang negatif tentang pendidikan.

Infrastruktur (aksesibilitas ke sekolah) dikatakan :

a. Baik, apabila sarana dan prasarana yang dibutuhkan tersedia dan berjalan sesuai fungsinya serta dalam kondisi baik atau lancar.

b. Sedang, apabila sarana dan prasarana yang dibutuhkan kurang tersedia dan berjalan kurang sesuai dengan fungsinya serta dalam kondisi yang kurang baik atau kurang lancar.

c. Buruk, apabila sarana dan prasarana yang dibutuhkan kurang atau tidak tersedia dan berjalan tidak sesuai dengan fungsinya serta dalam kondisi yang buruk atau tidak lancar.

Setelah didapatkan skor keseluruhan, lalu digunakan Method successive of Interval (MSI).

4. Tingkat Kosmopolitan Nelayan, dicari menggunakan metode analisa penilaian dengan skor. Untuk mencari indikator tingkat kosmopolitan nelayan adalah sebagai berikut :

a. T (Tinggi), untuk pilihan jawaban “a” = skor 3 b. S (Sedang), untuk pilihan jawaban “b” = skor 2 c. R (Rendah), untuk pilihan jawaban “c” = skor 1


(36)

Tingkat kosmopolitan dikatakan :

a. Tinggi, apabila terjadi intensitas yang tinggi (setiap hari) dalam berinteraksi terhadap dunia luar.

b. Sedang, apabila terjadi intensitas yang sedang (beberapa kali dalam sebulan) dalam berinteraksi terhadap dunia luar.

c. Rendah, apabila terjadi intensitas yang rendah (beberapa kali dalam setahun atau tidak pernah sama sekali) dalam berinteraksi terhadap dunia luar.

Setelah didapatkan skor keseluruhan, lalu digunakan Method successive of Interval (MSI).

Untuk menguji pengaruh semua variabel bebas (x) yang dioperasionalkan terhadap variabel terikat / motivasi anak nelayan untuk sekolah (Y), maka digunakan persamaan Regresi Linier Berganda (Multiple Regression) dengan menggunakan rumus :

Y = a0 + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5

Keterangan : Y = Variabel terikat / motivasi anak nelayan untuk sekolah a0 = Koefisien intersep

b1…b5 = Koefisien regresi x1 = Pendapatan keluarga

x2 = Jumlah tanggungan keluarga x3 = Persepsi nelayan

x4 = Tingkat kosmopolitan nelayan x5 = Infrastruktur


(37)

Variabel bebas diuji secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, maka digunakan uji F, yakni :

Keterangan : r2 = Koefisien determinasi n = Jumlah sampel

k = Derajat bebas pembilang dengan kriteria uji :

1. Jika Fhitung≤ Ftabel, maka terima H0 atau tolak H1, berarti tidak ada pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah. 2. Jika Fhitung > Ftabel, maka terima H1 atau tolak H0, berarti ada pengaruh

faktor-faktor sosial ekonomi terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah. Dimana:

Ho : Pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, persepsi nelayan, tingkat kosmopolitan nelayan dan infrastruktur secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah.

H1 : Pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, persepsi nelayan, tingkat kosmopolitan nelayan dan infrastruktur secara bersama-sama berpengaruh terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah.


(38)

Untuk menguji pengaruh secara parsial, maka digunakan uji t, dengan rumus :

Dimana : bi = Koefisien regresi

Sbi = Standar deviasi untuk variabel ke-i

dengan kriteria uji :

1. Jika thitung ≤ ttabel, maka terima H0 atau tolak H1, berarti tidak ada pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah.

2. Jika thitung > ttabel, maka terima H1 atau tolak H0, berarti ada pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah.

Dimana :

Ho : Pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, persepsi nelayan, tingkat kosmopolitan nelayan dan infrastruktur secara parsial tidak berpengaruh terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah.

H1 : Pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, persepsi nelayan, tingkat kosmopolitan nelayan dan infrastruktur secara parsial berpengaruh terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah.


(39)

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan hasil penelitian ini, maka dibuat beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Anak nelayan adalah anak nelayan yang berusia 6 – 18 tahun (setara dengan anak berpendidikan SD sampai SMA) yang ada di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan.

2. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung (seperti penebar dan pemakai jaring) maupun secara tidak langsung (seperti juru mudi perahu layar, nakhoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal, juru masak kapal penangkap ikan), sebagai mata pencaharian.

3. Motivasi anak nelayan adalah dorongan keinginan atau kemauan anak nelayan untuk sekolah.

4. Faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah adalah :

a. Pendapatan keluarga adalah perolehan pendapatan utama yang dijumlahkan dengan pendapatan sampingan.

b. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang biaya hidupnya ditanggung oleh kepala keluarga atau nelayan.

c. Persepsi nelayan adalah pandangan atau pemahaman nelayan terhadap pendidikan.

d. Tingkat kosmopolitan nelayan adalah tingkat keterbukaan nelayan terhadap dunia luar.

e. Infrastruktur adalah respon atau tanggapan responden (anak nelayan) terhadap infrastruktur (aksesibilitas ke sekolah).


(40)

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian berada di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan.

2. Tahun penelitian adalah tahun 2009.

3. Sampel yang digunakan adalah anak nelayan dan nelayan. 4. Tingkat pendidikan anak nelayan adalah SD sampai SMA.


(41)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.

Dulunya, kawasan ini merupakan kawasan pinggiran pantai yang tidak berpenduduk mengingat kawasan ini terletak di sebuah dataran di seberang Kota Belawan. Kemudian kawasan ini dijadikan para nelayan untuk menangkap udang dan tritip.

Dengan hasil tangkapan para nelayan yang memuaskan, maka sedikit demi sedikit para nelayan berhijrah ke kawasan ini untuk membangun rumah-rumah kecil untuk mereka huni. Alasan mereka membangun rumah adalah karena agar tidak jauh untuk pergi melaut dan memudahkan mereka untuk membawa hasil tangkapan ke rumah masing-masing.

a. Luas dan Letak Geografis

Kampung Nelayan Lingkungan XII terletak di Kelurahan Belawan I yang memiliki luas sejauh ± 3 km di sepanjang pantai dataran yang terletak di seberang Kota Belawan sejauh ± 1 km. Jarak daerah penelitian ke daerah-daerah pusat pemerintahan seperti Kelurahan dan Kecamatan cukup dekat yaitu 3-10 km, hanya saja akses untuk ke daerah pemerintahan tersebut cukup rumit karena harus menggunakan transportasi laut.


(42)

Secara administratif, Kelurahan Belawan I memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

- Sebelah Selatan berbatasa dengan Kelurahan Belawan Bahagia - Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Belawan II - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak

Lingkungan XII atau yang sering disebut dengan Kampung Nelayan Belawan, terletak terpisah dengan lingkungan-lingkungan lain yg berada di dalam kawasan Kelurahan Belawan I. Kampung Nelayan ini terletak di sepanjang garis pantai seluas ± 10 Ha. Sebagian rumah penduduk berada tepat di atas permukaan laut dan sebagian lagi terletak di atas pinggiran pantai. Tidak ada satu rumah pun yang berada di tengah daratan, semua permukiman warga ini hanya terletak di pinggiran pantai dan menjorok ke atas permukaan laut.

b. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kampung Nelayan Lingkungan XII menurut data dan Kartu Keluarga dan lain-lain adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Jumlah Penduduk di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008

Jumlah Jiwa

Laki-laki Perempuan Jumlah Total Banyaknya KK (Kepala Keluarga) 1.187 1.169 2.356 489


(43)

Menurut pengakuan Kepala Lingkungan, semua kepala keluarga Kampung Nelayan ini bermata pencaharian nelayan/melaut. Dan sebagian besar penduduk perempuannya bekerja sebagai pengupas tritip, siting, memilah-milah udang, menjual udang dan bahkan ada juga yang membuka warung-warung kecil.

c. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di Kampung Nelayan ini adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Jenis Sarana yang Terdapat di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan

Jenis Sarana Jumlah (Unit)

TK (Taman Kanak-Kanak) Swasta 1

SD Negeri 1

Mesjid 1

Gedung Pertemuan (Aula) 1

Jumlah Keseluruhan (Unit) 4

Sumber : Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan

Tabel di atas menunjukkan jenis dan banyaknya jumlah sarana yang ada di daerah penelitian. Dimana kondisi fisik sarana dan prasarana tersebut tidak terlalu baik dan bagus.

Jalan yang menghubungkan satu rumah dengan rumah yang lainnya adalah merupakan sebuah titi kecil yang terbuat dari tiang-tiang kayu yang dipacakkan pada dasar laut dan jalan-jalan yang terbuat dari potongan-potongan papan yang disusun sehingga menjadi sebuah titi kecil. Tentu titi-titi ini sangat memprihatinkan karena kondisi kayu dan papan yang sudah lapuk bahkan sebagian titi banyak yang memiliki tiang yang tidak kokoh. Bisa dipastikan sebagian besar kampung ini, baik jalan dan rumah serta bangunan-bangunan lain,


(44)

terbuat dari papan dan kayu, tentu pemandangan yang sangat memprihatinkan dan tidak layak huni. Selain itu, kondisi lingkungan kurang terpelihara dan air bersih dan sanitasi pun jauh dari cukup.

Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel yang dimaksud adalah karakteristik anak nelayan dan orangtuanya (nelayan) yang dijadikan sebagai responden pada penelitian ini. Karakteristik anak nelayan meliputi umur dan tingkat pendidikan, sedangkan karakteristik nelayan meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga. Secara lebih jelas karakteristik sampel dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Karakteristik Sampel Anak Nelayan di Daerah Penelitian Karakteristik Sampel

Anak Nelayan Satuan Rangka Rataan

Umur Tahun 9 - 17 14,16 Tingkat Pendidikan Tahun 3 - 11 7,36 Sumber : Analisis Data Primer dari Lampiran 1.

Keterangan :

Rangka adalah rentang atau jarak dari karakteristik sampel yang diperoleh di lapangan.

Rangka untuk karakteristik umur dan tingkat pendidikan adalah :

• 1 – 6 = Tingkat Pendidikan SD (Sekolah Dasar)

• 7 – 9 = Tingkat Pendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama)


(45)

Umur sampel (anak nelayan) berkisar antara 9 – 17 tahun dengan rataan sebesar 14,16 tahun. Dari rataan tersebut dapat diketahui bahwa umur sampel merupakan usia wajib anak sekolah.

Tingkat pendidikan formal sampel (anak nelayan) berkisar antara 3 – 11 tahun. Dari rataan dapat dikatakan bahwa rataan tingkat pendidikan formal sampel adalah SMP kelas I atau tamatan SD.

Tabel 7. Karakteristik Sampel Nelayan di Daerah Penelitian Karakteristik

Sampel Nelayan Satuan Rangka Rataan

Umur Tahun 35 - 90 52,16 Tingkat Pendidikan Tahun 3 - 11 5,43

Jumlah Anggota

Keluarga Jiwa 2 - 6 3,93 Pendapatan Keluarga Rupiah/Tahun 13.200.000 – 64.800.000 21.820.000 Sumber : Analisis Data Primer dari Lampiran 2.

Dari tabel 8, dapat dilihat umur sampel (nelayan) berkisar antara 35 – 90 dengan rataan sebesar 52,16 tahun. Dari rataan tersebut dapat diketahui bahwa umur sampel berada dalam usia yang masih produktif sehingga memiliki potensi tenaga kerja yang cukup dalam menghidupi keluarga.

Tingkat pendidikan formal sampel (nelayan) berkisar antara 3 – 11 tahun dengan rataan 5,43 tahun. Dari rataan tersebut dapat dikatakan bahwa rataan tingkat pendidikan formal sampel adalah tidak tamat SD (setara dengan kelas V SD) sehingga pengetahuan dan pola fikir mereka masih kurang baik mengenai pendidikan.

Jumlah anggota keluarga sampel berkisar 2 – 6 jiwa dengan rataan sebanyak 3,93 jiwa. Dari rataan dapat diketahui bahwa tanggungan nelayan dalam menghidupi keluarga sedikit terbebani dengan memiliki 4 tanggungan anggota keluarga.


(46)

Total pendapatan keluarga sampel berkisar antara Rp. 13.200.000; sampai Rp. 64.800.000; dengan rataan Rp. 21.8200.000; per tahun atau Rp. 1.818.333; per bulan. Dari rataan tersebut dapat diketahui bahwa sampel telah dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari karena pendapatan tersebut telah melebihi Upah Minimum Kota Medan (Rp. 1.020.000; per bulan) (Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Madya Medan Tahun 2009).


(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Motivasi Anak Nelayan di Daerah Penelitian

Dari data yang diperoleh pada tabel 1 dan 2, diketahui bahwa jumlah anak usia sekolah (6-8 tahun) di daerah penelitian ini sebanyak 543 jiwa dan yang tidak sekolah sebanyak 169 jiwa yang berarti bahwa anak yang bersekolah adalah sebanyak 374 jiwa atau 31 % anak nelayan yang tidak sekolah.

Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka dilakukan penilaian melalui pemberian skor pada item yang menyangkut tentang variabel motivasi anak sekolah (lampiran 3) di daerah penelitian.

Setelah pilihan jawaban (lampiran 4) dan frekuensi jawaban (lampiran 5) diperoleh, maka nilai skoring akan akan diubah melalui Metode Succesive Interval (MSI) untuk memperoleh nilai skoring yang lebih akurat (lihat lampiran 6). Dari hasil MSI, maka dapat diperoleh nilai skala kategori jawaban untuk setiap item pernyataan yang digunakan (lampiran 7) untuk mengukur tingkat motivasi responden. Dari hasil tersebut, maka diperoleh kriteria penilaian tingkat motivasi responden dengan menggunakan rumus penentuan interval kelas, yaitu :

Keterangan : i = interval

bkt = batas kelas tertinggi bkr = batas kelas terendah k = jumlah kelas


(48)

Melalui rumus penentuan interval kelas di atas, maka diperoleh kriteria penilaian tingkat motivasi adalah sebagai berikut :

Skor 12,00 – 20,79 = Tingkat Motivasi Rendah Skor 20,80 – 29,59 = Tingkat Motivasi Sedang Skor 29,60 – 38,39 = Tingkat Motivasi Tinggi

Dari hasil rataan yang diperoleh dari data (lampiran 8), maka diperoleh rataan tingkat motivasi responden adalah sebesar 25,364, yang berarti adalah tingkat motivasi responden di daerah penelitian adalah Sedang.

Dengan kata lain, responden di daerah penelitian tidak sepenuhnya mengeluarkan upaya dan dayanya (usaha) untuk bersekolah. Hal ini terbukti dengan banyaknya anak usia sekolah yang putus sekolah yaitu mencapai 31%. Kurangnya daya dan usaha responden untuk sekolah adalah dikarenakan pola fikir anak yang menganggap bahwa sekolah itu tidak terlalu penting dan tidak terlalu berpengaruh terhadap masa depannya, yang pada akhirnya akan melaut juga (menjadi nelayan mengikuti jejak ayah) sehingga motivasi mereka untuk sekolah pun biasa saja, serta kurangnya perhatian orang tua terhadap anak mereka yang disebabkan karena tingginya aktivitas bekerja. Selain itu, anak nelayan juga memiliki kesempatan untuk ikut bekerja sampingan yang membuat mereka memiliki penghasilan sendiri atau penghasilan tambahan. Karena merasa mampu untuk menghasilkan uang, maka anak nelayan lebih memilih untuk bekerja daripada sekolah yang membuat bergesernya orientasi belajar menjadi orientasi bekerja di usia sekolah. Tak jarang beberapa anak nelayan di daerah penelitian sering tidak masuk sekolah untuk bekerja. Beberapa contoh pekerjaan anak nelayan di daerah penelitian adalah ikut melaut, membubu (mencari kepiting),


(49)

menjala ikan, mencari kerang, memilah-milah udang, mengupas tritip dan siting. Selain alasan di atas, alasan lainnya adalah anak-anak nelayan sebagian kurang mampu untuk mengikuti mata pelajaran (dikarenakan tidak bisa membaca, dan sebagainya) yang membuat mereka malas untuk bersekolah. Ada juga sebagian kecil anak malas untuk bersekolah dikarena lingkungan sekolah yang selalu memperolok-olok mereka dengan sebutan “anak laut” yang membuat kurangnya rasa percaya diri pada anak dan menimbulkan rasa minder yang berlebihan terhadap teman-temannya, sebaliknya, ada juga anak yang memiliki motivasi tinggi dikarenakan pengalaman saudara-saudaranya (abang atau kakak) yang putus sekolah diakibatkan keterbatasan dana atau karena tidak ingin meniru saudara-saudaranya yang putus sekolah akibat malas, alasan ini yang menimbulkan minat anak-anak tersebut untuk sekolah.

Faktor-faktor Sosial Ekonomi yang Berpengaruh Terhadap Motivasi Anak Nelayan untuk Sekolah

Berbagai variabel sosial ekonomi yang dikaji pengaruhnya terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah (Y) yang berdasarkan atas kerangka pemikiran adalah sebagai berikut :

X1 = Total Pendapatan Keluarga (Rupiah/Tahun) X2 = Jumlah Tanggungan Keluarga

X3 = Persepsi Nelayan

X4 = Tingkat Kosmopolitan Nelayan X5 = Infrastruktur


(50)

Data setiap variabel sebagai hasil survey terhadap responden disajikan pada lampiran 31. Sedangkan hasil pengujian analisis regresi linier berganda menggunakan SPSS dapat dilihat pada lampiran 32, maka diperoleh persamaan regresi yakni sebagai berikut :

Y = 0,909 + 0,00000009026X1 – 0,698X2 + 1,376X3 + 0,118X4 - 0,139X5

Dimana :

Y = Motivasi anak nelayan untuk sekolah X1 = Pendapatan keluarga

X2 = Jumlah tanggungan keluarga X3 = Persepsi nelayan

X4 = Tingkat kosmopolitan nelayan X5 = Infrastruktur

Nilai R Square (R2) pada lampiran 32 (model 1) adalah sebesar 0,705. Hal ini berarti persentase sumbangan pengaruh variabel pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, persepsi nelayan, tingkat kosmopolitan nelayan dan infrastruktur terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah adalah sebesar 70,5 %, sedangkan sisanya 29,95 % dipengaruhi atau dijelaskan oleh faktor atau variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini.

Dari hasil uji F atau uji ANOVA pada model 1 (model lengkap) menghasilkan : Fhitung sebesar 11,446 > Ftabel sebesar 2,545 dengan probabilitas 0,000 < 0,050 (tingkat signifikansi, α = 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, persepsi nelayan, tingkat kosmopolitan nelayan dan infrastruktur secara bersama-sama berpengaruh terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah (tolak Ho, terima H1).


(51)

Dari output Coefficient (lampiran 32), diperoleh nilai t hitung dan signifikansi adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Motivasi Anak Nelayan untuk Sekolah

Variabel Bebas Koefisien

Regresi t-hitung t-tabel Probabilitas

Pendapatan 0,0000000909 1,033 1,711 0,312 Jumlah Tanggungan Keluarga -0,698 -0,690 1,711 0,497 Persepsi Nelayan 1,376 4,776 1,711 0,000* Tingkat Kosmopolitan 0,118 0,624 1,711 0,539 Infrastruktur -0,139 -0,252 1,711 0,803 t-tabel (α = 5%; df = n-k-1 = 30-5-1 = 24) = 1,711

*= berpengaruh nyata n = jumlah data

k-1 = jumlah variabel independen – 1 r2 = 0,705

Sumber : Analisis Data Primer dari Lampiran 32

Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat bahwa koefisien regresi variabel persepsi nelayan (X3) adalah 1,376 dengan nilai thitung 4,776 > ttabel 1,711 dan probabilitas 0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa hanya variabel persepsi nelayan yang berpengaruh nyata terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah.

Untuk mengurangi variabel-variabel independen yang dianggap tidak berpengaruh terhadap variabel dependen pada penggunaan model regresi linier berganda, maka selanjutnya digunakan Metode Backward Elimination. Hasil analisa Metode Backward Elimination selengkapnya di sajikan pada lampiran 32.

Selanjutnya, variabel independent yang diperkirakan mempengaruhi motivasi anak nelayan untuk sekolah namun tidak layak masuk karena tidak berpengaruh nyata, maka harus dikeluarkan satu per satu (secara bertahap) dari model. Pada model 2 variabel yang dikeluarkan adalah variabel infrastruktur (X5), pada model 3 variabel yang dikeluarkan adalah variabel jumlah tanggungan keluarga (X2), pada model 4 variabel yang dikeluarkan adalah variabel tingkat


(52)

kosmopolitan (X4) dan pada model 5 variabel yang dikeluarkan adalah variabel pendapatan (X1). Setelah melalui 5 tahap maka diperoleh persamaan regresi linier sederhana dengan model persamaan regresi adalah sebagai berikut :

Y = - 0,650 + 1,468X3

Dimana :

Y = Motivasi anak nelayan untuk sekolah X3 = Persepsi nelayan

Nilai R Square (R2) pada lampiran 32 setelah melalui 5 tahap adalah sebesar 0,680. Persentase sumbangan pengaruh variabel persepsi nelayan terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah adalah sebesar 68 %, sedangkan sisanya 32 % dipengaruhi atau dijelaskan oleh faktor atau variabel lain yang tidak dimasukk an dalam model ini.

Berdasarkan lampiran 32 pada tabel Coefficients, dapat dilihat bahwa koefisien regresi variabel persepsi nelayan (X3) adalah 1,468 dengan nilai thitung 7,706 > ttabel 1,711 dan probabilitas 0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel persepsi nelayan berpengaruh nyata terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah. Hal ini logis mengingat bahwa dengan meningkatnya persepsi nelayan terhadap pendidikan ke arah yang positif, maka akan meningkat pula kecenderungan untuk memberikan motivasi dan dukungan serta perhatian terhadap pendidikan anak-anaknya. Sehingga anak nelayan dapat bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi lagi tentunya dengan dukungan para nelayan (orang tua).

Pengaruh variabel lain terhadap Y cukup besar yakni sebesar 32 %. Variabel ini diperkirakan terdiri atas variabel yang belum dikaji atau tidak


(53)

termasuk dalam model ini seperti kondisi lingkungan sekolah (baik teman atau guru) maupun musim pasang-surut yang terjadi di daerah penelitian.


(54)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Tingkat motivasi anak nelayan untuk sekolah di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan adalah sedang, yang berarti bahwa responden di daerah penelitian tidak sepenuhnya mengeluarkan upaya dan dayanya (usaha) untuk bersekolah. Hal ini disebabkan karena pola fikir anak nelayan yang menganggap bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap masa depan mereka.

2. Secara serempak, kelima variabel independen yang dikaji (pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, persepsi nelayan, tingkat kosmopolitan nelayan dan infrastruktur) berpengaruh nyata terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah dengan jumlah presentase sebesar 70,5 % sedangkan sisanya dipengaruhi variabel lain seperti kondisi lingkungan sekolah (murid/teman dan guru). Secara parsial, variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah adalah persepsi nelayan dengan sumbangan pengaruh sebesar 68%, hal ini dikarenakan semakin meningkatnya persepsi nelayan tentang pendidikan ke arah yang positif maka akan semakin nyata dukungan, perhatian dan motivasi nelayan kepada anaknya untuk mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi.


(55)

Saran

Saran Kepada Pemerintah

1. Agar pemerintah memperhatikan tingkat pendidikan anak nelayan yang tinggal di daerah terisolasi atau terpencil terutama di daerah penelitian, memberi informasi dan penyuluhan kepada para nelayan tentang pentingnya pendidikan untuk anak-anaknya dan bagaimana caranya untuk meningkatkan taraf kesejahteraan hidup mereka.

2. Agar pemerintah memperbanyak serta memperbaiki segala infrastruktur pedesaan atau fasilitas terutama yang menunjang untuk pendidikan dan akses untuk menuju tempat-tempat pendidikan.

3. Agar pemerintah lebih memantau kinerja aparat pemerintahan yang bergerak di bidang pendidikan terutama yang berhubungan langsung dengan murid didik seperti Kepala Sekolah dan para guru.

Saran Kepada LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

1. Agar LSM mendorong pemerintah daerah untuk lebih pro-aktif dalam membina masyarakatnya terutama di daerah penelitian.

2. Agar LSM dapat berperan sebagai wahana berbagai macam pendidikan dan pelatihan baik teknis (yang berkaitan dengan mata pelajaran) maupun pembentukan mental, sikap, perilaku dan pola fikir anak dan orang tua di daerah penelitian.


(56)

Saran Kepada Nelayan (Orang Tua)

1. Agar para nelayan merubah pola fikir tentang pentingnya serta memperhatikan pendidikan bagi anak-anak mereka.

2. Agar para nelayan mampu meningkatkan interaksi terhadap dunia luar untuk memberikan informasi dan pengetahuan baru tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka.

Saran kepada Peneliti Selanjutnya

1. Agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor apa saja yang berpengaruh secara parsial terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan.

2. Agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai masalah yang dihadapi dan upaya untuk mengatasi masalah tersebut yang berhubungan dengan motivasi anak nelayan untuk sekolah di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. 2007. Membangun Motivasi Belajar siswa. Pendidikan Network. http://re-searchengines.com/1007arief4.html . Diakses 8 Februari 2009. Anggraini, E. 2000. Menyelamatkan Generasi Nelayan. Suara Karya Online.

Anonimous. 2006. Digagas Pemberdayaan Pendidikannya. Kompas Cyber Media.

Anonimous. 2009. Kondisi Nelayan di Sumut (Himpunan Nelayan Seluruh

Indonesia (HNSI) Sumut.

Diakses pada tanggal 13 Maret 2009.

Anonimous. 2009. Tak ada Sekolah Gratis. Kompas Cyber Media.

Azahari, A. 2002. Penyusunan Pola Pendidikan Bagi Petani-Nelayan. Pustaka Quantum, Jakarta.

Boediono, dkk. 1999. Dampak krisis ekonomi terhadap pendidikan dasar. Ringkasan Eksekutif Hasil Studi (Volume 1). Badan Penelitian dan pengembangan, Departamen Pendidikan dan Kebu-dayaan.

Dahuri, R, dkk. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramitha, Jakarta.

Gujarati, D.N. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta : Erlangga.

Hasanuddin, B. 2000. Diundur Hingga 2009, Penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun. Harian Kompas. Edisi 3 Maret 2000. Diakses dari

Jalil, A, dkk. 1997. Metode Penelitian. Universitas Terbuka, Jakarta. Jhon, N dan

Kalyanamitra. 2005. Kuingin Anak nelayan Pintar. Kompas Cyber Media. P, Aburdene. 1990. Megatrens 2000. Binarupa Aksara, Jakarta.

Februari 2009.

Malasis, L. 1981. Pendidikan dan Dunia Pedesaan Perkembangan. Gunung Agung, Jakarta.


(58)

Mudjijono,dkk. 1997. Fungsi Keluarga Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Direktorat Jenderal Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta.

Mulyadi, S. 2005. Ekonomi Kelautan. Rajawali Pers, Jakarta.

Mulyono, M. 2001. Pola Pengembangan Penyuluhan Pertanian Berorientasi Agribisnis Pada Era Otonomi Daerah. www.google.com.

Pengemanan, A.P. 2002. Sumber daya Manusia (SDM) Masyarakat Nelayan.

Februari 2009.

Priyatno, D. 2008. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Sanomae, M. 2005. Di Balik Keceriaan Anak di Kepulauan Karimunjawa, Bangga Anak Gadisnya Dipinang di Usia 12 Tahun. www.suaramerdeka.com. Siagian, S.P. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta. Soemanto, Wasty, 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bina Aksara.

Suhana, 2006. Krisis Sumberdaya Manusia Nelayan (Memperingati Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2006) tanggal 6 Februari 2009.

Sulastiyono. 1999. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sulistyowati, L. 2003. Analisis Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Gugus Kepulauan. Diakses dari

2009.

Tilaar, H.A.R. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.


(59)

1

Lampiran 1. Karakteristik Sampel Anak Nelayan

Jumlah Sampel Umur (Tahun) Tingkat Pendidikan (Tahun)

1 11 5

2 11 6

3 12 6

4 13 8

5 16 10

6 15 9

7 11 4

8 16 9

9 15 8

10 16 7

11 16 8

12 13 8

13 16 8

14 16 7

15 16 7

16 17 11

17 11 4

18 16 8

19 12 6

20 13 7

21 15 7

22 16 10

23 17 8

24 9 3

25 11 5

26 13 6

27 15 8

28 16 7

29 17 11

30 14 10

Jumlah 425 221


(60)

2

Lampiran 2. Karkteristik Sampel Nelayan

Sampel Umur (Tahun) Tingkat Pendidikan (Tahun) Jumlah Keluarga (Jiwa) Total Pendapatan per Tahun

1 35 11 3 Rp.14.400.000;

2 49 5 5 Rp.18.000.000;

3 60 6 2 Rp.46.800.000;

4 37 6 4 Rp.64.800.000;

5 42 3 6 Rp.13.800.000;

6 39 7 5 Rp.19.800.000;

7 48 6 4 Rp.16.200.000;

8 42 5 4 Rp.13.800.000;

9 45 6 4 Rp.15.000.000;

10 51 4 4 Rp.18.000.000;

11 42 6 5 Rp.13.200.000;

12 61 3 4 Rp.15.600.000;

13 43 6 6 Rp.30.600.000;

14 41 8 6 Rp.25.200.000;

15 90 3 4 Rp.14.400.000;

16 52 6 3 Rp.21.600.000;

17 49 8 3 Rp.14.400.000;

18 60 4 4 Rp.23.400.000;

19 49 6 5 Rp.37.800.000;

20 45 4 4 Rp.21.000.000;

21 81 3 4 Rp.19.200.000;

22 63 6 3 Rp.14.400.000;

23 56 3 3 Rp.18.000.000;

24 41 8 4 Rp.23.400.000;

25 73 4 2 Rp.16.800.000;

26 55 6 5 Rp.19.200.000;

27 56 3 3 Rp.16200.000;

28 49 6 3 Rp.19.200.000;

29 60 6 3 Rp.27.600.000;

30 51 5 3 Rp.22.800.000;

Jumlah 1565 163 118 Rp.654.600.000;


(61)

3

Lampiran 3. Pernyataan untuk Variabel Motivasi

1. Apakah menurut Anda sekolah itu penting ? a. Penting

b. Biasa saja c. Tidak penting

2. Menurut Anda, apakah bersekolah itu mempengaruhi masa depan Anda ? a. Sangat mempengaruhi

b. Biasa saja

c. Setahu Saya, tidak mempengaruhi masa depan Saya 3. Apakah alasan Anda untuk hadir ke sekolah ?

a. Keinginan sendiri

b. Karena ada teman-teman c. Paksaan orang tua

4. Apabila ada suatu kendala yang menghambat Anda untuk pergi ke sekolah seperti terlambat bangun tidur, apa yang Anda lakukan ?

a. Tetap pergi ke sekolah walaupun harus dihukum oleh Guru b. Tidak pergi ke sekolah karena takut dihukum oleh Guru c. Bolos sekolah tanpa sepengetahuan orang tua

5. Apakah Anda senang bersekolah ? a. Senang sekali

b. Biasa saja

c. Membosankan karena harus belajar terus 6. Apakah Anda tertarik untuk bersekolah ?

a. Sangat tertarik karena dapat ilmu baru

b. Tertarik, karena bertemu dengan banyak teman c. Biasa saja

7. Selama Anda sekolah, apakah Anda pernah TIDAK naik kelas ? a. Tidak pernah

b. Pernah 1 kali

c. Pernah, lebih dari 1 kali

8. Selama Anda sekolah, apakah Anda pernah mencapai peringkat 1-10 di kelas? a. Pernah, setiap semester

b. Pernah, beberapa kali c. Tidak pernah sama sekali

9. Apa yang Anda harapkan sekarang ? a. Menjadi siswa/i berprestasi b. Bekerja


(62)

4 10. Setelah Anda tamat sekolah, apakah yang Anda inginkan ?

a. Melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi b. Mencari pekerjaan di luar daerah Saya tinggal c. Melaut, membantu orang tua

11. Apakah Anda tertarik untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh Guru?

a. Tertarik b. Biasa saja

c. Tidak tertarik, membosankan

12. Apakah Anda sering tidak hadir (bolos) sekolah ? a. Tidak pernah

b. Pernah, tidak lebih dari 3 kali c. Sering sekali


(1)

17

1

1

1

3.11

3.05

3.01

2.28

14.45

Sedang

18

2.16

2.13

2.13

2.06

2.05

2.06

1

13.59

Sedang

19

1

1

1

3.11

3.05

3.01

1

13.17

Sedang

20

2.16

3.2

2.13

1

2.05

2.06

2.28

14.88

Sedang

21

2.16

1

2.13

1

2.05

2.06

1

11.4

Buruk

22

3.15

2.13

3.25

1

1

1

1

12.53

Sedang

23

2.16

1

2.13

1

1

1

1

9.29

Buruk

24

1

1

3.25

3.11

3.05

2.06

1

14.47

Sedang

25

1

1

1

3.11

3.05

3.01

1

13.17

Sedang

26

1

1

1

3.11

3.05

3.01

1

13.17

Sedang

27

2.16

2.13

3.25

2.06

2.05

3.01

1

15.66

Sedang

28

2.16

3.2

3.25

3.11

3.05

2.06

1

17.83

Baik

29

3.15

3.2

3.25

1

1

1

1

13.6

Sedang

30

3.15

3.2

3.25

1

1

1

1

13.6

Sedang

JUMLAH

400.4

Sedang

RATAAN

13.3466

Kriteria :

Skor 7,00 – 12,01 = Buruk

Skor 12,02 – 17,03 = Sedang

Skor 17,04 – 22,03 = Baik


(2)

Lampiran 31. Data Input Analisis Regresi Linier Berganda

Sampel

Tingkat Motivasi

Total Pendapatan

per Tahun

Jumlah Tangungan

Keluarga

Persepsi Nelayan

Tingkat

Kosmopolitan

Infrastruktur

(Y)

(X1)

(X2)

(X3)

(X4)

(X5)

(Trans. Skor)

(Rupiah/Tahun)

(Jiwa)

(Trans. Skor)

(Trans. Skor)

(Trans. Skor)

1

33.94

Rp.14.400.000;

3

24.57

20.47

17.83

2

36.48

Rp.18.000.000;

5

21.61

17.61

16.56

3

32.86

Rp.46.800.000;

2

17.65

21.45

16.88

4

32.98

Rp.64.800.000;

4

22.5

19.38

16.92

5

22.16

Rp.13.800.000;

6

13.97

20.99

9.34

6

18.69

Rp.19.800.000;

5

12.89

15.27

9.44

7

37.5

Rp.16.200.000;

4

21

31.53

15.43

8

18.62

Rp.13.800.000;

4

11.6

27.73

10.47

9

17.37

Rp.15.000.000;

4

17.84

30.47

12.48

10

15.05

Rp.18.000.000;

4

10.14

16.61

12.48

11

14.16

Rp.13.200.000;

5

13.7

20.62

11.48

12

18.95

Rp.15.600.000;

4

14.91

22.46

15.64

13

17.45

Rp.30.600.000;

6

15.84

18.48

9.34

14

19.66

Rp.25.200.000;

6

17.01

14.65

11.45

15

15.43

Rp.14.400.000;

4

10.78

22.96

10.32

16

24.88

Rp.21.600.000;

3

17.67

24.58

13.53

17

32.69

Rp.14.400.000;

3

21

19.04

14.45

18

14.07

Rp.23.400.000;

4

12.92

21.74

13.59

19

31.67

Rp.37.800.000;

5

21.1

28.01

13.17

20

30.66

Rp.21.000.000;

4

22.7

23.44

14.88

21

16.5

Rp.19.200.000;

4

9.05

15.68

11.4


(3)

22

29.08

Rp.14.400.000;

3

19.81

16.29

12.53

23

19.43

Rp.18.000.000;

3

13.01

25.14

9.29

24

38.39

Rp.23.400.000;

4

23.25

28.31

14.47

25

29.65

Rp.16.800.000;

2

22.1

24.08

13.17

26

22.81

Rp.19.200.000;

5

16.21

21.26

13.17

27

30.92

Rp.16200.000;

3

21.67

28.67

15.66

28

18.45

Rp.19.200.000;

3

22.7

24.67

17.83

29

32.03

Rp.27.600.000;

3

18.11

36.55

13.6

30

38.39

Rp.22.800.000;

3

24.57

28.47

13.6

Total

760,92

Rp.654.600.000;

118

531,88

686,61

400,4

Rataan

25,364

Rp.21.820.000;

3,9333

17,7293

22,887

13,3466


(4)

Lampiran 32. Hasil Pengujian Analisis Regresi Linier Berganda

(Menggunakan SPSS)

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 Infrastruktur, T.Kosmopolitan, Pendapatan, Jlh.Tggn.Keluarga, Persepsia

. Enter

2

. Infrastruktur Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).

3

. Jlh.Tggn.Keluarga Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).

4

. T.Kosmopolitan Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).

5

. Pendapatan Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Motivasi

Model Summaryf

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .839a .705 .643 4.90444

2 .839b .704 .656 4.81171

3 .836c .699 .664 4.75862

4 .830d .689 .666 4.74216

5 .824e .680 .668 4.72872 2.038

a. Predictors: (Constant), Infrastruktur, T.Kosmopolitan, Pendapatan, Jlh.Tggn.Keluarga, Persepsi b. Predictors: (Constant), T.Kosmopolitan, Pendapatan, Jlh.Tggn.Keluarga, Persepsi

c. Predictors: (Constant), T.Kosmopolitan, Pendapatan, Persepsi d. Predictors: (Constant), Pendapatan, Persepsi

e. Predictors: (Constant), Persepsi f. Dependent Variable: Motivasi


(5)

ANOVAf

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1376.614 5 275.323 11.446 .000a

Residual 577.285 24 24.054

Total 1953.900 29

2 Regression 1375.085 4 343.771 14.848 .000b

Residual 578.814 25 23.153

Total 1953.900 29

3 Regression 1365.142 3 455.047 20.095 .000c

Residual 588.757 26 22.645

Total 1953.900 29

4 Regression 1346.722 2 673.361 29.943 .000d

Residual 607.177 27 22.488

Total 1953.900 29

5 Regression 1327.797 1 1327.797 59.381 .000e

Residual 626.103 28 22.361

Total 1953.900 29

a. Predictors: (Constant), Infrastruktur, T.Kosmopolitan, Pendapatan, Jlh.Tggn.Keluarga, Persepsi

b. Predictors: (Constant), T.Kosmopolitan, Pendapatan, Jlh.Tggn.Keluarga, Persepsi c. Predictors: (Constant), T.Kosmopolitan, Pendapatan, Persepsi

d. Predictors: (Constant), Pendapatan, Persepsi e. Predictors: (Constant), Persepsi

f. Dependent Variable: Motivasi


(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .909 9.592 .095 .925

Pendapatan 9.026E-8 .000 .121 1.033 .312 .895 1.117

Jlh.Tggn.Keluarga -.698 1.012 -.092 -.690 .497 .693 1.442

Persepsi 1.376 .288 .773 4.776 .000 .470 2.126

T.Kosmopolitan .118 .190 .077 .624 .539 .805 1.242

Infrastruktur -.139 .551 -.043 -.252 .803 .416 2.403

2 (Constant) -.600 7.356 -.082 .936

Pendapatan 8.561E-8 .000 .115 1.022 .317 .937 1.068

Jlh.Tggn.Keluarga -.597 .911 -.079 -.655 .518 .824 1.214

Persepsi 1.329 .218 .747 6.105 .000 .792 1.262

T.Kosmopolitan .126 .184 .082 .686 .499 .827 1.209

3 (Constant) -4.270 4.716 -.906 .374

Pendapatan 8.361E-8 .000 .112 1.010 .322 .938 1.066

Persepsi 1.365 .208 .767 6.551 .000 .846 1.182

T.Kosmopolitan .158 .175 .103 .902 .375 .889 1.124

4 (Constant) -1.578 3.638 -.434 .668

Pendapatan 7.523E-8 .000 .101 .917 .367 .950 1.053

Persepsi 1.427 .196 .802 7.284 .000 .950 1.053

5 (Constant) -.650 3.484 -.186 .853

Persepsi 1.468 .190 .824 7.706 .000 1.000 1.000

a. Dependent Variable: Motivasi


Dokumen yang terkait

Analisis Karakteristik Nelayan dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Nelayan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan

8 101 124

Respon Masyarakat Terhadap Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan

1 49 128

Gambaran Gejala Gangguan Kulit Pada Nelayan Di Lingkungan 30 Gudang Arang Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan Tahun 2010

5 48 69

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDIDIKAN ANAK NELAYAN

0 1 2

Respon Masyarakat Nelayan Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah di Kampung Nelayan Seberang Lingkungan XII Kelurahan I Kecamatan Medan Belawan

0 0 22

Respon Masyarakat Nelayan Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah di Kampung Nelayan Seberang Lingkungan XII Kelurahan I Kecamatan Medan Belawan

0 0 2

Respon Masyarakat Nelayan Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah di Kampung Nelayan Seberang Lingkungan XII Kelurahan I Kecamatan Medan Belawan

0 0 27

Respon Masyarakat Nelayan Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah di Kampung Nelayan Seberang Lingkungan XII Kelurahan I Kecamatan Medan Belawan

0 1 10

Respon Masyarakat Nelayan Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah di Kampung Nelayan Seberang Lingkungan XII Kelurahan I Kecamatan Medan Belawan

0 0 2

Respon Masyarakat Nelayan Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah di Kampung Nelayan Seberang Lingkungan XII Kelurahan I Kecamatan Medan Belawan

0 0 15