Evaluasi Keefektifan Penghambatan Beberapa Agens Biokontrol terhadap Pertumbuhan Marasmius palmivorus Sharples

EVALUASI KEEFEKTIFAN PENGHAMBATAN BEBERAPA
AGENS BIOKONTROL TERHADAP PERTUMBUHAN
Marasmius palmivorus Sharples

SWINDA KRISTINA SITOMPUL

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ABSTRAK
SWINDA KRISTINA SITOMPUL. Evaluasi Keefektifan Penghambatan
Beberapa Agens Biokontrol terhadap Pertumbuhan Marasmius palmivorus
Sharples. Dibimbing oleh MEITY SURADJI SINAGA.
Marasmius palmivorus Sharples merupakan penyebab penyakit busuk
tandan buah pada kelapa sawit. Telah dilakukan suatu kajian yang bertujuan untuk
mengevaluasi keefektifan beberapa agens biokontrol dalam menghambat
pertumbuhan M. palmivorus. Uji antagonisme secara in vitro antara agens
biokontrol dengan M. palmivorus dilakukan dengan metode uji ganda

(Trichoderma harzianum (TH17), Gliocladium fimbriatum (G84), Bacillus
subtilis (B12), Pseudomonas fluorescens (P1), Aktinomiset APS5 dan APS12)
dan peracunan media (menggunakan ekstrak metabolit APS5 dan APS12) pada
agar kentang dekstrosa. Variabel yang diukur pada metode uji ganda maupun
peracunan media adalah % penghambatan. Hasil penelitian menunjukkan
metabolit aktinomiset (APS5 dan APS12) mampu 100% menghambat
pertumbuhan M. palmivorus baik pada hari pertama bahkan hingga 6 hsi.
Sedangkan, dengan metode uji ganda isolat APS5 dan APS12 tidak dapat
menghambat pertumbuhan koloni patogen. Cendawan antagonis TH17 dan G84
efektif menghambat pertumbuhan M. palmivorus 100% pada 4 hsi. Kemampuan
penghambatan TH17 dan G84 lebih tinggi secara nyata dibandingkan dengan
isolat B12. Isolat B12 hanya mampu menghambat pertumbuhan patogen sebesar
36.88% pada 6 hsi. Sedangkan isolat P1 hingga 6 hsi tidak mampu menghambat
pertumbuhan M. palmivorus (persen penghambatan -33.01%).
Kata kunci : Marasmius palmivorus, penyakit busuk tandan kelapa sawit, agens
antagonisme

3

ABSTRACT

SWINDA KRISTINA SITOMPUL. Effectivines evaluation of Some Biocontrol
Agents Inhibiting the growth of Marasmius palmivorus Sharples. Supervised by
of MEITY SURADJI SINAGA.
Marasmius palmivorus Sharples is a cause of bunch rot disease on oil palm
trees. A study has been conducted to evaluate the effectiveness of some biocontrol
agents in inhibiting the growth of M. palmivorus. Antagonistict test between M.
palmivorus and biocontrol agents was conducted by using dual culture method
(Trichoderma harzianum (TH17), Gliocladium fimbriatum (G84), Bacillus
subtilis (B12), Pseudomonas fluorescens (P1), actinomycetes APS5 and APS12)
and poisoning test (using metabolit extract of APS5 and APS12) in potato
dextrose agar. Variable measured for dual culture method and poisoning test was
percentage of inhibition. The result showed actinomycetes (APS5 and APS12)
metabolit could 100% inhibit the growth of M. palmivorus at 1 even up to 6 days
after incubation periods. Meanwhile, by dual culture method, APS12 and APS5
isolates could not inhibit the growth of pathogenic colonies. Antagonistic fungus
TH17 and G84 have effectively inhibited 100% M. palmivorus growth at 4 days
after incubation. The inhibition ability of TH17 and G84 significantly higher than
B12 isolate. B12 isolate was only able to inhibit 36.88% growth of pathogens at 6
days after incubation. P1 isolate was not able to inhibit M. palmivorus growth
until 6 days after incubation (inhibition percentage -33.01%).

Keywords : Marasmius palmivorus, oil palm bunched rot disease, antagonist
agents

EVALUASI KEEFEKTIFAN PENGHAMBATAN BEBERAPA
AGENS BIOKONTROL TERHADAP PERTUMBUHAN
Marasmius palmivorus Sharples

SWINDA KRISTINA SITOMPUL

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


5

Judul Skripsi

: Evaluasi Keefektifan Penghambatan Beberapa Agens
Biokontrol terhadap Pertumbuhan Marasmius palmivorus
Sharples
Nama Mahasiswa : Swinda Kristina Sitompul
NIM
: A34080003

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Meity Suradji Sinaga, M.Sc
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi.

Ketua Departemen

Tanggal lulus :

6

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Evaluasi Keefektifan Penghambatan Beberapa Agens Biokontrol terhadap
Pertumbuhan Marasmius palmivorus Sharples”. Penelitian dan penulisan skripsi
ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi
Tanaman dari Juni sampai November 2012.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1.
Prof. Dr. Ir. Meity Suradji Sinaga, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, arahan, saran, dan pengetahuan kepada
penulis.

2.
Dr. Ir. Teguh Santoso, DEA. selaku dosen penguji tamu yang telah
memberikan saran dan masukan.
3.
Dosen dan Staf pegawai Departemen Proteksi Tanaman yang telah mengajar
dan memberikan ilmu pengetahuan yang sangat luas.
4.
Keluarga tercinta yang telah memberikan doa dan motivasi kepada penulis.
5.
Teman-teman komisi diaspora dan Departemen Proteksi Tanaman yang
telah memberikan motivasi dan dukungan yang sangat berharga.
6.
Rekan kerja dan laboran di Laboratorium Mikologi yang telah berpartisipasi
dalam penelitian ini.
7.
Genksi Social Fund (GSF) yang telah membantu dalam penelitian ini baik
berupa materi maupun motivasi.
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat meskipun masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan skripsi ini.


Bogor, Februari 2013
Swinda Kristina Sitompul

7

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
3
3

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Bahan
Metode
Isolasi Patogen dari Bahan Tanaman Sakit
Peremajaan Agens Antagonis
Uji Antagonisme secara In Vitro
Rancangan Percobaan dan Analisis Data

4

4
4
4
4
4
5
6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi Cendawan Patogen
Uji Antagonisme secara In Vitro

7
7
8

SIMPULAN DAN SARAN

14


DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

17

8

DAFTAR TABEL

1.

Persentase penghambatan agens antogonis

9

DAFTAR GAMBAR


1.
2.
3.

4.

5.

Gejala busuk tandan kelapa sawit, nampak miselium dan tubuh buah
M. palmivorus (A), gejala busuk tandan yang sudah kering (B)
Miselium M. palmivorus dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 x
10

7

Uji antagonisme oleh aktinomiset dengan metode uji ganda, koloni
patogen mampu tumbuh diatas koloni agens antagonis (a) APS5, dan
(b) APS 12

9

Uji penghambatan pertumbuhan M. palmivorus dengan dengan metode
peracunan media, perlakuan dengan senyawa bioaktif APS5 dan
APS12 tidak ada pertumbuhan koloni patogen (a dan b), pada
perlakuan kontrol koloni patogen memenuhi cawan petri pada hari ke6 hsi (c)
Uji antagonisme dengan metode uji ganda, agens antagonis mampu
menekan pertumbuhan patogen M. palmivorus (a) TH17, (b) G84, (d)
B12, dan (c) koloni patogen mampu tumbuh menutupi koloni P1

8

10

12

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.

Jari – jari pertumbuhan koloni patogen M. palmivorus dengan metode
uji ganda pada media PDA
Rata – rata persen penghambatan pertumbuhan koloni M. palmivorus
oleh kandidat cendawan antagonis
Diameter pertumbuhan koloni patogen M. palmivorus pada perlakuan
kontrol
Isolat Agens Antagonis

18
19
20
20

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas tanaman perkebunan yang
sangat potensial di Indonesia. Kelapa sawit juga dapat menjadi komoditas
strategis sebagai penghasil devisa negara dari sektor non migas sekaligus
memberikan lapangan kerja yang lebih luas. Cerahnya prospek komoditas minyak
kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong
pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa
sawit. Prospek perkembangan industri kelapa sawit masih sangat terbuka, hal ini
nampak dari peningkatan areal kelapa sawit seiring meningkatnya kebutuhan
masyarakat, ekspor, dan pemasukan devisa negara. Pada tahun 2011 diketahui
bahwa, luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 8.908.399 ha
dengan jumlah produksi 22.508.011 ton (Direktorat Jendral Perkebunan 2011).
Perkembangan dan produktivitas kelapa sawit yang terus meningkat, perlu
perhatian khusus terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
produktivitas kelapa sawit. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah
penyakit tanaman. Penyebab penyakit pada tanaman kelapa sawit dapat
menyerang pada tahap pembibitan, dilahan perkebunan baik pada tahap tanaman
belum menghasilkan (TBM) maupun pada tahap tanaman menghasilkan (TM).
Pada tahap tanaman menghasilkan terdapat beberapa penyakit yang dapat
mempengaruhi hasil produksi buah. Menurut Turner (1981), beragam jenis
cendawan dan bakteri penyebab penyakit yang berhasil diisolasi dari tandan buah
yang sakit. Salah satu penyebab penyakit tandan buah pada kelapa sawit ialah
cendawan Marasmius palmivorus Sharples. Marasmius palmivorus merupakan
filum Basidiomycota, klas Basidiomycetes, ordo Agaricales dan famili
Marasmiaceae (CABI 2007). Spesies Marasmius terjadi secara meluas,
menyebabkan banyak penyakit pada jangkauan yang luas pada tanaman tropikal
(Holliday 1980).
Penyakit busuk tandan terdapat di semua negara penghasil kelapa sawit
dengan derajat kerugian yang berbeda-beda. Umumnya, serangan cendawan M.
palmivorus sebenarnya tidak terlalu serius pada tanaman kelapa sawit, namun
pada kondisi tertentu dapat menyebabkan kerugian ekonomi. Serangan berat
cendawan ini menyebabkan hasil produksi buah menurun, sehingga dapat
menyebabkan kerugian ekonomi. Penyakit ini tercatat pertama kali menyebabkan
kerugian ekonomis hanya di Peninsular Malaysia, Sabah, dan Indonesia (Sharples
1925) dan tidak hanya terdapat pada perkebunan berumur 3-9 tahun yang baru
mulai berbuah, namun terdapat pula pada tanaman tua. Serangan cendawan M.
palmivorus hingga mencapai 34% pada tanaman tua. Hal ini diilaporkan terdapat
pada kebun Bah Birong Ulu, Sumatera Utara dengan ketinggian sekitar 800 mdpl
(Taniwiryono 2012).
Gejala yang disebabkan oleh patogen ini adalah busuknya tandan yang
ditandai dengan adanya miselium cendawan yang berwarna putih mengkilat
meluas dipermukaan tandan buah. Tubuh buah cendawan ini membentuk seperti
payung, bila miselium memenuhi seluruh tandan. Pada tingkat serangan berat,
cendawan masuk ke daging buah yang menyebabkan buah membusuk, warna

2
buah menjadi coklat muda. Pembusukan ke dalam buah ini dapat meningkatkan
kadar asam lemak bebas karena mengalami lipolisis yang disebabkan oleh enzim
yang diproduksi patogen (Thompson 1931). Banyak laporan menyatakan pada
periode musim hujan, dengan kondisi basah yang berkepanjangan sangat
mendukung perkembangan penyakit busuk tandan.
Perkembangan miselium terjadi pada bagian dalam belakang tandan,
dibagian bawah pelepah daun, dimana kondisi tersebut sangat lembab. Pada tahap
perkembangan selanjutnya, miselium cendawan tumbuh menutupi permukaan
buah dan menembus mesocarp sehingga menghasilkan penyakit busuk awal yang
berwarna coklat cerah yang dengan jelas berasal dari jaringan yang sehat. Buah
yang terinfeksi yang masih tertinggal di tandan pada akhirnya akan kering,
meninggalkan hanya jaringan berserat dari mesocarp. Pada awalnya buah diserang
oleh M. palmivorus diikuti oleh serangan sekunder oleh mikroorganisme lain.
Patogen M. palmivorus merupakan cendawan saprofit yang hidup pada
bermacam-macam bahan organik atau sisa-sisa tanaman. Perkembangan
cendawan saprofit menjadi parasit bergantung pada keadaan lingkungan yang
mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan cendawan M. pamivorus yaitu
kelembaban, penyerbukan yang tidak sempurna, pemangkasan, dan curah hujan.
Kelembaban yang lebih tinggi di perkebunan dapat terjadi karena faktor cuaca,
jarak tanam yang terlalu rapat. Jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan
kelapa sawit menjadi tegak sehingga kelembaban diantara pelepah-pelepah daun
(tempat terdapatnya tandan-tandan) menjadi lebih tinggi.
Penyebaran patogen melalui angin dan kelembaban sangat menentukan
luasnya penyebaran penyakit. Sumber penyebarannya berasal dari beberapa
tanaman inang lain diantaranya tanaman kelapa, nenas, pisang, dan karet.
Penularan akan terjadi bila sumber infeksi kontak atau terbawa angin ke bagian
tanaman yang sehat, terbawa serangga atau alat-alat pertanian yang dapat
mengakibatkan penyebaran penyakit busuk tandan buah kelapa sawit (Domsch et
al. 1980). Pengendalian penyakit busuk tandan sering dilakukan secara mekanis
dan kimiawi. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan mengurangi
kelembaban kebun, antara lain dengan menanam dengan jarak tanam yang sesuai.
Pengendalian penyakit yang dilakukan dengan menggunakan fungisida kimia
sintesis diketahui tidak bijaksana dan dapat menimbulkan dampak buruk bagi
kesehatan, pencemaran lingkungan, dan gangguan keseimbangan ekologis.
Pengurangan dampak negatif penggunaan fungisida kimia sintetik tersebut dapat
dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya ialah dengan aplikasi pengendalian
hayati.
Pengendalian hayati adalah adalah proses pengurangan kepadatan inokulum
atau aktivitas patogen dalam menimbulkan penyakit dengan introduksi agens
antagonis walau hanya satu kali aplikasi dan berhasil mengkolonisasi areal
pertanaman atau bagian tanaman rentan serta efektif menekan pertumbuhan dan
perkembangan patogen, maka akan berfungsi untuk jangka waktu yang relatif
panjang tanpa menimbulkan pencemaran lingkungan (Baker dan Cook 1983).
Sinaga (2006) mengemukakan aplikasi agens antagonis menunjukkan inisiasi
langsung dalam menekan inokulum patogen, mencegah kolonisasi patogen, dan
dapat langsung menghambat patogen dengan sekresi antibiotik, berkompetisi

3
terhadap ruang dan atau nutrisi, menginduksi proses ketahanan tanaman, serta
interaksi langsung dengan patogen.
Pemanfaatan agens biokontrol dalam pengendalian hayati telah terbukti
efektif untuk mengendalikan pertumbuhan cendawan Ganoderma boninenses Pat.
penyebab penyakit penting pada kelapa sawit yaitu penyakit busuk pangkal
batang. Berbagai mikroba antagonis, seperti Trichoderma spp., Gliocladium sp.,
Pseudomonas kelompok fluorescens, dan fungi mikoriza arbuskular (FMA)
(Sinaga et al. 2001, Siddiquee et al. 2009, Zainudin & Abdullah 2008). Cendawan
Trichoderma spp., Gliocladium sp. melakukan penghambatan dan mematikan G.
boninenses melalui mekanisme hiperparasitisme, lisis, toksin, persaingan tumbuh
dan memicu ketahanan tanaman (Sinaga et al. 2001). Sedangkan mekanisme
penghambatan G. boninenses oleh Bacillus sp. tidak melalui hiperparasitisme
melalui antibiosis dengan mengeluarkan antibiotik (Susanto 2002). Oleh karena
itu, perlu dilakukan suatu kajian beberapa agens biokontrol yang diketahui efektif
terhadap G. boninenses kemungkinan efektif mengendalikan penyebab busuk
tandan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keefektifan agens biokontrol
dalam menghambat pertumbuhan Marasmius palmivorus penyebab busuk tandan
kelapa sawit.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian diharapkan dapat memperoleh agens biokontrol
yang berpotensi menghambat dan menekan pertumbuhan Marasmius palmivorus,
sehingga dapat dikembangkan sebagai metode pengendalian hayati penyakit
busuk tandan pada tanaman kelapa sawit.

4

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai bulan November 2012 di
Laboratorium Mikologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tandan tanaman
kelapa sawit yang terserang Marasmius palmivorus, media YCED (Casamino
Acids-yeast extract-glucose-agar), media NA (Nutrient Agar), media PDA
(Potato Dextrose Agar), media LB (Luria Broth), isolat cendawan Marasmius sp.,
isolat Trichoderma harzianum (TH17), isolat Gliocladium fimbriatum (G84),
isolat Bacillus subtilis (B12), isolat Pseudomonas fluorescens (P1), isolat
aktinomiset (APS5 dan APS12).
Metode
Isolasi Patogen dari Bahan Tanaman Sakit
Sampel tandan atau buah yang menunjukkan gejala busuk tandan yang
disebabkan oleh tpatogen M. palmivorus diperoleh dari perkebunan kelapa sawit
di PTPN VIII Leuwiliang, Bogor. Sterilisasi permukaan dilakukan dengan
mencuci buah yang terinfeksi, kemudian didisenfeksi menggunakan bahan aktif
natrium hipoklorit (NaOCl) 1% selama satu menit, dibilas menggunakan air steril
sebanyak tiga kali pembilasan, lalu dikeringanginkan. Isolasi patogen dilakukan
dengan memotong diantara bagian buah yang bergejala dan yang sehat sepanjang
0.5 cm, kemudian ditanam pada media PDA. Isolasi patogen juga dilakukan
dengan memotong bagian tubuh buah dari cendawan M. palmivorus secara
melintang pada bagian tangkai tubuh buah, kemudian ditanam pada media PDA
dan di inkubasi pada suhu ruang. Biakan Marasmius sp. yang diperoleh dari stok
kultur koleksi Laboratorium Klinik Tanaman, Departemen Proteksi Tanaman,
Institut Pertanian Bogor digunakan sebagai pembanding dengan isolat M.
palmivorus yang diperoleh dari hasil isolasi tanaman kelapa sawit yang sakit di
lapangan.
Peremajaan Agens Antagonis
Isolat B12 dan P1, serta Aktinomiset (APS5 dan APS12) yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh dari stok kultur koleksi Laboratorium Bakteriologi
Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman IPB. Peremajaan isolat agens
antagonis bakteri B12 dan P1 digores pada media NA masing-masing sebanyak
satu lup kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 7 hari. Isolat aktinomiset
APS12 dan APS5 berasal dari tanah bagian top soil sekitar perakaran sawit (Putra
2011). Perbanyakan isolat murni aktinomiset dilakukan dengan menumbuhkan
inokulum pada media YCED melalui penggoresan sebanyak satu lup dan
diinkubasi pada suhu ruang selama 7-14 hari. Isolat TH17 dan G84 yang
digunakan dalam penelitian ini berasal dari stok koleksi Laboratorium Mikologi,
Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Peremajaan kedua isolat

5
ini dilakukan dengan menumbuhkan dalam media pada media PDA lalu
diinkubasi suhu ruang.
Uji Antagonisme secara In Vitro
Penghambatan pertumbuhan M. palmivorus dilakukan dengan metode uji
ganda dan metode peracunan media. Uji antagonisme dengan metode uji ganda
menggunakan agens biokontrol TH17, G84, B12, P1, APS5 dan APS12. Koloni
M. palmivorus diinokulasikan pada media PDA dengan jarak 3 cm dari koloni
agens biokontrol. Diameter masing-masing agens biokontrol (TH17 dan G84) dan
patogen sebesar 0.5 cm, dengan tiap pengujian dilakukan lima kali ulangan.
Penghambatan pertumbuhan M. palmivorus juga dilakukan dengan modifikasi uji
ganda yang menggunakan agens antagonis APS5 dan APS12. Pengujian
dilakukan dengan menggoreskan masing – masing APS5 dan APS12 pada media
PDA dan mengelilingi koloni patogen yang ditumbuhkan di tengah media PDA
pada cawan petri.

1
2

Keterangan
Koloni patogen
Koloni mikroba antagonis
Jari-jari
koloni
patogen
menjauhi koloni mikroba antagonis
Jari-jari
koloni
patogen
mendekati koloni antagonis

yang
yang

Pengamatan pertumbuhan patogen dengan metode uji ganda dilakukan
dengan mengukur jari-jari koloni patogen yang mendekati koloni biokontrol dan
jari-jari koloni patogen yang menjauhi koloni biokontrol, serta menghitung
persentase penghambatan pertumbuhan patogen oleh koloni agens antagonis.
Pengaruh penghambatan agens antagonis terhadap pertumbuhan patogen
menggunakan rumus persentase menurut Skidmore and Dickinson (1976):

Keterangan :
R1 : Jari-jari koloni patogen yang menjauhi koloni biokontrol
R2 : Jari-jari koloni patogen yang mendekati koloni biokontrol
PPh : Persentase penghambatan pertumbuhan
Penghambatan pertumbuhan koloni patogen oleh agens biokontrol
aktinomiset menggunakan metode peracunan media. Masing-masing aktinomiset
(APS5 dan APS12) yang berumur 7 hari diinokulasikan ke dalam 10 ml media
cair LB sebanyak satu ose dan diinkubasi pada inkubator bergoyang dengan
kecepatan 100 rpm selama 7 hari. Media cair LB yang mengandung biakan
aktinomiset dimasukkan ke dalam tabung ependorff masing-masing sebanyak 1
ml, lalu disentrifugasi dengan kecepatan 12000 rpm selama 15 menit hingga
didapatkan supernatan yang mengandung senyawa bioaktif aktinomiset.
Supernatan disaring dengan millipore ukuran 0.22 µm untuk memperoleh

6
senyawa bioaktif yang steril. Senyawa bioaktif tersebut dicampurkan ke dalam
media PDA yang telah dicairkan dengan suhu kurang lebih 50˚C, kemudian
dimasukkan kedalam cawan petri. Koloni M. palmivorus yang berumur 7 hari
diinokulasikan pada titik pusat cawan petri dengan diameter 0.5 cm, kemudian
diinkubasi pada suhu ruang. Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan
miselium pada setiap perlakuan dengan menghitung persentase penghambatan M.
palmivorus dengan persamaan :

Keterangan :
Dk = diameter koloni M. palmivorus pada kontrol
Dp = diameter koloni M. palmivorus pada perlakuan
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang dilakukan pada uji antagonisme secara in vitro
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Masing-masing perlakuan dilakukan
sebanyak 5 kali ulangan, sehingga terdapat 30 unit percobaan. Pengaruh interaksi
antara kedua faktor diamati selama 6 hari setelah inokulasi. Data yang diperoleh
dianalisis dengan Microsoft Office Excel 2007 dan dengan analisis sidik ragam
menggunakan program Statistical Analysis System (SAS) versi 9.1.3. Perlakuan
yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan uji Duncan dengan taraf α = 0,05
(Mattjik & Sumertajaya 2006).

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolasi Cendawan Patogen
Perkebunan kelapa sawit PT Perkebunan Nusantara VIII Cikasungka,
Cigudeg, Bogor, Jawa Barat, memiliki topografi bergelombang dengan ketinggian
tempat 360 m dpl dan pH tanah berkisar 4.9-6.1. Tingginya serangan penyakit
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu suhu, kelembaban, curah hujan,
penyerbukan yang tidak sempurna dan ketinggian tempat. Menurut Harahap et al.
(2000) kesesuaian lahan berdasarkan ketinggian tempat berhubungan langsung
dengan suhu, udara, tanah, penyinaran matahari dan kelembaban. Suhu udara
menurun dengan bertambahnya ketinggian tempat, sebaliknya kelembaban udara
akan semakin tinggi. Kelembaban tinggi dalam kebun dapat terjadi karena cuaca,
jarak tanam yang terlalu rapat, pemangkasan daun yang terlambat, dan
sebagainya. Pada pengamatan di lahan perkebunan kelapa sawit terdapat banyak
gulma yang tumbuh pada daerah piringan dan gawangan tanaman kelapa sawit.
Hartley (1969) mengemukakan kebun yang banyak ditumbuhi oleh gulma yang
terlalu rapat akan menghambat sirkulasi udara yang secara langsung akan
meningkatkan kelembaban.
Gejala yang ditimbulkan akibat infeksi patogen ini yaitu busuk pada tandan
yang ditandai dengan pertumbuhan miselium berwarna putih meluas di
permukaan tandan (Gambar 1A). Pada infeksi stadium dini, cendawan ini tidak
menyebabkan kerusakan yang merugikan. Infeksi berat yang terjadi pada
permukaan tandan dapat menyebabkan buah sawit menjadi busuk pada bagian
mesokarp. Buah yang busuk ditunjukkan oleh bagian buah yang terinfeksi
berwarna coklat cerah yang jelas berbeda dari jaringan yang sehat (warna orange).
Pembusukan ini sangat meningkatkan kadar asam lemak buah karena terjadinya
penguraian lemak atau lipolisis, karena aktivitas enzim yang dihasilkan oleh M.
palmivorus. Buah yang terinfeksi yang masih ada pada tandan akhirnya akan
kering dan hanya meninggalkan jaringan berserat dari mesocarp (Gambar 1B) dan
terdapat pula serangga atau mikroorganisme lain pada tandan.

Gambar 1 Gejala busuk tandan kelapa sawit, nampak miselium dan tubuh buah
M. palmivorus (1A), gejala busuk tandan yang sudah kering (1B)

8
Pengamatan secara makroskopis pada tanaman kelapa sawit menunjukkan
bahwa cendawan M. palmivorus membentuk tubuh buah seperti payung dengan
miselium berwarna putih seperti kipas yang meluas pada permukaan tandan.
Tubuh buah cendawan ini berwarna putih, namun pada kondisi yang mendukung
pertumbuhannya bagian bawah pileus berwarna kemerahan dan mengkerut pada
cuaca kering. Ukuran stipe-nya sekitar 10 x 12 mm dan bagian pileus mencapai
diameter 5-6 cm. Bagian pileus biasanya keras, tipis dan membetuk setengah
lingkaran. Pada tanaman kelapa sawit yang menunjukkan gejala busuk tandan
berhasil di isolasi patogen M. palmivorus. Patogen ini tidak membentuk tubuh
buah pada media agar buatan, namun koloni tampak berwarna putih hingga putih
kemerah-merahan. Cendawan M. palmivorus dibawah mikroskop mempunyai
miselium yang bercabang tanpa septa (Gambar 2). Namun, pada tidak terlihat
jelas clamp connection pada pengamatan dibawah mikroskop perbesaran 40x100.
Cendawan M. palmivorus merupakan kelompok basidiomycetes yang tidak
memproduksi spora aseksual (konidia) dan hanya memproduksi spora seksual
(basidiospora). Inokulum patogen ini, spora dapat disebarkan melalui angin,
terbawa serangga atau terbawa dalam sisa – sisa tanaman sakit dan alat – alat
pertanian yang digunakan.

Gambar 2 Miselium M. palmivorus dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 x
10
Uji Antagonisme secara In Vitro
Hasil uji penghambatan agens biokontrol (APS 5, APS12, TH17, G84, B12,
dan P1) menunjukkan kemampuan penghambatan yang berbeda oleh masingmasing agens biokontrol pada 1-6 hsi (tabel 1). Pada perlakuan kontrol (tanpa
agens biokontrol). Pada perlakuan kontrol (tanpa agens biokontrol) koloni M.
palmivorus mampu berkembang memenuhi cawan petri pada 6-7 hsi. Sedangkan
pada metode uji ganda antara kandidat agens biokontrol dengan patogen dihari
pertama setelah inokulasi belum terlihat adanya proses penghambatan. Hal ini
diduga karena setiap individu yang baru diinokulasikan pada media buatan akan
langsung menyerap nutrisi dan memanfaatkan ruang kosong untuk
perkembangannya tanpa ada persaingan atau penghambatan (Smith & onions
1994).

9
Tabel 1 Persentase penghambatan agens antagonis.
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9

Perlakuan
**

Met APS5
Met APS12**
IAPS5***
IAPS12***
TH17
G84
B12
P1
Kontrol

Keterangan :

*

**
***

Penghambatan pada hari Ke- (%)*
1
2
3
4
100a 100a
100a
100a
100a 100a
100a
100a
0.00g 0.00g
-17.72i -20.95ij
0.00g 0.00g
-12.55h -18.20i
0.00g 30.00d 54.40b 100a
0.00g 22.67e 32.38cd 100a
0.00g 0.00g
13.80f
18.97e
0.00g -11.33h -21.05ij -27.38kl
0.00g 0.00g
0.00g
0.00g

5
100a
100a
-23.66kj
-19.40ij
100a
100a
27.74d
-30.71lm
0.00g

6
100a
100a
-26.62kl
-22.42ijk
100a
100a
36.88c
-33.01m
0.00g

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%.
Metabolit aktinomiset (APS5 dan APS12).
Isolat aktinomiset (APS5 dan APS12).

Pada uji pendahuluan dilakukan metode uji ganda untuk mengevaluasi
kemampuan penghambatan aktinomiset APS5 dan APS12 terhadap pertumbuhan
koloni M. palmivorus. Berdasarkan pengamatan, persen penghambatan
pertumbuhan M. palmivorus oleh isolat aktinomiset APS5 dan APS12 masingmasing sebesar -26.62% dan -22.42% pada 6 hsi. Hasil yang diperoleh tersebut
dengan menyatakan bahwa koloni patogen masih mampu tumbuh menutupi
koloni aktinomiset, sehingga tidak tampak proses penghambatan (Gambar 3a dan
3b). Hal ini terjadi karena, pertumbuhan aktinomiset pada permukaaan agar yang
sangat lambat. Selanjutnya dilakukan modifikasi uji ganda yaitu dengan
memberikan inokulum APS5 dan APS12 disekeliling M. palmivorus dengan
penggoresan, nampak koloni patogen tidak tumbuh. Berdasarkan pengamatan,
isolat APS5 dan APS12 menghasilkan metabolit yang toksin dan fungistatis bagi
M. palmivorus. Oleh karena itu, kemudian dilakukan uji penghambatan
pertumbuhan koloni M. palmivorus oleh aktinomiset dilakukan dengan metode
peracunan media menggunakan larutan metabolit yang diperoleh dari isolat APS5
dan APS12.

Gambar 3 Aktinomiset dengan metode uji ganda, koloni patogen mampu tumbuh
diatas koloni agens antagonis (a) APS5, dan (b) APS 12

10
Hasil uji peracunan media dengan senyawa metabolit APS5 dan APS12
menunjukkan efek penghambatan yang paling tinggi (100%) dan yang paling
cepat pada 1 hsi hingga 6 hsi, patogen tetap tidak dapat tumbuh sama sekali.
Terbukti berdasarkan pengamatan pada kontrol, tampak jelas bahwa patogen
dapat tumbuh membentuk koloni dan memenuhi cawan petri pada hari keenam
(Gambar 3c). Sedangkan patogen yang diinokulasikan pada media PDA yang
terdapat senyawa bioaktif baik APS5 atau pun APS12 tampak tidak ada
pertumbuhan koloni patogen tersebut (Gambar 4a dan 4b). Aktinomiset APS5 dan
APS12 memiliki senyawa metobolit yang sangat toksik bagi M. palmivorus. Hal
ini diketahui dengan tidak tumbuhnnya koloni patogen pada media yang telah
diberikan 1 ml : 9 ml PDA. Setelah pengamatan hari keenam setalah inokulasi
koloni patogen dipindahkan pada media PDA baru, namun koloni patogen
nampak tidak tumbuh. Hal ini diduga koloni patogen langsung mati saat berada
pada media yang telah dicampur dengan senyawa metabolit APS5 dan APS12.

Gambar 4 Uji penghambatan pertumbuhan M. palmivorus dengan dengan metode
peracunan media, perlakuan dengan senyawa bioaktif APS5 dan
APS12 tidak ada pertumbuhan koloni patogen (a dan b), pada
perlakuan control, koloni patogen memenuhi cawan petri pada hari ke6 hsi (c)

11
Aktinomiset termasuk kedalam golongan bakteri positif dan dapat
menghasilkan struktur bertahan berupa spora. Koloni aktinomiset memiliki ciri
khas berupa penampakan yang terlihat berdebu dalam media agar. Penampakan
tersebut merupakan spora yang dihasilkan oleh hifa aerial yang hanya dimiliki
oleh aktinomiset. Menurut Ainsworth (1971), aktivitas antimikroba disebabkan
oleh senyawa antibiotik yang dihasilkan oleh aktinomiset, seperti amphotericin,
cyclohexarnide, nystatin, dan streptomycin. Oskay et al. (2004) melaporkan
bahwa aktinomiset merupakan mikroorganisme yang mampu mensintesis banyak
metabolit sekunder seperti antibiotik, pestisida, antiseptik, selulase, dan xylanase.
Todar (2008) juga mengemukakan bahwa aktinomiset mampu menghasilkan
senyawa antibiotik seperti tertasiklin, streptomisin, eritromisin, kloramfenikol,
ivermektin, dan rifampisin.
Kemampuan penghambatan agens biokontrol dengan metabolit APS5 dan
APS12 terhadap pertumbuhan koloni M. palmivorus diduga karena adanya
aktivitas antimikroba yang tinggi (toksin). Dugaan ini diperkuat karena, pada
pengujian metode peracunan media yang diberikan adalah larutan senyawa
bioaktif aktinomiset dan mekanisme penghambatan aktinomiset melalui metabolit
toksik yang dihasilkan. Sedangkan isolat APS5 dan APS12 secara langsung tidak
menghambat pertumbuhan koloni M. palmivorus. Berdasarkan informasi diatas
menunjukkan bahwa metabolit APS5 dan APS12 memiliki kemampuan
penghambatan pertumbuhan M. palmivorus yang sangat tinggi dan memberikan
efek pengendalian yang menjanjikan.
Cendawan antagonis T. harzianum (TH17) dan G. fimbriatum (G84)
memiliki kemampuan penghambatan pertumbuhan koloni M. palmivorus yang
tidak berbeda nyata. Kemampuan penghambatan oleh kedua agens antagonis ini
sangat tinggi pada 4 hsi yaitu 100%. Pada proses penghambatan pertumbuhan
patogen, agens antagonis TH17 mampu menutupi cawan petri pada 4 hsi.
Sedangkan, pada ada hari keenam pertumbuhan TH17 dan G84 menunjukkan
over growth, sehingga menutupi petumbuhan koloni patogen dan tumbuh diatas
koloni patogen (Gambar 4a dan 4b). Penghambatan terhadap pertumbuhan M.
palmivorus oleh agens antagonis TH17 dan G84 disebabkan karena pertumbuhan
koloninya lebih cepat dibanding cendawan patogen. Hal ini didukung oleh
Djafaruddin (2000) menjelaskan bahwa faktor penting yang menentukan aktivitas
mikroorganisme antagonis yang dapat mengendalikan patogen adalah memiliki
kecepatan pertumbuhan yang tinggi sehingga mampu berkompetisi dengan
patogen dalam hal makanan dan penguasaan ruang yang pada akhirnya dapat
menekan pertumbuhan cendawan patogen.
Adanya penghambatan terhadap pertumbuhan diameter koloni M.
palmivorus diduga karena adanya enzim dan senyawa yang terdapat pada agens
antagonis T. harzianum yang mampu merusak dinding sel patogen. Hal tersebut
menunjukkan adanya mekanisme penghambatan hiperparasitisme, antibiosis, lisis
dan toksisitas, kompetisi ruang sebelum terjadi antagonis pada koloni patogen
tampak adanya zona penghambatan seperti kompetisi ruang dan nutrisi oleh
kandidat antagonis. Hal yang sama juga terjadi pada mekanisme penghambatan
oleh agens antagonis G. fimbriatum. Menurut Lewis dan Papavizas (1984) selama
Trichoderma sp. tumbuh aktif menghasilkan sejumlah besar enzim yang dapat
menglarutkan dinding sel patogen. Cendawan agens biokontrol T. harzianum
dapat memproduksi enzim litik dan antibiotik antifungal yang tinggi serta

12
memproduksi metabolit seperti asam sitrat, etanol, dan berbagai enzim seperti
urease, selulase, glukanase, dan kitinase. Enzim tersebut berguna untuk
meningkatkan efisiensi aktivitas biokontrol terhadap patogen yang mengandung
kitin dan hasil metabolit dipengaruhi kandungan nutrisi yang terdapat dalam
media. Rosaline (2000) menyatakan Gliocladium sp. dapat berperan
mengendalikan patogen tanaman karena mnghasilkan senyawa metabolit seperi
gliotoksin, viridin dan paraquinon yang bersifat fungitoksik terhadap patogen.

Gambar 5 Uji antagonisme dengan metode uji ganda, agens antagonis mampu
menekan pertumbuhan patogen M. palmivorus (a) TH17, (b) G84,
(d) B12, dan (c) koloni patogen mampu tumbuh menutupi koloni P1
Hasil persen penghambatan terhadap pertumbuhan M. palmivorus oleh
kandidat agens biokontrol B. subtilis (B12) sebesar 36.88% pada 6 hsi. Hal ini
menunjukkan bahwa agens biokontrol B12 mememberikan efek penghambatan
terhadap koloni patogen yang rendah. Mekanisme penghambatan yang dimiliki B.
Subtilis yaitu mekanisme antibiosis. Hal tersebut nampak bahwa penghambatan
B12 menimbulkan batas yang jelas (zona bening) dengan koloni M. palmivorus
(gambar 4d). Proses pengahambatan yang terjadi diduga karena adanya antibiotik
yang bersifat racun yang dihasilkan oleh kandidat agens antagonis B. subtilis.

13
Potensi B. subtilis dalam pengendalian berbagai jenis patogen dihubungkan
dengan kemampuannya dalam memproduksi berbagai macam senyawa
antimikroba seperti subtilin, surfactin, bacitracin, basilin, difisidin, oksidifisidin
(Szczech dan shoda 2006). Menurut Soesanto (2008), B. subtilis menghasilkan
antibiotik yang bersifat racun terhadap mikroba lainnya. Antibiotik yang
dihasilkan oleh B. subtilis salah satunya adalah subtilosin yang berupa protein
antimikroba. Kandidat P. fluorescens (P1) tidak memberikan efek penghambatan
terhadap pertumbuhan koloni M. palmivorus, karena nilai persen penghambatan
yang diperoleh bernilai negatif. Persen penghambatan pertumbuhan koloni M.
palmivorus pada 6 hsi sebesar -33.01%. Terlihat jelas pada gambar bahwa koloni
patogen mampu tumbuh menutupi koloni P1 dan memenuhi cawan petri (Gambar
4c). Hal ini diduga karena pertumbuhan koloni P1 lambat dan tidak menyebar
pada media agar. Pada penelitian ini, pengujian dengan metode peracunan media
tidak dilakukan dengan menggunakan agens antagonis B. subtilis dan P.
fluorescens, karena masalah dana yang kurang mencukupi.

14

SIMPULAN DAN SARAN
Evaluasi antagonisme metode uji ganda isolat aktinomiset APS5 dan APS12
tidak menunjukkan penghambatan terhadap pertumbuhan Marasmius palmivorus.
Uji penghambatan pertumbuhan M. palmivorus dengan metode peracunan media,
menunjukkan bahwa metabolit aktinomiset APS5 dan APS12 memiliki
kemampuan persen penghambatan yang sangat tinggi pada 1-6 hsi. Cendawan
antagonis T. harzianum (TH17) dan G. fimbriatum (G84) memiliki nilai persen
penghambatan yang tinggi (100%) pada 4 hsi hingga 6 hsi. Sedangkan, kandidat
B. subtilis (B12) memiliki nilai persen penghambatan yang rendah yaitu sebesar
36.88% pada 6 hsi. Pada studi ini diketahui P. fluorescens (P1) tidak
menunjukkan adanya proses penghambatan terhadap pertumbuhan koloni M.
palmivorus. Mekanisme penghambatan aktinomiset terhadap M. palmivorus
diduga kuat karena metabolit toksik yang dihasilkan. Sedangkan mekanisme
penghambatan oleh T. harzianum (TH17) dan G. fimbriatum (G84) dilakukan
melalui hiperparasitik, persaingan, lisis dan antibiosis. Mekanisme penghambatan
oleh Bacillus subtilis (B12) diduga dilakukan melalui antibiosis namun efeknya
kurang kuat. Berdasarkan hasil hasil yang diperoleh, disarankan studi lanjut untuk
mengetahui kemampuan penghambatan kandidat B. subtilis (B12) dan P.
fluorescens (P1) dengan metode peracunan media. Agens biokontrol yang efektif
secara in vitro disarankan di uji secara bioassay pada tandan sawit yang
terinokulasi M. palmivorus.

15

DAFTAR PUSTAKA
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal perkebunan. 2011. Statistik Perkebunan Indonesia
2011-2012 kelapa sawit. Jakarta (ID): Departemen Pertanian.
[CABI] Central for Agricultural and Bioscience International. 2007. Crop
Protection Compendium [CD-ROM]. Wallingford (UK): CAB International.
Ainsworth GC. 1971. Ainsworth & Bisby’s Dictionary of the Fungi. Surrey:
Commonwealth Mycological Institute.
CAB International. 2007. Crop protection compendium. Wallingford (UK): CAB
International [internet]. [diunduh 2012 Oktober 9]. Tersedia pada: www.
cabicompendium.org/cpc.
Cook Rj, Baker KF. 1983. The Nature and practice of biological control of plant
pathogen. The American Phytophatological Society.
Djafaruddin. 2000. Dasar – Dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Bumi
Aksara: Jakarta.
Domsch KH, Gams W, Anderson TH. 1980. Compedium of Soil Fungi Vol 1.
New York : Academic Press.
Harahap, I,Y., Winarna R.E.S, Sutarta. 2000. Produktivitas kelapa sawit tinjauan
dari aspek tanah dan iklim dalam prosiding pertemuan kelapa sawit 200-I.
Pusat penelitian kelapa sawit, Medan (ID) : hal 115.
Hartley, J.S. 1969. The Oil Palm. Longmans Green and Co Ltd. London 1:648.
Holliday P. 1980. Fungus diseases of tropical crops. Cambridge (UK): Cambridge
University Press. View Abstract
Lewis JA. Papavizas GC. 1984. Production of Clamidospores and conidia by
Trichoderma spp. In Liquid and Solid. Growth Media. J. Soil Biology and
Biochemistry, 15(4):351-357
Mattjik AA, Sumertajaya M. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Press.
Oskay MO, Tamer U, Azeri C. 2004. Antibacterial activity of some actinomycetes
isolated from farming soils of Turkey. African Journal of Biotecnology. 3
(9): 441-446
Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Putra MC. 2011. Kompatibilitas Bacillus spp. dan aktinomiset sebagai agens
hayati Xanthomonas oryzae pv oryzae dan pemicu pertumbuhan padi
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sharples A. 1925. Annual report of the mycologist for the year 1924. Malayan
Agricultural Journal, 13:214-219.
Siddiquee S, Yusuf UK, Hossain K, Jahan S. 2009. In vitro studies on the
potential Trichoderma harzianum for antagonistic properties against
Ganoderma boninense. Food, Agriculture, & Environment 7(3&4):970976.
Sinaga MS, Susanto A, Tjahjono B, Soseno R. Sudharto. 2001. Kajian
pengendalian hayati Ganoderma boninense Pat. penyebab penyakit busuk
pangkal batang kelapa sawit [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sinaga MS. 2006. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Depok (ID): Penebar
Swadaya.

16
Skidmore AM. and Dickinson CH, 1976. Colony interactions and hyphal
interference between Septoria nodorum and phylloplane fungi. Transactions
of the British Mycological Society 66(1): 57-64.
Smith D, Onions AUS. 1994. The preservations and maintanance of living fungi.
Oxon: Center For Agriculture and Bioscience International (CABI).
Susanto A. 2002. Kajian pengendalian hayati Ganoderma boninense Pat.
Penyebab penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit [disertasi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Soesanto L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. Jakarta
(ID): PT Raja Grafindo Persada.
Taniwiryono. 2012. Mewaspadai hama dan penyakit di musim hujan : Sawit
Indonesia [internet]. http://sawit-indonesia.com/index.php/hama-penyakit/
111-mewaspadai-hama-dan-penyakit-di-musim-kemarau [19 Januari 2013]
Todar K. 2008. Antimicrobial agents used in treatment of infection disease
[research report]. Madison (US): University of Wisconsin.
Turner PD. 1981. Oil Palm Diseases and Disorders. Kuala Lumpur: Oxford
University Press.
Zainudin NAIM, Abdullah F. 2008. Disease suppression in Ganoderma infected
oil palm seedlings treated with Trichoderma harzianum. Plant Protec Sci
44:101-107.

17

LAMPIRAN

18

Lampiran 1 Jari-jari pertumbuhan koloni patogen M. palmivorus dengan metode uji ganda pada media PDA
Kandidat Agens
Biokontrol
TH17
G84
B12
P1
APS5
APS12
TH17
G84
B12
P1
APS5
APS12
TH17
G84
B12
P1
APS5
APS12
TH17
G84
B12
P1

Ulangan

1

2

3

4

Hari ke- 1
R1
R2
0.1
0.1
0.2
0.2
0.2
0.2
0.1
0.1
0.2
0.2
0.1
0.1
0.2
0.2
0.1
0.1
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.1
0.1
0.3
0.3
0.2
0.2
0.2
0.2
0.3
0.3
0.2
0.2
0.1
0.1
0.3
0.3
0.2
0.2
0.1
0.1
0.3
0.3

2
R1
0.7
0.6
0.5
0.3
0.5
0.4
0.6
0.5
0.5
0.5
0.5
0.4
0.6
0.5
0.4
0.5
0.6
0.4
0.7
0.5
0.3
0.6

R2
0.4
0.4
0.5
0.3
0.5
0.4
0.4
0.4
0.5
0.5
0.5
0.4
0.5
0.4
0.4
0.6
0.6
0.4
0.5
0.4
0.3
0.7

Jari – jari Koloni M. palmivorus (cm)
3
4
5
R1
R2
R1
R2
R1
1.1
0.5
1.2
0
1.2
0.8
0.5
0.9
0
0.9
0.8
0.7
1.4
1.2
1.9
0.6
0.7
1.1
1.3
1.7
0.7
0.8
1.5
1.8
2
1.5
1.7
1.8
2.2
2.2
1.1
0.5
1.3
0
1.3
0.6
0.4
0.6
0
0.6
0.9
0.8
1.5
1.1
2
0.7
0.8
1.1
1.4
1.8
1
1.2
1.7
2.1
2.2
1.3
1.5
1.7
2.1
2.1
1.2
0.5
1.4
0
1.4
0.7
0.5
0.7
0
0.7
0.7
0.6
1.1
0.9
1.6
1.1
1.4
1.6
2.1
2.1
1.5
1.8
1.9
2.3
2.4
0.9
1
1.6
1.8
1.9
1.2
0.6
1.2
0
1.2
0.8
0.5
0.8
0
0.8
0.6
0.5
1.4
1.1
1.9
1.2
1.5
1.7
2.2
2.2

6
R2
0
0
1.6
2.1
2.4
2.7
0
0
1.3
2.4
2.8
2.5
0
0
1.2
2.8
3
2.2
0
0
1.4
2.9

R1
1.2
0.9
2.2
2.2
2.6
2.5
1.3
0.6
2.5
2.3
2.8
2.4
1.4
0.7
2.1
2.5
2.9
2.5
1.2
0.8
2.4
2.6

R2
0
0
1.7
2.8
3.2
3.1
0
0
1.4
3.1
3.6
3
0
0
1.3
3.4
3.7
3
0
0
1.6
3.5
18

19

19

Lampiran 1 Jari-jari pertumbuhan koloni patogen M. palmivorus dengan metode uji ganda pada media PDA (Lanjutan)
Kandidat Agens
Biokontrol
APS5
APS12
TH17
G84
B12
P1
APS5
APS12

Ulangan
4

5

Hari ke- 1
R1
R2
0.1
0.1
0.2
0.2
0.3
0.3
0.3
0.3
0.2
0.2
0.3
0.3
0.1
0.1
0.2
0.2

2
R1
0.3
0.4
0.7
0.6
0.5
0.5
0.4
0.5

R2
0.3
0.4
0.5
0.5
0.5
0.6
0.4
0.5

Jari – jari Koloni M. palmivorus (cm)
3
4
5
R1
R2
R1
R2
R1
0.5
0.6
1.4
1.7
1.8
1.2
1.4
1.7
2
2.2
1.1
0.5
1.2
0
1.2
0.8
0.6
0.9
0
0.9
0.9
0.7
1.4
1.2
1.9
0.9
1.1
1.3
1.7
1.9
0.7
0.8
1.6
1.9
2.1
1.6
1.7
2
2.3
2.4

6
R2
2.2
2.7
0
0
1.3
2.5
2.5
2.8

Lampiran 2 Rata – rata persen penghambatan pertumbuhan koloni M. palmivorus oleh kandidat cendawan antagonis
Kandidat Agens Biokontrol
TH17
G84
B12
P1
Metabolit APS 5
Metaboli APS 12
Isolat APS5
Isolat APS12

Rata- rata persen Penghambatan Hari ke- (%)
1
2
3
4
0.00
30.00
54.39
100.00
0.00
22.00
32.38
100.00
0.00
0.00
13.80
18.97
0.00
-11.33
-21.09
-27.38
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
0.00
0.00
-17.71
-20.95
0.00
0.00
-12.55
-18.18

5
100.00
100.00
27.74
-30.72
100.00
100.00
-23.66
-19.39

6
100.00
100.00
36.89
-32.96
100.00
100.00
-26.45
-22.42

R1
2.3
2.5
1.2
0.9
2.6
2.8
2.6
3

R2
2.9
3.2
0
0
1.5
3.7
3.3
3.5

20

Lampiran 3 Diameter pertumbuhan koloni patogen M. palmivorus pada perlakuan
kontrol
Perlakuan

Ulangan

Kontrol

1
2
3
4
5

Diameter koloni M. palmivorus (cm)
Hari ke- 1
2
3
4
5
6
1
1.8
2.6
5.8
7
9
1.2
1.9
2.8
5.7
6.9
8.9
0.9
1.6
2.5
5.6
7
9
1
1.8
2.6
5.9
7.2
9
1
1.8
2.6
5.8
7
9

Lampiran 4 Isolat Agens Antagonis
A

C

E

B

D

F

Keterangan : APS5 (A), APS12 (B), Pseudomonas fluorescens (C), Bacillus
subtilis (D), Gliocladium fimbriatum (E), Trichoderma harzianum
(F)

21

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Belawan pada tanggal 9 Februari 1991 sebagai anak pertama
dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Robert Sitompul dan Ibu Sorta
Aritonang. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN No.142907
Gonting Julu, Kecamatan Barumun tengah, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara
pada tahun 2002. Menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP
Swata Bintang Timur Rantau Prapat, Labuhan Batu Sumtera Utara pada tahun
2005. Penulis juga menyelesaikan sekolah menengah atas di SMAN 2 Rantau
Utara, Labuhan Batu, Sumatera Utara pada tahun 2008.
Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa penulis
aktif sebagai anggota dan pengurus organisasi daerah Himpunan Mahasiswa
Labuhan Batu (OMDA HIMLAB) periode 2008-2010, anggota dan pengurus
komisi diaspora Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) periode 2009-sekarang,
Penulis mengikuti kegiatan IPB Goes to Field periode 2009-2010, mengikuti
Kuliah Kerja Profesi Faperta FEMA 2011 di Desa Carul, Kecamatan Bumi Jawa,
Kabupaten Tegal. Penulis juga mendapatkan beasiswa PT Austindo Nusantara
Jaya Agri pada Tahun 2008-2012, Beasiswa Gereja Kristen Indonesia (GKI) pada
tahun 2010 – sekarang, Beasiswa Genksi Social Found (GSF) pada tahun 2012.