Respon Masyarakat Terhadap Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan

(1)

RESPON MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM BERAS

UNTUK KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN BELAWAN I

KECAMATAN MEDAN BELAWAN

Diajukan guna memenuhi salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar SarjanaSosial Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Diajukan Oleh: RAHMAT SAPUTRA

060902052

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2011


(2)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Rahmat Saputra

Nim : 06090252

ABSTRAK

Respon Masyarakat Terhadap Program Beras Untuk Keluarga Miskin Di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan. Skripsi ini terdiri dari 6 bab 6 bab, 109 halaman dan 39 tabel

Masyarakat Indonesia khususnya Sumatera masih bergelut dengan kemiskinan, seperti yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan maret 2010 jumlah penduduk miskin yang hidup dibawah garis kemiskinan mencapai 31.02 juta jiwa sedangkan di Sumatera Utara sendiri menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilaksanakan pada bulan maret 2010 jumlah penduduk miskin adalah sebanyak 1.490.900 jiwa, karena adanya kemiskinan itu pemerintah membuat sesuatu program yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan, salah satu program yang dibuat oleh pemerintah adalah program Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat terhadap program beras untuk keluarga miskin di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan.

Penelitian ini adalah penelitian deskritif yaitu membuat gambaran secara keseluruhan tentang bagaimana respon masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Belawan I dengan responden yang berjumlah 98 KK. Teknik pengumpulan data melalui angket kepada responden, observasi dan wawancara langsung kepada masyarakat. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling atau teknik pengambilan sampel secara random atas dasar himpunan, dan teknik analisa data menggunakan skala likert untuk mengukur Pengetahuan, Sikap dan Partisipasi seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial. Responden diberikan angket kemudian jawaban responden disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian dilakukan analisi kuantitatif dengan skala likert.

Hasil analisa data menunjukka n bahwa responden memiliki pengetahuan yang netral terhadap program beras untuk keluarga miskin, dengan nilai 0,39. Sikap responden terhadap program beras untuk keluarga miskin adalah positif dengan nilai 0,80 dan Partisipasi responden terhadap program beras untuk keluarga miskin adalah positif dengan nilai 0,34. Berdasarkan hasil analisa diatas, dapat dikemukakan bahwa respon masyarakat terhadap program beras untuk keluarga miskin di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan adalah positif. Masyarakat berharap program Raskin tetap dilanjutkan dan mutu beras dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk semua berkat dan rahmat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa pernyataanNya dan bantuan dari berbagai pihak yang turut membantu dan mendukung penulis

Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul: “Respon Masyarakat Terhadap Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan”.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada segala pihak yang telah bersedia membantu dan menyemangati dalam pengerjaan skripsi ini.

Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Kharani Siregar M.Sp selaku Ketua Departeman Ilmu Kesejahteraan Sosial.

3. Bapak Drs. Matias Siagian M.Si selaku Dosen Pembimbing, terima kasih penulis ucapkan untuk semua yang telah diajarkan dan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini dan semangat yang tidak pernah bosan bapak berikan.


(4)

4. Seluruh Dosen Ilmu Kesejahteraan Soial FISIP USU yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga bagi penulis selama masa perkulihan.

5. Seluruh Staff Pendidikan dan Administrasi FISIP USU, yang membantu segala hal yang dibutuhkan penulis dalam hal administrasi, yaitu Ibu Zuraida dan Kak Debby.

6. Seluruh Staff LSM P3MN (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat Nelayan) yang telah membantu penulis, terima kasih untuk Direktur Eksekutif Bang Leonardo Marbun, Kak Nova Anggreini selaku Staff keuangan, Kak ErnaTati selaku Managemen Data dan Bang Yani dan Bang Eman selaku staff lapangan. Banyak terima kasih untuk dukungan dan semangat sejak awal hingga akhir skripsi ini.

7. Buat kedua orang tua saya Bapak Tumirin dan Ibu Annum Batubara yang telah mendoakan saya sehingga skripsi saya ini dapat selesai

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya , Penulis berharap bermanfaat bagi semua pembaca

Medan, Maret 2011 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Respon Masyarakat ... 10

2.2. Keluarga Miskin ... 20

2.3. Program Beras Untuk Keluarga Miskin ... 25

2.3.1. Mekanisme Perencanaan dan Pelaksanaan ... 27

2.3.3.1. Penentuan Pagu dan Alokasi ... 27

2.3.3.2. Organisasi dan Penanggung Jawab ... 28

2.3.3.3. Penentuan Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat ... 29


(6)

2.3.3.5. Mekanisme Distribusi ... 31

2.3.3.6. Administrasi Distribusi ... 32

2.3.3.7. Biaya Operasional Raskin ... 33

2.3.2. Mekanisme Pembayaran dan Administrasi HPB Raskin ... 34

2.3.3. Indikator Keberhasilan Program ... 35

2.3.4. Pengaduan Masyarakat ... 36

2.3.5. Pengawasan ... 36

2.3.6. Sosialisasi Program ... 35

2.4. Kesejahteraan Sosial ... 38

2.5. Kerangka Pemikiran ... 39

2.6. Defenisi Konsep ... 41

2.6. Defenisi Operasional ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian ... 45

3.2. Lokasi Penelitian ... 45

3.3. Populasi dan Sampel ... 46

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.5. Teknik Analisis Data... 49

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum lokasi... 50


(7)

4.2. Luas Penduduk ... 51

4.3. Pembagian Wilayah ... 51

4.4. Kependudukan ... 49

4.4.1. Penduduk Berdasarkan Lingkungan ... 53

4.4.2. Penduduk Berdasarkan Usia ... 55

4.4.3. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

4.4.4. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 58

4.4.5. Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 59

4.4.6. Penduduk Berdasarkan Agama ... 60

4.4.7. Penduduk Berdasarkan Suku ... 61

4.5. Fasilitas/Prasarana ... 62

4.6. Organisasi Sosial Budaya ... 63

4.7. Sistem Pemerintahan ... 62

BAB V ANALISIS DATA 5.1. Karakteristik Umum Responden ... 66

5.1.1. Data Jenis Kelamin Responden ... 67

5.1.2. Data Usia Responden ... 68

5.1.3. Data Agama Responden ... 69

5.1.4. Data Latar Belakang Pendidikan Responden ... 70

5.1.5. Data Suku Responden ... 72

5.1.6. Data Jumlah Anak Responden ... 73


(8)

5.1.8. Data Penghasilan Responden ... 76

5.2. Analisa Kualitatif Responden Terhadap Program Raskin ... 77

5.2.1. Pengetahuan Responden Tentang Program Raskin ... 77

5.2.2. Sikap Responden Tentang Program Raskin ... 91

5.2.3 Partisipasi Responden Tentang Program Raskin...109

5.3. Analisa Data Kuantitatif Responden Terhadap Program Raskin....122

5.3.1. Pengetahuan Masyarakat Terhadapa Program Raskin...124

5.3.2. Sikap Masyarakat Tentang Program Raskin...126

5.3.3. Partisipasi Masyarakat Tentang Program Raskin...128

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan...131

6.2. Saran...132

DAFTAR PUSTAKA...133 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

BAB II Tabel 2.1 Kriteria Rumah Tangga Miskin Menurut BPS ... 21

BAB IV Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Kelurahan Belawan I ... 51

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Lingkungan ... 43

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 55

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian . 58 Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 59

Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 60

Tabel 4.8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku ... 61

Tabel 4.9 Fasilitas/Prasarana Kelurahan Belawan I ... 62

BAB V Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .. 67

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 68

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 69

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 70

Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku ... 72

Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 73

Tabel 5.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 74

Tabel 5.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan ... 76

Tabel 5.9 Pengetahuan Responden Tentang Tingkat Sosial Ekonomi ... 77


(10)

Tabel 5.10 Sumber Informasi Responden Tentang Keluarga Miskin 78 Tabel 5.11 Pengetahuan Responden Tentang Pelaksanaan Program

Raskin ... 79 Tabel 5.12 Sumber Informasi Tentang Program Raskin Pertama

Kali ... 80 Tabel 5.13 Pengetahuan Responden Tentang Tata Cara Memperoleh

Raskin ... 81 Tabel 5.14 Sumber Informasi Responden Tentang Program Raskin 82 Tabel 5.15 Pemahaman Responden Tentang Program Raskin... 83 Tabel 5.16 Pengetahuan Responden Tentang Pendaftaran Peserta

Program Raskin ... 84 Tabel 5.17 Pengetahuan Responden Tentang Waktu Pelaksanaan

Program Raskin ... 85 Tabel 5.18 Pengetahuan Responden Tentang Harga Raskin ... 86 Tabel 5.19 Pengetahuan Responden Tentang Kuota Raskin ... 87 Tabel 5.20 Pengetahuan Responden Tentang Kenaikan Harga

Raskin ... 88 Tabel 5.21 Pengetahuan Responden Tentang Tujuan Program

Raskin ... 89 Tabel 5.22 Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Program

Raskin ... 90 Tabel 5.23 Sikap Responden Tentang Program Raskin ... 91 Tabel 5.24 Penilaian Repsonden Tentang Cara Penyampaian


(11)

Informasi Program Raskin ... 92 Tabel 5.25 Penilaian Responden Tentang Penyampaian Informasi

Program Raskin ... 94 Tabel 5.26 Tanggapan Responden Tentang Kesesuaian

Program Raskin dengan Kebutuhan Keluarga ... 95 Tabel 5.27 Penilaian Responden Tentang Tata Cara Menjadi

Peserta Program Raskin ... 96 Tabel 5.28 Penilaian Responden Tentang Cara Memperoleh

Raskin ... 97 Tabel 5.29 Penilaian Responden Tentang Harga Raskin ... 99 Tabel 5.30 Penilaian Responden Tentang Keterjangkauan Harga

Raskin ... 100 Tabel 5.31 Penilaian Responden Tentang Kuota Raskin ... 101 Tabel 5.32 Penilaian Responden Tentang Mutu Raskin ... 102 Tabel 5.33 Tanggapan Responden Tentang Program Raskin dalam

Memenuhi Kebutuhan Keluarga ... 103 Tabel 5.34 Tanggapan Responden Tentang Program Raskin dalam

Memenuhi Kebutuhan Pangan ... 104 Tabel 5.35 Penilaian Responden Tentang Program Raskin ... 105 Tabel 5.36 Penilaian Responden Tentang Pelaksanaan Program

Raskin ... 106 Tabel 5.37 Penilaian Responden Tentang Kesesuaian Program


(12)

Tabel 5.38 Tanggapan Responden Tentang Kelanjutan Program Raskin ... 108 Tabel 5.39 Sikap Responden Setelah Mendengar Program Raskin 109 Tabel 5.40 Pernah Tidaknya Diadakan Musyawarah Tentang

Program Raskin ... 110 Tabel 5.41 Pernah Tidaknya Responden Diundang untuk

Menghadiri Musyawarah Tentang Program Raskin ... 111 Tabel 5.42 Kehadiran Respon dalam Menghadiri Musyawarah

Program Raskin ... 112 Tabel 5.43 Pengetahuan Responden Tentang Kesimpulan

Musyawarah Program Raskin ... 113 Tabel 5.44 Sikap Responden Apabila Tidak Menghadiri

Musyawarah Program Raskin ... 113 Tabel 5.45 Pernah Tidaknya Diadakan Sosialisasi Tentang Program

Raskin ... 114 Tabel 5.46 Kehadiran Responden Dalam Menghadiri Sosialisasi

Program Raskin ... 115 Tabel 5.47 Pengetahuan Responden Tentang Kesimpulan Sosialisasi

Program Raskin ... 116 Tabel 5.48 Sikap Responden Apabila Tidak Menghadiri Sosialisasi

Program Raskin ... 117 Tabel 5.49 Keikutsertaan Responden Sejak Adanya Program


(13)

Tabel 5.50 Frekuensi Mendapatkan Raskin ... 119 Tabel 5.51 Sikap Responden dalam Mencari Tahu Informasi Tentang

Program Raskin ... 120 Tabel 5.52 Pernah Tidaknya Terjadi Penyimpangan dalam

Pelaksanaan Program Raskin ... 121 Tabel 5.53 Pengetahuan Masyarakat Terhadap Program Raskin ... 124 Tabel 5.54 Sikap Masyarakat Terhadap Program Raskin ... 126 Tabel 5.55 Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Raskin... 128


(14)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Rahmat Saputra

Nim : 06090252

ABSTRAK

Respon Masyarakat Terhadap Program Beras Untuk Keluarga Miskin Di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan. Skripsi ini terdiri dari 6 bab 6 bab, 109 halaman dan 39 tabel

Masyarakat Indonesia khususnya Sumatera masih bergelut dengan kemiskinan, seperti yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan maret 2010 jumlah penduduk miskin yang hidup dibawah garis kemiskinan mencapai 31.02 juta jiwa sedangkan di Sumatera Utara sendiri menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilaksanakan pada bulan maret 2010 jumlah penduduk miskin adalah sebanyak 1.490.900 jiwa, karena adanya kemiskinan itu pemerintah membuat sesuatu program yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan, salah satu program yang dibuat oleh pemerintah adalah program Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat terhadap program beras untuk keluarga miskin di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan.

Penelitian ini adalah penelitian deskritif yaitu membuat gambaran secara keseluruhan tentang bagaimana respon masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Belawan I dengan responden yang berjumlah 98 KK. Teknik pengumpulan data melalui angket kepada responden, observasi dan wawancara langsung kepada masyarakat. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling atau teknik pengambilan sampel secara random atas dasar himpunan, dan teknik analisa data menggunakan skala likert untuk mengukur Pengetahuan, Sikap dan Partisipasi seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial. Responden diberikan angket kemudian jawaban responden disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian dilakukan analisi kuantitatif dengan skala likert.

Hasil analisa data menunjukka n bahwa responden memiliki pengetahuan yang netral terhadap program beras untuk keluarga miskin, dengan nilai 0,39. Sikap responden terhadap program beras untuk keluarga miskin adalah positif dengan nilai 0,80 dan Partisipasi responden terhadap program beras untuk keluarga miskin adalah positif dengan nilai 0,34. Berdasarkan hasil analisa diatas, dapat dikemukakan bahwa respon masyarakat terhadap program beras untuk keluarga miskin di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan adalah positif. Masyarakat berharap program Raskin tetap dilanjutkan dan mutu beras dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Krisis yang terjadi di Indonesia saat ini berdampak besar terhadap lapangan kerja, konsumsi dan tabungan masyarakat. Kondisi ini berakibatkan pula pada perubahan tingkat kemiskinan dalam 20 tahun terakhir ini, dimana hal ini terlihat dari kesulitan yang dialami berjuta-juta orang dan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Bersamaan dengan itu terjadi pula depresiasi nilai tukar rupiah yang luar biasa sehingga berdampak pada tingginya harga barang-barang dagangan disatu pihak khususnya pangan (hhtp://.www.Kompas.com diakses pada tanggal 1 juli 2010).

Disadari bahwa beras memiliki peran yang strategis dalam ketahanan pangan, ketahanan ekonomi, dan ketahanan/stabilitas politik. Pengalaman tahun 1966 dan 1998 menunjukkan bahwa goncangan politik dapat berubah menjadi krisis politik yang dahsyat karena melonjaknya harga pangan dalam waktu singkat. Dampak dari masalah disebabkan oleh nilai tukar rupiah yang tinggi dan krisis ekonomi menjadi masalah kemiskinan di kehidupan masyarakat.

Kemiskinan menjadi masalah yang berkepanjangan, bahkan sampai saat ini masih memprihatinkan, tercermin dari belum terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin yang berupa pangan, kesehatan, perumahan, pendidikan, pekerjaan, tanah, sumber daya alam, air bersih dan sanitasi juga rasa aman serta hak untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan kebijakan publik dan proses pembangunan


(16)

2010 pukul 21.00).

Dampak yang ditimbulkan oleh kemiskinan adalah jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan berkualitas, kesulitan biaya kesehatan, kurangnya akses terhadap pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya tabungan dan investasi dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi dan lebih parah adalah kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat untuk memenuhi kebutuhan sandang pangan, dan papan secara terbatas. Hal ini membuktikan masalah kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan kronis dalam proses pembanguan (http://www. program raskin kebijakan pemerintah dan permasalahan.pdf diakses pada tanggal 1 juli 2010 pukul 20.30 ).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah persentase penduduk miskin pada periode 1997-2007 meningkat dari tahun ke tahun. Pada periode 1996-1999 jumlah penduduk miskin meningkat 13,96 juta karena krisis ekonomi, yaitu dari 34,01 juta pada tahun 1996 menjadi 47,97 juta pada tahun 1999. persentase penduduk miskin dari 17,47% menjadi 23,43% pada periode yang sama.

Peningkatan jumlah persentase penduduk miskin terjadi karena adanya kenaikan BBM, pada maret 2008 (posisi terakhir angka kimiskinan dari BPS), jumlah penduduk miskin mencapai 34,96 juta orang (15,42%), dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada maret 2007 yang berjumlah 37,17 juta orang (16,58%) (http://www.Depkeu.go.id.diakses pada tanggal 1 juli 2010 pukul 20.30 wib).

Jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2010 (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di indonesia mencapai


(17)

31,02 juta (13,33%) 20.30 wib).

Sementara jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara, Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan Maret 2010 adalah 1.490.900 orang atau sebesar (11,31%). Kondisi ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.499.700 (http://sumut.BPS.go.id.2010.Pdf diakses pada tanggal 1 Juli 2010 pukul 20.30 wib).

Untuk mengatasi masalah kemiskinan pemerintah membuat beberapa program, antara lain Program Nasional Pengembangan Masyarakat (PNPM), Bantuan Langsung Tunai (BLT), Program Bantuan untuk Keluarga Miskin, Dana Bantuan Sekolah (BOS) dan sebagainya.

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan yang menjadi hak setiap warga negara, pemerintah menetapkan kebijakan penyediaan dan penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin. Program raskin dimulai sejak tahun 1998 dengan nama Operasi Pasar Khusus (OPK) beras, pada tahun 2002 Operasi Pasar Khusus (OPK) beras di ubah menjadi Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) (http://www.menkokesra.go.id.diakses pada tanggal 1 juli 2010 pukul 20.30 wib).

Program raskin merupakan subsidi pangan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan kepada keluarga miskin melalui pendistribusian beras yang diharapkan mampu menjangkau keluarga miskin dimana masing-masing keluarga akan menerima beras minimal 10 kg/KK per bulan dan


(18)

maksimal 20 kg/KK/bulan netto dengan harga netto Rp 1.000 per kg di titik distribusi (http://www.bulog.co.id/sekilasraskin_v2.php diakses pada tanggal 1 juli 2010).

Tujuan program raskin adalah memberikan bantuan dan meningkatkan atau membuka akses pangan keluarga miskin dalam rangka pemenuhan kebutuhan beras sebagai upaya peningkatan ketahanan pangan di tingkat keluarga melalui penjualan beras kepada keluarga penerima manfaat pada tingkat harga bersubsidi dengan jumlah yang telah ditentukan.

Sasaran program raskin adalah terbantunya dan terbukanya akses beras keluarga miskin yang telah terdata dengan kuantum tertentu sesuai dengan hasil musyawarah desa/kelurahan dengan harga bersubsidi di tempat sehingga dapat membantu meningkatkan ketahanan pangan keluarga miskin

(hhtp://www.efektifitas pelaksanaan raskin pdf di diakses tanggal 5 juli 2010 pukul 23.00 wib).

Beberapa kendala dalam pelaksanaan raskin terutama dalam pencapaian ketepatan indikator maupun ketersediaan anggaran. Sampai saat ini, jumlah beras yang akan disalurkan baru ditetapkan setelah anggarannya tersedia. Selain itu ketetapan jumlah raskin yang disediakan juga tidak selalu dilakukan pada awal tahun, dan sering dilakukan perubahan di pertengahan tahun karena berbagai faktor. Hal ini akan menyulitkan perencanaan, perencanaan dan perhitungan biaya-biayanya.

Data RTS yang dinamis menjadi suatu kendala tersendiri di lapangan. Masih ada RTM di luar RTS yang belum dapat menerima raskin karena tidak tercatat sebagai RTS di BPS. Kebijakan lokal dan “keikhlasan” sesama RTM dalam berbagi,


(19)

tidak jarang dipersalahkan sebagai ketidaktepatan sasaran (hhtp:www.bulog.co.id/sekilasraskin.php).

Ketepatan harga terkendala dengan hambatan geografis. Jauhnya lokasi RTS dari Titik Ditsribusi mengakibatkan RTS harus membayar lebih untuk mendekatkan beras ke rumahnya. Harga tebus raskin oleh RTS tidak lagi seharga Rp.1.000/kg atau 1.600/kg karena rumah tangga sasaran harus membayar biaya-biaya lain untuk operasional dan angkutan dari Titik Distribusi (TD) ke rumah mereka. Peran Pemerintah Kabupaten/Kota untuk membantu RTS mencapai tepat harga perlu terus didorong. Saat ini sudah banyak Pemerintah Kabupaten/Kota yang menyediakan dana dalam anggaran pembelanjaan badan daerah untuk Raskin (http.www.bulog.co.id/sekilasraskin_v2.php).

Apresiasi bagi Pemerintah Kabupaten/Kota patut diberikan karena perhatian terhadap penyediaan dan pengalokasian APBD serta pengawalan terhadap pelaksanaan Raskin. Kepedulian terhadap program Raskin berarti kepedualian terhaap RTS yang muncul dari hati nurani untuk mengentaskan kemiskinan. Kesadaran bahwa raskin merupakan tugas bersama Pemerintah Pusat dan Daerah untuk membantu mengurangi beban pengeluaran 18,5 juta RTS (pada tahun 2009) perlu terus ditumbuhkan (http://www.Bulog.co.id.php diakses pada tanggal 4 agustus 2010 pukul 16.00 wib).

Hasil penelitian program raskin sebelumnya pernah dilaksanakan di delapan provinsi terpilih, yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat, didapatkan bahwa kualitas raskin lebih sedikit dari jatah yang seharusnya, yaitu 20


(20)

kg/KK. Harga Raskin lebih tinggi disebabkan biaya angkut/transportasi hal itu menimbulkan banyak respon negatif dari masyarakat di beberapa provinsi. (http://www.majalahpangan.com diakses pada tanggal 10 agustus 2010 pada pukul 20.00 wib).

Sebagai program nasional program raskin dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini berarti program raskin beroperasi tanpa membedakan kondisi kemiskinan karena Rumah Tangga Miskin (RTM) tersebar dari Provinsi sampai Desa/Kelurahan. Namun demikian tinjauan dokumen menunjukkan bahwa pada beberapa kasus yang terdapat di Kecamatan atau Desa/Kelurahan yang tidak menerima program raskin selama beberapa waktu tertentu karena adanya tunggakan, penyelewengan pelaksanaan atau permintaan pihak kecamatan.

(hhtp://www.efektifitas pelaksanaan raskin pdf di diakses tanggal 10 agustus 2010 pukul 23.00).

Program raskin juga dilaksanakan di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan karena sebagian besar masyarakatnya yang terdiri dari 31 lingkungan tergolong masyarakat miskin. Dengan adanya program tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai bagaimana respon masyarakat terhadap program raskin khususnya di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan dengan judul “Respon Masyarakat terhadap Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan”.


(21)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana respon masyarakat terhadap program beras untuk keluarga miskin di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan.

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon masyarakat terhadap program beras untuk keluarga miskin di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pihak/intansi yang terkait langsung dengan program Raskin dan juga dapat menjadi acuan dalam rangka membuat rencana kerja (program) dalam membahas kajian program kesejahteraan sosial berkelanjutan yang dilaksanakan oleh pihak pemerintah maupun swasta.


(22)

1.4. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan sejarah singkat gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian berserta dengan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Respon Masyarakat

Pada pengamatan berlangsung perangsang-perangsang. Stimulus berati rangsangan dan respon berarti tanggapan. Rangsangan diciptakan untuk memunculkan tanggapan. Respon lambat laun tertanam atau diperkuat melalui percobaan yang berulang-ulang (Djamarah: 2002 : 23)

Respon atau tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada. Jika proses pengamatan sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa sedemikian ini disebut tanggapan. Defenisi tanggapan ialah gambaran ingatan dari pengamatan (Kartono, 1984: 54). Dalam ini untuk mengetahui respon masyarakat dapat dilihat melalui persepsi, sikap, dan partisipasi masyarakat.

Persepsi menurut Mc Mahon adalah proses menginterprestasikan rangsangan (input) dengan menggunakan alat penerima informasi (sensori information). Sedangkan menurut Morgan, King, dan Robinson menunjuk bagian kita melihat, mendengar, merasakan, mencium dunia sekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat juga didefenisikan sebagai segala sesuatu yang dialami manusia (Adi, 2000: 105).

Berdasarkan uraian diatas, William James menyatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data yang kita peroleh dari lingkungan yang diserap indra kita, serta sebagian yang lainnya. Diperolehnya dari pengolahan ingatan (memory), kemudian diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki.


(24)

Jadi yang dimaksud dengan persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penerimaan. Persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukan suatu pencatatan yang benar (Mahmud 1990: 55).

Fenomena lain yang terkait dengan pengindraan adalah ilusi. Ilusi muncul karena akibat keterbatasan kemampuan indra kita, dan ilusi bukanlah suatu tipuan (trick) ataupun persepsi-persepsi yang salah (misperception). Morgan, King, Weisz, dan schopler memandang bahwa ilusi adalah suatu persepsi, tetapi ia sebut persepsi karena tidak sejalan dengan persepsi lain.

Fenomena lain yang terpenting dengan persepsi adalah atensi. Atensi adalah suatu proses penyeleksian input yang diproses dalam kaitan dengan pengalaman. Oleh karena itu atensi ini menjadi yang terpenting dalam proses persepsi. Sedangkan atensi itu banyak mendasarkan diri pada proses yang disebut filtering atau proses untuk menyaring informasi yang ada pada lingkungan, karena sensori channel kita tidak mungkin memproses semua rangsangan yang berada pada lingkungan kita (Adi, 2000: 14).

Hal-hal yang mempengaruhi atensi seseorang dapat dilihat dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi atensi adalah :

1. Motif dan kebutuhan

2. Prepator set, yaitu kesiapan seseorang untuk merespon terhadap suatu input sensori tertentu tetapi tidak pada input yang lain.


(25)

Faktor esternal mempengaruhi atensi adalah:

1. Intensitas dan ukuran (intersity and size). Misalnya makin keras suatu bunyi maka makin menarik perhatian seseorang.

2. Kontras dengan hal-hal yang baru. 3. Pengulangan

4. pergerakan (Adi, 2000: 105).

Bila berbicara tentang respon tidak lepas dari perubahan sikap. Sikap merupakan kecenderungan atau kesedian seseorang untuk bertingkah laku tertentu jika ia menghadapi suatu rangsangan.

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan atas situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif yakni menyenangi, mendekati, mengharapkan suatu objek atau muncul sikap negatif yakni menghindari, membenci suatu objek (Adi, 2000 : 178).

Mengenaii sikap, thurstone mengajukan pendapat:

“An attitudeas the degree of positive or negative affect associated with some phsysicological object thurstone means any symbol,pharase, slogan, person, institution, ideal or idea, toward which people can differ with respect to positive or negative affect”.

Dari batasan tersebut dapat dikemukakan bahwa thurstone memandang sikap sebagai suatu tingkatan afeksi baik bersifat positif maupun yang bersifat negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Thurstone melihat sikap hanya sebagai afeksi saja belum mengkaitkan sikap dengan perilaku. Dengan kata lain dapat


(26)

dikemukakan bahwa thurstone secara eksplisit melihat sikap hanya mengandung komponen afeksi saja

Disamping itu Rokeach memberikan pengertian tentang sikap sebagai berikut : “An attitude is relatively enduring organization of beliefs araound an abject or situation predisposing one to respond in some preferintial”

Dari batasan tersebut dapat dikemukakan bahwa dalam pengertian sikap telah terkandung komponen kognitif dan komponen kognatif, yaitu sikap merupakan predisposing, untuk merespons, untuk berprilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predisposisi untuk berbuat atau berprilaku. (Thurstone, dalam Walgito, 1999: 109).

Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berprilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya. (Walgito, 1999: 110).

Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut :

a. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek-objek. Tidak ada sikap tanpa objek. Objek ini berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai sosial, lembaga masyarakat dan sebagainya.

b. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan.

c. Karena sikap dapat dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah, meskipun relatif sulit berubah.


(27)

e. Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat beragam sesuai dengan objek yang menjadi pusat perhatiannya.

f. Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan (Adi, 2000.179). Selain persepsi dan sikap, pertisipasi juga menjadi hal yang sangat penting. Bahkan mutlak diperlukan dalam mengukur respon. Pendekatan partisipasi bertumpu pada kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta (ikut serta) dalam proses pembanguan secara menyeluruh (Suprapto, 2007: 8).

Partisipasi aktif masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan memerlukan kesadaran warga masyarakat dalam minat dan kepentingan yang sama. Strategi yang biasa diterapkan adalah melalui penyadaran. Untuk berhasilnya program pembangunan, warga masyarakat dituntut untuk terlibat tidak hanya aspek kognitif dan praktis tetapi juga ada keterlibatan emosional pada program tersebut. Hal ini diharapkan dapat memberikan kekuatan dan perasaan untuk ikut serta dalam gerakan perubahan yang mencakup seluruh bangsa.

Partisipasi bukan hanya sebagai strategi dalam program pengembangan masyarakat, tetapi juga hasil yang diharapkan dari program pengembangan masyarakat. Dengan adanya partisipasi, kita dapat memperoleh keuntungan-keuntungan antara lain:

1. Mampu merangsang timbulnya swadaya masyarakat, yang merupakan dukungan penting bagi pembangunan.

2. Mampu meningkatkan motivasi dan keterampilan masyarakat dalam membangun.


(28)

3. Pelaksanaan pembangunan semakin sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

4. Jangkauan pembangunan menjadi lebih luas, meskipun dengan dana yang terbatas.

5. Tidak menciptakan ketergantungan masyarakat terhadap pemerintahan. 6. Dalam Sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan (Adi, 2000: 179).

Partisipasi yang sering juga disebut peran serta atau ikut serta masyarakat, diartikan sebagai adanya motivasi dan keterlibatan masyarakat secara aktif (terorganisir) dalam seluruh tahapan pembangunan, sejak tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, evaluasi, hingga pembangunan atau perluasan. Partisipasi ditinjau dari fungsi yang diambil oleh masyarakat (pelaku) untuk suatu program, fungsi yang dapat diambil oleh masyarakat dalam berpartisipasi antara lain ialah:

1. Berperan serta dalam menikmati hasil pembangunan. Karena semua sudah dikerjakan oleh pihak luar maka masyarakat tinggal menerima jadi berupa hasil pembangunan. Misalnya gedung sekolah, pos KB, pembibitan tanaman, masyarakat tinggal menerima bibitnya. Partisipasi ini jelas mudah namun menikmatinya belum berarti memelihara.

2. Berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan hal ini terjadi karena pihak luar masyarakat, sudah mengerjakan persiapan, perencanaan dan menyediakan semua kebutuhan program. Masyarakat tinggal melaksanakan dan setelah itu baru menikmati hasilnya. Misalnya dalam pembangunan jalan (pengerasan), masyarakat ikut serta dalam meratakan jalan dan menata atau


(29)

merapikan batu. Pemugaran rumah, masyarakat tinggal memasang alat-alat/bahan yang sudah disediakan dll.

3. Berperan serta dalam memelihara hasil program. Fungsi ini lebih sulit apalagi kalau masyarakat tidak terlibat dalam pelaksanaan. Sulit bukan saja karena tidak mempunyai keterampilan, tetapi yang lebih penting karena mereka merasa tidak memiliki program tersebut. Misalnya biasanya masyarakat bersedia memelihara satu gedung milik umum di desa jika mereka ikut ambil bagian dalam membangunnya, bahkan ikut menyumbang sebagian bahan. Contoh lagi, masyarakat bersedia mananam dan memelihara bibit tanaman (dari proyek pembibitan) kalau masyarakat ikut berkorban atau berpartisipasi selama pembibitan disiapkan dan dilaksanakan.

4. Berperan serta dalam minilai program. Fungsi ini kadang diambil masyarakat karena diminta oleh penyelenggara program dan masyrakat merasakan program tidak sesuai dengan aspirasinya (tetapi hal ini biasanya melakukan secara bersembunyi-sembunyi (Suprapto, 2007: 11).

Dari berberapa fungsi diatas maka dapat diketahui bahwa partisipasi memiliki hubungan/kaitan dengan frekuensi dan kualitas yaitu :

1. Frekuensi

Kaitan partisipasi dengan frekuensi ialah bahwa partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dimana keterlibatan tersebut harus memiliki frekuensi yang baik dan teratur agar masyarakat dapat melaksanakan program pembangunan dengan penuh persiapan, perencanaan, pemahaman, dan evaluasi.


(30)

Contoh: berperan serta dalam bersosialisasi untuk menilai suatu program 2. Kualitas

Kaitan partisipasi dengan kualitas ialah dalam melaksanakan suatu program harus diperlakukan sikap yang berkualitas pada masyarakat tersebut dan keterlibatan masyarakat yang bertata laku dengan baik maka mereka akan menjadikan terinternalisasi dengan sikap dan nilai pribadi yang kondusif terhadap kualitas.

Contoh: Berperan serta dalam melaksanakan suatu program

Partisipasi masyarakat juga mengikutsertakan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi (Isbandi, 2007:27).

Pertisipasi dapat dibagi menjadi 6 pengertian yaitu :

1 Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengembilan keputusan

2 Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan

3 Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri


(31)

4 Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasan untuk melakukan hal itu

5 Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring, proyek agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial 6 Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,

kehidupan dan lingkungan mereka (Mikkelsen, 1999: 64).

Maka defenisi partisipasi di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif dari seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan keterlibatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan sampai pada tahap evaluasi.

Dalam merespon stimulus, tidak terlepas dari subjek dan objeknya. Subjek merupakan orang yang merespon dan objek merupak stimulus atau yang akan direspon. Dalam hal ini yang menjadi subjeknya adalah masyarakat penerima manfaat Raskin dan menjadi objeknya adalah program Raskin.

Masyarakat dalam bahasa inggris adalah Society yang berasal dari kata socius yang artinya kawan. Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang disekitar dengan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang lain. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut sistem adat-istiadat yang bersifat kontinue dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.


(32)

Ciri-ciri masyarakat menurut konsep Horton dan Hunt adalah :

1. Kelompok manusia, yang sedikit banyak memiliki kebebasan dan bersifat kekal,

2. Menempati suatu kawasan. 3. Memiliki kebudayaan.

4. Memiliki hubungan dalam kelompok yang bersangkutan (Horton dan Hunt dalam Wahyu, 1986: 60).

Sedangkan menurut Fairchild, unsur atau ciri masyarakat adalah : 1. Kelompok manusia.

2. Adanya keterpaduan atau kesatuan diri berlandaskan kepentingan utama. 3. Adanya Pertahanan dan kekekalan diri.

4. Adanya kesinambungan.

5. Adanya hubungan yang pelik diantara anggotanya (Fairchild, dalam Setiadi, 2007: 79).

Diantara masyarakat yang telah dikemukakan di atas, tidak terdapat perbedaan pendapat tentang ungkapan yang mendasar, justru yang ada yaitu mengenai persamaannya. Namun yang utama masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan antar hubungan, sedikit banyak sifat kekal, berlandaskan perhatian dan tumbuh bersama, serta telah melakukan jalinan secara kesinambungan dalam waktu yang relatif lama dan merupakan suatu sistem hidup bersama dimana mereka menciptakan nilai, norma dan kebudayaan bagi kehidupan mereka (Setiadi, 2007:80).


(33)

Dengan akhirnya bahwa masyarakat mengandung pengertian yang sangat luas dan dapat meliputi seluruh umat manusia. Masyarakat terdiri dari berbagai kelompok besar maupun kecil tergantung pada jumlah anggotanya (Wahyu, 1986:60).

Jadi yang dimaksud dengan respon masyarakat adalah tingkah laku balas atau tindakan masyarakat yang merupakan wujud dari persepsi dan sikap masyarakat terhadap suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan terhadap objek tersebut (Elisa:2009).

2.2. Keluarga Miskin

Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada dibawah standart kebutuhan minimum, baik untuk makan dan non pangan, yang disebut dengan garis kemiskinan (poverti line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk membayar kebutuhan makanan yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilokalori/orang/hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya (BPS dan Depsos 2002, dalam Suharto, 2005:42).

Kemiskinan memiliki beberapa ciri yaitu:

a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang, dan papan)


(34)

b. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi).

c. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).

d. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal. e. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber daya

alam.

f. Keterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.

g. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.

h. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

i. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak telantar, wanita korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).


(35)

TABEL 2.1

Kriteria Rumah Tangga Miskin Menurut Badan Pusat Statistika

No Variabel Kriteria Rumah Tangga Miskin

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Luas lantai bangunan tempat tinggal

Jenis lantai bangunan tempat tinggal

Jenis dinding bangunan tempat tinggal

Fasilitas tempat buang air besar Sumber penerangan rumah tangga Sumber air minum

Konsumsi daging/susu/ayam/per minggu

Pembelian pakaian baru untuk setiap ART dalam setahun

Makanan dalam sehari untuk setiap ART

Kemampuan membayar untuk berobat ke puskesmas/poliklinik Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga

Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga keluarga

Kepelilikan aset/ tabungan

Kurang dari 8 meter per orang Tanah/bambu/kayu murahan

Bambu/rumbia/kayu berkualiatas rendah/tembok tanpa di plester.

Tidak punya/bersama-sama dengan rumah tangga lain

Bukan listrik

Sumur/mata air tidak terlindungi/sungai/air hujan.

Tidak pernah mengkonsumsi/hanya dalam satu kali seminggu.

Tidak pernah membeli/hanya satu stel dalam setahun

Hanya sekali makan/dua kali makan dalam sehari

Tidak mampu membayar untuk berobat

Petani dengan luas tanah 0,5 ha/buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan berpendapatan dibawah Rp 600.000/bulan

Tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya tamat SD

Tidak punya tabungan/barang yang mudah dijual minimal Rp 500.000 seperti sepeda motor, emas, ternak, kapal, atau barang modal lainnya

Sumber : Badan Statistik 2008

Menurut david Cox, kemiskinan di bagi dalam beberapa dimensi yaitu : a. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi.

Globalisasi menghasilkan pemenangan dan yang kalah. Pemenang adalah negara maju sedangkan yang kalah adalah negara yang sedang berkembang


(36)

seringkali semakin terpinggir oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan persyaratan globalisasi.

b. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan.

Kemiskinan substensi (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan (kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan), kemiskinan perkotaan (kemiskinan akibat hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan).

c. Kemiskinan sosial

Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak dan kelompok minoritas.

d. Kemiskinan konseksual

Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor eksternal diluar aspek kemiskinan seperti konflik dan bencana (Suharto, 2005:133).

Adapun yang menjadi penyebab kemiskinan adalah: a) Kemiskinan karena kolonialisme

Kemiskinan ini terjadi karena penjajahan yang dilakukan oleh suatu bangsa lain, sehingga bangsa yanng dijajah menjadi tertindas.

b) Kemiskinan karena tradisi sosio-kultural

Hal ini berkaitan dengan suku bangsa yang tertentu yang kental dengan kebudayaan seperti suku kubu di Sumatera dan suku dayak di Kalimantan. c) Miskin karena terisolir

Seseorang yang menjadi miskin karena tempat tinggalnya jauh dari keramaian sehingga sulit berkembang.


(37)

d) Miskin struktural

Adalah kemiskinan yang disebabkan dari kondisi struktural atau tatanan kehidupan yang tidak menguntungkan. Kemiskinan ini juga disebabkan oleh persaingan yang tidak seimbang antar negara atau daerah yang mempunyai keunggulan komperatif (Suyanto, 1995: 23)

Adapun yang menjadi karakteristik penduduk miskin menurut LP3S adalah : 1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri. 2. Tdak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan

kekuatan sendiri.

3. Tingkat pendidikan umumnya rendah.

4. Banyak diantara mereka yang tidak mempunyai fasilitas.

5. Diantara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai.

6. Makan dua atau sekali tetapi jarang makan telor dan daging (makanan bergizi) 7. Tidak bisa berobat ketika sakit

8. Memiliki banyak anak atau satu rumah dihuni banyak keluarga atau dipimpin kepalakeluarga perempuan.

Keluarga dirumuskan sebagai unit masyarakat kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Pengertian keluarga dapat dilihat dari arti sempit dan arti luas. Keluarga dalam arti sempit didefenisikan dengan keluarga/kelompok yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang belum dewasa/belum kawin. Sedangkan defenisi keluarga dalam arti luas adalah satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan suatu lingkungan keluarga yang luas daripada ayah, ibu, dan anak-anaknya.


(38)

Jadi yang dimaksud dengan keluarga miskin adalah suatu unit masyarakat yang terkecil yang mempunyai hubungan biologis yang hidup dan tinggal dalam satu rumah yang standart ekonominya lemah atau tingkat pendapatannya relatif kurang untuk memenuhi kebutuhan dasar pokok seperti sandang, pangan dan papan.

2.3. Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin).

Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) adalah suatu program nasional yang bertujuan membantu rumah tangga miskin dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui penyediaan beras bersubsidi. Setiap rumah tangga menerima 20 kg beras setiap bulan dengn harga Rp 1.600 per kilogram dititik distribusi. Selain itu tujuan Raskin juga memberikan bantuan pangan/beras kepada keluarga miskin dalam rangka mengatasi masalah kekurangan gizi makro masyarakat guna memenuhi kebutuhan pangan pokoknya penjualan beras pada tingkat harga bersubsidi dengan jumlah yang telah ditentukan (http.www.bulog.co.id/sekilasraskin).

Tujuan program raskin berdasarkan Perum adalah mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin melalui pemberian bantuan pemenuhan sebagian kebutuhan pangan dalam bentuk beras.

Program raskin memiliki ciri spesifik yaitu :

1. Tidak disalurkan melalui pasar umum, tetapi penjualan langsung kepada penerima manfaat (bersubsidi).

2. Jumlah beras yang disediakan tidak tergantung pada permintaan pasar, tetapi berdasarkan kepada penerimaan jumlah keluarga penerima manfaat.


(39)

3. Tidak ditujukan dalam upaya stabilisasi harga pasar, tetapi untuk membantu pemenuhan kebutuhan beras keluarga yang menjadi sasaran peneriman manfaat raskin.

4. Dalam pelaksaannya, raskin melibatkan berbagai instansi sehingga untuk mempelancar operasinya perlu adanya petunjuk pelaksanaan. (http://www. Bulog.co.id/pedumraskin_v2.php).

Program raskin ditujukan kepada keluarga miskin dan rawan dengan mempertimbangkan kemampuan uang pemerintah. Penerima manfaat yaitu keluarga miskin di Desa/Kelurahan yang berhak menerima beras Raskin, yang menjadi penerima manfaat dari program ini adalah :

a Keluarga Prasejahtera (KPS) alasan ekonomi yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi indikator KPS yang telah ditetapkan oleh BKKBN, dengan bobot pengkategorian lebih ditekankan pada alasan ekonomi indikator keluarga prasejatera alasan ekonomi yaitu :

1. Pada umumnya anggota keluarga belum mampu makan dua kali sehari 2. Anggota keluarga belum memiliki pakaian yang berbeda untuk

dirumah, bekerja, sekolah dan berpergian. 3. Bagian lantai yang terluas dari tanah.

b. Keluarga Sejahtera I (KS I) alasan ekonomi yaitu keluarga yang belum memenuhi indikator KS I yagn ditetapkan oleh BKKBN, dengan bobot pengkategorian lebih ditekankan pada alasan ekonomi, indikatornya adalah


(40)

2. setahun terakhir anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru.

3. luas lantai rumah paling kurang 8 m untuk tiap penghuni/jiwa. (http://www.bulog.co.id/pedumraskin_v2.php)

2.3.1. Mekanisme Perencanaan dan Pelaksanaan

Prinsip perencanaan dan pelaksanaan program raskin pada dasarnya mengacu kepada transparasi, akuntabilitas, dan partisipatif (TAP). Transparasi, yang maknanya membuka akses informasi kepada lintas pelaku raskin terutaman masyarakat penerima raskin, yang harus tahu memahami dan mengerti adanya kegiatan raskin serta memiliki kebebasan dalam melakukan pengendalian secara mandiri. Partisipasi, yang maknanya mendorong masyarakat berperan secara aktif dalam setiap tahapan raskin, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaanm pelaksanaan dan pengendalian. Akuntabilitas, yang maknanya mengingatkan bahwa setiap pengelolahan kegiatan raskin harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat setempat maupun kepada semua pihak yang berkompeten sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku atau yang telah disepakati.

2.3.1.1 Penentuan Pagu dan Alokasi

1 Kuantum pagu raskin Nasional ditetapkan berrdasarkan besarnya subsidi pangan (Raskin) yang disediakan Pemerintahan dalam APBN.

2 Gubernur selaku penanggung jawab tim koordinasi program Raskin provinsi, mengalokasikan kuantum pagu raskin kepada masing-masing


(41)

Kabupaten/Kota dengan mengacu pada data kemiskinan BPS yang ditetapkan dalam keputusan Gubernur.

3 Berdasarkan pagu raskin Kabupaten/Kota, tim koordinasi program Raskin kepada masing-masing Kecamatan dan Desa/Kelurahan dengan mengacu pada RTM dan BPS dengan mempertimbangkan kondisi objektif daerah yang ditetapkan dalam keputusan Bupati/Walikota.

4 Tim Raskin Provinsi dapat mengusulkan kepada Gubernur untuk merelokasi pagu raskin ke Kabupaten/Kota yang dinilai tidak dapat mendistribusikan program raskin sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. (http://bulog.co.id/pedumraskin_v3.php).

2.3.1.2 Organisasi dan Penanggung Jawab Raskin

Penanggung jawab pelaksanaan dan pemantauan Raskin di tingkat provinsi adalah gubernur dan di Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota. Dalam pelaksanaan secara fungsional didukung oleh tim koordinasi raskin di tingkat provinsi dan di tingkat Kabupaten/Kota yang terdiri dari instansi terkait dan berbagai pihak yang dipandang perlu (Perguruan Tinggi, LSM, dan Institusi Kemasyarakatan lainnya).

Penanggung jawab penyediaan dan pendistribusian beras raskin dari gudang Perum Bulog sampai titik distribusi, maupun penyelesaian administrasi dan penyelesaian pembayaran adalah Kasub Divre/Kakanlog sesuai tingkatan wilayah operasionalnya. Pemkab atau Pemko setempat sesuai dengan tingkatan wilayahnya turut bertanggung jawab dalam penyelesaian administrasi dan pembayaran Raskin.


(42)

Penanggung jawab data dasar untuk penetapan Keluarga Sasaran Manfaat Raskin adalah BKKBN setempat. Penanggung jawab penetapan jumlah keluarga miskin dan kuantum beras adalah Gubernur/Bupati/Walikota sesuai tingkatan wilayahnya sebagai hasil konsultasi teknis dengan instansi terkait dengan mempertimbangkan kondisi objektif daerah yang bersangkutan.

Penanggung jawab pengesahan keluarga miskin yang menerima Raskin di setiap titik distribusi adalah Camat sebagai hasil musyawarah desa yang telah ditetapkan oleh Kepala Desa atau Lurah setempat. Penanggung jawab penanganan pengaduan masyarakat adalah Kepala Dinas/Badan BPM bersama-sama unsur-unsur inspektorat dan pengawasan Divre/Sub Divre/Kanlog Bulog. (hhtp://www/bulog.co.id/pedumraskin_v3.php).

2.3.1.3Penentuan Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat.

1. Data dasar penentuan RTM sasaran adalah hasil pendataan sosial ekonomi BPS.

2. Prioritas penerima manfaat raskin adalah untuk seluruh RTM dengan kategori sangat miskin, miskin dan untuk sebagai RTN dengan kategori hampir miskin.

3. Dalam hal penurunan RTM sasaran kategori hampir miskin ditentukan sesuai dengan objektif di lapangan dan ditetapkan berdasarkan musyawarah Desa/Kelurahan setempat.

4. Identitas RTM penerima manfaat program raskin, harus sesuai dengan daftar nama dan alamat RTM yang telah ditetapkan BPS Kabupaten/Kota.


(43)

2.3.1.4Musyawarah Desa/Kelurahan

1 Musyawarah Desa/Kelurahan adalah forum komunikasi di tingkat Desa/Kelurahan yang dipimpin kepada Desa/Lurah, dihadiri oleh perangkat Desa/Kelurahan, LSM, RT, RW, tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk mendapatkan kesempatan tentang :

• Daftar nama RTM penerima manfaat. • Jadwal, waktu dan tempat distribusi.

• Besaran biaya distribusi dari titik distribusi kepada RTM penerima manfaat.

2 Musyawarah Desa/Kelurahan dilaksanakan secara periodik minimal 1 (satu) tahun sekali dan di selenggarakan sebelum beras program Raskin di distribusikan.

3 Hasil musyawarah Desa/Kelurahan dituangkan dalam berita acara musyawarah Desa/Kelurahan yang ditanda tangani kepala Desa/Lurah, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan diketahui oleh Camat setempat, dengan melampirkan daftar nama-nama Rumah Tangga Penerima Manfaat (DPM-1) dan daftar jadir peserta musyawarah.

4 Daftar nama-nama RTM hasil musyawarah Desa/Kelurahan ditempel dalam papan pengumuman Desa/Kelurahan dan dilaporkan secara berjenjang ke tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota dan Provinsi.

5 Dafar Rumah Tangga Miskin/Sasaran Penerima Manfaat (DPM-1) dijadikan dasar sebagai penerbitan Surat Permintaan Alokasi (SPA) oleh


(44)

Bupati/Walikota kepada Perum BULOG melalui Sub Divre setempat (hhtp://www.bulog.co.id/pedumraskin_v4.php).

2.3.1.5 Mekanisme Distribusi

1 Bupati/Walikota mengajukan Surat Permohonan Alokasi (SPA) kepada Sub Divisi Regional Perum BULOG berdasarkan alokasi pagu raskin dan Rumah Tangga sasaran penerima manfaat di masing-masing Kecamatan/ Desa/Kelurahan.

2 SPA yang tidak dapat dilayani sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan, maka pagu dapat direlokasikan ke daerah lain dengan menerbitkan SPA baru yang menunjuk pada SPA yang tidak dapat dilayani. 3 Berdasarkan SPA, Sub Divre menerbitkan SPPB/DO beras untuk

masing-masing Kecamatan/Kelurahan/Desa kepada pelaksana Raskin. Apabila terdapat tunggakan Harga Penjualan Beras (HPB) pada periode sebelumnya maka penerbitan SPPB/DO periode berikutnya ditangguhkan sampai ada pelunasan.

4 Berdasarkan SPPB/DO pelaksanaan raskin mengambil beras di gudang penyimpanan Perum BULOG, mengangkut dan menyerahkan beras raskin kepada pelaksana distribusi di titik distribusi. Kualitas beras yang diserahkan sesuai dengan standar kulaitas BULOG. Apabila tidak memenuhi standart kualitas maka beras dikembalikan kepada pelaksana raskin untuk di tukar/diganti.


(45)

5 Serah terima beras Raskin dari pelaksana raskin kepada pelaksana distribusi di titik distribusi dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima (BAST) yang merupakan pengalihan tanggung jawab.

6 Pelaksanaan distribusi menyerahkan raskin kepada Rumah Tangga Miskin (RTM).

7 Mekanisme Distribusi secara terperinci diatur dalam pedoman Teknis raskin Kabupaten/Kota disesuaikan dengan kondisi objektif masing-masing daerah (hhtp://www.bulog.co.id/pedumraskin_v4.php).

2.3.1.6 Administrasi Distribusi

1 Penyerahan beras di titik distribusi dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST) yang ditandatangani oleh Satkel Sub Divre sebagai pihak yang menerima beras. BAST tersebut diketahui dan ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah/Camat atau pejabat yang mewakili/ditunjuk. Nama dan identitas penandatangan dicantumkan secara jelas dan dicap/distempel/Desa/Kelurahan/Kecamatan.

2 Berdasarkan BAST, sub Divre membuat rekapitulasi Berita acara raskin masing-masing Desa/Kelurahan (MBA-0) yang sudah ditandatangani Satker Raskin Sub Divre dan Satker raskin Kecamatan serta diketahui dan ditandatangani oleh Camat atau pejabat yang mewakili/ditunjuk.

3 Berdasarkan MBA-0, Sub Divre membuat rekapitulasi Berita Acara Pelaksanaan raskin Kecamatan (MBA-1) yang ditandatangani oleh Kasub Divre dan Bupati/Walikota atau pejabat yang mewakili, serta seorang saksi


(46)

dari Tim Program Raskin Kabupaten/Kota. Nama dan identitasnya penandatanganan dicantumkan secara jelas dan dicap/stempel.

4 Pembuatan MBA-1 bisa dilakukan secara bertahap tanpa harus menunggu selesai seluruh pendistribusian bulan bersangkutan. Dengan demikian dalam satu Kabupaten/Kota untuk bulan alokasi yang sama dimungkinkan dibuat lebih dari 1 (satu) MBA-1. MBA-1 asli dikirimkan ke Divre Provinsi dengan lampiran copi SPA dan Rekap SPPB/DO asli (MDO). Sebelum MBA-1 berikut lampirannya dikirim ke Divre Jabar, terlebih dahulu dilakukan verifikasi untuk menguji kelengkapan dan ketepatan dokumen administrasi.

5 Selanjutnya dikirim ke kantor pusat Perum BULOG

(hhtp://www.bulog.co.id/pedumraskin_v5.php).

2.3.1.7 Biaya Operasional Raskin

1 Biaya operasional raskin disediakan untuk memenuhi kebutuhan biaya yang berkaitan dengam pelaksanaan raskin sampai dengan titik Distribusi menjadi perum BULOG.

2 Pengeluaran biaya operasional raskin dilakukan secara efisien.

3 Biaya raskin terdiri dari biaya umum dan biaya operasional, termasuk pajak. Biaya umum antara lain digunakan untuk pembuatan brosur, poster dan lain-lain.

4 Biaya operasional terdiri dari biaya distribusi dan biaya pendukung. Biaya distribusi meliputi biaya angkutan, pengemasan bila diperlukan, susut, cadangan resiko (uang palsu). Biaya pendukung antara lain meliputi


(47)

administrasi yakni yang berhubungan dengan penyelenggaran administrasi seperti ATK, materai, biaya transfer dan lain-lain. Biaya pendukung selanjutnya pembutan laporan, honor, biaya koordinasi dan biaya rapat, biaya sosialisasi, monitoring dan evaluasi (yang tidak dibiayai dari APBN).

5 Ongkos dari titik distribusi sampai ke penerima manfaat di alokasikan dari APBD setempat atau swadaya masyarakat.

6 Pengeluaran biaya operasional raskin harus dipertanggung jawabkan dengan dilengkapi bukti-bukti pengeluaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan realisasi biaya operasional raskin dilaporkan ke Divre Perum BULOG (hhtp://www.bulog.co.id/pedumraskin_v5.php).

2.3.2. Mekanisme Pembayaran dan Administrasi HPB Raskin

1 Pembayaran Harga Penjualan Beras (HPB) raskin dari Rumah Tangga Sasaran penerima manfaat kepada pelaksana Distribusi dilakukan secara tunai Rp 1.600,00/kg netto.

2 Uang HPB tersebut langsung diserahkan kepala satker raskin Sub Divre dan dibuat tanda terima pembayaran (kuitansi atau TT HPB raskin) rangkap 3 (tiga). Selanjutnya oleh Satker raskin ditransfer ke rekening milik Sub Divre di Bank Pemerintahan yang telah ditentukan.

3 Apabila uang HPB disetorkan langsung oleh pelaksana distribusi ke rekening HPB raskin milik perum BULOG Sub Divre, maka bukti setor asli harus diserahkan oleh pelaksana distribusi kepada Satker raskin Sub Divre untuk kemudian diganti dengan tanda terima pembayaran(kuitansi atau model TT


(48)

HPB raskin) rangkap 3 (tiga) oleh pelaksana raskin. Pelaksana raskin berkewajiban melakukan konfirmasi bukti setoran tersebut kepeda bank yang bersangkutan. Tanda Terima Pembayaran tersebut dinyatakan sah oleh Bank yang bersangkutan.

4 Bupati/Walikota selaku penanggungjawab program raskin berkewajiban menyediakan Dana talangan untuk RTM yang tidak memiliki kemampuan untuk membayar tunai atau pelaksana distribusi yang belum menyetor HPB pada bulan bersangkutan.

5 Pembiayaan distribusi r raskin berasal dari gudang perum Bulog sampai di titik distribusi menjadi beban perum BULOG sedangkan dari titik distribusi sampai RTM sasaran penerima menjadi beban Bupati/Walikota (hhtp://www.bulog.co.id/pedumraskin_v6.php).

2.3.3. Indikator Keberhasilan Program

Indikator keberhasilan pelaksanaan program raskin adalah tepat sasaran penerima manfaat, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu dan tepat administrasi. Tepat penerimaan manfaat artinya raskin hanya diberikan kepada rumah tangga sasaran penerima manfaat hasil musyawarah Desa/Kelurahan yang terdaftar dalam Daftar Penerima Manfaat (DPM-1) dan diberi identitas (kartu raskin atau bentuk lain).

Tepat jumlah artinya jumlah raskin yang merupakan hak Rumah Tangga Sasaran Penerima manfaat adalah sebanyak 10 kg netto per RTM per bulan sesuai ddengan hasil musyawarah Desa/Kelurahan. Tepat harga artinya harga raskin adalah


(49)

Rp 1.000 per kg netto di titik distribusi. Tepat waktu artinya pelaksanaan distribusi beras kepada Rumah Tangga Sasaran penerima manfaat sesuai dengan rencana distribusi. Tepat administrasi artinya terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar dan tepat waktu.

2.3.4. Pengaduan Masyarakat.

1 Pengaduan masyarakat berupa keluhan, kritik, saran dan pendapat untuk perbaikan pelaksanaan program Raskin ditanggapi dan ditindaklanjuti secara fungsional yang dikoordinasikan oleh Tim Program Raskin Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatan wilayahnya.

2 Tindak lanjut pengaduan masyarakat secara teknis diselesaikan oleh masing-masing instansi, SKPD pelaksana program Raskin dan stakeholder sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

3 Pengaduan masyarakat tentang pelaksanaan Raskin dapat berasal dari penerima Raskin atau Masyarakat umum secara langsung, namun dapat juga melalui media massa (surat kabar, radio, televisi). Pengaduan dapat diperoleh melalui kotak pos, fax, email, telepon, laporan dari instansi kemasyarakatan dan pertemuaan dengan lembaga independen, perguruan tinggi/ institusi

kemasyarakatan yang terkait lainnya (hhtp://www.bulog.pedumraskin_v6.php).


(50)

2.3.5. Pengawasan

Pengawasan pelaksanaan program raskin dilakukan secara fungsional sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan masyarakat pada prinsipnya terbuka dan dilakukan mekanisme kepedulian dan pengaduan melalui Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) dan Media Massa

(hhtp://www.bulog.co.id/pedumraskin_v7.php).

2.3.6. Sosialisasi Program

Sosialisai program raskin bertujuan untuk menyebarluaskan informasi mengenai program raskin kepada RTM sasaran penerima manfaat, masyarakat dan pelaksana program di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan. Sosialisasi program Raskin dilakukan oleh Tim Program Raskin tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Desa/Kelurahan secara berjenjang dan dapat mengikutsertakan pihak lain bilamana diperlukan.

Materi program raskin yang disosialisasikan meliputi kebijakan program dan pelaksanaan teknis tentang penetapan RTM sasaran penerima manfaat, mekanisme distribusi, tugas dan fungsi serta tanggung jawab masing-masing pelaksana program dan juga kewajiban RTM sasaran penerima manfaat, mekanisme dan administrasi pembayaran, penyampaian keluhan/pengaduan dari masyarakat serat penanganan tindak lanjutnya.

Sosialisasi program raskin dapat juga dilakukan melalui media massa (cetak dan elektronik), penyebaran pamflet, brosur, dan berbagai forum pertemuan sosial kemasyarakatan lainnya. Sosialisasi program Raskin merupakan salah satu kunci


(51)

keberhasilan pelaksanaan program raskin yagn dapat dilakukan melalui berbagai cara mana yang paling efektif dan memungkinkan agar masyarakat umum dan khususnya masyarakat miskin dapat mengetahui secara persis latar belakang, kebijakan, mekanisme, hak-hak dan kewajibannya.

Lebih dari itu masyarakat harus mengetagui kemana dan bagaimana cara melaporkan atau mengadukan apabila ditemukan adanya indikasi pemyimpanan raskin melaui jalur Unit Pengaduan Masuarakat (UPM) yang tersedia (hhtp://www.bulog.co.id/pedumraskin_v7.php).

2.4. Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial sering diidentikkan dengan kesejahteraan masyarakat dan kesejahteraan umum. Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Menurut Elizabet Wickenden Kesejahteraan sosial adalah peraturan perundangan, program, tunjangan, dan pelayanan, yang menjamin, atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjaga ketentraman dalam masyarakat. Sementara itu dalam UU No. 11 tahun 2009 tentang ketentuan umum. Kesejahteraan Sosial Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa Kesejahteraan sosial ialah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. (Grafika, 2009: 2)


(52)

Berdasarkan defenisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Kesejahteraan Sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu dibidang fisik, mental, emosional, sosial ekonomi, ataupun kehidupan spritual.

2.5. Kerangka Pemikiran

Program raskin adalah program nasional yang bertujuan membantu rumah tangga miskin dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui penyedian beras bersubsidi.

Respon masyarakat adalah tingkah laku balas/tindakan masyarakat yang merupakan wujud dari pengetahuan, sikap, dan partisipatif masyarakat, dimana pengetahuan itu meliputi pengetahuan masyarakat tentang program, tujuan, manfaat raskin dan Atensi. Sikap meliputi tentang penilaiaan masyarakat tentang program, Penolakan atau penerimaan, dan mengharapkan atau menghindari dari program raskin. Partisipasi meliputi tentang Menikmati, melaksanakan, memelihara, menilai, frekuensi, dan kualitas. Masyarakat bila dapat memahami dan akan menilai positif dan negatifnya suatu program yang telah dilaksanakan masyarakat dala kehidupannya dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama.

Tujuan program berdasarkan Pedum adalah mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin melalui pemberian bantuan pemenuhan sebagian kebutuhan pangan dalam bentuk beras. Keseluruhan program yang dibuat pemerintah pasti menimbulkan respon dari masyarakat. Begitu juga program raskin yang di buat pemerintah dan sedang berlangsung di Kelurahan Belawan I Medan Belawan


(53)

1. Pengetahuan masyarakat tentang program 2. Pengetahuan

Masyrakat

tentang tujuan dan manfaat program

3. Atensi

1. Menikmati 2. Melaksanakan 3. Memelihara 4. Menilai 5. Frekuensi 6. Kualitas 1. Penilaian

Masyarakat tentang program 2. Penolakan dan

Penerimaan masyarakat terhadap program 3. Mengharapkan

atau menghindari program

Untuk memperjelas alur pemikiran diatas dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut :

PROGRAM RASKIN

Masyarakat

Pengetahuan Sikap Partisipasi


(54)

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional. 2.7.1. Defenisi Konsep

Konsep adalah suatu makna yang berada dialam pikiran atau didunia kepahaman manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata (Suyanto, 2008 :49).

Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian adalah :

1 Respon masyarakat adalah Tingkah laku balas atau tindakan masyarakat yang merupakan wujud dari persepsi dan sikap masyarakat terhadap suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, pengaruh,atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan terhadap objek tersebut.

2 Program raskin adalah program pemerintah dalam upaya memberikan perlindungan kepada keluarga miskin atau rawan pangan melalui pendistribusian bahan pangan pokok (beras) dengan ketentuan maksimal 20 kg/KK/bulan netto dengan harga Rp 1.000 per kilogram (harga dititk distribusi).

3 Keluarga Miskin adalah suatu unit masyarakat yang terkecil yang mempunyai hubungan biologis yang hidup dan tinggal dalam satu rumah yang standart ekonominya lemah atau tingkat pendapatnya relatif kurang untuk memenuhi kebutuhan dasar pokok seperti sandang, pangan dan papan.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan yang dimaksud dengan Respon masyarakat terhadap program raskin di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan adalah tindakan masyarakat yang merupakan wujud dari persepsi dan sikap


(55)

masyarakat terhadap suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan terhadap program raskin.

2.7.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti yang menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1989:46).

Respon masyarakat terhadap program raskin diukur dari : 1 Pengetahuan/Pemahaman masyarakat mengenai program raskin :

a. Pengetahuan masyarakat tentang program Beras untuk keluarga Miskin (Raskin).

b. Pengetahuan masyarakat tentang bagaimanana program raskin

c. Pengetahuan masyarakat tentang untuk apa dan apa manfaat program raskin.

d. Atensi suatu proses penyeleksian masyarakat terhadap program raskin yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan program yang sebelumnya yang pernah dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan.

2 Sikap masyarakat terhadap program raskin dapat diukur melalui :

a. Penilaian adalah pengetahuan/informasi yang dimiliki masyarakat tentang program raskin.

b. Penolakan atau penerimaan adalah berhubungan dengan rasa senang/tidak senangnya masyarakat terhadap program raskin yang


(56)

dilaksanakan oleh pemerintahan. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa masyarakat menolak/menerima terhadap adanya program tersebut. c. Mengharapkan atau menghindari adalah kesiapan masyarakat untuk

bertingkah laku yang berhubungan dengan adanya program raskin yang dilaksanakan oleh pemerintah dan dalam hal ini dapat diketahui bahwa masyarakat mengharapkan atau menghindari terhadap adanya program.

3 Partisipasi terhadap program raskin dapat diukur melalui :

a. Menikmati adalah masyarakat berperan serta dalam menikmati hasil program raskin dimana masyarakat tinggal menerima berupa hasil program seperti menerima bahan pangan pokok (beras), dengan ketentuan maksimal 20 kg/KK/bulan/netto.

b. Melaksanakan adalah masyarakat berperan serta melaksanakan program raskin dengan penuh persiapan, perencanaan, pemahaman, dan evaluasi agar pelaksanaan program tersebut berjalan dengan lancar.

c. Memelihara adalah masyarakat berperan serta dalam memelihara hasil program raskin agar tidak krisis pangan yang berakibatkan kasus kurang gizi buruk yang dapat menimbulkan masalah pembangunan. d. Menilai adalah masyarakat berperan serta dalam menilai hasil program

raskin dimana masyarakat dapat menilai positif atau negatifnya hasil program tersebut.


(57)

e. Frekuensi adalah keterlibatan masyarakat dalam melaksanakan program raskin dengan penuh persiapan, perencanaan, pemahaman, dan evaluasi dimana keterlibatan masyarakat harus memiliki frekuensi yang baik dan teratur.

f. Kualitas adalah keterlibatan masyarakat dalam berperan serta melaksanakan program raskin yaitu bertata laku dengan baik maka masyarakat akan menjadi terinternalisasi dengan sikap dan nilai pribadi yang kondusif terhadap kualitas.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif, yaitu penelitian yang sekedar untuk melukiskan atau menggambarkan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti, tanpa mempersoalkan hubungan antar variabel (menjalinnya antar variabel) (Faisal: 2008:20).

Penelitian ini menggunakan metode deskriftif, yaitu membuat gambaran secara seluruh tentang bagaiman respon masyarakat terhadap program beras untuk keluarga miskin di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu kelurahan yang melaksanakan program raskin dan aktif dalam pelaksanaanya sehingga peneliti tertarik untuk meneliti secara langsung bagaimana respon masyarakat terhadap Raskin di daerah tersebut.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana penyelidik tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang, atau sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda dan objek, peristiwa, atau laporan yang semuanya


(59)

memiliki ciri dan harus didefenisikan secara spesifik dan tidak secara mendua (Silalahi, 2009: 253).

Berdasarkan penngertian diatas yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kelurahan Belawan I yang terdiri dari 31 lingkungan yang berjumlah 26.582 jiwa dan terdiri dari 5.643 rumah tangga. Karena jumlah populasi melebihi dari 1000 orang, maka dalam penelitian ini akan diambil sampel dengan teknik pengambilan sampel Taro Yamane yang menggunakan rumus sebagai berikut:

n = N N . d² + 1 Keterangan :

n : jumlah sampel N : jumlah populasi

d : presisi (tingkat penarikan sampel ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)

Berdasarkan rumus diatas dapat diperoleh sampel sebagai berikut :

n = 5643 5643. 0,01 + 1

n = 5643 56,43 + 1

n = 5643 57,43


(60)

n = 98,2

n = 98

Berdasarkan pendapat diatas maka besar sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebesar 98 orang. Teknik penarikan sampel yang diterapkan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling atau teknik pengambilan sample secara random atas dasar himpunan.

Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 31 lingkungan yang berjumlah 26.582 jiwa dan terdiri dari 5.643 rumah tangga, sampel akan diambil terhadap 3 lingkungan yaitu Kampung Nelayan, Lorong Dermawan, dan Lorong Pemancar dengan perincian sebagai berikut :

1. Kampung Nelayan : 454 rumah tangga 2. Lr. Dermawan : 243 rumah tangga 3. Lr. Pemancar : 389 rumah tangga

Jumlah : 1.086 rumah tangga

Dari jumlah rumah tangga diatas maka penarikan sampel dilakukan sebagai berikut : 1. Kampung Nelayan : 454 x 98

1.087

= 40,9 = 41 rumah tangga

2. Lr. Dermawan : 243 x 98

1.087

= 21,9 = 22 rumah tangga

3. Lr. Pemancar : 389 x 98

1087

= 35 = 35 rumah tangga

Berdasarkan penarikan sampel diatas maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Kampung Nelayan sebanyak 42 rumah tangga, Lorong


(61)

Dermawan sebanyak 22 rumah tangga, dan Lr. Pemencar sebanyak 35 rumah tangga yang dibagi dari 1087 rumah tangga.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer

Data primer diperoleh dari penelitian lapangan yang dilakukan turun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data melalui :

a. Penyebaran angket langsung (kuesioner), yaitu alat mengumpulkan data dengan menyebarkan angket yang berisikan pertanyaan-pertanyaan atau angket secara tertulis yang harus diisi dan responden. b. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan

pertanyaan langsung kepada responden guna memperoleh keterangan dalam menyimpulkan data yang terkumpul.

c. Observasi yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar, mencatat, kejadian yang berkaitan dengan penelitian.

2. Data Skunder

Data skunder diperoleh dengan studi kepustakaan yaitu dengan membuka, mencatat, mengutip, data dari buku-buku, laporan-laporan penelitian, jurnal-jurnal, pendapat-pendapat para ahli/pakar dan sebagainya yang berhubungan dengan masalah penelitian dan dapat mendukung terlaksananya penelitian ini.


(62)

3.5. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan pendekatan deskriftif kualitatif sehingga nantinya penulis dapat mendeskripsikan informasi dan data yang diperoleh penelitian, dimana pengelolaan data dilakukan dengan manual, data dikumpulkan dari hasil kuesioner (angket) dan wawancara, kemudian ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekwensi dan kemudian dianalisa dan untuk mengukur variabel-variabel yang ditentukan dengan menggunakan skala likert, dimana setiap jawaban/tanggapan dijumlahkan sehingga mendapat total dan pertanyaan-pertanyaan yang disajikan bervariasi (Irawan, 2004:77).

Untuk mengetahui apakah hasil dari respon tersebut maka digunakan interval sebagai skala pengukuran :

i = nilai atas – nilai bawah variabel

= 1- (-) 1 3

= 2/3 = 0,667

untuk mengetahui hasil respon program beras untuk keluarga miskin, maka dapat dilihat dari ketentuan interval berikut :

1. – 1,000 – 0,667 = Negatif 3. 0,336 – 1, 000 = Positif 2. – 0668 – 0,335 = Netral


(63)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Belawan I adalah salah satu dari beberapa kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Belawan. Pada tahun 1950 kelurahan ini berkembang pesatnya, dimana para kenalan sanak keluarga dan orang-orang merantau dari luar daerah yang datang untuk mencari pekerjaan kelurahan ini maka pada tahun 1970 karena luasanya wilayah dan padatnya penduduk di Kecamatan Medan Belawan, maka dilakukanlah pemekaran wilayah sehingga Kecamatan Medan Belawan terbagi menjadi tiga wilayah yaitu : Kelurahan Belawan I, Kelurahan Belawan II, Kelurahan Belawan Bahagia, sejak itulah terbentuk Kelurahan Belawan I yang merupakan salah satu dari tiga kelurahan di wilayah kerja Kecamatan Medan Belawan

Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Belawan II 3. Sebelah Barat bebatasan dengan Kelurahan Belawan Bahagia 4. Sebelah Timur berbatasan dengan laut

Dalam rangka membangun dan mensukseskan tugas-tugas kepala kelurahan sebagai penanggung jawab dan penyelenggara di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban, maka wilayah


(64)

Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan dibagi menjadi 31 lingkungan yang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala lingkungan.

4.2.Luas Wilayah

Luas wilayah Kelurahan Belawan I yang merupakan wilayah kerja Kecamatan Medan Belawan ini mempunyai luas 110 Ha yang terdiri dari jalan, jalur hijau, perkuburan, pertokoan/perdagangan, perkantoran, pasar, tanah wakaf, tempat beribadah dan perumahan (Data Kantor Lurah Belawan I: 2010).

4.3.Kependudukan

Jumlah penduduk Kelurahan Belawan I tahun 2010 adalah 26.582 jiwa dengan terdiri dari 5.065 KK. Berikut ini di uraikan distribusi penduduk berdasarkan lingkungan, usia, jenis kelamin, mata pencaharian, pendidikan, agama dan suku.

4.3.1 Penduduk Berdasarkan Lingkungan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Belawan I tahun 2010 diketahui bahwa jumlah penduuduk Kelurahan Belawan I adalah 26.582 jiwa, yang tersebar di 31 lingkungan dengan distribusi tabel berikut


(1)

membantu kehidupan ekonomi mereka, maka responden selalu berpartisipasi aktif di dalam musyawarah ataupun sosialisasi program raskin.

Responden yang berpartisipasi dengan netral sebanyak 5 orang (5,11%). Responden dalam kategori ini menerima baik program beras untuk keluarga miskin akan tetapi mempunyai kesibukan atau pekerjaan yang sulit ditinggalkan, yang menyebabkan mereka jarang berpartisipasi.

Responden yang mempunyai partisipasi negatif sebanyak 24 orang (24,48%). Hal ini diakibatkan oleh tingkat ekonomi masyarakat yang cukup rendah sehingga mengharuskan mereka untuk bekerja sepanjang hari sehingga tidak begitu memiliki waktu untuk mengikuti musyawarah atau sosialisasi program raskin seperti ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program.

Kemudian dapat dianalisis apakah partisipasi masyarakat tersebut termasuk respon positif atau negatif, dengan memberikan nilai 1 pada respon positif, nilai 0 untuk respon netral, dan nilai -1 untuk respon negatif, lalu dibagi dengan jumlah total responden. Dari hasil akhir dapat dilihat apakah partisipasi positif atau negatif dengan adanya batasan nilai pada skala likert.

Partisipasi positif: 69 x 1 = 69 Partisipasi netral : 5 x 0 = 0 Partisipasi negatif : 24 x -1 = -24

= 45/98

= 0,34 (partisipasi positif karena berada diantara 0,33 sampai dengan 1).


(2)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa data, maka dapat disimpulkan bahwa respon masyarakat terhadap program beras untuk keluarga miskin dapat dilihat dari tiga variabel, yaitu :

1. Pengetahuan

Berdasarkan hasil analisa dapat diketahui bahwa responden memiliki pengetahuan adalah positif terhadap program raskin dengan nilai 0,39

2. Sikap

Sikap masyarakat terhadap program raskin adalah positif dengan nilai 0,80 3. Partisipasi

Hasil analisa data menunjukkan responden memiliki parsipatisi positif terhadap program raskin dengan nilai 0,34

4. Secara Keseluruhan

Maka dapat dilihat secara rata-rata respon masyarakat adalah positif dengan nilai (0,39 + 0,80 + 0,34)/3 = 0,51.


(3)

6.2 Saran

Berdasarakan hasil penelitian yang dilakukan, maka saran penulis adalah :

1 Disarankan kepada Pemerintahan Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan agar program raskin tetap dilaksanakan. Adapun yang menjadi alasan saran ini karena program tersebut merupakan kebutuhan bagi masyarakat miskin dan menyangkut kelangsungan hidup mereka.

2 Disarankan kepada Pemerintahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan agar program raskin disosialisakan secara baik dan lebih luas sehingga penerima program mengetahui pengertian , tujuan dan manfaat program tersebut.

3 Diharapkan bagi penerima program raskin agar tidak tergantung kepada program tersebut, tetapi menggunakan program ini sebagai kesempatan untuk dapat membantu dalam mememnuhi kebutuhannya

4 Kepada masyarakat agar lebih berpartisipasi pada program-program yang diberikan oleh pemerintahan, apalagi yang menyangkut kepentingan masyarakat itu sendiri agar dapat memperoleh hasil yang lebih maksimal.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto,1999, Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial, dasar-dasar pemikiran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Adi, Isbandi Rukminto,1999, pemberdayaan, Pengembangan masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta

Faisal, Sanapiah, 2007, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Grafika, Sinar, 2009, Undang-Undang Kesejahteraan Sosial, Jakarta: Sinar Grafika Huntington, Samuel.1990, Partisipasi Politik Di Negara Berkembang. Jakarta:

Rineka Cipta

Kartono, Kartini, 1990, Psikologi Umum, Bandung: Mandar Maju

Muhidin, Syarif. 1992, Pengantar Kesejahteraan Sosial. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial. Bandung.

Setiadi, Elli M. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bandung : Kencana Prenada Media Group

Rahkmat, Jalaluddin, 2005, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial. PT. Refika Aditama. 2009. Bandung

Singarimbun, Masri, Sofian Efendi, 1989. Metode Survei. Jakarta : LP3ES Suprapto. 2007, Ekonomi Partisipasi. Jakarta: Konrad Adenaeuer Stiftung

Suharto, Edi, Ph.D. 2005, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat Bandung :Koperasi Mahasiswa

Suryanto, Bagong dan Sutinah, 2008. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Kencana Thoha, Miftah, 1992, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta:


(5)

Walgito, Bimo, 1999. Psikologi Social Suatu Pengantar. Yogyakarta: Penerbit Andi Wahyu Ms. 1986. Wawasan Ilmu sosial Dasar. Surabaya: Usaha Nasional

Sumber Lain

raskin kebijakan pemerintah dan

permasalahan.pdf diakses pada tanggal 1 juli 2010 pukul 20.30 .

http://www.fiskal.depkeu.go.id.2008 diakses pada tanggal 1 juli 2010 pukul 20.30).

http://sumut.BPS.go.id/f/brs/2010070 juni 2010.Pdf diakses pada tanggal 1 Juli 2010 pukul 20.30 wib.

http://www.menkokesra.go.id/contetn/view/9776/354 diakses pada tanggal 1 juli 2010 pukul 20.30 wib.

hhtp://www.ppk.or.id/downloads/efektifitas pelaksanaan Raskin pdf di diakses tanggal 5 juli 2010 pukul 23.00 wib.

http://www.bulog.co.id/studiraskin v2.php diakses pada tanggal 4 agustus 2010 pukul 16.00 wib.

http://www.majalahpangan.com diakses pada tanggal 10 agustus 2010 pada pukul 20.00 wib.

hhtp://www.ppk.or.id/downloads/efektifitas pelaksanaan Raskin pdf di diakses tanggal 10 agustus 2010 pukul 23.00).

hhtp://.www.Kompas.com diakses pada tanggal 1 juli 2010.

2010 pukul 21.00.

http://www. program raskin kebijakan pemerintah dan permasalahan.pdf diakses pada tanggal 1 juli 2010 pukul 20.30

hhtp:www.bulog.co.id/sekilasraskin.php di akses pada tanggal 10 agustus 2010 pukul 23.00.


(6)

http://www. Bulog.co.id/pedumraskin_v2.php). di akses pada tanggal 10 agustus 2010 pukul. 23.00

Juknis Pelaksana Raskin Provinsi Sumatera Utara, 2003

Sumatera dalam Angka. Badab Pusat Statistika Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006 dan 2007