Latar Belakang Masalah PENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA DAN KOGNITIF MELALUI MEDIA REALIA TK NEGERI PEMBINA METRO PUSAT TP. 2010/2011

1 I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada usia prasekolah 3 - 6 tahun atau biasa disebut masa keemasan golden age dalam proses perkembangan anak akan mengalami kemajuan fisik, intelektual dan sosial yang sangat menakjubkan. Potensi perkembangan kecerdasan pada usia ini mengalami peningkatan 50 menjadi 80 Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Hasil kajian yang dilakukan Pusat Kurikulum Balitbang Departemen Pendidikan Nasional tahun 1999 menunjukan bahwa hampir seluruh aspek perkembangan anak yang masuk Taman Kanak-Kanak TK mempunyai kelebihan lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak masuk TK ketika anak berusia 8 tahun. Masa yang sangat menentukan masa “keemasan” bagi anak dalam belajar, masa anak berada sangat peka untuk menyerap segala informasi yang ada disekolah Sari, 2004: 22. Anak usia 0 – 8 tahun dipandang memiliki karateristik yang berbeda dengan anak usia di atasnya sehingga pendidikan untuk anak usia tersebut dipandang perlu untuk dikhususkan. Pendidikan Anak Usia Dini PAUD telah berkembang dengan pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju karena mengembangkan sumber daya manusia lebih mudah dilakukan sejak usia dini Slamet Suyanto, 2005. Pendidikan Anak Usia Dini PAUD merupakan investasi yang amat besar bagi keluarga dan bangsa, karena berawal dari tingkat pendidikan inilah dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang baik dan berhasil. PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut Undang- Undang No. 20 Tahun 2003: pasal 1 angka 14. Pendidikan anak usia 4 - 6 tahun merupakan pondasi penting bagi perkembangan anak selanjutnya, berbagai kegiatan dilakukan di taman kanak-kanak seperti pembelajaran menyanyi, melipat, finger painting, meronce, senam dengan irama dengan tujuan menyatukan dirinya baik secara motorik kasar dan motorik halus. Peran pendidik orang tua, guru, dan orang dewasa lain sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi anak usia 4-6 tahun. Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu bermain membantu anak mengenal dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan Melalui pendidikan dapat dikembangkan potensi dasar anak agar mampu menghadapi berbagai macam problema, mempunyai daya saing competitive ness serta kreatif dan inovatif. Untuk itu diperlukan pendidikan yang dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara kreatif menemukan solusi dan mampu mengatasinya. Anak usia TK dalam tahap perkembangan, berada pada tahap memiliki daya penghayatan yang masih mudah ditangkap anak yaitu: menyukai warna karena warna mampu menciptakan suasana dan pengaruh psikologi untuk merangsang anak dalam berpikir logis. Anak merupakan individu yang unik, dan memiliki kekhasan tersendiri. Guru TK harus mampu memahami setiap karakteristik sesuai dengan tingkat perkembangannya. Ketidak pahaman mengenai hal tersebut guru akan terjebak dalam kegiatan rutin yang tidak mengacu kepada kebutuhan anak secara individual maupun kelompok sehingga menciptakan pembelajaran yang membosankan untuk anak, dikarenakan pembelajaran dilaksanakan dari hari kehari dengan metode dan media yang sama dalam ruangan yang sama pula sehingga pembelajaran tidak menarik dan menantang serta tidak menimbulkan minat anak untuk mengetahui sesuatu. Media merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran di TK. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan British dalam Badru Zaman, 2005: 4.7, mengatakan rata-rata jumlah informasi yang diperoleh seseorang melalui indra menunjukan komposisi 75 melalui indra penglihatan visual, 13 melalui indra pendengaran auditori, 6 melalui indra sentuhan dan perabaan, 6 melalui indra penciuman dengan lidah. Dari hasil penelitian tersebut pengetahuan seseorang paling banyak diperoleh melalui indra penglihatan visual, dengan demikian penggunaan media realia melalui kebun sekolah untuk berlatih meningkatkan kemampuan berbahasa dan kognitif dalam mengenal huruf dan angka sangatlah tepat. Pembelajaran dengan menggunakan media realia merupakan konsep belajar yang dapat dijadikan untuk berinteraksi langsung dengan lingkungannya, memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsi belajar pada masing-masing anak, membangkitkan minat anak untuk belajar dan menumbuhkan rasa keingintahuannya tentang sesuatu. Misalnya nama jenis tanaman, nama jenis buah, nama jenis sayuran dan sekaligus mengetahui manfaat dan kegunaannya dengan pengarahan guru tentunya Badru Zaman, 2005: 1. Berpijak pada tahapan perkembangan anak yaitu anak usia TK fase praoprasional 5-6 tahun yang berada pada fase praoperasional, maka untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, menyenangkan, menarik dan bermakna untuk anak, yang harus diperhatikan guru yaitu: mengetahui hakikat dan karakteristik anak, metode pembelajaran yang berpusat pada kegiatan anak, media yang digunakan tepat dan menarik. Salah satu cara agar pembelajaran lebih dapat bermakna, guru harus dapat memanfaatkan media realia lingkungan yang terdekat dengan anak sebagai sumber belajar, karena sangat menarik untuk anak, sebab mereka akan dihadapkan pada kondisi nyata, sehingga banyak hal-hal yang mereka peroleh dari lingkungan itu. Media realia merupakan sumber belajar yang sangat kaya untuk kita termasuk juga untuk anak. Melalui sumber belajar ini anak akan banyak melakukan berbagai kegiatan yang memperkaya wawasan dan pengetahuannya. Melalui media lingkungan sekitar dalam proses pembelajarannya, seorang guru harus mampu merancang kegiatan sehingga anak-anak dibawa ketempat media sumber belajar di luar kelas dengan cara bermain, bergembira bebas melihat, mengamati namun tetap dalam koordinasi guru. Pembelajaran yang berorentasi pada penguasaan materi atau hafalan terbukti berhasil dalam mengingat jangka pendek akan tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan selanjutnya. Pada kenyataannya yang sering terjadi saat ini banyak Taman Kanak-Kanak yang membekali anak didiknya melalui pengenalan huruf dan angka tanpa mempertimbangakan faktor usia perkembangan anak TK. Banyak guru TK yang mengenalkan simbol-simbol huruf yang merupakan lingkup perkembangan bahasa dan angka dalam lingkup perkembangan kognitif yang cenderung dilakukan secara monoton tanpa mempertimbangkan media yang digunakan, anak menulis dibuku, tanpa melalui tahapan-tahapan yang sesuai dengan karakteristik anak TK. Pada dasarnya di TK untuk mengembangkan kemampuan dasar berbahasa melalui pengenalan huruf dan angka tidak dilarang sesuai dengan Permen No. 58 Tahun 2009, namun konsep pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan anak didik. Sesuai dengan buku pedoman pembelajaran bidang pengembangan berbahasa di TK Departemen Pendidikan Nasional: 2007: 3 bahwa konsep perkembangan berbahasa di TK ditekankan kepada dua hal yaitu : 1 mendengar dan berbicara, 2 awal membaca melalui kegiatan awal membaca di TK diharapkan anak dapat : a membentuk perilaku membaca, b mengembangkan beberapa kemampuan sederhana dan ketrampilan, c mengembangkan kesadaran huruf. Dewasa ini masih banyak guru TK yang belum memanfaatkan media lingkungan sekitar untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dan kognitif seperti mengenalkan simbol-simbol huruf dan angka kepada anak TK, pada kenyataanya guru lebih cenderung menggunakan media yang praktis seperti kartu angka, kartu huruf, gambar-gambar miniatur lingkungan, dan lain sebagainya. Penggunaan media lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran dapat memberikan manfaat untuk menghindari kejenuhan anak dalam belajar. Salah satu contoh guru akan melakukan kegiatan berlatih membaca nama benda melalui pengenalan simbol huruf permulaan mengajak anak-anak keluar kelas menuju kebun sekolah. Kemudian guru memberi tulisan pada jenis tanaman tersebut, langkah awal guru mengenalkan nama beberapa nama tanaman yang mudah dulu yang sering dilihat anak dalam kehidupan sehari-hari mengenalkan ciri-ciri tanamannya: daunnya, warnanya, batangnya, baunya, kemudian guru memasang pada tanaman tersebut tulisan nama jenis tanamannya. Anak disuruh melihat, menirukan guru menyebutkan nama tanaman tersebut lalu anak bersama-sama guru diajak menghitung jumlah tanaman, daunnya, buahnya, dengan demikian anak tanpa sadar sudah belajar berlatih mengenal huruf dan membaca, serta mengenal huruf dan berhitung baru kemudian anak disuruh menirukan tulisan yang dilihatnya. Inilah sebenarnya yang dinamakan belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar. sehingga dengan konsep pembelajaran lebih bermakna, proses pembelajarannya berlangsung alamiah dalam bentuk anak melakukan kegiatan, bekerja, mengalami, bukan menghafal dengan metode yang monoton tanpa memperhatikan minat anak. Pada kegiatan lingkup perkembangan berbahasa dan kognitif anak TK dapat dilakukan dengan berlatih mengenal huruf dan angka. Hal ini dapat dilakukan tentu tidak mudah Hurt dan Sullivan dalam Soemanto, 1998: 166 mengatakan bahwa pembelajaran di TK harus mempertimbangkan aspek kognitif, motivasi, nilai dan penilaian pengindraan anak. Namun pengenalan huruf dan angka dapat dilakukan di TK dengan metode yang menarik. Salah satu contohnya melalui metode karyawisata dengan media lingkungan sekitar yang ada pada sekolah terdekat dengan kehidupan anak-anak misalnya media kebun sekolah, binatang peliharaan yang memiliki beragam tumbuhan dan binatang peliharaan. Penyusunan rencana program pembelajaran bagi anak TK seharusnya disesuaikan dengan kondisi, kemampuan dan kebutuhan anak didik. Proses pembelajaran dengan menggunakan media realia merupakan langkah konkret dalam menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi anak TK, penggunaan media realia yang tepat untuk anak TK memacu anak untuk menyenangi bahan pelajaran yang diberikan oleh guru Badru Zaman, 2005: 32 Alasan dilaksanakannya penelitian di TK Negeri Pembina Metro dikarenakan: 1 Pembelajaran dengan media realia dalam lingkup perkembangan berbahasa dan kognitif belum pernah digunakan guru di TK Negeri Pembina Metro Pusat. 2 Anak TK Negeri Pembina Metro dengan karakteristik pedesaan selalu bersentuhan dengan alam lingkungannya. Sehingga pembelajaran pemahaman berbahasa dan kognitif dengan menggunakan media realia akan lebih mudah dipahami anak. 3 Melalui informasi penglihatan langsung terhadap benda-benda disekitar sekolah yang juga tersedia dilingkungan rumah, anak-anak TK Negeri Pembina Metro dapat termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dalam berbahasa dan kognitif melalui media realia. 4 Keadaan lingkungan TK Negeri Pembina Metro Pusat yang mempunyai keragaman tanaman dan binatang peliharaan juga sangat mendukung untuk pelaksanaan penelitian ini. Selanjutnya data lingkup perkembangan berbahasa dan kognitif anak di TK Negeri Pembina Metro Pusat pada tahun pelajaran 20092010 juga masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Data Kemampuan Berbahasa dan kognitif anak TK Negeri Pembina Metro Kelompok B pada tahun pelajaran 20092010 No. Kriteria Predikat Jumlah Persentase 1  A = Baik Sekali 2 4.17 2  B = Baik 8 16.67 3  C = Cukup 20 41.67 4  D = Kurang 18 37.50 Persentase Ketuntasan 10 20.84 Sumber: Data kurikulum TK Negeri pembina Metro Tahun 20092010 Pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan anak kelompok B tahun pelajaran 20092010 pada lingkup perkembangan berbahasa dan kognitif masih tergolong belum baik. Kondisi lingkungan sekolah TK Negeri Pembina Metro yang alami dengan ketersediaan kebun sekolahnya yang asri serta macam-macam binatang peliharaan, tentu sangat tepat apabila guru TK Negeri Pembina Metro Pusat memiliki kemauan dan kemampuan dalam memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, di samping pengenalan lingkungan dengan ciptaan Tuhan yang beragam juga mampu untuk mengembangkan media pembelajaran pada lingkup perkembangan berbahasa dan kognitif anak. Pembelajaran menggunakan media lingkungan sekitar dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukan kondisi alamiah dari pengetahuan melalui hubungan didalam dan diluar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontektual menjadi pengalaman lebih, relevan dan berarti bagi anak dalam pembelajaran seumur hidup, dengan melibatkan lima komponen utama pembelajaran efektif yaitu: 1 konstruktivisme, 2 bertanya, 3 menemukan masyarakat belajar, 4 pemodelan dan 5 penilaian sebenarnya. Penggunaan media lingkungan sekitar merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan dalam kurikulum pendidikan anak TK. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan bahwa pada Rencana Kegiatan Harian RKH yang dibuat guru TK Negeri Pembina Metro Pusat belum optimal menurut hasil Alat Penilaian Kemampuan Guru APKG, kemudian dalam pelaksanaan proses belajar mengajar belum memanfaatkan media realia karena ada anggapan guru bahwa penggunaan media ini banyak menyita waktu dan tenaga sehingga guru enggan melakukannya. Hal ini merupakan salah satu penyebab kemampuan anak TK kelompok B dalam mengenal huruf pada lingkup berbahasa dan kognitif pada lingkup mengenal simbol-simbol huruf dan konsep bilangan lambang bilangan belum baik salah satu penyebabnya adalah penggunaan medianya kurang interaktif. Pembelajaran yang dilakukan dengan cara monoton didalam kelas dengan media-media gambar, metode cerita, tanya jawab yang sering membuat anak bosan dan jenuh karena kurang menarik. Pada pelaksanaan evaluasi hasil kegiatan anak yang dilakukan guru juga belum baik. Guru belum maksimal dalam melakukan evaluasi hasil belajar anak dimana hal ini seharusnya dilakukan dengan mempertimbangkan objektifitas, sistematis, berkelanjutan dan secara individual, juga dalam mengembangkan tema sehingga menjadi indikator yang dapat dikembangkan menjadi soal unjuk kerja yang obyektif dan dapat meningkatkan minat anak. Berdasarkan temuan dilapangan dan uraian diatas dapat dinyatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan media realia untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan kognitif pada anak kelompok B di TK Negeri Pembina Metro Pusat.

1.2 Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV B SEKOLAH DASAR NEGERI 2 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 12 46

PENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA DAN KOGNITIF MELALUI MEDIA REALIA TK NEGERI PEMBINA METRO PUSAT TP. 2010/2011

0 11 19

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IVB SD NEGERI 10 METRO PUSAT

0 9 3

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PERMAINAN BAHASA DENGAN MEDIA GAMBAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS I B SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 12 82

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA MENGGUNAKAN MEDIA SIMULASI KOMPUTER DAN MEDIA REALIA

0 27 162

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG HURUFMELALUI PERMAINAN KARTU HURUF DI TK NEGERI PEMBINA SUKARAME

0 15 50

PENERAPAN MEDIA REALIA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IA SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

7 93 76

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PAPAN FLANEL PADA ANAK KELOMPOK B TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN TAMAN KOTA MADIUN Turina Dyah Puspitorini TK NEGERI PEMBINA

0 4 11

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA MENGGUNAKAN MEDIA SIMULASI KOMPUTER DAN MEDIA REALIA Sigit Triwibowo

0 0 12

PENERAPAN PERMAINAN BONEKA MAGNET DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERBAHASA PADA ANAK TUNA GRAHITA DI KELAS B TK NEGERI PEMBINA 3 KUALA TUNGKAL Siti Aisyah TK Negeri Pembina 3 Kuala Tungkal

0 0 13