Persyaratan Penahanan TATA CARA DAN HAMBATAN PERIHAL PENAHANAN YANG

BAB IV TATA CARA DAN HAMBATAN PERIHAL PENAHANAN YANG

DILAKUKAN PENYIDIK PADA SUATU PERKARA PIDANA KHUSUSNYA DI WILAYAH HUKUM POLISI SEKTOR KOTA MEDAN BARU

A. Persyaratan Penahanan

Syarat Penahanan diatur dalam Pasal 21 ayat 1 KUHAP : “Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidaa berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana”. Berikut ini dua syarat penahanan : 1. Syarat Obyektif, yaitu syarat tersebut dapat diuji ada atau tidaknya oleh orang lain; 2. Syarat Subyektif, yaitu karena hanya tergantung pada orang yang memerintahkan penahanan tadi apakah syarat itu ada atau tidak 24 Perintah penahanan terhadap tersangkaterdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana,selain didasarkan pada BUKTI alat bukti yang sah YANG CUKUP, harus didasarkan pula pada persyaratan lain sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam KUHAP, yaitu : 24 Moeljanto 1978:25 Universitas Sumatera Utara 1. Dasar Hukum Dasar Obyektif Mengacuh pada Dasar Obyektif ,maka Proses penahanan dapat dikenakan terhadap tersangka atau terdakwa yang diduga melakukan tindak pidana dan atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih,atau tindak pidana sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 21 ayat4 huruf b KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Berdasarkan ketentuan tersebut maka tidak setiap orang yang diduga melakukan tindak pidana dapat ditahan dengan alasan demi kepentingan penyidikan,penuntutan atau pemeriksaan di Pengadilan. Pada sisi yang lain maka dapat diharapkan setiap orang atau pelaku tindak pidana yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana pasal 21 UU No 8 Tahun 1981 harus ditahan. Dasar Hukum tersebut juga menghendaki supaya perlakuan adil dengan tentunya berdasarkan pada pertimbangan Hukum lebih ditonjolkan. Orang yang diduga melakukan suatu tindak pidana dan memenuhi Dasar Obyektif sebagaimana tersurat dalam pasal 21 ayat 1 KUHAP Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana harus ditahan dan jika tidak maka proses pemberdayaan hukum tidak terjadi melalui suatu tindakan aparat Penegak Hukum.Tatkala masyarakat terus melihat adanya Kesenjangan hukum yang mungkin diciptakan oleh seorang Penegak Hukum maka keresahan akan terus dirasakan dan pada tingkatan krusialnya kepercayaan publik tidak akan ada terutama kepada Penegak Hukum yang tidak mempunyai tanggung jawab Moral. Terlebih lagi upaya berbagai pihak baik LSM maupun Lembaga lainnya dalam mendorong proses Penegakan Hukum di Tanah Papua Khususnya tidak menjadi nyata karena adanya Pelayan Hukum dari Penegak Hukum yang miskin akan Moralitas. Universitas Sumatera Utara 2. Dasar Kepentingan Dasar Subyektif. Selain didasarkan pada ketentuan Hukum sebagai dasar Obyektif,maka tindakan penahanan terhadap tersangkaterdakwa juga didasarkan pada Kepentingan Keperluan yaitu : Penyidikan,Penuntutan dan untuk kepentingan Pemeriksaan di Pengadilan sebagaimana diatur dalam pasal 20 ayat 1,2 dan 3 KUHAP. Disamping itu, selain pasal 20 ayat 1,2 dan 3 terdapat juga satu dasar Subyektif yaitu adanya Kekhawatiran bagi penyidik, penuntut umum dan Hakim bahwa TersangkaTerdakwa akan melarikan diri,merusak atau menghilangkan alat bukti dan atau mengulangi tindak pidana Pasal 21 ayat 1 KUHAP. Penjabaran pasal demi pasal tidak boleh terputus karena ada keterkaitan. Sebagai contoh : Proses penahanan yang dilakukan dengan pertimbangan karena kepentingkan penyidikan, penuntutan atau pemeriksaan di Pengadilan pasal 20 ayat 1,2 dan 3 harus terkait dengan adanya kekhawatiran bahwa pelaku melarikan diri, merusak atau menghilangkan alat bukti dan mengulangi tindak pidana pasal 21 ayat 1 Pertanyaannya bahwa apakah seorang tersangkaterdakwa dari dasar Subyektif dapat titahan hanya karena kepentingan? Pasal 20 ayat 1, 2 dan 3 dan tanpa mempertimbangkan kekhawatiran akan 3 hal sebagaimana diatur dalam pasal 21 ayat 1 ? Jawabannya harus kedua-duanya terpenuhi. Dengan demikian konsekuensinya apabila demi kepentingan pemeriksaan akan tetapi tidak terdapat kekhawatiran akan 3 alasan hukum sebagaimana dalam pasal 21 ayat 1, maka seorang tersangka atau terdakwa tidak perlu ditahan. Karena penahanan yang demikian menciptakan Universitas Sumatera Utara kesenjangan hukum bagi pencari keadilan. Apalagi tersangkaterdakwa ditahan tanpa adanya suatu proses pemeriksaan yang cepat tanpa alasan yang mendasar. Penyatuan antara kedua dasar diatas, baik Dasar Obyektif maupun Dasar Subyektif perlu diimplementasikan melalui proses penyidikan,penuntutan dan pemeriksaan di Pengadilan secara baik dan benar oleh Setiap Pelayan Penegak Hukum di Tanah Papua. Hal ini perlu dilakukan secara hati-hati sebelum melakukan suatu tindakan Hukum ,sehingga prosesnya secara Kualitatif akan digiring ke satu MUARA MORAL yaitu TEGAKNYA HUKUM DAN TERCIPTANYA KEADILAN BERDASARKAN KEBENARAN YANG HAKIKI. Harapannya bahwa sebelum tindakan diambil,maka perlu dilakukan Analisa yang baik terhadap Materi Pelanggaran melalui Proses Penyelidikan sebelum penyidikan suatu dugaan tindak pidana. Tanpa Analisa dengan perimbangan akan Moralitas,maka penetapan status hukum bagi seorang saksi menjadi tersangkapun hanya mempunyai bobot kuantitas dan bukan kualitas. Kondisi ini perlu diciptakan sehingga kematangan dalam penyelidikan akan menjawab bobot kualitas menuju muara Moral yang didambakan setiap masyarakat pencari Keadilan.

B. Pejabat yang berwenang melakukan Penahanan