PENERAPAN MEDIA REALIA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IA SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MEDIA REALIA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS IA SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh :

GALUH ANGGRAINI TRI WARDHANI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas I A SD Negeri 7 Metro Pusat tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan media realia.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa: instrumen aktivitas belajar siswa, sikap dan keterampilan siswa, instrumen penilaian kinerja guru dan test. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif dan analisis kuantitatif

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan media realia dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I (56%) dan siklus II (74%). Sementara itu rata-rata hasil belajar siswa pada aspek sikap pada siklus I (65,67) dan siklus II (76,66), untuk ketuntasan klasikal sikap pada siklus I (66,67%) dan siklus II (71,74%). Selain itu, rata-rata keterampilan siswa pada siklus I (59,74) dan siklus II (68,44). Persentase ketuntasan kognitif siswa secara klasikal siklus I (67%) dan siklus II (88%)


(2)

(3)

PENERAPAN MEDIA REALIA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS IA SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh

GALUH ANGGRAINI TRI WARDHANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Metro pada tanggal 23 November 1986. Merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Putri bungsu dari Bapak Wing Basuki Rachmad dan Ibu Surani.

Peneliti mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Aisyiyah Yosomulyo yang diselesaikan tahun 1993, Sekolah Dasar di SD Negeri No 4 Yosodadi selesai pada tahun 1999, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 8 Metro selesai pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di SMK Negeri 1 Metro selesai pada tahun 2005

Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan ke Universitas Lampung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan mengambil program studi DII PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) dan lulus pada tahun 2007. Kemudian, penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan strata I pada lembaga yang sama, yaitu Universitas Lampung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan mengambil program studi S1 Dalam Jabatan pada awal tahun 2013 hingga sekarang.


(8)

MOTO

Dan bahwasannya seseorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”

(QS. An-Najm: 39)

Orang yang tidak mensyukuri pemberian Allah ia adalah ibarat orang yang selalu melihat matahari tenggelam dan tidak pernah melihat matahari terbit”


(9)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrokhmanirrokhim

Kupersembahkan karya ini sebagai rasa syukurku kepada Allah

S.W.T dan ucapan terima kasih kepada:

Bapak dan Ibuku tercinta Bapak Wing Basuki Rachmad dan

Ibu Surani

Yang telah mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih

sayang dan senantiasa memberikan doa dan motivasi dengan tulus

dalam menyelesaikan studi ini.

Suamiku tersayang Joko Herman Santoso dan malaikat kecilku

Chaesar Danang Wicaksono

Yang selalu memberi dukungan, motivasi, saran dan pengalaman

guna membangkitkan semangatku dalam menyelesaikan studi ini.

Kakakku Irawan dan Rangga yang selalu memberi semangat

Teman-teman dan Para Sahabat Seperjuangan


(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah S.W.T atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Media Realia pada Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas I A SD Negeri 7 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penelitian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dorongan, petunjuk, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan prgram studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat-surat sebagai syarat skripsi.

2. Bapak Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan program studi PGSD dan juga membantu peneliti dalam menyelesaikan surat-surat sebagai syarat skripsi.

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan sehingga peneliti dapat menyelesaikaan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Ketua UPP PGSD Metro yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi.

5. Bapak. Dr. Alben Ambarita, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, berupa masukan dan saran dengan penuh kesabaran.


(11)

menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Sugiyanto, Ama.Pd., selaku Kepala SD Negeri 7 Metro Pusat yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di SD Negeri 7 Metro Pusat.

8. Ibu Siti Maryani, Ama.Pd., selaku Guru Kelas serta siswa-siswi kelas I A SD Negeri 7 Metro Pusat yang telah bersedia untuk bekerjasama dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.

9. Seluruh Staf pengajar PGSD FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama melaksanakan kuliah. 10. Seluruh rekan-rekan mahasiswa PGSD angkatan 2013 yang telah

bersama-sama berusaha dari awal hingga akhir.

Peneliti berharap semoga segala bantuan yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Selain itu, peneliti juga menyadari mungkin masih ada kekurangan dalam penelitian skripsi ini sehingga peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi peneliti maupun pembaca.

Metro, Januari 2015


(12)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran ... 9

1. Pengertian Media Pembelajaran... 9

2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 10

3. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran ... 11

4. Hakekat Media Realia ... 14

5. Pengertian Media Realia.... ... 15

6. Jenis-jenis Media Realia ... 16

7. Keunggulan dan Kelemahan Media Realia ... 18

8. Kreteria Media Realia yang digunakan dalam pembelajaran.. 20

B. Belajar ... 24

1. Pengertian Belajar ... 24

2. Pengertian Aktivitas Belajar ... 25

3. Pengertian Hasil Belajar ... 26

C. Kurikulum 2013 ... 28

D. Pembelajaran Tematik... 29

1. Pengertian Tematik ... 29

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 30

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik ... 31

E. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) ... 32

F. Penilaian Autentik ... 33

G. Hasil Penelitian yang relevan... 35

H. Kerangka Pikir ... 36

I. Hipotesis Tindakan ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 39

B. Setting Penelitian ... 40

1. Subjek Penelitian ... 40


(13)

ii

1. Teknik Tes ... 41

2. Teknik Non-tes... 41

E. Alat Pengumpul Data ... 42

1. Lembar Observasi ... 42

2. Tes Hasil Belajar ... 44

3. Dokumentasi ... 45

F. Teknik Analisis Data... 45

1. Analisis Kualitatif ... 45

2. Analisis Kuantitatif ... 47

G. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 48

H. Indikator Keberhasilan ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... . 58

1. Profil sekolah ... 58

2. Pelaksanaan kegiatan dan hasil penelitian siklus I ... 59

3. Pelaksanaan kegiatan dan hasil penelitian siklus II ... ... 77

B. Pembahasan ... 92

1. Kinerja guru ... ... 92

2. Aktivitas Belajar Siswa... 94

3. Hasil belajar siswa pada aspek ... ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kisi-kisi Instrumen Kinerja Guru ... 42

3.2 Indikator Aktivitas Siswa ... 42

3.3 Indikator Hasil Belajar Afektif (Sikap) Siswa ... 43

3.4 Indikator Hasil Belajar Psikomotor (Keterampilan) Siswa ... 43

4.1 Kinerja Guru pada Siklus I ... 71

4.2 Persentase Aktivitas Siswa secara Klasikal Siklus I... 72

4.3 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Sikap Siswa secara Klasikal Siklus I ... 73

4.4 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Keterampilan Siswa secara Klasikal Siklus I. 74 4.5 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I ... 75

4.6 Kinerja Guru pada Siklus II ... 87

4.7 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa secara Klasikal Siklus II ... 88

4.8 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Sikap Siswa secara Klasikal Siklus II ... 89

4.9 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Keterampilan Siswa secara KlasikalSiklus II 90 4.10 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus II... 91

4.11 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kinerja Guru ... 93

4.12 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa ... 94

4.13 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Sikap Siswa setiap Siklus ... 96

4.15 Rekapitulasi Rata-rata Keterampilan Siswa setiap Siklus ... 98


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir Penelitian Tindakan Kelas ... 37 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 41 4.1 Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Kinerja Guru ... 93 4.2 Grafik Rekapitulasi Persentase Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa ... 95 4.3 Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Sikap Siswa ... 97 4.15 Grafik Rekapitulasi Rata-rata Nilai Keterampila Siswa ... 98

4.6 Grafik Peningkatan Ketuntasan Kognitif Siswa Secara Klasikal 100


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kecerdasan anak bangsa. Undang-undang Sikdiknas RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab 1 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Sesuai dengan pernyataan di atas, Mudyahardjo (2010: 3) menyatakan bahwa pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Ihsan, 2008: 5) pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan segala aspek


(17)

yang ada pada dirinya baik dari segi kecerdasan, keagamaan, maupun kepribadian.

Seiring dengan perkembangan zaman, Mendikbud (dalam Mulyasa, 2013: 60) mengungkapkan bahwa perubahan dan pengembangan kurikulum merupakan persoalan yang sangat penting, karena kurikulum harus senantiasa disesuaikan dengan tuntutan zaman. Hal yang mendasari perlunya pengembangan kurikulum 2013 menurut Mulyasa (2013: 60-61) adalah berdasarkan beberapa hasil studi internasional tentang kemampuan peserta didik Indonesia dalam kancah internasional. Dari hasil survei Trends in International Math and Science tahun 2007 yang dilakukan oleh Global Institute, menunjukkan hanya 5% peserta didik Indonesia yang mampu mengerjakan soal penalaran berkategori tinggi dan sebaliknya 78% peserta didik Indonesia dapat mengerjakan soal hapalan kategori rendah. Dari hasil survei tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi siswa Indonesia tertinggal dan terbelakang sehingga perlu diadakannya perubahan dan perkembangan kurikulum. Selain itu, perubahan kurikulum juga disebabkan karena adanya kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 yaitu diantaranya: (1) isi dan pesan kurikulum masih terlalu padat, (2) kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional, (3) kompetensi yang dikembangkan lebih dominan ke aspek pengetahuan saja, (4) berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat belum terakomodasi di dalam kurikulum, (5) kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan kurikulum,(6) standar proses pembelajaran belum menggambarkan


(18)

3

urutan pembelajaran yang rinci, dan (7) penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi.

Menurut Mulyasa (2013: 65) melalui pengembangan kurikulum 2013 maka akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Pengembangan kurikulum difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa paduan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sesuai dengan pendapat tersebut, Depdiknas (dalam Trianto, 2010: 79) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dari pendapat tersebut maka pembelajaran tematik sangat sesuai untuk diterapkan dalam pengembangan kurikulum 2013.

Untuk dapat nenentukan data hasil belajar yang mencakup aspek afektif, kognitif dan psikomotor, dalam penerapan kurikulum 2013 digunakan penilaian autentik. Menurut Kunandar (2011: 322) penilaian autentik adalah kegiatan menilai siswa pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian. Penilaiam autentik dapat mengukur semua aspek, yaitu proses, kinerja dan produk, sehingga pada penelitian ini peneliti menerapkan penilaian autentik.

Pemilihan metode dan media yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan kemampuan siswa merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Salah satu metode yang sesuai untuk diterapkan di Sekolah Dasar (SD) adalah metode discovery learning. Metode discovery learning merupakan


(19)

suatu metode yang dirancang untuk membangkitkan semangat siswa dalam penemuan sebuah masalah. Dengan metode ini, siswa akan terlatih untuk dapat lebih mandiri. Selain itu, penggunaan media juga sangat berperan penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu media yang sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran di SD adalah media realia. Dengan media realia siswa akan lebih tertarik terhadap apa yang sedang mereka pelajari. Dengan begitu antusias siswa akan lebih tinggi dan akan semakin mempermudah siswa dalam menangkap materi yang sedang mereka pelajari.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, diperoleh data bahwa pembelajaran yang dilakukan masih menitikberatkan peran utama guru dalam pembelajaran, guru belum menggunakan media realia dalam pendukung pembelajaran, komunikasi satu arah, artinya guru lebih banyak menjelaskan dan siswa sebagai pendengar, sehingga siswa merasa bosan dan kurang memperhatikan guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar siswa kurang memuaskan. Sebagian besar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu ≥ 66 atau berada pada predikat B-. Dari hasil prasurvei tersebut tercatat bahwa dari 27 siswa terdapat 16 siswa atau 59% masih mendapat predikat C, artinya belum mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik di kelas 1 A SD Negeri 7 Metro Pusat dikatakan belum berhasil karena sebagian besar siswa mendapat nilai di bawah KKM. Keadaan ini terjadi akibat penggunaan metode dan media pembelajaran yang kurang bervariasi. Sedangkan untuk Metode pembelajaran yang digunakan cenderung menempatkan guru sebagai


(20)

5

pusat pembelajaran (teacher centered) sehingga suasana belajar menjadi membosankan. Begitu pula dengan media pembelajaran, media masih sangat jarang digunakan dalam pembelajaran siswa jarang bertanya, berpendapat atau memberikan ide.

Sehubungan dengan permasalahan yang telah diungkapkan di atas, dibutuhkan media yang mampu menempatkan siswa pada keadaaan yang lebih aktif, kreatif dan dapat mendorong siswa untuk meningkatkan keberanian dalam berpendapat serta kemampuan untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Media realia merupakan alternatif perbaikan yang tepat. Hal ini didukung oleh pendapat Rusman (2005 :2) media realia yaitu semua media nyata yang ada di lingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan. Jenis-jenis media realia yaitu:

a. Benda-benda hidup seperti : orang, binatang dan tumbuhan.

b. Benda-benda mati seperti : meja, kursi, piring, gelas, buku, majalah, koran, lemari, figure foto, karpet, uang koin, bebatuan, dan makanan.

Penerapan media realia akan membantu guru untuk menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan mereka. Menurut Ibrahim dan Syaodin (2003:119) tentang beberapa keunggulan dalam penggunaan media realia yaitu :

a. Dapat memberikan kesempatan semaksimal mungkin pada anak untuk mempelajari sesuatu ataupun melaksanakan tugas-tugas dalam situasi nyata.


(21)

b. Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengalami sendiri situasi yang sesungguhnya.

c. Melatih keterampilan anak dengan menggunakan sebanyak alat indera.

Dalam penerapan media realia ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul “Penerapan Media Realia pada Pembelajaran Tematik untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas 1 A SD Negeri 7 Metro Pusat tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi yaitu sebagai berikut:

1. Pada saat proses pembelajaran, guru lebih mendominasi kegiatan pembelajaran dan siswa cenderung pasif.

2. Pembelajaran masih bersifat komunikasi satu arah sehingga pembelajaran terkesan membosankan.

3. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru belum bervariasi yaitu hanya menggunakan metode caramah dan penugasan sehingga siswa menjadi bosan dan kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. 4. Penggunaan media pembelajaran yang belum maksimal.

5. Masih rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran tematik kelas 1 A SD Negeri 7 Metro Pusat.

6. Masih rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik kelas 1 A SD Negeri 7 Metro Pusat.


(22)

7

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan media realia dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pembelajaran tematik kelas 1 A SD Negeri 7 Metro Pusat tahun pelajaran 2014/2015?

2. Bagaimanakah penerapan media realia dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas 1 A SD Negeri 7 Metro Pusat tahun pelajaran 2014/2015?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas 1A SD Negeri 7 Metro Pusat tahun pelajaran 2014/2015 melalui penerapan media realia.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas 1A SD Negeri 7 Metro Pusat tahun pelajaran 2014/2015 melalui penerapan media realia.


(23)

E. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi siswa, yaitu melalui penerapan media realia, diharapkan siswa dapat memperoleh pembelajaran bermakna yang berkaitan dengan situasi dunia nyata, dan mampu mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan pengalaman belajar yang dialami.

2. Bagi guru, yaitu dapat memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas dan meningkatkan kinerja guru dalam mengajar.

3. Bagi sekolah, yaitu sebagai acuan untuk memaksimalkan pembelajaran sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Negeri 7 Metro Pusat.

4. Bagi peneliti, yaitu dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media realia agar kelak dapat menjadi guru yang profesional.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan peralatan yang digunakan oleh guru untuk membantu proses penyampaian materi. Media pembelajaran sangat dibutuhkan untuk membantu mempermudah dalam hal penyampaian materi. Sadiman (2006: 7) mengemukakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Sedangkan Arsyad (2007: 4) menyatakan bahwa media adalah alat yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran.

Menurut Hanafiah & Suhana (2010: 59) media pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorang siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar dan tidak terjadinya verbalisme. Selain pendapat tersebut, Prihatin (2008: 50) menerangkan bahwa media pembelajaran adalah media yang dapat digunakan untuk membantu siswa di dalam memahami dan memperoleh informasi yang dapat didengar ataupun dilihat oleh panca indera sehingga pembelajaran dapat berhasil guna dan berdaya guna.


(25)

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala alat fisik yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi kepada siswa guna merangsang siswa agar dapat belajar secara cepat, tepat, mudah, benar dan tidak terjadinya verbalisme sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Pembelajarn tematik pada dasarnya memerlukan optimalisasi penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu saswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak. Media pembelajaran memiliki berbagai fungsi dan manfaat. Suprihatiningrum (2013: 320-321) menyatakan bahwa media pembelajaran memiliki enam fungsi utama sebagai berikut:

a. Fungsi atensi, menarik perhatian siswa dengan menampilkan sesuatu yang menarik dari media tesebut.

b. Fungsi motivasi, menumbuhkan kesadaran siswa untuk lebih giat beajar.

c. Fungsi afeksi, menumbuhkan kesadaran emosi dan sikap siswa terhadap materi pelajaran dan orang lain.

d. Fungsi kompensatori, mengakomodasi siswa yang lemah dalam menerima dan memahami pelajaran yang disajikan secara teks atau verbal.

e. Fungsi psikomotorik, mengakomodasi siswa untuk melakukan suatu kegiatan secara motorik.

f. Fungsi evaluasi, mampu menilai kemampuan siswa dalam merespons pembelajaran

Selain memiliki berbagai fungsi, media pembelajaran juga memiliki berbagai manfaat.

Suprihatiningrum (2013: 321) mengungkapkan bahwa media pembelajaran juga memiliki manfaat antara lain: memperjelas proses pembelajaran, meningkatkan ketertarikan dan interaktivitas


(26)

11

siswa, meningkatkan efisiensi dalam waktu dan tenaga, meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di tempat mana saja dan kapan saja, menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar, mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif, mengkonkretkan materi yang abstrak, membantu mengatasi keterbatasan panca indera manusia, menyajikan objek pelajaran berupa benda atau peristiwa langka dan berbahaya ke dalam kelas, dan meningkatkan daya retensi siswa terhadap materi pembelajaran.

Selain itu, Aqib (2013 :51) mengungkapkan manfaat umum media pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Menyeragamkan penyampaian materi. b. Pembelajaran lebih jelas dan menarik. c. Proses pembelajaran lebih interaksi. d. Efisisensi waktu dan tenaga.

e. Meningkatkan kualitas hasil belajar.

f. Belajar dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja.

g. Menumbuhkan sikap positif belajar terhadap proses dan materi belajar.

h. Meningkatkan peran guru ke arah yang lebih positif.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa fungsi dan manfaat media pembelajaran adalah memudahkan guru dalam proses pembelajaran yang memungkinkan terjadinya pengalaman belajar pada diri siswa dengan menggerakkan segala sumber belajar yang efektif dan efisien. Media yang ditampilkan diharapkan membuat siswa merasa tertarik terhadap materi yang diajarkan sehingga proses pembelajaran tidak terkesan membosankan.


(27)

3. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran

Ada banyak media pembelajaran, mulai dari yang sangat sederhana hingga yang kompleks dan rumit, mulai dari yang hanya menggunakan indera mata hingga perpaduan lebih dari satu indera. Dari yang murah dan tidak memerlukan listrik hingga yang mahal dan sangat tergantung pada perangkat keras. Dalam perkembangannya media mengikuti perkembangan teknologi. Teknologi yang paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanis. Kemudian lahir teknologi audio-visual yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk tujuan pembelajaran. Teknologi yang muncul terakhir adalah teknologi mikroprosesor yang melahirkan pemakaian komputer dan kegiatan interaktif (Arsyad2006:29). Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, media pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu:

1. media hasil teknologi cetak,

2. media hasil teknologi audio-visual,

3. media hasil teknologi berbasis komputer, dan

4. media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.

Pengelompokkan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi perkembangan teknologi oleh Seels dan Glasgow yang dikutip Arsyad (2006:33) dibagi ke dalam dua kategari luas, yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir.


(28)

13

1. Pilihan Media Tradisional

a. Visual diam yang diproyeksikan (proyeksi tak tembus pandang, proyeksi overhead, slide, (filmstrips).

b. Visual yang tak diproyeksikan (gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, pameran,kartu, papan info, papan bulu/flanel)

c. Audio (rekaman piringan hitam dan pita kaset)

d. Penyajian multimedia (slide plus suara, paduan gambar-suara, dan multi image)

e. Visual dinamis yang diproyeksikan (film, televisi, video).

f. Cetak (buku teks, modul, teks terprogram, buku kerja, majalah berkala, lembaran lepas atau hand-out).

g. Permainan (teka-teki, simulasi, permainan papan,permainan kartu). h. Realia (model, specimen/contoh, manipulatif (peta, globe, boneka).

2. Pilihan Media Teknologi Mutakhir

a. Media berbasis telekomunikasi (teleconference dan telelecture) b. Media berbasis mikroprosesor (pembelajaran berbantuan komputer,

permainan komputer, pembelajaran interaktif, hypermedia, dan compact video disc).Pengelompokan media yang banyak dianut oleh para pengelola pendidikan adalah seperti yang disampaikan oleh Kemp dan Dayton (dalam Yulianti 2012:17). Media dikelompokkan dalam delapan jenis, yaitu:

1. Media cetak, 2. Media pajang,


(29)

3. Overhead transparacies (OHT) dan Overhead Projector (OHP), 4. Rekaman audiotape,

5. Slide dan filmstrip, 6. Penyajian multi-image, 7. Rekaman video dan film, dan 8. Komputer.

Setiap media sudah pasti memiliki kelebihan dan keterbatasan dalam penggunaannya. Seorang guru seharusnya dapat mengkaji kelebihan dan keterbatasan itu, kemudian menjadikan kajiannya itu sebagai bahan pertimbangan dalam memilih dan menggunakan media dalam proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah.

4. Hakekat Media Realia

1. Kedudukan Media Realia Dalam media Pada Umumnya

Media telah dikenal sebagai alat bantu mengajar yang seharusnyadimanfaatka guru dalam proses pembelajaran Romiszowski dalam Wibowo (1992:7). Menjelaskan bahwa media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda ) kepada penerima pesan yaitu siswa . Sedangkan menurut Pujita (2008:1) Media sebagai alat bantu mengajar berkembang demikian pesatnya sesuai dengan kemajuan teknologi. Ragam dan jenis mediapun cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan kondisi waktu, keungan maupun materi yang akan disampaikan.Penjelasan di


(30)

15

atas dapat kita lihat bahwa setiap jenis media memiliki karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu mendapat perhatian dari para guru sehingga guru dapat memilih media yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi .Mustolish (2007:5) menjelaskan bahwa: Semakin konkrit pengalaman yang diberikan akan lebih menjamin terjadinya proses belajar. Namun, agar terjadi efektifitas dan efisiensi belajar maka diusahakan agar pengalaman belajar yang diberikan semakin konkrit. Hal tersebut menjelaskan bahwa media memiliki fungsi yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar. Pengalaman belajar yang konkrit dapat diberikan dengan penggunaan media riil atau bisa disebut juga dengan media realia

5.Pengertian Media Realia

Menurut Rusman (2005: 2) Media realia yaitu semua media nyata didalam ruang kelas, tetapi dapat digunakan sebagai sesuatu kegiatan observasi pada lingkungannya. Menurut Udin S.W (Patty, 2007 :22) Media realia adalah alat bantu visual dalam pembelajaran yang berfungsi memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik. Media ini merupakan objek nyata suatu benda. Seperti mata uang, tumbuhan, hewan bebatuan, air, tanah, benda-benda dan lain sebagainya.Menggunakan benda nyata dalam proses sangat


(31)

dianjurkan, sebab siswa lebih memahami materi yang diajarkan.Menurut Pujita ( 2008 :15) mengungkapkan bahwa ciri media realia adalah benda asli benda dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali sebagaimana ujud aslinya.

Dari beberapa pengertian media di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa media realia itu adalah:

a. Media nyata atau objek nyata yang dapat dilihat,diraba, dipegang, dan dimanipulasi.

b. Media realia adalah media yang tidak mengalami perubahan atau asli dan bukan berupa tiruan atau model dari benda nyata.

c. Media realia tersebut dapat berupa orang, mata uang, tumbuhan, hewan, bebatuaan, air,tanah, benda-benda dan makanan

6. Jenis-jenis Media Realia

Sebelum kita melihat jenis-jenis media realia, ada baiknya kita melihat jenis-jenis media secara umum terlebih dahulu . Menurut Heinich (Pujita, 2006:4) membagi media berdasarkan cara penyampaian dan penerimaan menjadi 3 jenis yaitu : media audio, media visual dan media audio visual.

a. Media audio seperti : radio dan tape recorder. b. Media visual seperti :


(32)

17

1). Media grafis/bahan cetak/ sulementary materials (papan tulis, gambar, skets, Kartun, poster, papan planel/ flannel bord and papan bulletin/bolleetin boar.)

2) Objek Fisik seperti : realia 3) Model

c. Media audio visual seperti : televise dan film.

Wibowo (1992; 41) menggungkapkan jenis-jenis media berdasarkan kesamaan karakteristik dan kekhususannya yaitu:

a. Media audio seperti : radio, tape recorder dan pita radio.

b. Media visual seperti: foto, ilustrasi, flashcard, gambar, bingkai filem, trasparan proyektor, diagram, poster, bagan, grafik, gambar kartun, peta, globe.

c. Media audio visual seperti : televise, film, dan video.

d. Media serbaneka seperti : papan tulis, (papan flannel, papan bulletin, papan mengetik, papan listrik.), media tiga demensi (model, realia, karya wisata)

Kedua penjelasan tentang jenis-jenis media secara umum diatas, maka dapat dilihat bahwa media realia termasuk kedalam jenis visual dan media serbaneka. Mengacu kepada pendapat Rusman (2005: 2) media realia yaitu semua media nyata yang ada di lingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan. Misalnya tumbuhan , batuan , binatang, insectarium, benda-benda, air, sawah, makanan dan sebagainya. Hal lain yang mengemukan Halamik (1989:133) bahwa media realia yaitu benda atau obyek yang


(33)

dapat digunakan untuk membantu pengajaran seperti bunga, batu, koran, dan sebagainya yang mungkin dibawa oleh siswa atau dibawa oleh guru. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis media realia yaitu: a. Benda-benda hidup seperti : orang, binatang dan tumbuhan.

b. Benda-benda mati seperti : meja, kursi, piring, gelas, buku, majalah, koran, lemari, figure foto, karpet, uang koin, bebatuan, dan makanan.

7. Keunggulan dan Kelemahan Media Realia a. Keunggulan media realia

Penggunaan media membawa dampak positif bagi kegiatan belajar mengajar di kelas. Rusman (2005) mengungkapkan secara umum media memiliki kegunaan yaitu:

Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalisme, mengatasi keterbatasan ruang, tenaga dan daya indera, menimbulkan gairah belajar, interaksi langsung, antara muridnya dengan sumber belajar, memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

Sedangkan secara khusus, keunggulan media realia diungkapkan oleh Pujita (2006:18), media realia mempunyai keunggulan yaitu:

a. Mudah didapat, pada umumnya media realia dapat ditemui kerena merupakan benda nyata yang ada disekitar lingkungan.


(34)

19

b. Memberikan informasi yang jelas dan akurat, mengingat benda realia merupakan benda yang nyata, maka penjelasan atau informasi yang berkaitan benda tersebut menjadi jelas dan lebih akurat

Hal yang sama yang tampak dikemukakan oleh Ibrahim dan Syaodin (2003:119) tentang beberapa keunggulan dalam penggunaan media realia yaitu :

a. Dapat memberikan kesempatan semaksimal mungkin pada anak untuk mempelajari sesuatu ataupu melaksanakan tugas-tugas dalam situasi nyata.

b. Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengalami sendiri situasi yang sesungguhnya.

c. Melatih keterampilan anak dengan menggunakan sebanyak alat indera.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli tentang keunggulan media realia maka dapat ditarik kesimpulan yaitu:

a. Media realia dapat menumbuhkan interaksi langsung antara anak dengan benda-bendanya tersebut.

b. Media realia dapat membantu proses belajar anak menjadi lebih aktif pada saat mengamati menangani, dan memanipulasi.

c. Media realia dapat menanamkan konsep dasar yang bersfat abstrak d. Media realia lebih membangkitkan motivasi dan rangsangan anak

untuk belajar.

b. Kelemahan Media Realia

Penggunaan media realia dalam proses pembelajaran merupakan cara yang cukup efektif apabila dilihat dari beberapa keunggulan media realia tersebut. Namun, menurut Pujiata (2006:20), media realia mempunyai kelemahan yaitu:

a. Ukuran kendala utama dalam menghadirkan media realia dalam ruang kelas adalah ukuran yang terlalu besar . Apabila kegiatan belajar mengajar dilakukan dalam ruang kelas, media realia berukuran besar sulit untuk dibawa ke ruang kelas.

b. Benda nyata yang berharga mahal. Benda-benda nyata yang harganya mahal tentunya sulit untuk digunakan sebagai media realia.


(35)

Hal ini karena biaya yang tidak mudah untuk dianggarkan, misalnya batu-batu berharga.

Ibrahim dan Syaodah (2003:119) mengungkapkan beberapa kelemahan dalam penggunaan media realia yaitu:

a. Membawa anak-anak ke berbagai tempat di luar sekolah kadang-kadang mengandung resiko dalam bentuk kecelakaan dan sebagainya.

b. Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai objek nyata kadangkadang tidak sedikit, apalagi ditambah degan kemungkinan kerusakan dalam penggunaannya.

c. Tidak selalu dapat memberikan semua gambaran dari objek yang sebenarnya, seperti pembesaran, pemotongan dan gambar bagian demi bagian , sehingga pengajaran harus didukung pula dengan media lain.

Beberapa kelemahan media realia yang telah diungkapkan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa penggunaan medi realia mempunyai kelemahan dari segi:

a. Ukuran benda tersebut, ada sebagian media realia yang bentuknya terlalu besar untuk anak atau sebaliknya terlalu kecil untuk anak, Sehingga membuat anak kurang memahami makna yang diberikan media tersebut.

b. Harga media realia yang mahal. c. Pemilihan media realia yang mahal.

8. Kriteria Media Realia yang digunakan dalam pembelajaran.

Beberapa jenis media dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Masing-masing media tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan, namun dalam kegiatan belajar mengajar di kelas guru dapat menggabungkan beberapa media dengan tujuan agar penggunaan media saling melengkapi satu sama lain dan dapat menutupi kelemahan-kelemahan salah satu media. Oleh sebab itu hendaknya perhatian kreteria media yang akan digunakan di kelas. Sudjana dan Rivai (2007:4) menyebutkan bahwa :” Penggunaan media


(36)

21

sangat bergantung kepada tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media yang diperlukan serta kemampuan guru dalam menggunakannya dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.Sama halnya dengan Dick dan Carey dalam Wibowo (1992:67) menyebutkan beberapa patokan yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media yaitu: (a) Ketersediaan sumber, (b) kesediaan data, tenaga dan fasilitas, (c) Keluwesan, kepraktisan dan daya tahan (umur) media, (d) Efektivitas media untuk yang panjang.”

Secara umum, Wibowo (1992:67) menjelaskan factor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media atau kreteria memilih media tersebut :

a. Tujuan, artinya ketika guru memilih media yang akan digunakan berdasarkan tujuan yang telah dirancancang, sebelumnya. Jika tujuannya membuat anak memahami konsep bilangan, maka guru dapat mempergunakan papan planel angka, menyediakan beberapa bentuk angka dan menggunakan benda-benda pada saat mempelajari konsep bilangan

b. Karakteristik Siswa, penyediaan media juga berhubungan dengan jumlah anak, di mana lokasi belajarnya dan bagaimana gaya belajar anak di kelas. Dengan begitu, guru dapat menyediakan media sesuai dengan jumlah anak agar semua anak mendapat kesempatan yang sama untuk mempergunakan media secara optimal.


(37)

c. Karakteristik Media, Guru harus mengetahui karakteristik media yang hubungannya dengan keunggulan dan kelemahan media tersebut. Misalnya Guru tidak mempergunakan media foto untuk mengajar gerakan, alangkah lebih baiknya apabila guru menggunakan media video.

d. Alokasi waktu, guru harus merencanakan berapa lama anak menggunakan media tersebut dan juga guru harus memperhatikan bagaimana cara merapikan kembali media tersebut. Hal ini berhubungan dengan keefesienan media tersebut.

e. Ketersediaan, sebelum guru mempergunakan televise di kelas, guru harus memperhatikan ketersediaan alat-alat pendukung televise tersebut seperti ketersediaan stop kontak, aliran listrik dan sebagainya. f. Efektivitas, berhubungan apakah penggunaan media tersebut efektif

dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

g. Kompatibilitas, media yang akan digunakan harus bersfat praktis, luwesdan tahan lama agar dapat digunakan diwaktu selanjutnya. Kemudian dalam penggunaannya tidak merepotkan guru dan anak sehingga mudah digunakan.

h. Biaya, hal ini terkait dengan perawatan media yang digunakan. Apakah pemeliharaan mudah atau memakai biaya yang sangat mahal. Berdasarkan beberapa penjelasan tentang kreteria pemilihan media secara umum, dapat dilihat bahwa kreteria penggunaan media secara umum dipertimbangkan pada saat memilih media realia.


(38)

23

Wibowo (2002:55) menggungakapkan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh guru sebelum menggunakan media realia sebagai media pengajaran, yaitu: (1) karena benda nyata itu banyak macamnya , mulai dari benda-benda hidup sampai benda-benda mati ,maka perlu depertanyakan benda-benda atau makhluk hidup apakah yang mungkin dapat dimanfaatkan di kelas secara efisien., (2) bagaimanakah caranya agar benda-benda itu sesuai dengan pola mengajar di kelas. (3) darimana kita memperoleh benda-benda itu.Apabila telah mengetahui kreteria dalam penggunaan media , ada baiknya mempertimbangkan dengan matang sebelum penggunaan media di kelas. Beberapa penjelasan di atas dapat menjadi pertimbangan guru pada saat sebelum mempergunakan media dan dapat dijadikan acuan guru pada saat memilih media realia yang akan digunakan di kelas. Maka hendaknya pemanfaatan media realia sebagai media pengajaran dan sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar akan semakin efektif. Langkah-langkah Penggunaan Media Realia:

(a) Menyediakan benda-benda nyata yang berhubungan dengan bahan ajar (materi ajar) agar dapat dimanfaatkan dikelas dengan efisien.

(b) Menggunakan benda-benda nyata tersebut dalam proses pembelajaran dikelas. Siswa mendapatkan pengalaman langsung dari benda-benda tersebut.

(c) Mengajak siswa mengamati secara langsung, kemudian bersama temannya berdiskusi tentang materi yang diajarkan.

(d) Setelah mengamati dan berdiskusi serta bimbingan dari guru, siswa dapat menyimpulkan materi yang telah diajarkan.


(39)

Penilaian keseluruhan kegiatan pembelajaran dilakukan menggunakan penilaian autentik.

Berdasarkan kajian diatas maka yang dimaksud dengan media realia adalah semua media nyata didalam ruang kelas, tetapi dapat digunakan sebagai sesuatu kegiatan observasi pada lingkungannya.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, karena dengan belajar seseorang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki. Menurut Djamarah & Zain (2006: 11) belajar adalah proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan latihan. Berkaitan dengan hal tersebut, Witherington (dalam Hanafiah & Suhana, 2009: 7) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan. Hal ini diperkuat Sadiman (2006: 2) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Sejalan dengan pendapat di atas, Winkel (dalam Suprihatiningrum, 2013: 15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan sikap-sikap


(40)

25

Dari beberapa pengertian tentang belajar yang telah dikemukakan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan segala aspek yang ada pada diri seseorang tersebut dan dilaksanakan seumur hidupnya.

2. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan segala kegiatan yang dilakukan seseorang sebagai proses untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Kunandar (2011: 277) aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Hanafiah & Suhana (2010: 23) menyatakan bahwa proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan prilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah dan benar baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Menurut Sardiman (2011: 100) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik dan mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus saling terkait. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan indikator adanya keinginan siswa belajar.

Dari beberapa pengertian tentang aktivitas belajar yang telah dikemukakan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik dan pikiran dalam pembelajaran melalui pengalaman sendiri untuk memperoleh informasi


(41)

atau pengetahuan baru, sehingga mengakibatkan perubahan tingkah laku pada siswa.

Berdasarkan kajian diatas Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data aktivitas siswa adalah sebagai berikut.

No Aspek yang

diamati Indikator

1.

Partisipasi

a. Mengajukan pertanyaan

b. Menjawab dengan benar pertanyaan lisan dari guru

c. Mengemukakan pendapat

d. Mengkomunikasikan hasil diskusi/kerja dihadapan kelompok lain

2.

Minat

a. Antusias/menampakkan keceriaan dalam mengikuti pembelajaran

b. Patuh terhadap instruksi yang diberikan c. Terlibat dalam penggunakan media realia d. Tanggap terhadap instruksi yang

diberikan 3.

Perhatian

a. Tidak membuat kegaduhan yang dapat mengganggu jalannya pembelajaran b. Menanggapi pendapat teman

c. Mendengarkan penjelasan guru dengan seksama

d. Menyelesaikan tugas sesuai yang diinstrusikan oleh guru

3. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai hasil belajar. Menurut Gagne & Briggs (dalam Suprihatiningrum, 2013: 37), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s performes). Sedangkan menurut Suprihatiningrum (2013: 37)


(42)

27

hasil belajar sangat erat kaitannya dengan belajar atau proses belajar. Hasil belajar pada sasarannya dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu pengetahuan dan keterampilan.

Menurut Suprijono (2013: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Selain itu, Anitah (2011: 2.19) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan prilaku yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari.

Dari beberapa pengertian tentang hasil belajar yang telah dikemukakan, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan sikap seseorang yang didapatkan dari proses belajar yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari.

Berdasarkan kajian diatas maka Indikator Hasil Belajar Afektif (Sikap) Siswa adalah

Nilai Sikap Indikator Prilaku

Tanggung Jawab

a. Melaksanakan kewajiban

b. Melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan c. Menaati tata tertib sekolah

d. Menjaga kebersihan lingkungan e. Menyelesaikan tugas sesuai aturan Percaya Diri a. Pantang menyerah


(43)

b. Berani menyatakan pendapat c. Berani bertanya

d. Mengutamakan usaha sendiri daripada bantuan e. Berpenampilan tenang

Disiplin a. Membiasakan hadir tepat waktu b. Membiasakan mematuhi aturan

c. Menggunakan pakaian yang sesuai aturan d. Menjalankan prosedur dalam pembelajaran e. Mengumpulkan tugas tepat waktu

Santun a. Menerima nasihat guru

b. Menghindari permusuhan dengan teman c. Menjaga perasaan orang lain

d. Menjaga ketertiban e. Berbicara dengan tenang

Peduli a. Berempati kepada sesama teman kelas b. Memelihara lingkungan kelas

c. Mengingatkan pekerjaan teman yang kurang tepat

d. Membangun kerukunan warga kelas e. Memiliki keinginan untuk tahu Jujur a. Mengemukakan apa adanya

b. Berbicara secara terbuka

c. Menunjukkan fakta yang sebenarnya d. Menghargai data

e. Mengakui kesalahannya

C. Kurikulum 2013

Sebagai salah satu cara untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia adalah dengan mempersiapkan generasi masa depan yang tangguh, cerdas, mandiri dan berpegang pada nilai-nilai spiritual. Menurut Kunandar (2013: 16) dalam rangka mewujudkan generasi muda dalam suatu lingkungan yang kondusif pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan terus


(44)

29

melakukan pembaharuan dan inovasi dalam dunia pendidikan, salah satunya adalah pembaharuan dan inovasi kurikulum, yakni lahirnya kurikulum 2013. Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak turut menelaah perlunya diterapkan kurikulum yang berbasis kompetensi sekaligus karakter yang dipastikan akan membekali siswa dengan berbagai sikap dan pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi.

Menurut Mulyasa (2013: 7) kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar yang akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya. Pendidikan karakter pada kurikulum ini bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pendidikan dengan menerapkan pendidikan berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter guna melahirkan generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter.

D.Pembelajaran Tematik 1. Pengertian Tematik

Pada implementasi kurikulum 2013, siswa SD tidak lagi mempelajari masing-masing mata pelajaran secara terpisah. Trianto (2010: 78) mengungkapkan bahwa pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu.


(45)

Dengan demikian, yang lebih menonjol pada pelaksanaan pembelajaran tematik adalah tema, bukan mata pelajaran. Sedangkan Rusman (2012: 254) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan autentik. Sesuai dengan pendapat tersebut, Suryosubroto (2009: 133) berpendapat bahwa pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan.

Dari beberapa pendapat tentang pembelajaran tematik di atas, penulis menyimpulkan pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang disajikan dengan tema-tema tertentu dengan mengintegrasikan beberapa konsep dari beberapa mata pelajaran menjadi satu tema yang di dalamnya mencakup aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa.

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Seperti pada umumnya pembelajaran yang lain, pembelajaran tematik juga memiliki karakteristik.

Menurut Depdiknas (dalam Trianto, 2010: 91) pembelajaran tematik memiliki beberapa ciri khas, antara lain: 1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) kegiatan-kegiatan yang dipilih


(46)

31

dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) kegiatan belajar akan lebih bermakn adan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Selain itu, menurut Rusman (2012: 258-259) sebagai suatu model pembelajaran di SD, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1) berpusat pada siswa, 2) memberikan pengalaman langsung, 3) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, 5) bersifat fleksibel, 6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, 7) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik memiliki berbagai karakteristik atau ciri-ciri yang beragam. Pembelajaran tematik menitik beratkan pada pengintegrasian konsep dari berbagai mata pelajaran dan penyesuaian materi terhadap kebutuhan dan minat siswa.

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik

Salah satu upaya kreatif dalam melaksanakan pembelajaran yang menggunakan kurikulum 2013 di SD adalah dengan melaksanakan pembelajaran tematik. Namun, pembelajaran tematik tetap tidak terlepas dari kelebihan maupun kekurangan.


(47)

Menurut Suryosubroto (2009: 136-137) pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa keuntungan dan juga kelemahan. a. Keuntungan yang dimaksud, yaitu:

1) Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.

2) Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.

3) Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.

4) Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan utama.

b. Pembelajaran tematik di samping memiliki beberapa keuntungan sebagaimana dipaparkan di atas, juga terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan yang ditimbulkannya, yaitu: 1) Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi.

2) Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara cepat.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan, guru haruslah menelaah dan memahami aspek-aspek yang terkandung di dalamnya supaya ketika pelaksanaan, dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan keunggulan yang dimiliki oleh pembelajaran tematik.

E. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)

Sehubungan dengan pengembangan kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah pada pelaksanaan pembelajaran menjadi bahan pembahasan yang menarik perhatian para pendidik akhir-akhir ini. Kemendikbud (2013) menyatakan bahwa pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatar belakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam melakukan


(48)

33

observasi atau eksperimen, tetapi bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya. pembelajaran ilmiah mencakup strategi pembelajaran siswa aktif yang mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir dan penggunaan metode yang teruji secara ilmiah sehingga dapat membedakan kemampuan siswa yang bervariasi. Sementara itu, Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah dalam pembelajaran didalamnya mencakup langkah-langkah yang harus ditempuh yaitu: 1) mengamati, 2) menanya, 3) mencoba, 4) mengolah, 5) menyajikan, 6) menyimpulkan, dan 7) mencipta.

Kemendikbud (2013) menyatakan bahwa proses yang mengimplementasikan pendekatan ilmiah akan menyentuh 3 ranah yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan. Suatu pendekatan dapat dikatakan sebagai pendekatan ilmiah apabila memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbatas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik

dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.


(49)

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan ilmiah meliputi tiga ranah yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan. Pendekatan tersebut dilaksanakan dengan langkah pertama yaitu dengan mengamati, dilanjutkan dengan menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.

F. Penilaian Autentik

Penilaian merupakan suatu tahap dalam pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Menurut Kunandar (2011: 385) penilaian adalah kegiatan menentukan nilai suatu objek, seperti baik-buruk, efektif-tidak efektif, berhasil tidak-berhasil, dan semacamnya sesuai dengan kriteria atau tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.

Salah satu aspek yang mengikuti perubahan seiring dengan pengembangan kurikulum 2013 adalah sistem penilaian. Mulyasa (2013: 136) mengungkapkan bahwa walaupun penilaian disesuaikan dengan penataan standar isi, standar kompetensi lulusan dan standar proses penilaian tersebut tetap bermuara dan berfokus pada pembelajaran karena pembelajaran merupakan inti dari implementasi kurikulum. Salah satu penekanan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik. Menurut Kunandar (2013: 35) penilaian autentik adalah kegiatan menilai siswa yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian. Penilaian autentik dalam kurikulum 2013 mempertegas pergeseran


(50)

35

dalam melakukan penilaian yakni dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil belajar saja) menuju penilaian autentik yang mengukur kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. Johnson (dalam Komalasari, 2011: 148) mengemukakan bahwa penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan.

Mendukung pernyataan di atas, Kunandar (2011: 321-322) mengungkapkan beberapa ciri-ciri penilaian autentik yaitu sebagai berikut:

1. Mengukur semua aspek pembelajaran: proses, kinerja, dan produk. 2. Dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran berlangsung. 3. Menggunakan berbagai cara dan sumber.

4. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian.

5. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari.

6. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian siswa, bukan keluasannya (kualitas).

Dari berbagai pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai sikap, keterampilan maupun pengetahuan. Penilaian ini dilakukan ketika proses maupun sesudah pembelajaran berlangsung.

G. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini hasil penelitian yang relevan dengan penelitian tindakan kelas dalam proposal ini.


(51)

1. Ami Sulistyowati, 2010 dalam penelitiannya “Studi Komparatif Tentang Efektivitas Media Pembelajaran Realia Dan Flash Cards Dalam Proses Belajar Mengajar Vocabulary Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri Brebes Tahun Pelajaran 2009/2010”. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam penguasaan vocabulary antara siswa yang diajar menggunakan media pembelajaran realia dengan siswa yang diajar menggunakan media pembelajaran flash card pada siswa SD N Brebes. 2. Johar Makmun, 2007 dalam penelitiannya “Studi Komparasi Penggunaan

Media Realia Dan Media Grafis Bidang Diklat Menggambar Teknik Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif”. Menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang positif dan signifikan antara kelompok siswa yang menggunakan media realia dengan kelompok siswa yang menggunakan media grafis terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dalam ranah kognitif.

3. Fenty Angita, 2011 dalam penelitiannya “ Pengaruh Media Realia Pada Mata Pelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Ngawen Kecamatan Wedug Kabupaten Demak”. Menyimpulkan bahwa terdapat ada pengaruh yang positif dan signifikan antara media realia dengan hasil belajar siswa.

H.Kerangka Pikir

Masih terjadi kesenjangan antara pemberlakuan kurikulum 2013 terutama dalam penerapan media realia di kelas. Pembelajaran yang terjadi di kelas masih belum sesuai dengan substansi kurikulum 2013 sehingga perlu adanya perbaikan untuk membenahi pembelajaran agar menjadi


(52)

37

lebih baik sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Maka, dalam penelitian ini peneliti membuat kerangka pikir sebagai berikut:

Masukan ( input )

1. Kurikulum 2013

2. Bahan ajar

3. Media pembelajaran

Tindakan

Penerapan media Realia dan Scientific meliputi :

a) Menyediakan benda-benda nyata yang berhubungan dengan bahan ajar (materi ajar) agar dapat dimanfaatkan dikelas dengan efisien.

b) Menggunakan benda-benda nyata tersebut dalam proses pembelajaran dikelas. Siswa mendapatkan pengalaman langsung dari benda-benda tersebut.

c) Mengajak siswa mengamati secara langsung, kemudian bersama temannya berdiskusi tentang materi yang diajarkan.

d) Setelah mengamati dan berdiskusi serta bimbingan dari guru, siswa dapat menyimpulkan materi yang telah diajarkan.

Keluaran (output)

1. Meningkatkan persentase aktivitas belajar siswa minimal mencapai kualifikasi “Aktif”

2. Meningkatkan hasil belajar siswa meliputi:

a. Kognitif, ketuntasan mencapai ≥ 75 % dari jumlah siswa sesuai dengan KKM ≥ 66

b. Afektif, meningkatkan rata-rata nilai sikap minimal mencapai kategori “Baik”

c. Psikomotor, meningkatkan rata-rata nilai keterampilan minimal mencapai kategori “Terampil”

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir

Pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 adalah pembelajaran tematik terpadu, guru menyajikan materi ajar berdasarkan tema tidak lagi terpisah seperti halnya mata pelajaran. Masih terjadi beberapa masalah di dalam kelas yang belum sesuai dengan penerapan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 telah dipermudah dengan adanya panduan untuk


(53)

merencanakan perangkan pembelajaran. Buku ajar sudah disusun berdasarkan tema dan kegiatan pembelajaranya tapi guru masihmenyampaikan materi ajar secara terpisah belum dikaitkan dengan tema. Selain itu, kurikulum juga menuntut guru agar mengoptimalkan pemanfaatan media pembelajaran sebagai alat bantu penyalur pesan kepada siswa.

Langkah-langkah dalam penerapan media realia dan Scientific meliputi (1) menyediakan benda-benda nyata yang berhubungan dengan bahan ajar (materi ajar) agar dapat dimanfaatkan dikelas dengan efisien.

(2) menggunakan benda-benda nyata tersebut dalam proses pembelajaran dikelas. Siswa mendapatkan pengalaman langsung dari benda-benda tersebut. (3) mengajak siswa mengamati secara langsung, kemudian bersama temannya berdiskusi tentang materi yang diajarkan. (4) setelah mengamati dan berdiskusi serta bimbingan dari guru, siswa dapat menyimpulkan materi yang telah diajarkan.

Hasil yang diharapkan melalui penerapan media realia dan Scientific ini mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yang meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan.

I. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas, peneliti merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Apabila dalam proses pembelajaran tematik menerapkan media realia sesuai konsep dan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas I A SD Negeri 7 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian tindakan merupakan jenis penelitian yang pada umumnya digunakan untuk memecahkan masalah atau dengan kata lain digunakan untuk melakukan suatu perbaikan yang bersifat reflektif dan kolaboratif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Wardhani (2006: 1.3) Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu suatu Action Research yang dilakukan di dalam kelas. Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus (cycle). Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali namun dilaksanakan beberapa kali hingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.

Melalui Penelitian Tindakan Kelas ini, peneliti ingin memperoleh gambaran mengenai penerapan media realia pada pembelajaran tematik untuk meningkatkan hasil belajar siswa I A SD Negeri 7 Metro Pusat . Konsep pokok penelitian menurut Arikunto (2011: 16) terdiri dari empat tahapan, yaitu: ( 1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Alur penelitian dapat dilihat pada bagan siklus berikut:


(55)

Siklus I

Siklus II

(diadopsi dari Arikunto, 2011: 74)

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah seorang guru dan siswa kelas I A SD Negeri 7 Metro Pusat dengan jumlah 27 siswa yang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki, dan 17 orang siswa perempuan.

Permasalahan Permasalahan baru hasil refleksi Pengamatan/ pengumpulan data II Pelaksanaan tindakan II Apabila permasalahan belum terselesaikan Dilanjutkan ke siklus berikutnya Pelaksanaan tindakan I Pengamatan/ pengumpulan data I Perencanaan tindakan I Refleksi I Pelaksanaan tindakan II Refleksi II


(56)

41

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas I A SD Negeri 7 Metro Pusat yang beralamatkan di Jalan Hasanuddin No. 91 Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat.

3. Waktu Penelitan

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 selama 3 bulan.

C. Sumber Data

Data pada penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar.

D. Teknik Pengumpul Data

Pengumpulan seluruh data yang diperoleh selama penelitian tindakan kelas adalah dengan teknik tes dan non-tes.

1. Teknik tes menurut Arikunto (1999: 139) adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu. Teknik tes ini menghasilkan data yang bersifat kuantitatif berupa nilai-nilai siswa untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa.

2. Teknik nontes digunakan untuk memperoleh data yang bersifat kualitatif, dalam teknik ini data diambil dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan


(57)

kinerja guru, aktivitas siswa, hasil belajar afektif, dan psikomotor terhadap pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan media realia.

E. Alat Pengumpul Data

Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan alat-alat pengumpul data sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

Digunakan oleh observer untuk mengamati aktivitas dan sikap siswa serta kinerja guru pada saat pembelajaran dilaksanakan.

Peneliti membuat tabel pengamatan yang skornya dikonversi kedalam skala nilai.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Kinerja Guru

No Indikator

1. Menyediakan benda-benda nyata yang berhubungan dengan bahan ajar (materi ajar) agar dapat dimanfaatkan dikelas dengan efisien.

2. Menggunakan benda-benda nyata tersebut dalam proses pembelajaran dikelas. Siswa mendapatkan pengalaman langsung dari benda-benda tersebut

3. Mengajak siswa mengamati secara langsung, kemudian bersama temannya berdiskusi tentang materi yang diajarkan.

4. Setelah mengamati dan berdiskusi serta bimbingan dari guru, siswa dapat menyimpulkan materi yang telah diajarkan.

Selanjutnya instrumen untuk mengumpulkan data aktivitas siswa. Tabel 3.2. Indikator Aktivitas Siswa

No Aspek yang diamati Indikator

1.

Partisipasi

a. Mengajukan pertanyaan

b. Menjawab dengan benar pertanyaan lisan dari guru

c. Mengemukakan pendapat


(58)

43

diskusi/kerja dihadapan kelompok lain

2.

Minat

a. Antusias/menampakkan keceriaan dalam mengikuti pembelajaran b. Patuh terhadap instruksi yang

diberikan

c. Terlibat dalam penggunakan media realia

d. Tanggap terhadap instruksi yang diberikan

3.

Perhatian

a. Tidak membuat kegaduhan yang dapat mengganggu jalannya pembelajaran

b. Menanggapi pendapat teman

c. Mendengarkan penjelasan guru dengan seksama

d. Menyelesaikan tugas sesuai yang diinstrusikan oleh guru

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar afektif siswa.

Tabel 3.3 Indikator Hasil Belajar Afektif (Sikap) Siswa

Nilai Sikap Indikator Prilaku

Tanggung Jawab

a. Melaksanakan kewajiban

b. Melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan c. Menaati tata tertib sekolah

d. Menjaga kebersihan lingkungan e. Menyelesaikan tugas sesuai aturan Percaya Diri a. Pantang menyerah

b. Berani menyatakan pendapat c. Berani bertanya

d. Mengutamakan usaha sendiri daripada bantuan e. Berpenampilan tenang

Disiplin a. Membiasakan hadir tepat waktu b. Membiasakan mematuhi aturan

c. Menggunakan pakaian yang sesuai aturan d. Menjalankan prosedur dalam pembelajaran e. Mengumpulkan tugas tepat waktu

Santun a. Menerima nasihat guru

b. Menghindari permusuhan dengan teman c. Menjaga perasaan orang lain


(59)

e. Berbicara dengan tenang

Peduli a. Berempati kepada sesama teman kelas b. Memelihara lingkungan kelas

c. Mengingatkan pekerjaan teman yang kurang tepat

d. Membangun kerukunan warga kelas e. Memiliki keinginan untuk tahu Jujur a. Mengemukakan apa adanya

b. Berbicara secara terbuka

c. Menunjukkan fakta yang sebenarnya d. Menghargai data

e. Mengakui kesalahannya

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar psikomotor (keterampilan) siswa.

Tabel 3.4 Indikator Hasil Belajar Psikomotor (Keterampilan) Siswa No. Keterampilan yang

diamati

Indikator

1. Peniruan a. Mengumpulkan tugas sesuai dengan yang diinstruksikan b. Mengumpulkan informasi dari

media realia

2. Manipulasi a. Membuat rancangan media realia b. Membuat kesimpulan dari media

realia

3. Artikulasi a. Mengkomunikasikan hasil dari media realia

b. Menanggapi pendapat teman

2. Tes Hasil Belajar

Tes dilakukan pada akhir pembelajaran yang bertujuan untuk mengungkapkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran serta mengetahui ketercapaian indikator pembelajaran tematik menggunakan media realia.


(60)

45

3. Dokumentasi

Digunakan untuk mendokumentasikan aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam proses pembelajaran dilakukan untuk memperkirakan apakah semua aspek pembelajaran yang terlibat di dalamnya sudah sesuai dengan kapasitasnya.

1. Analisis Kualitatif

Digunakan untuk menganalisis data aktivitas belajar siswa, dan pola interaksi pembelajaran.

a. Rumus analisis aktivitas belajar siswa

Keterangan

NA = Nilai akitivitas

JS = Jumlah skor yang diperoleh siswa

SM = Total skor maksimum dari aspek yang diamati (diadaptasi dari Aqib dkk, 2010: 41)

Setelah diperoleh persentase hasil aktivitas siswa, kemudian dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil observasi.

Tabel 5 Rentang Nilai Aktifitas Siswa

No Rentang Nilai dalam % Kategori

1 N ≥ 75 Aktif

2 50 < N ≥ 75 Cukup Aktif

3 25 < N ≥ 50 Kurang Aktif

4 N ≤ 25 Pasif


(61)

(diadopsi dari Poerwanti, 2008:7.8)

b. Rumus analisis kinerja guru selama proses pembelajaran

Keterangan:

NK = nilai kerja

TS = total skor yang diperoleh

SM = total skor maksimum ideal dari aspek yang diamati (diadaptasi dari Aqib dkk, 2010: 41)

Setelah diperoleh persentase kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran, kemudian dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil observasi.

Tabel 6 Rentang Nilai Kinerja Guru

No Tingkat Kesberhasilan Keterangan

1 ≥80% Sangat baik

2 60-79% Baik

3 40-59% Cukup baik

4 20-39% Kurang

5 < 20% Sangat kurang

(diadaptasi dari Aqib dkk, 2010:41) c. Rumus Analisis Sikap Siswa

Konversi Nilai = Skor yang diperoleh x 100 Skor maksimal

Tabel 7. Konversi Nilai Sikap Siswa

No Nilai Konversi Kategori

Angka Huruf

1. 81-100 A Amat Baik

2. 61-80 B Baik

3. 41-60 C Cukup

4. 20-40 D Kurang

Sumber : (Winarno : 2013 : 238)


(62)

47

d. Rumus Analisis Keterampilan

Konversi Nilai = Skor yang diperoleh x 100 Skor maksimal

Tabel 8. Konversi Nilai Keterampilan Siswa

No. Nilai Kategori

1. 81 – 100 Sangat Terampil

2. 61 – 80 Terampil

3. 41 – 60 Cukup Terampil

4. < 40 Kurang Terampil

Sumber : ( Adaptasi Winarno. 2013 : 238 )

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru. a. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara

individual digunakan rumus:

Keterangan:

NA = nilai akhir yang dicari

SB = skor yang diperoleh dari jawaban yang benar pada tes TS = skor maksimum dari tes

100 = total skor maksimum pada tes (sumber adaptasi Purwanto, 2008: 112)

b. Nilai rata-rata hasil belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus rata-rata hitung sebagai berikut.


(1)

22) Siswa mengumpulkan LKS.

23) Siswa bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Kegiatan Akhir

1) Bersama siswa membuat kesimpulan atas materi pelajaran yang telah dipelajari.

2) Memberikan tindak lanjut terhadap proses dan hasil pembelajaran.

c. Observasi

Dalam siklus II peneliti juga melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu keaktifan dan keantusiasan siswa, termasuk saat siswa melakukan kegiatan diskusi, serta kinerja guru selama proses pembelajaran. Seluruh aktivitas siswa diamati dengan memberikan tanda check list, sedangkan kinerja guru diamati dengan memberikan nilai pada lembar observasi.

d. Tahap Refleksi

Peneliti menganalisis aktivitas dan hasil belajar siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dan sejauh mana siswa antusias terhadap pembelajaran tematik menggunakan media realia serta membandingkannya dengan hasil pengamatan pada siklus I dan II dalam bentuk presentase, apakah ada peningkatan atau tidak. Seluruh data yang terkumpul disusun dan diolah dalam laporan penelitian tindakan kelas ini.


(2)

57

H. Indikator Keberhasilan

Keberhasilan dalam penerapan media realia dapat dilihat dalam beberapa indikator, antara lain:

1. Persentase jumlah siswa aktif pada setiap siklus mengalami peningkatan, sehingga siswa yang aktif mencapai ≥75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.

2. Persentase hasil belajar kognitif dan psikomotor yang memperoleh predikat “≥B-” mengalami peningkatan pada setiap siklus, sehingga mencapai ≥75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.

3. Persentase hasil belajar afektif yang memperoleh kategori “Baik” mengalami peningkatan pada setiap siklus, sehingga mencapai ≥75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.

4. Peningkatan nilai rata-rata kelas pada setiap siklus. (Adaptasi Kemendikbud, 2013: 315)


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas 1 A SD Negeri 7 Metro Pusat dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan media realia pada pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa dari setiap siklus mengalami peningkatan.

2. Penerapan media realia pada pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik pada aspek sikap, pengetahuan maupun keterampilan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa dalam siklus I dan siklus II.

B. Saran

1. Kepada siswa, agar lebih meningkatkan belajar guna memperkaya ilmu pengetahuan dan memperoleh hasil belajar yang baik.

2. Kepada guru, agar dapat lebih memperhatikan media pembelajaran yang akan digunakan dalam mengajar, agar sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.


(4)

102

3. Kepada sekolah, agar dapat memberikan arahan dan sosialisasi yang baik kepada guru untuk selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran. 4. Kepada peneliti berikutnya, agar dapat menambah pengetahuan serta

pengalaman tentang penelitian tindakan kelas, sehingga kelak menjadi seorang guru yang mampu menjalankan tugas dan pekerjaannya secara profesional khususnya dalam proses pembelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Anitah, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. RajaGrafindo Persada. Jakarta. Arikunto, Suharsimi dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual

(Inovatif). Yrama Widya. Bandung.

dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk guru SD, SLB & TK. Yrama Widya. Bandung.

Djamarah, Syaiful Bahri & Azwan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Konsep Pendekatan Scientific. Kemendikbud. Jakarta.

Kunandar. 2011. Guru Profesiolal. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

. 2013. Penilaian Autentik. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Mudyahardjo, Redja. 2010. Pengantar Pendidikan. RajaGrafindo Persada. Jakarta.


(6)

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Poerwanti, Endang dkk. 2008. Assesmen Pembelajaran SD. Ditjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Prihatin, Eka. 2008. Guru Sebagai Fasilitator. Karsa Mandiri Persada. Bandung. Purwanto, Ngalim. 2008. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. RajaGrafindo Persada. Jakarta. Sadiman, Arief S dkk.2006. Media Pendidikan. RajaGrfindo Persada. Jakarta. Safei. 2014. Penggunaan Media Realia dalam Proses Pembelajaran.

http://ejurnal.uin-alauddin.ac.id/artikel/PenggunaanMediaRealia Safei.pdf. Diakses 23/09/2014. Pukul 18.15 WIB.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. RajaGrafindo Persada. Bandung.

SISDIKNAS. 2009.UU Sisdiknas (UU RI No. 20 Th. 2003). Sinar Grafika. Jakarta Marisa. 2011. Komputer dan Media Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta. Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Ar-ruzz

Media.Yogyakarta.

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta. Trianto. 2010. Pengembangan Model Pembelajaran Tematik. Prestasi Pustaka.

Jakarta.

Wardani, I.G.A.K. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 20 83

PENERAPAN STRATEGI PAIKEM PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV C SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 47

PENGGUNAAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKA AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU KELAS I A SDN 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 18 82

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 142

PENERAPAN TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 70

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 15 48

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 4 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 9 101

PENERAPAN MAPPING DALAM MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 10 77

PENERAPAN MODEL TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 03 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

5 45 78

PENERAPAN MEDIA REALIA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IA SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

7 93 76