Potensi Infusa Daun Sirsak sebagai Kemopreventif Tumor Payudara

22 Senyawa bioaktif yang ditemukan pada daun sirsak adalah annonaceus acetogenin. Pada daun sirsak, telah ditemukan 18 jenis annonaceus acetogenin dan telah terbukti secara in vitro bersifat sitotoksik, dan memiliki kemampuan sitotoksik 10.000 kali lebih kuat daripada terapi kemoterapi. Sifatnya yang sitotoktik ini sangat berguna untuk menyerang sel kanker yang pertumbuhannya sangat cepat di dalam jaringan tubuh. Walaupun sifatnya sitotoksik, namun Annonaceus acetogenin relatif tidak menyerang sel normal. Dan hanya menyerang sel kanker secara spesifik Chiu et al, 2003. Mekanisme acetogenin adalah menginhibisi sistem transpor elektron dan oksidasi NADH dari metabolisme sel kanker sehingga menghambat pembentukan ATP dan akibatnya jumlah ATP berkurang dan akhirnya sel kanker mati Mclaughkin et al., 2003. Senyawa flavonoid dapat menghambat proses onkogenesis dengan tiga cara, yang pertama adalah dengan menginduksi apoptosis dan menghentikan siklus sel melalui mekanisme inhibisi enzim topoisomerase, selanjutnya flavonoid juga dapat menghambat aktivitas karsinogen melalui inhibisi sitokrom P450 sehingga senyawa karsinogen menjadi tidak reaktif, serta meningkatkan ekspresi enzim gluthation S-transferase yang dapat mendetoksifikasi karsinogen sehingga cepat dieliminasi tubuh Ren et al., 2003. Triterpenoid dapat memblok siklus sel pada fase G2M dengan menstabilkan benang-benang spindle pada fase mitosis sehingga proses mitosis dapat terhambat. Terpenoid juga dapat memicu apoptosis melalui mekanisme seperti flavonoid Sugianto et al., 2003. Sehingga kandungan daun sirsak berpotensi dalam mencegah proses onkogenesis. 23 Salah satu senyawa yang dapat menginduksi onkogenesis kanker payudara adalah 7,12 –dimethylbenzαantrhacene DMBA. DMBA merupakan senyawa prokarsinogen dengan rumus empiris C 20 H 16 dan memiliki berat molekul 256.34 gmol. DMBA berbentuk padat, berwarna kuning kehijau-hijauan. Struktur kimia DMBA adalah 4 macam cincin aromatik yang berikatan khas struktur polisiklik aromatik hidrokarbon PAH dengan tiga cincin aromatik dan 2 subtituen metil. Sigma-Aldrich 2007. DMBA memiliki reseptor spesifik yang bernama aryl hydrocarbon receptor AHR. Reseptor ini merupakan protein yang dapat berikatan dengan kontaminan lingkungan seperti sktruktur PAH dan derivat halogen. Ada banyak AHR di dalam tubuh manusia seperti di kelenjar reproduksi, terutama di kelenjar payudara. Androutsopoulos et al., 2009 DMBA merupakan senyawa karsinogen spesifik untuk eksperimental kanker payudara dan kanker kulit pada hewan percobaan, tetapi bukan merupakan karsinogen direct. Aktivitas karsinogenik dari DMBA terjadi melalui aktivasi metabolisme biotransformasi untuk menghasilkan karsinogenesis. Jalur metabolisme DMBA melalui aktivasi enzim sitokrom P450 membentuk proximate carcinogen dan ultimate carcinogen Hatim, 2012. Sitokrom P-450 dan microsomal epoxide hydrolase mEH memetabolisme DMBA menjadi dua metabolit yaitu metabolit elektrofilik dan metabolit yang mampu membentuk DNA adduct DNA yang berikatan dengan senyawa karsinogenik. Sitokrom P-450 CYP1B1 mengoksidasi DMBA menjadi 24 3,4-epoxides yang diikuti dengan hidrolisis epoxides oleh mEH membentuk metabolit proximate carcinogenic dan DMBA-3,4-diol. Metabolit ini nantinya dioksidasi oleh CYP1A1 atau CYP1B1 menjadi metabolit ultimate carcinogenic DMBA-3,4-diol-1,2 epoxide. Metabolit aktif dari DMBA adalah DMBA- 3,4-diol-1,2 epoxides yang mampu membentuk DNA adduct. Metabolit DMBA yang membentuk DNA adduct menentukan mutasi dalam gen dan mampu mengendalikan siklus sel, sehingga mendorong pembelahan sel kanker. Senyawa epoxide tersebut nantinya akan berikatan secara kovalen dengan gugus amino eksosiklik deoksiadenosin dA atau deoksiguanosin dG pada DNA. Interaksi ini DNA adduct dapat menginduksi mutasi pada gen-gen penting sehingga menyebabkan iniasi kanker Hakkak, 2005. Kemampuan metabolit DMBA yang merupakan ultimate carcinogen berikatan dengan DNA salah satunya menyebabkan mutasi somatik dari onkogen Harvey Ras-1 pada kodon 61 kanker payudara dan kanker kulit Hatim, 2012. III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan pola Rancangan Acak Lengkap RAL dengan 4 empat kelompok yang terdiri dari 1 kelompok kontrol negatif I, 1 kelompok kontrol positif II, dan 2 kelompok perlakuan III dan IV , serta 6 kali pengulangan pada masing masing kelompok.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Biomol Fakultas Kedokteran Universitas Lampung selama 4 empat minggu. Pembuatan infusa daun sirsak dilakukan di Laboratorium Biomol Fakultas Kedokeran Universitas Lampung. Sedangkan pengamatan gambaran mikroskopis dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 26

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini populasi adalah tikus putih Rattus norvegicus betina galur Sprague Dawley yang diinduksi senyawa 7,12-dymethyilbenzaantracene DMBA sebagai model onkogenesis jaringan payudara. Rattus norvegicus galur Sprague Dawley umumnya digunakan sebagai hewan uji dalam penelitian karena memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan manusia, yakni termasuk ke dalam kelas mamalia. Oleh karena itu, tikus sering dijadikan model penelitian aplikasi kesehatan manusia karena terdapat persamaan fisiologis. Selain itu, sifat-sifat Rattus norvegicus galur Sprague Dawley telah diketahui dengan jelas, antara lain: mudah dipelihara dalam jumlah besar, cepat berkembang biak dan tidak rentan terhadap infeksi bakteri dan virus, serta cukup agresif dibandingkan dengan galur lainnya Permana, 2010.

2. Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 24 tikus putih Rattus norvegicus betina galur Sprague Dawley dengan ciri-ciri berwarna putih, berkepala kecil, ekor lebih panjang daripada badan, dan berumur 2 bulan dengan berat rata-rata berkisar antara 100-200 gram, yang diinduksi senyawa 7,12-dymethyilbenzaantracene DMBA.

Dokumen yang terkait

KADAR ASAM URAT PADA MODEL TIKUS HIPERURISEMIA SETELAH PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Anona muricata L.)

0 22 75

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DMBA

5 36 70

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (ANNONA MURICATA L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI JARINGAN PARU TIKUS PUTIH BETINA YANG DIINDUKSI KARSINOGEN 7,12 DIMETHYLBENZ[α]ANTHRANCENE (DMBA)

0 7 43

PERBANDINGAN EFEK KEMOPREVENTIF PEMBERIAN EKSTRAK DAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona Muricata L.) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS JARINGAN PAYUDARA TIKUS BETINA GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI DMBA

0 12 53

EFEK KEMOPREVENTIF PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) PADA EPITEL DUKTUS JARINGAN PAYUDARA TIKUS BETINA GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI SENYAWA 7,12-DIMETHYLBENZ[A]ANTHRACENE (DMBA)

1 60 56

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI SEL HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DMBA

2 8 70

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP KADAR GLUTATION JARINGAN HEPAR TIKUS (Rattus norvegicus L.) YANG DIINDUKSI 7,12 DIMETHYLBENZ(A)ANTHRACENE (DMBA)

6 41 63

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PAYUDARA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) BETINA GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DMBA

0 8 49

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP KADAR MALONDIALDEHID (MDA) JARINGAN PAYUDARA TIKUS PUTIH BETINA YANG DIINDUKSI 7,12 DIMETILBENZ(α)ANTRASEN (DMBA)

3 31 57

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata.L) TERHADAP KADAR ASAM SIALAT PADA JARINGAN HATI TIKUS YANG DIINDUKSI SENYAWA 7,12-DIMETHYLBENZ[A]ANTHRACENE (DMBA)

1 4 67