Fraksionasi Ekstrak Kemedangan Gaharu Aquilaria malaccensis Hasil Inokulasi yang Berpotensi sebagai Senyawa Bioaktif

FRAKSIONASI EKSTRAK KEMEDANGAN GAHARU
Aquilaria malaccensis HASIL INOKULASI YANG
BERPOTENSI SEBAGAI SENYAWA BIOAKTIF

NUR AMALLIA

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fraksionasi Ekstrak
Kemedangan Gaharu Aquilaria malaccensis Hasil Inokulasi yang Berpotensi
sebagai Senyawa Bioaktif adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015
Nur Amallia
NIM G44100110

ABSTRAK
NUR AMALLIA. Fraksionasi Ekstrak Kemedangan Gaharu Aquilaria malaccensis
Hasil Inokulasi yang Berpotensi sebagai Senyawa Bioaktif. Dibimbing oleh DUDI
TOHIR dan ERDY SANTOSO.
Aquilaria malaccensis merupakan salah satu spesies penghasil gaharu.
Penelitian yang sudah dilakukan terhadap A. malaccensis baru sebatas daun dan
ekstrak kasar. Penelitian ini bertujuan menentukan fraksi dengan aktivitas
antioksidan dan toksisitas paling tinggi dari ekstrak kemedangan gaharu A.
malaccensis hasil inokulasi. Sampel dimaserasi menggunakan pelarut metanol, etil
asetat, dan diklorometana. Ketiga ekstrak yang diperoleh diuji aktivitas
antioksidannya menggunakan metode 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil dan toksisitasnya
menggunakan larva udang. Ekstrak etil asetat memiliki aktivitas antioksidan paling
tinggi, dengan nilai IC50 150 µg/mL. Ekstrak diklorometana memiliki tingkat

toksisitas paling tinggi, dengan nilai LC50 130 µg/mL. Ekstrak etil asetat dan
metanol masing-masing difraksionasi menggunakan kromatografi kolom,
menghasilkan 7 dan 6 fraksi. Fraksi-fraksi dari ekstrak etil asetat tidak
menunjukkan aktivitas antioksidan, sedangkan fraksi-fraksi dari ekstrak metanol
bersifat toksik, tetapi tidak berpotensi sebagai antikanker.
Kata kunci: Aquilaria malaccensis, kromatografi kolom, IC50, LC50.

ABSTRACT
NUR AMALLIA. Fractionation of Inoculated Kemedangan Aquilaria malaccensis
Agarwood Extract and Its Potential as Bioactive Compound. Supervised by DUDI
TOHIR and ERDY SANTOSO.
Aquilaria malaccensis is an agarwood-producing species. Works have been
conducted on A. malaccensis, but still limited on its leaves and crude extracts. The
aim of this study is to determine the fraction which has the highest antioxidant and
toxicity properties of the extracts of the inoculated kemedangan A. malaccensis
agarwood. The sample was macerated using methanol, ethyl acetate, and
dichloromethane. Antioxidant activity of the extracts was tested using 2,2-diphenyl1-picrylhydrazyl method and the toxicity was tested using brine shrimp lethality
test. Ethyl acetate extract has the highest antioxidant activity with IC50 value of
150.02 µg/mL, while dichloromethane extract is the most toxic with LC50 value of
129.92 µg/mL. The ethyl acetate and methanol extracts were fractionated using

column chromatography, and yielded 7 and 6 fractions, respectively. Fractions of
ethyl acetate extract did not show antioxidant activities, while fractions of methanol
extract are toxic, but has no potential as an anticancer.
Key words: Aquilaria malaccensis, column chromatography, IC50, LC50.

FRAKSIONASI EKSTRAK KEMEDANGAN GAHARU
Aquilaria malaccensis HASIL INOKULASI YANG
BERPOTENSI SEBAGAI SENYAWA BIOAKTIF

NUR AMALLIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

Judul Skripsi : Fraksionasi Ekstrak Kemedangan Gaharu Aquilaria malaccensis
Hasil Inokulasi yang Berpotensi sebagai Senyawa Bioaktif
Nama
: Nur Amallia
NIM
: G44100110

Disetujui oleh

Drs Dudi Tohir, MS
Pembimbing I

Dr Erdy Santoso, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh


Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah karena berkat rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya karya ilmiah yang berjudul Fraksionasi Ekstrak
Kemedangan Gaharu Aquilaria malaccensis Hasil Inokulasi yang Berpotensi
sebagai Senyawa Bioaktif berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini dilaksanakan pada
bulan Januari−November 2014 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen
Kimia dan Pusat Studi Biofarmaka, IPB.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs Dudi Tohir, MS dan Dr Erdy
Santoso, MS atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan, Bapak Sabur, Bu
Yenni, dan Mba Nia atas segala motivasi, nasihat, dan pembelajaran selama di
laboratorium, juga staf dan laboran Pusat Studi Biofarmaka atas bantuannya selama
ini. Ungkapan terima kasih yang teramat dalam penulis ucapkan kepada Ayah, Ibu,
dan seluruh keluarga yang senantiasa mendoakan dan mendukung penulis. Selain
itu, terima kasih penulis sampaikan pada Dicky, Nanda, Alif, Ferra, Ayus, Dian,
Nuy, Ika, Mumu, Mba Anna, Kak Mella, Kak Kur, Kak Nanda, Kak Yugo, Kak

Febrina, dan Kak Ichsan yang telah banyak membantu penulis di laboratorium.
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya.
Bogor, Januari 2015
Nur Amallia

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Bahan dan Alat
Preparasi Sampel
Metode
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air dan Ekstrak
Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak
Fraksi Ekstrak Paling Aktif Antioksidan

Fraksi Ekstrak Paling Toksik
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
2
2
2
2
2
4
4
4

6
8
11
11
11
11
14
21

DAFTAR TABEL
1 Jumlah noda dan Rf pada pemisahan ekstrak EA dengan berbagai
komposisi campuran eluen DCM-EA
2 Perbandingan rendemen dan IC50 ekstrak kasar dan fraksi ekstrak EA
3 Jumlah noda dan Rf pada pemisahan ekstrak metanol dengan berbagai
komposisi campuran eluen DCM-EA
4 Perbandingan rendemen dan LC50 ekstrak kasar dan fraksi ekstrak
metanol

7
8

10
11

DAFTAR GAMBAR
1 Reaksi penangkapan radikal bebas DPPH
2 Kromatogram pencarian eluen terbaik untuk ekstrak EA menggunakan
pelarut tunggal n-heksana (1), DCM (2), EA (3), etanol (4), aseton (5),
dan metanol (6) pada λ 366 nm
3 Kromatogram pencarian eluen terbaik untuk ekstrak EA menggunakan
campuran pelarut DCM-EA dengan nisbah 9:1 sampai 1:9 pada λ 366
nm
4 Kromatogram fraksi Ea1−7 pada λ 366 nm
5 Kromatogram pencarian eluen terbaik untuk ekstrak metanol
menggunakan pelarut tunggal n-heksana (1), DCM (2), EA (3), etanol (4),
aseton (5), dan metanol (6) pada λ 366 nm
6 Kromatogram pencarian eluen terbaik untuk ekstrak metanol
menggunakan campuran pelarut DCM-EA dengan nisbah 9:1 sampai 1:9
pada λ 366 nm
7 Kromatogram fraksi Me1−6 pada λ 366 nm


5

6

7
8

9

9
10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Diagram alir penelitian

Kadar air simplisia kemedangan gaharu
Rendemen ekstrak kemedangan gaharu
Hasil uji antioksidan ekstrak kemedangan gaharu
Hasil uji toksisitas ekstrak kemedangan gaharu

14
15
15
16
19

PENDAHULUAN
Hutan di Indonesia menyimpan banyak keanekaragaman hayati, dan
menghasilkan banyak komoditas hasil hutan berupa kayu maupun bukan kayu.
Salah satu hasil hutan bukan kayu yang memiliki nilai jual sangat tinggi dan mampu
meningkatkan devisa negara adalah gaharu. Gaharu, agarwood, aloewood, atau
eaglewood berupa gumpalan padat berwarna cokelat kehitaman sampai hitam dan
beraroma harum. Gaharu terdapat pada bagian kayu atau akar pohon penghasil
gaharu yang telah mengalami proses perubahan fisis dan kimiawi akibat terinfeksi
oleh jamur. Bagian yang terinfeksi ini akan membentuk resin sebagai produk
metabolit sekunder (Santoso et al. 2007). Pemanfaatan gaharu sangat luas, antara
lain sebagai aromaterapi, sabun, tasbih, parfum, obat tradisional, dan dupa.
Secara alami, gaharu terbentuk dalam waktu yang sangat lama, padahal
permintaan pasar sangat tinggi. Hal ini mengakibatkan pohon penghasil gaharu
jenis tertentu, seperti Aquilaria dan Gyrinops kini tergolong langka dan masuk ke
dalam Lampiran II Convention on International Trade on Endangered Species of
Flora and Fauna (CITES). Produksi gaharu dapat direncanakan dan dipercepat
melalui teknologi inokulasi jamur pembentuk gaharu (Siran 2010). Hal ini mampu
mengatasi kelangkaan gaharu, sehingga gaharu menjadi komoditas ekspor andalan
Indonesia. Setiap tahun, Indonesia mampu mengekspor gaharu hingga 600 ton
(Gunawan 2013). Terdapat 13 jenis tumbuhan di Indonesia yang berpotensi
menghasilkan resin gaharu, dan Aquilaria malaccensis merupakan jenis yang
terbaik (Partomihardjo 2009).
Merujuk Standar Nasional Indonesia (SNI) 7631:2011, gaharu
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok mutu utama, yaitu gubal, kemedangan, dan
serbuk. Gubal gaharu memiliki kandungan resin wangi dengan aroma agak kuat,
warnanya hitam atau kehitaman berseling cokelat. Kemedangan memiliki
kandungan resin wangi beraroma lemah, warnanya putih keabu-abuan sampai
kecokelatan, berserat kasar, dan kayunya lunak. Serbuk gaharu adalah hasil
penggilingan atau penghancuran kayu gaharu sisa pembersihan atau pengerokan.
Kemedangan gaharu telah dilaporkan mengandung senyawa metabolit
sekunder flavonoid, alkaloid, fenolik (Ramadhan 2013; Annas 2014), triterpenoid
(Ramadhan 2013), dan steroid (Annas 2014). Menurut Muntaqo (2012), senyawa
penciri pada gaharu adalah seskuiterpena.
Huda et al. (2009) melaporkan bahwa ekstrak kasar daun A. malaccensis
dalam pelarut metanol memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dengan nilai
konsentrasi penghambatan 50% (IC50) ≤200 µg/mL. Dewi (2013) juga melaporkan
bahwa ekstrak metanol daun A. malaccensis cukup toksik dengan nilai konsentrasi
mematikan 50% (LC50) 60 µg/mL dan memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
dengan nilai IC50 24 µg/mL. Penelitian yang dilakukan terhadap A. malaccensis
baru sebatas daun dan ekstrak kasar. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
menentukan fraksi dengan aktivitas antioksidan dan toksisitas paling tinggi dari
ekstrak kemedangan gaharu A. malaccensis.

2

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari−November 2014 di Laboratorium
Kimia Organik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan
Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, IPB.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan antara lain kemedangan gaharu dari jenis A.
malaccensis hasil inokulasi 1.5 tahun asal Kalimantan Selatan, diklorometana
(DCM) teknis 1 kali distilasi, etil asetat (EA) teknis 1 kali distilasi, metanol teknis
1 kali distilasi, serbuk 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH), asam askorbat (vitamin
C), dimetil sulfoksida (DMSO), air laut, telur Artemia salina Leach, silika gel F254
untuk kromatografi lapis tipis (KLT), serta silika gel 60 (0.040−0.063 mm) untuk
kromatografi kolom.
Alat-alat yang digunakan antara lain peralatan kaca yang lazim terdapat di
laboratorium, neraca analitik, oven, eksikator, radas distilasi, penguap putar, kolom
kromatografi, mikropipet, aerator, microplate reader untuk uji imunosorben
tertaut-enzim (ELISA), pelat 96-sumur, dan lampu ultraviolet (UV).
Preparasi Sampel
Sampel kemedangan gaharu yang digunakan merupakan jenis A. malaccensis.
Sampel digiling sampai menjadi serbuk berukuran 60 mesh yang selanjutnya
disebut simplisia.
Metode
Penelitian yang dilakukan dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu preparasi
sampel, penentuan kadar air, ekstraksi, uji aktivitas antioksidan, uji toksisitas, dan
fraksionasi (Lampiran 1)
Penentuan Kadar Air (AOAC 2006)
Sebanyak 1 g simplisia dimasukkan ke dalam cawan porselen yang
sebelumnya telah dipanaskan dalam oven bersuhu 1032 C selama 30 menit
hingga bobotnya tetap. Cawan yang telah berisi sampel dipanaskan kembali di
dalam oven bersuhu 1032 C selama 3 jam, lalu didinginkan di dalam eksikator
dan ditimbang. Pemanasan diulangi hingga diperoleh bobot yang konstan. Kadar
air contoh dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Kadar air % =

bobot sampel basah − bobot sampel kering
×
bobot sampel basah

%

3
Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi. Maserasi dilakukan dengan pelarut
metanol, EA, dan DCM. Simplisia dimaserasi dengan ketiga pelarut masing-masing
sebanyak 100 g simplisia dalam 600 mL pelarut (1:6) selama 48 jam, dan dihitung
rendemennya.
Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH (Salazar-Alanda et al. 2009)
Sebanyak 5.0 mg serbuk DPPH dilarutkan dengan metanol dalam labu takar
100 mL sehingga diperoleh larutan DPPH dengan konsentrasi 126.80 µM. Ekstrak
dengan konsentrasi 10, 25, 50, 100, 200, 300, dan 400 ppm serta larutan asam
askorbat sebagai standar dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan 15 ppm juga
disiapkan dengan pelarut metanol dalam labu takar 10 mL.
Sampel dan standar masing-masing sebanyak 100 µL dimasukkan ke dalam
pelat 96-sumur. Sebagai blangko, digunakan 100 µL metanol. Larutan DPPH
ditambahkan sebanyak 100 µL ke dalam setiap tabung, lalu campuran diinkubasi
pada suhu 37 C selama 30 menit. Absorbans campuran diukur pada panjang
gelombang 517 nm. Nilai IC50 dihitung dari persamaan garis yang menghubungkan
persentase aktivitas penghambatan radikal DPPH dengan logaritma konsentrasi
sampel dan standar.
Uji Toksisitas Metode Larva Udang (BSLT) (Juniarti et al. 2009)
Sebanyak ±100 mg telur Artemia salina dimasukkan ke dalam wadah berisi
air laut yang diberi suplai udara menggunakan aerator selama 48 jam. Larutan stok
dengan konsentrasi 2000 ppm dibuat dengan melarutkan 40 mg ekstrak dengan 20
µL DMSO, kemudian ditambahkan air laut hingga 20 mL (dalam labu takar).
Larutan ekstrak dengan konsentrasi 0−1000 ppm dibuat dengan mengencerkan
larutan stok tersebut.
Larva A. salina sebanyak 10 ekor dimasukkan ke dalam vial untuk pengujian,
lalu ditambahkan larutan ekstrak hingga volumenya 2 mL dan diinkubasi selama
24 jam. Pengujian dilakukan 3 kali ulangan.
Jumlah larva yang mati dihitung dan ditentukan reratanya dari 3 kali ulangan.
Nilai LC50 dihitung dari persamaan garis yang menghubungkan nilai probit dari
persen kematian larva udang dengan logaritma konsentrasi.
Penentuan Eluen Terbaik (Houghton dan Raman 1998)
Ekstrak diaplikasikan pada pelat KLT, kemudian dikeringudarakan dan
dielusi menggunakan eluen tunggal. Eluen yang digunakan adalah n-heksana, DCM,
EA, etanol, aseton, dan metanol. Noda hasil pemisahan diamati di bawah lampu UV
pada panjang gelombang 366 nm. Eluen yang menghasilkan banyak noda yang
terpisah dengan baik ditentukan sebagai eluen terbaik. Jika diperoleh lebih dari satu
eluen dengan pemisahan yang baik, dibuat campuran eluen tersebut dengan nisbah
tertentu.
Fraksionasi Ekstrak
Ekstrak dengan aktivitas antioksidan dan toksisitas paling tinggi masingmasing difraksionasi menggunakan kromatografi kolom dengan sistem elusi
gradien. Sebanyak 3.5 g ekstrak dielusi menggunakan campuran eluen terbaik.
Eluat ditampung pada tabung reaksi 20 mL dengan laju alir 4 mL per menit. Noda

4
hasil pemisahan dideteksi di bawah lampu UV pada panjang gelombang 366 nm.
Eluat yang menghasilkan noda dengan nilai Rf yang sama pada KLT digabungkan
menjadi satu fraksi. Fraksi-fraksi dipekatkan, ditimbang bobotnya, kemudian
masing-masing diuji kembali aktivitas antioksidan dan toksisitasnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air dan Ekstrak
Kemedangan gaharu yang diperoleh dari Kalimantan Selatan dijadikan
simplisia dan ditentukan kadar airnya. Selain untuk mengetahui kandungan air
dalam bahan, kadar air digunakan sebagai faktor koreksi dalam perhitungan
rendemen ekstrak kasar. Menurut Manoi (2006), simplisia dengan kadar air lebih
dari 10% akan mengalami proses enzimatik dan kerusakan oleh mikrob. Kadar air
simplisia kemedangan gaharu dalam penelitian ini diperoleh sebesar 4.74%
(Lampiran 2). Oleh karena itu, simplisia aman disimpan dalam waktu lama tanpa
mengalami proses enzimatik dan kerusakan oleh mikrob.
Simplisia yang telah diketahui kadar airnya diekstraksi menggunakan pelarut
metanol, EA, dan DCM untuk memperoleh komponen bioaktifnya. Pelarut metanol
bersifat polar, sehingga senyawa-senyawa polar dalam sampel akan terekstraksi.
Sementara pelarut EA dan DCM bersifat semipolar dan nonpolar sehingga dapat
mengekstraksi senyawa-senyawa yang bersifat semipolar dan nonpolar. Hal ini
berdasarkan kaidah like dissolves like. Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara
maserasi, refluks, soxhletasi, dan distilasi uap. Cara maserasi dipilih karena mudah,
sederhana, dan dapat digunakan untuk sampel yang tidak tahan panas. Rendemen
ekstrak metanol, EA, dan DCM berturut-turut ialah 10.35, 4.20, dan 5.53%
(Lampiran 3). Rendemen ekstrak metanol lebih tinggi daripada 2 ekstrak lainnya,
hal tersebut karena pelarut metanol dapat mengekstraksi senyawa-senyawa polar
dan semipolar dari kemedangan gaharu.
Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak
Radikal bebas terbentuk karena suatu ikatan mengalami pembelahan
homolitik dan menghasilkan senyawa yang mengandung elektron tidak
berpasangan. Radikal bebas sangat tidak stabil dan bereaksi dengan sangat cepat
sehingga dapat merangsang pertumbuhan sel tertentu secara tidak terkendali. Hal
ini dapat memicu timbulnya penyakit berbahaya, salah satunya kanker. Senyawa
antioksidan dapat menghambat atau mencegah reaksi radikal bebas dalam tubuh
dengan cara menyumbangkan radikal hidrogen. Dengan demikian, secara tidak
langsung, senyawa antioksidan memiliki potensi sebagai antikanker.
Metode DPPH sangat umum digunakan dalam penentuan aktivitas
antioksidan pada bahan alam. Metode ini lebih cepat, sederhana, dan membutuhkan
sampel dalam jumlah yang cukup sedikit dibandingkan dengan metode yang lain
(Mardisadora 2010). DPPH merupakan radikal bebas yang stabil dan dapat bereaksi
dengan senyawa pendonor atom hidrogen, termasuk antioksidan. Penangkapan

5
radikal bebas mengubah larutan DPPH yang semula berwarna ungu menjadi
senyawa takradikal, ditandai dengan warna ungu yang menjadi hilang atau pudar.
Reaksi yang terjadi ditunjukkan pada Gambar 1. Berkurangnya intensitas warna
ungu sebanding dengan kemampuan sampel menangkap radikal DPPH.

Gambar 1 Reaksi penangkapan radikal bebas DPPH (Molyneux 2004)
Aktivitas antioksidan ditentukan berdasarkan nilai IC50. Nilai tersebut
menyatakan konsentrasi minimum yang dibutuhkan untuk menghambat 50%
aktivitas radikal bebas. Semakin rendah nilai IC50, aktivitas antioksidan ekstrak atau
senyawa semakin tinggi. Menurut Lisdawati dan Broto (2006), sampel dengan IC50
>200 µg/mL tidak memiliki aktivitas antioksidan, 100−200 µg/mL menunjukkan
potensi sedang, dan ≤100 µg/mL sangat aktif sebagai senyawa antioksidan.
Perhitungan nilai IC50 ekstrak kemedangan gaharu diberikan pada Lampiran
4. Berdasarkan hasil uji, ekstrak EA memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi
dengan nilai IC50 150 µg/mL. Nilai ini menunjukkan bahwa ekstrak EA berpotensi
sedang sebagai antioksidan. Sementara ekstrak metanol dan DCM dengan IC50
masing-masing 276 dan 213 µg/mL tidak memiliki aktivitas antioksidan.
Uji toksisitas dengan metode BSLT adalah uji pendahuluan untuk mengamati
aktivitas farmakologi suatu ekstrak berkaitan dengan potensinya sebagai antikanker
(Juniarti et al. 2009). Metode BSLT mudah dan sederhana untuk memantau
aktivitas biologis ekstrak tanaman (Krishnaraju et al. 2005). Toksisitas ekstrak
dinyatakan dengan LC50, yaitu konsentrasi ekstrak yang dapat membunuh 50%
populasi (dalam hal ini A. salina Leach). Semakin rendah LC50, toksisitas ekstrak
atau senyawa semakin tinggi. Menurut Meyer et al. (1982), ekstrak kasar dikatakan
toksik bila memiliki nilai LC50 1000
>1000

Keterangan: Me1−6 = fraksi metanol

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak EA kemedangan gaharu A. malaccensis dari daerah Kalimantan
Selatan memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi dibandingkan ekstrak metanol
dan DCM, dengan nilai IC50 150.02 µg/mL. Sementara ekstrak DCM paling toksik,
dengan nilai LC50 129.92 µg/mL. Fraksionasi ekstrak EA dan metanol masingmasing menghasilkan 7 dan 6 fraksi. Fraksi-fraksi dari ekstrak EA tidak
menunjukkan aktivitas antioksidan, sedangkan fraksi-fraksi dari ekstrak metanol
bersifat toksik, tetapi tidak berpotensi sebagai antikanker.
Saran
Fraksionasi ekstrak dapat dilakukan menggunakan instrumen seperti KCKT
preparatif untuk mengurangi galat. Sebelum difraksionasi, ekstrak metanol dapat
dipartisi terlebih dahulu dengan etil asetat, sehingga ekstrak yang difraksionasi
adalah ekstrak yang benar-benar polar. Fraksi Me1 yang paling toksik dapat
dimurnikan lebih lanjut untuk memperoleh senyawa murni yang lebih toksik dan
dicirikan strukturnya. Ekstrak juga dapat diuji pada bioaktivitas yang lain, seperti
antibakteri.

DAFTAR PUSTAKA
Albuntana A, Yasman, Wardhana W. 2011. Uji toksisitas ekstrak empat jenis
teripang suku Holothuriidae dari Kepulauan Penjaliran Timus, Kepulauan

12
Seribu, Jakarta menggunakan brine shrimp lethality test (BSLT). J Iltek
Keltrop. 3:65-72.
Annas D. 2014. Fraksionasi ekstrak kemedangan gaharu Aquilaria microcarpa
hasil inokulasi berpotensi antioksidan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
[AOAC]. Association of Official Analytical Chemist. 2006. Official Methods of
AOAC International. Ed ke-14. Arlington (US): AOAC
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2011. Gaharu. SNI 7631:2011. Jakarta (ID):
BSN.
[CITES] Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora
and Fauna. 2004. Amendments to Appendices I and II of CITES. Sydney
(AU): CITES.
Dewi KS. 2013. Toksisitas dan aktivitas antioksidan ekstrak daun pohon penghasil
gaharu hasil inokulasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Gunawan H. 2013. Ekspor Gaharu Loyo. Tribunnews. Rubrik Bisnis dan Ekonomi.
[diakses
2014
Feb
4].
Tersedia
pada:
http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/09/11/ekspor-gaharu-loyo.
Houghton PJ, Raman. 1998. Laboratory Handbook for The Fractionation of
Natural Extract. London (GB): Chapman & Hall.
Huda AWN, Munira MAS, Fitrya SD, Salmah M. 2009. Antioxidant activity of
Aquilaria malaccensis (Thymelaeaceae) leaves. Pharmacognosy Res. 1:270273.
Juniarti, Osmeli D, Yuhernita. 2009. Kandungan senyawa kimia, uji toksisitas
(brine shrimp lethality test) dan antioksidan (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)
dari ekstrak daun saga (Abrus precatorius L.). Makara Sains. 13(1):50-59.
Krishnaraju AV, Rao TVN, Sundararaju D, Vanisree M, Tsay H, Subbaraju GV.
2005. Assessment of bioactivity of Indian medicinal plants usingbrine shrimp
(Artemia salina) lethality assay. Int J Appl Sci Eng. 2:125-134.
Lisdawati V, Broto S. 2006. Aktivitas antioksidan dari berbagai fraksi ekstrak
daging buah dan kulit biji mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Media
Litbang Kesehatan. 16(4):1-7.
Manoi F. 2006. Pengaruh cara pengeringan terhadap mutu simplisia sambiloto. Bul
Littro. 17(1):1-5.
Mardisadora O. 2010. Identifikasi dan potensi antioksidan flavonoid kulit kayu
mahoni (Swietenia macrophylla king) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nichols DE, McLaughlin JL et
al. 1982. Brine shrimp: a convenient general bioassay for active plant
constituents. Planta Med. 45:31-34.
Molyneux P. 2004. The use of the stable free radical diphenylpicryl-hydrazyl
(DPPH) for estimating antioxidant activity. Songklanakarin J Sci Technol.
26(2):211-219.
Muntaqo FA. 2012. Korelasi kadar seskuiterpena dengan mutu gaharu standar
nasional Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Partomihardjo T. 2009. Peran dan otoritas keilmuan dalam perdagangan gaharu. Di
dalam: Editor tidak diketahui. Menuju Produksi Gaharu Secara Lestari di
Indonesia. Seminar Nasional Gaharu; 2009 Nov 12. Bogor, Indonesia. Bogor
(ID): Penerbit tidak diketahui. hlm P3.

13
Ramadhan PM. 2013. Aktivitas antioksidan ekstrak kemedangan pohon penghasil
gaharu hasil inokulasi jenis Aquilaria microcarpa dan Gyrinops verstegii
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Salazar-Aranda R, Perez-Lopez LA, Lopez-Arroyo J, Alanis-Garza BA, de Torres
NW. 2009. Antimicrobial and antioxidant activities of plants from Northeast
of Mexico. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine.
2011:1-6. doi: 10.1093/ecam/nep127.
Santoso E, Agustini L, Sitepu IR, Turjaman M. 2007. Efektivitas pembentukan
gaharu dan komposisi senyawa resin gaharu pada Aquilaria spp. J Penelitian
Hutan dan Konservasi Alam. 4(6):543-551.
Siran SA. 2010. Pengembangan Teknologi Produksi Gaharu Berbasis
Pemberdayaan Masyarakat. Siran SA dan Turjaman M, editor. Bogor (ID):
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.
Suirta IW, Puspawati NM, Gumiati NK. 2007. Isolasi dan identifikasi senyawa aktif
larvasida dari biji mimba (Azadirachta indika A. Juss) terhadap larva nyamuk
demam berdarah (Aedes aegypti). J Kim.1(1):47-54.
Wahyudi A. 2006. Pengaruh penambahan kurkumin dari rimpang temu giring pada
aktifitas antioksidan asam askorbat dengan metode FTC. Akta Kimindo. 2(1):
37-40.

14
Lampiran 1 Diagram alir penelitian

15
Lampiran 2 Kadar air simplisia kemedangan gaharu
Bobot Sampel (g)
Kadar Air
Basah
Kering
(%)
1
1.0005
0.9533
4.72
2
1.0042
0.9547
4.93
3
1.0046
0.9587
4.57
Rerata
4.74
Contoh perhitungan kadar air (ulangan 1):
Bobot sampel basah − Bobot sampel kering
Kadar air =
Bobot sampel basah
.
g − .
g
=[

%
.
g
Kadar air = . %
Kadar air ulangan + ulangan + ulangan
Rerata kadar air =
Ulangan

=

.

Rerata kadar air = .

% + .
%

% + .

%

Lampiran 3 Rendemen ekstrak kemedangan gaharu
Bobot (g)
Rendemen (%)
Ekstrak
Kasar
Sampel Ekstrak
Basah Kering
Metanol
100.07 9.8657
9.86
10.35
EA
100.05 4.0046
4.00
4.20
DCM
100.04 5.2688
5.27
5.53
Contoh perhitungan rendemen basah dan rendemen kering (metanol)
Rendemen basah % =
=

Bobot ekstrak
×
Bobot sampel
.

Rendemen basah % = .

.

%

g
×
g

%

%

Bobot ekstrak
×
Bobot sampel − kadar air
.
g
=
×
%
. g − .
Rendemen kering % = . %
Rendemen kering % =

%

16
Lampiran 4 Hasil uji antioksidan ekstrak kemedangan gaharu
Standar vitamin C
Konsentrasi
Absorbans
(µg/mL)
1
2
Blangko
0.271
0.279
0.264
0.264
2
0.185
0.200
4
0.167
0.167
6
0.087
0.097
8
0.058
0.104
10
0.043
0.087
12
0.045
0.050
15
IC50 (µg/mL)
Rerata IC50 (µg/mL)
Ekstrak metanol
Konsentrasi
(µg/mL)
Blangko
10
20
50
100
200
300
400

Absorbans
1
2
0.242
0.263
0.233
0.231
0.217
0.219
0.189
0.182
0.179
0.179
0.139
0.136
0.110
0.111
0.102
0.102
IC50 (µg/mL)
Rerata IC50 (µg/mL)

Ekstrak EA
Konsentrasi
(µg/mL)
Blangko
10
20
50
100
200
300
400

Absorbans
1
2
0.258
0.268
0.228
0.240
0.231
0.242
0.199
0.199
0.158
0.158
0.128
0.130
0.105
0.100
0.085
0.085
IC50 (µg/mL)
Rerata IC50 (µg/mL)

3
0.412
0.316
0.229
0.202
0.190
0.130
0.087
0.079

3
0.306
0.263
0.260
0.215
0.186
0.125
0.105
0.088

3
0.314
0.275
0.242
0.199
0.158
0.130
0.105
0.085

% Inhibisi (%)
1
2
0.00
0.00
2.58
5.38
31.73
28.32
38.38
40.14
67.90
65.16
78.60
62.62
84.13
68.82
83.39
82.08
6.74
6.76
6.27

3
0.00
23.35
44.42
50.97
53.88
68.57
78.88
80.83
5.30

% Inhibisi (%)
1
2
0.00
0.00
3.72
12.05
10.33
16.73
21.90
30.91
26.03
31.94
42.56
48.44
54.55
57.87
57.85
61.22
294.02
212.29
212.61

3
0.00
13.95
15.03
29.84
39.22
59.25
65.69
71.24
131.53

% Inhibisi (%)
1
2
3
0.00
0.00
0.00
11.41
10.45
12.42
10.36
9.70
22.93
22.78
25.75
36.62
38.69
41.04
49.68
50.45
51.68
58.60
59.25
62.69
66.56
67.02
68.28
72.93
182.24 161.32 106.51
150.02

17
lanjutan Lampiran 4
Ekstrak DCM
Konsentrasi
(µg/mL)
Blangko
10
20
50
100
200
300
400

Absorbans
1
2
0.239
0.241
0.230
0.236
0.238
0.215
0.195
0.195
0.171
0.161
0.135
0.127
0.126
0.117
0.107
0.105
IC50 (µg/mL)
Rerata IC50 (µg/mL)
Contoh perhitungan IC50

3
0.297
0.277
0.261
0.223
0.182
0.154
0.133
0.107

% Inhibisi (%)
1
2
0.00
0.00
3.64
2.07
0.29
10.79
18.28
18.96
28.45
33.07
43.51
47.18
47.28
51.54
55.23
56.56
346.14
277.16
276.16

3
0.00
6.73
12.12
24.92
38.72
48.15
55.22
63.97
205.19

Ekstrak metanol ulangan 1, konsentrasi 10 µg/mL
% Inhibisi =
=

Absorbans blangko − Absorbans sampel
×
Absorbans blangko
.

.

% Inhibisi = 3.72%

− .

×

%

%

70,00
60,00

% Inhibisi

50,00

y = 34,168x - 34,32
R² = 0,9577

40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
0,0000 0,5000 1,0000 1,5000 2,0000 2,5000 3,0000
-10,00

Log konsentrasi

Kurva hubungan log konsentrasi dengan % inhibisi ekstrak metanol
Persamaan regresi linear: y = 34.168x−34.32
Nilai IC50 diperoleh saat y = 50, maka
50 = 34.168x−34.32
x = 2.4684
x dalam bentuk log konsentrasi, maka nilai IC50 sebesar 294.02 µg/mL

18
lanjutan Lampiran 4

Rerata IC

=

Rerata IC

=

=

IC

ulangan

.

.

+

µg/mL

+ ulangan

.

+

.

+ ulangan
µg/mL

19
Lampiran 5 Hasil uji toksisitas ekstrak kemedangan gaharu
Ekstrak metanol
Konsentrasi Larva Mati
% Kematian
Log
Nilai
Rerata
(µg/mL)
1 2 3
Larva
Konsentrasi Probit
0.00
0 0 0
12.65
0 0 1
0.33
3.33
1.1021
3.12
25.30
1 2 0
1.00
10.00
1.4031
3.72
63.25
2 5 2
3.00
30.00
1.8011
4.48
126.50
5 3 8
5.33
53.33
2.1021
5.08
189.75
6 7 4
5.67
56.67
2.2782
5.18
253.00
8 7 5
6.67
66.67
2.4031
5.44
LC50 (µg/mL)
134.07
Ekstrak EA
Konsentrasi
(µg/mL)
0.00
7.62
38.10
76.20
190.50
381.00
571.50
762.00

Ekstrak DCM
Konsentrasi
(µg/mL)
0.00
9.55
47.75
95.50
238.75
477.50
716.25
955.00

Larva Mati
% Kematian
Log
Nilai
Rerata
1 2 3
Larva
Konsentrasi Probit
0 0 0
0 0 1
0.33
3.33
0.8820
3.12
2 2 3
2.33
23.33
1.5809
4.26
4 3 4
3.67
36.67
1.8820
4.67
5 6 4
5.00
50.00
2.2799
5.00
7 6 5
6.00
60.00
2.5809
5.25
6 7 7
6.67
66.67
2.7570
5.44
7 7 9
7.67
76.67
2.8820
5.74
LC50 (µg/mL)
199.39

Larva Mati
% Kematian
Log
Nilai
Rerata
1 2 3
Larva
Konsentrasi Probit
0 0 0
2 1 1
1.33
13.33
0.9800
3.87
5 4 2
3.67
36.67
1.6790
4.67
5 5 2
4.00
40.00
1.9800
4.75
7 4 8
6.33
63.33
2.3779
5.33
6 6 9
7.00
70.00
2.6790
5.52
9 7 7
7.67
76.67
2.8551
5.74
9 8 7
8.00
80.00
2.9800
5.84
LC50 (µg/mL)
129.92

20
lanjutan Lampiran 5
Contoh perhitungan: Ekstrak metanol konsentrasi 12.65 µg/mL
Rerata larva mati =
=

larva mati

Rerata larva mati = .
% Kematian larva =
=

+

+

+ larva mati

+ larva mati

Rerata larva mati
×
Jumlah larva dalam tiap vial
.

×

%

%

% Kematian larva = 3.33%
6,00

Nilai probit

5,00

y = 1,7797x + 1,214
R² = 0,9922

4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
0,0000

0,5000

1,0000

1,5000

2,0000

2,5000

3,0000

Log konsentrasi

Kurva hubungan log konsentrasi dengan nilai probit ekstrak metanol
Persamaan regresi linear: y = 1.7797x + 1.214
LC50 diperoleh saat y = 5, maka
5 = 1.7797x + 1.214
x = 2.1273
log konsentrasi = 2.1273, maka LC50 yang didapat sebesar 134.07 µg/mL

21

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Wonogiri pada 19 September 1992 dari ayah Karmana dan
ibu Siti Maryanti (Alm). Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Tahun
2010, penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cisarua dan pada tahun yang sama penulis
lulus Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Departemen
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswi IPB, penulis mengikuti beberapa kegiatan, seperti
Bendahara Umum Asrama Putri Dramaga tahun 2011−2013, Staf Departemen
Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa (Adkesmah) BEM FMIPA IPB
2011/2012, Sekretaris Program Gerakan Mahasiswa Berbagi untuk FMIPA
(Gembira) tahun 2012, Sekretaris Departemen Adkesmah BEM FMIPA IPB
2012/2013, dan anggota Forum Lingkar Pena Bogor tahun 2014 sampai sekarang.
Penulis juga pernah menjadi asisten Praktikum Kimia Organik Berbasis
Kompetensi tahun 2013 dan 2014, Kimia TPB tahun 2013 dan 2014, Pendidikan
Agama Islam tahun 2014, Kimia Organik Diploma IPB tahun 2014, Kimia Dasar I
tahun 2014, Kimia Organik Layanan Biokimia tahun 2014, serta Penerapan
Komputer (muatan lokal) tahun 2014. Penulis terpilih sebagai penerima beasiswa
Karya Salemba Empat (KSE) tahun 2012/2013. Pada tahun 2012, Proposal PKM
milik penulis dan tim yang berjudul Deteksi Tingkat Kematangan Buah Melon
(Cucumis melo L.) Menggunakan Gelombang Ultrasonik serta Ampas Teh Celup
sebagai Adsorben Alternatif Limbah Cair Industri Tekstil didanai oleh Dikti.
Penulis melakukan Praktik Lapangan di SEAMEO BIOTROP dengan judul laporan
Analisis Kualitas Air Hasil Pengolahan Instalasi Pengolahan Air Limbah
Menggunakan Sistem Wetland pada tahun 2013.