Kontribusi Pemanfaatan Hasil Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus : Desa Salabulan, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara)

KONTRIBUSI PEMANFAATAN HASIL HUTAN RAKYAT
TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT
( Studi Kasus : Desa Salabulan, Kecamatan Sibolangit,
Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara )

SKRIPSI

Oleh :
JOHANNES MARTPANTO SIMARMATA
021201037 / MANAJEMEN HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara

KONTRIBUSI PEMANFAATAN HASIL HUTAN RAKYAT
TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT

( Studi Kasus : Desa Salabulan, Kecamatan Sibolangit,
Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara )

SKRIPSI

Oleh :
JOHANNES MARTPANTO SIMARMATA
021201037 / MANAJEMEN HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana kehutanan di Fakultas pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan menghitung nilai
ekonomi hasil hutan rakyat yang dimanfaatkan masyarakat Desa Salabulan,
SIbolangit, Sumatera. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa jenis – jenis hasil
hutan yang dimanfaatkan penduduk Desa Salabulan adalah : air aren, gula aren,
daun aren, kayu bakar, kulit kayu manis, daun sungkit, buah durian dan buah
pinang.
Nilai ekonomi hasil hutan yang paling besar adalah pemanfaatan gula aren
dengan persentase nilai jenis sebesar 31.20 % yaitu Rp.84.000.000/tahun dengan
jumlah pengguna sebanyak 13 orang dan nilai ekonomi yang paling kecil adalah
pemanfaatan daun sungkit sebesar 0,45% yaitu Rp.1.200.000/tahun dengan
jumlah pengguna sebanyak 5 orang
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tingkat kontribusi
pemanfaatan hasil hutan rakyat terhadap pendapatan masyarakat di Desa
Salabulan, Kecamatan Sibolangit, Sumatera Utara. Dari hasil penelitian didapat
bahwa kontribusi pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat Desa Salabulan sangat
besar yaitu 58.65 % dari keseluruhan total pendapatan responden di Desa
Salabulan .


Kata kunci : hasil hutan rakyat, nilai ekonomi, pendapatan masyarakat

Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

Nama
NIM
Program Studi

: Kontribusi Pemanfaatan Hasil Hutan Rakyat terhadap
Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus : Desa Salabulan,
Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera
Utara).
: Johannes Martpanto Simarmata
: 021201037
: Manajemen Hutan


Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

Ketua,

Anggota,

Oding Affandi, S.Hut, MP
NIP : 132 259 566

Kansih Sri Hartini, S.Hut, MP

Mengetahui,
Ketua Departemen

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS
NIP. 132 287 853

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada TuhanYang Maha Esa, karena
atas berkat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang
berjudul “Kontribusi Pemanfaatan Hasil Hutan Rakyat terhadap Pendapatan
Masyarakat di Desa Salabulan, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara“.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan, baik dalam penyusunan maupun penulisannya. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dan membimbing
guna meningkatkan kualitas dari skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan untuk
kemajuan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Desember 2008

Johannes M Simarmata

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
DAFTAR TABEL ........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

i
ii
iv
v
vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................
Tujuan Penelitian ..............................................................................
Manfaat Penelitian.............................................................................


1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Hutan .................................................................................
Fungsi Hutan ....................................................................................
Manfaat Hutan....................................................................................
Hutan Rakyat .....................................................................................
Masyarakat Desa Hutan ......................................................................
Nilai Ekonomi Hasil Hutan.................................................................
Tingkat Pendapatan ............................................................................

4
4
6
7
9
11

13

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................
Populasi dan Sampel ........................................................................
Metode Penelitian...............................................................................
Bahan dan Alat .................................................................................
Pengumpulan Data ............................................................................
Analisis Data .....................................................................................
Defenisi dan Batasan Operasional ......................................................

15
15
16
16
17
18
19

KONDISI UMUM

Sejarah Ringkas Kecamatan Sibolangit ..............................................
Keadaan Fisik Lingkungan.................................................................
Luas Wilayah .....................................................................................
Sarana dan Prasarana .........................................................................
Hutan Rakyat .....................................................................................
Kondisi Sosial dan Ekonomi ..............................................................

20
21
22
22
22
24

HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis Hasil Hutan yang Dimanfaatkan Masyarakat ............................. 25
Nilai Ekonomi Hasil Hutan ............................................................... 37
Kontribusi Pemanfaatan Hasil Hutan.................................................. 38
KESIMPULAN DAN SARAN


Universitas Sumatera Utara

Kesimpulan........................................................................................ 39
Saran ................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Kondisi Umum Hutan Rakyat Desa Salabulan

23

Gambar2. Kondisi Umum Desa Salabulan

24

Gambar 3. Proses Penyadapan pada Pohon Aren


30

Gambar 4. Proses Pembuatan Gula Merah

30

Gambar 5. Pohon Durian

31

Gambar 6. Pemanfaatan Buah Pinang

32

Gambar 7. Pemanfaatan Daun Aren

33

Gambar 8. Pemanfaatan Daun Sungkit

34

Gambar 9. Daun Sungkit

34

Gambar 10. Pemanfaatan Kayu Mani s

35

Gambar 11. Kayu Bakar

36

Gambar 12. Persentase Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan

37

Gambar 13. Persentase Kontribusi Nilai Ekonomi Hasil Hutan Terhadap
Pendapatan Masyarkat Desa Salabulan

38

Gambar14. Wawancara dengan Penduduk Desa Salabulan

47

Gambar 15. Memberikan Kuesioner kepada Penduduk Desa Salabulan

47

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

HAL
Tabel 1. Kondisi Rumah Tangga Responden Masyarakat Desa Salabulan

25

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
HAL
Lampiran 1. Jumlah Rata – Rata Pendapatan Total

42

Lampiran 2. Perhitungan Nilai ekonomi

44

Lampiran 3. Contoh Kuesioner

45

Lampiran 4. Dokumentasi

47

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan menghitung nilai
ekonomi hasil hutan rakyat yang dimanfaatkan masyarakat Desa Salabulan,
SIbolangit, Sumatera. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa jenis – jenis hasil
hutan yang dimanfaatkan penduduk Desa Salabulan adalah : air aren, gula aren,
daun aren, kayu bakar, kulit kayu manis, daun sungkit, buah durian dan buah
pinang.
Nilai ekonomi hasil hutan yang paling besar adalah pemanfaatan gula aren
dengan persentase nilai jenis sebesar 31.20 % yaitu Rp.84.000.000/tahun dengan
jumlah pengguna sebanyak 13 orang dan nilai ekonomi yang paling kecil adalah
pemanfaatan daun sungkit sebesar 0,45% yaitu Rp.1.200.000/tahun dengan
jumlah pengguna sebanyak 5 orang
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tingkat kontribusi
pemanfaatan hasil hutan rakyat terhadap pendapatan masyarakat di Desa
Salabulan, Kecamatan Sibolangit, Sumatera Utara. Dari hasil penelitian didapat
bahwa kontribusi pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat Desa Salabulan sangat
besar yaitu 58.65 % dari keseluruhan total pendapatan responden di Desa
Salabulan .

Kata kunci : hasil hutan rakyat, nilai ekonomi, pendapatan masyarakat

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kehutanan

merupakan

salah

satu

sektor

terpenting

yang

perlu

mendapatkan perhatian khusus, mengingat lebih dari 67% luas daratan Indonesia
berupa hutan. Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat penting
peranannya dalam kehidupan manusia. Hutan juga dapat memberikan manfaat
yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Hutan
memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan manusia yaitu berupa manfaat
langsung (tangible) dan manfaat yang tidak langsung (Intangible). Manfaat hutan
tersebut diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya sehingga dapat berfungsi
secara optimal. Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari hutan akan
memberi peranan nyata apabila dalam pemanfaatan hutan itu menerapkan prinsip
kelestarian hasil (Sustainable Yield Principle) yaitu pemanfaatan hutan yang harus
diikuti dengan kegiatan pelestarian sehingga manfaat hutan tersebut dapat selalu
dirasakan (Zain, 1998).
Hutan adalah kekayaan alam yang dikuasai oleh negara sesuai dengan
pasal 33 UUD 1945, yakni yang berbunyi : “bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat”. Berdasarkan pasal ini kita dapat menarik kesimpulan
bahwa sumber daya alam dalam hal ini sumber daya hutan juga dapat
dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat.
Sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan hidup dengan
memanfaatkan hasil hutan. Hutan sebagai tempat sumber mata pencaharian

Universitas Sumatera Utara

mereka sehingga hubungan antara manusia dengan lingkungannya dalam hal ini
hutan sangatlah erat sehingga dapat dianggap bahwa masalah manusia adalah
merupakan masalah lingkungan dan sebaliknya masalah lingkungan juga menjadi
masalah manusia, sebab masalah lingkungan akan muncul apabila hubungan
manusia dengan lingkungan tidak sejalan, yang pada umumnya dipacu oleh
pertambahan manusia yang semakin meningkat namun tidak diimbangi dengan
perkembangan lingkungan (Bambang, 1995).
Manfaat hutan yang dirasakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
sangat nyata. Seperti menghasilkan barang-barang yang diperlukan untuk
berbagai kepentingan seperti kayu bangunan dan bahan untuk membuat alat-alat
pertanian, hutan juga memberikan lingkungan hidup yang nyaman bagi mereka,
dan yang lebih penting lagi adalah menyediakan lahan yang subur untuk bercocok
tanam. Oleh karena itu di tempat-tempat yang bertopografi datar sampai landai,
lahan hutan secara berangsur-angsur diubah menjadi lahan pertanian. Hutan juga
dapat bermanfaat sebagai tempat penggembalaan ternak (Simon, 2004).
Penelitian ini juga dilatarbelakangi oleh kenyataan yang ada di dalam
masyarakat, sebagaimana masyarakat Desa Salabulan yang tinggal di sekitar
kawasan hutan yang menggantungkan hidupnya pada hasil hutan dan banyak
memanfaatkan hasil hutan tersebut seperti : kayu bakar, kayu bangunan, air nira,
ijuk, tumbuhan obat-obatan dan lain-lain. Hasil hutan yang dimanfaatkan
masyarakat desa Salabulan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
dan sebagian dijual untuk menghasilkan uang untuk mencukupi kebutuhannya
juga. Sejalan dengan itu maka penelitian ini dilakukan untuk melihat kontribusi

Universitas Sumatera Utara

dari pemanfaatan hasil hutan yang

telah dimanfaatkan terhadap pendapatan

masyarakat Desa Salabulan Kecamatan Sibolangit.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengidentifikasi jenis - jenis hasil hutan rakyat yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Salabulan.
2. Mengetahui nilai ekonomi hasil hutan rakyat yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Salabulan
3. Mengetahui kontribusi pemanfataan hasil hutan rakyat terhadap pendapatan
masyarakat desa Salabulan.

Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi mengenai pemanfaatan hasil hutan, baik bentuk
maupun jenis-jenis yang dimanfaatkan masyarakat desa Salabulan.
2. Memberikan masukan bagi instansi terkait seperti Dinas Kehutanan dalam
pengelolaan sumber daya hutan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sekitar hutan dan tercapainya kelestarian hutan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Hutan
Hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan pohon-pohon yang secara
keseluruhan

merupakan

persekutuan

hidup

alam

hayati

beserta

alam

lingkungannya, dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan. Artinya, hutan
suatu areal yang cukup luas, didalamnya bertumbuhan kayu, bambu dan/palem,
bersama-sama

dengan

berupa

maupun

nabati

tanahnya,
hewani,

beserta

yang

secara

segala

isinya,

keseluruhan

baik

merupakan

persekutuan hidup yang mempunyai kemampuan untuk memberikan manfaatmanfaat lainnya secara lestari (Zain, 1996). Hal ini didukung oleh pendapat
Arief (2001) yang mengatakan bahwa hutan adalah merupakan kumpulan
pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh-tumbuhan memanjat dengan bunga
yang beraneka warna yang berperan sangat penting bagi kehidupan manusia.
Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, mendefinisikan
hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Sedangkan kehutanan adalah
sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil
hutan yang diselenggarakan secara terpadu.

Fungsi Hutan
Berdasarkan undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, bahwa
hutan mempunyai 3 fungsi, yaitu : fungsi konservasi, fungsi lindung, fungsi

Universitas Sumatera Utara

produksi. Selanjutnya pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokoknya
yaitu : hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi. Hutan konservasi
adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang diperuntukkan untuk
perlindungan alam, pengawetan jenis-jenis flora dan fauna, wisata alam dan
keperluan ilmu pengetahuan. Hutan lindung adalah hutan yang diperuntukkan
untuk perlindungan tata tanah dan air untuk kawasan sekitarnya, sedang hutan
produksi adalah hutan yang diperuntukkan untuk produksi kayu dan hasil hutan
lainnya untuk mendukung perekonomian negara dan perekonomian masyarakat.
Arief (2001) mengatakan bahwa fungsi produksi hutan memiliki peran
yang penting di bidang perekonomian karena produksi hasil hutan dapat
meningkatkan pembangunan ekonomi nasional dan kemakmuran rakyat.
Pengusahaan hutan berdasarkan atas asas kelestarian dan asas perusahaan meliputi
aspek penanaman, pemeliharaan, pemungutan hasil, pengolahan, dan pemasaran
hasil hutan.
Hutan yang berfungsi produksi (hutan produksi) adalah kawasan hutan
yang ditumbuhi oleh pepohonan keras yang perkembangannya selalu diusahakan
dan dikhususkan untuk dipungut hasilnya, baik berupa hasil kayu seperti :
a. Kayu perkakas yakni : kayu – kayu yang difungsikan sebagai bahan bangunan
rumah, alat-alat rumah tangga, dan alat angkutan.
b. Kayu bakar, yakni : kayu-kayu yang difungsikan sebagai bahan bakar bagi
keperluan rumah tangga, pabrik, dan lain-lain.
c. Kayu untuk pembuatan kertas (pulp) yakni nahan yang berasal dari kayu,
bambu, dan jerami.

Universitas Sumatera Utara

Dan hasil hutan non kayu seperti getah, buah-buahan, akar dan lain-lain. Hasil
produksi tersebut digunakan untuk memenuhi keperluan masyarakat dan untuk
pembangunan industri dan ekspor, namun juga harus memperhatikan fungsi
ekologisnya (Arief, 2001).

Manfaat Hutan
Hutan mempunyai banyak manfaat (multi benefit) yang sangat berguna
bagi kesinambungan kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Manfaat hutan luar
biasa besarnya selain menyediakan kayu dan produk-produk lainnya, hutan
menyimpan sejumlah besar informasi genetik, mengatur iklim dan tata air,
melindungi

dan

memperkaya

tanah,

mengendalikan

hama

dan

penyakit, mengatur penyerbukan tumbuhan bermanfaat dan menyebarkan
benihnya,

menjaga kualitas air,

menyediakan pemandangan indah dan

memperkaya kita secara spritual (Santoso dan Robert, 2002).
Manfaat hutan untuk rakyat sangat luas. Sejak dahulu rakyat melihat
hutan sebagai sumberdaya penunjang keperluan hidup sehari-hari. Manfaat hutan
berdasarkan bentuk dan wujudnya dapat dibedakan menjadi dua (2) macam, yaitu
manfaat tangible (langsung) dan manfaat intangible (tidak langsung). Manfaat
langsung adalah manfaat yang dapat dirasakan dan dinikmati secara langsung oleh
masyarakat baik hasil hutan yang berupa kayu (kayu bulat maupun kayu bakar)
yang merupakan hasil utama hutan serta berbagai hasil hutan bukan kayu seperti
rotan, bambu, getah, sayuran hutan, buah-buahan, madu dan lain-lain. Manfaat
tidak langsung yaitu manfaat yang dirasakan tidak secara langsung dinikmati oleh

Universitas Sumatera Utara

masyarakat, tetapi dapat dirasakan dengan keberadaan hutan itu sendiri seperti
pengaturan tata air, pencegahan erosi, pariwisata (Soemarwoto dkk, 1992).

Hutan Rakyat
Hutan rakyat mulai dikembangkan pada tahun 1930-an oleh pemerintah
kolonial yang berorientasi di pulau Jawa. Setelah merdeka, pemerintah Indonesia
melanjutkan pada tahun 1952 melalui gerakan “Karang Kitri”. Secara nasional,
pengembangan hutan rakyat selanjutnya berada dibawah payung program
penghijauan yang diselenggarakan pada tahun 1960-an dimana Pekan Raya
Penghijauan I diadakan pada tahun 1961 (Awang, 2001).
Sampai saat ini hutan rakyat telah diusahakan di tanah milik yang diakui
secara formal oleh pemerintah maupun tanah milik yang diakui pada tingkat lokal
(tanah adat). Didalam hutan rakyat ditanam aneka pepohonan yang hasil utamanya
bisa beraneka ragam. Untuk hasil kayu misalnya, sengon (Paraserianthes
falcataria), jati (Tectona grandis), akasia (Acacia sp), mahoni (Swietenia
mahagoni), dan lain sebagainya. Sedang yang hasil utamanya getah antara lain
kemenyan (Styrax benzoin), damar (Shorea javanica). Sementara itu yang hasil
utamanya buah antara lain kemiri, durian, kelapa dan bambu (Awang, 2001).
Terdapat beragam defenisi hutan rakyat diantaranya menurut Zain (1998),
Hutan milik ialah hutan yang tumbuh atau ditanam di atas tanah milik, yang
lazimnya disebut dengan hutan rakyat dan dapat dimiliki oleh orang, baik sendiri
maupun bersama-sama orang lain atau badan hukum. Hutan yang ditanam atas
usaha sendiri di atas tanah yang dibebani hak milik lainnya, merupakan pula hutan
milik dari orang/badan hukum yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

Hardjosoediro (1980) menyebutkan, hutan rakyat atau hutan milik adalah
semua hutan yang ada di Indonesia yang tidak berada diatas tanah yang dikuasai
oleh pemerintah, hutan yang dimiliki oleh rakyat. Proses terjadinya hutan rakyat
bisa dibuat oleh manusia dan bisa pula secara alami. Tetapi proses hutan rakyat
terjadi ada kalanya berawal dari upaya untuk merehabilitasi tanah – tanah kritis.
Jadi hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh diatas tanah milik rakyat, dengan
jenis tanaman kayu-kayuan, yang pengelolaanya dilakukan oleh pemiliknya atau
oleh suatu badan usaha, dengan berpedoman kepada ketentuan yang telah
digariskan pemerintah.
Simon (1995) mengajukan batasan istilah hutan rakyat adalah hutan yang
dibangun secara swadaya oleh masyarakat, ditujukan untuk menghasilkan kayu
atau komoditas ikutannya yang secara ekonomis bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Menurut Departemen Kehutanan,
hutan rakyat didefinisikan sebagai suatu lapangan di luar hutan negara yang
didominasi oleh pohon – pohonan, sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan
merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta lingkungannya (Dephut, 1993).
Sedangkan menurut kamus kehutanan (1990) hutan rakyat adalah : lahan milik
rakyat atau milik adat atau ulayat yang secara terus menerus diusahakan untuk
usaha perhutanan yaitu berupa kayu-kayuan, baik tumbuh secara alami maupun
hasil tanaman.
Sasaran pembangunan hutan rakyat adalah lahan milik dengan kriteria :
1. areal kritis dengan keadaan lapangan berjurang dan bertebing yang
mempunyai kelerengan lebih dari 30%.

Universitas Sumatera Utara

2. areal kritis yang telah diterlantarkan atau tidak digarap lagi sebagai lahan
pertanian tanaman pangan semusim
3. areal kritis yang karena pertimbangan-pertimbangan khusus seperti untuk
perlindungan mata air dan bangunan pengairan perlu dijadikan areal tertutup
dengan tanaman tahunan.
4. lahan milik rakyat yang karena pertimbangan ekonomi lebih menguntungkan
bila dijadikan hutan rakyat daripada untuk tanaman semusim (Jaffar, 1993).
Tujuan pembangunan hutan rakyat menurut Jaffar (1993) adalah :
1. meningkatkan produktivitas lahan kritis atau areal yang tidak produktif secara
otimal dan lestari.
2. membantu penganekaragaman hasil pertanian yang dibutuhkan masyarakat.
3. membantu masyarakat dalam penyediaan kayu bangunan dan bahan baku
industri serta kayu bakar.
4. meningkatkan

pendapatan

masyarakat

tani

di

pedesaan

sekaligus

meningkatkan kesejahteraannya.
5. memperbaiki tata air dan lingkungan, khususnya pada lahan milik rakyat yang
berada di kawasan perlindungan daerah hulu DAS.

Masyarakat Desa Hutan
Masyarakat secara entimologi berasal dari Bahasa Arab dengan akar kata
syaraka yang berarti “ikut serta atau berperan serta”. Sedangkan dalam bahasa
Inggris disebut dengan society yang berasal dari bahasa Latin socius yang berarti
“kawan”. Koentjaraningrat (1996) mendefinisikan masyarakat, yaitu kesatuan

Universitas Sumatera Utara

hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat istiadat tertentu yang
sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Masyarakat secara linear dibedakan menjadi dua, yaitu masyarakat
pedesaan dan masyarakat perkotaan. Antropologi kehutanan memfokuskan kajian
pada masyarakat pedesaan yang tinggal di dalam dan sekitar hutan. Masyarakat
desa hutan sebagai salah satu kesatuan hidup manusia mempunyai karakteristik
berbeda dibandingkan dengan komunitas lain. Adapun perbedaan karakteristik
tersebut, antara lain : jenis lingkungan tempat tinggal, sistem kemasyarakatan, dan
sistem kebudayaan. Masyarakat desa sesuai dengan julukannya tinggal di
lingkungan sekitar dan dalam hutan. Masyarakat desa relatif masih bersifat
tertutup, terisolasi, dan terpencil dengan kehidupan komunitas luar yang
disebabkan sifat hutan tropis yang mempunyai diversitas jenis dan kuantitas
vegetasi yang tinggi, sehingga komunikasi antar warga masyarakat desa hutan
yang tinggal di luar kawasan mengalami kesulitan. Bahkan, interaksi dengan
sesama warga masyarakat desa yang tinggal di kawasan hutan terbatas untuk
dapat dilakukan. Hal

ini mengakibatkan masyarakat desa hutan berkembang

menjadi masyarakat yang memiliki kekhasan budaya yang berbeda dengan
komunitas lainnya (Nugraha dan Murtijo, 2005).
Sistem kemasyarakatan yang ada di masyarakat desa hutan terintegrasi
secara kuat diantara sesama warganya dengan tingkat solidaritas dan toleransi
yang tinggi. Solidaritas dan toleransi dengan orang asing di luar komunitasnya
sangat rendah, bahkan sering terwujud dalam sikap agresif, curiga, resisten, dan
sulit diajak kerjasama. Hal ini disebabkan rendahnya intensitas komunikasi
dengan masyarakat luar. Aktivitas kehidupan ekonomi masyarakat desa hutan

Universitas Sumatera Utara

juga terikat oleh keberadaan sumber daya hutan, mulai dari kegiatan pertanian
ladang berpindah, berkebun sederhana, dan mengumpulkan hasil hutan.
Masyarakat desa hutan tinggal terpencar dan tergabung dalam komunitas kecil
sehingga terlihat sebagai komunitas yang terisolasi. Meskipun, diantara
masyarakat desa hutan sudah ada yang mengarah ke komunitas yang lebih terbuka
dengan pihak luar (Nugraha dan Murtijo, 2005).
Nugraha (2005) mengatakan bahwa budaya masyarakat desa hutan
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu lingkungan, sejarah dan pengalaman. Masyarakat
desa hutan yang tergolong dalam komunitas-komunitas kecil yang terisolasi
dengan lingkungan hutan yang melingkupi, maka sistem budayanya sangat
dipengaruhi oleh keberadaan hutan tersebut. Kebudayaan masyarakat desa hutan
didasarkan pada sistem pengetahuan yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan
pemahaman, interpretasi atau adaptasi terhadap lingkungan hutan.
Penduduk asli dan anggota masyarakat, serta masyarakat setempat lainnya,
mempunyai peranan

yang

penting

dalam

pengelolaan

lingkungan dan

pembangunan karena mereka memiliki pengetahuan dan kebiasaan tradisional
yang bermanfaat bagi tercapainya pengelolaan hutan yang lestari.

Nilai Ekonomi Hasil Hutan
Jika kita ingin berbicara tentang kontribusi pemanfaatan hasil hutan
terhadap pendapatan masyarakat maka kita terlebih dahulu berbicara tentang nilai
(harga) hasil hutan tersebut. Nilai hasil hutan tersebut dapat dilihat dari fungsinya
bagi pemenuhan kebutuhan manusia baik secara langsung (pemenuhan konsumsi
dan kesenangan) maupun tidak langsung (sebagai penyeimbang ekosistem demi

Universitas Sumatera Utara

kelestarian kehidupan). Nilai adalah merupakan persepsi manusia, tentang makna
suatu objek (sumber daya hutan), bagi orang (individu) tertentu, tempat dan waktu
tertentu pula. Oleh karena itu nilai sumberdaya hutan yang dinyatakan oleh suatu
masyarakat di tempat tertentu akan beragam, tergantung kepada persepsi setiap
anggota masyarakat tersebut.
Nilai ekonomi adalah nilai suatu barang atau jasa jika diukur dengan uang.
Jadi nilai ekonomi hasil hutan dapat juga diartikan sebagai nilai / harga hasil hutan
yang dimanfaatkan yang dapat ditukarkan dengan uang. Ichwandi (1996)
mengatakan bahwa penilaian ekonomi sumber daya hutan adalah suatu metode
atau teknik untuk mengestimasi nilai uang dari barang atau jasa yang diberikan
oleh suatu kawasan hutan.
Dalam melakukan penilaian ekonomi suatu barang atau jasa dapat
dilakukan dengan beberapa metode yaitu : metode nilai pasar, metode nilai relatif,
dan metode biaya pengadaan. Metode nilai pasar digunakan jika barang/jasa
tersebut sudah memiliki nilai pasar. Nilai pasar adalah harga barang atau jasa
yang ditetapkan penjual dan pembeli di pasar.

Penilaian

ekonomi

dengan

metode nilai pasar akan dianggap paling baik dengan catatan nilai pasar itu
tetap tersedia (Affandi dan Patana, 2002).
Metode nilai relatif digunakan jika barang/jasa tersebut tidak memiliki
nilai pasar namun dapat dibandingkan dengan barang/jasa yang sudah memilki
nilai pasar. Metode nilai relatif dihitung dari hasil perkalian jumlah volume suatu
objek (hasil hutan tertentu) dengan harga relatif

barang tersebut. Metode

penilaian melalui biaya pengadaan merupakan metode yang mengukur nilai suatu
barang / jasa berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan /

Universitas Sumatera Utara

mendapatkan barang / jasa yang digunakan. Metode ini digunakan jika barang
tersebut tidak mempunyai harga pasar dan tidak mempunyai harga relatif (harga
suatu barang jika dibandingkan dengan harga barang lain yang mempunyai harga
pasar). Affandi dan Patana (2002) dalam penelitiannya mengatakan bahwa metode
penilaian dengan biaya pengadaan dapat dihitung dengan rumus :

Ni =

BPi
JVi

Dimana, N = Nilai ekonomi hasil hutan (Rp/unit volume)
BP = Biaya pengadaan hasil hutan (Rp/pengambilan)
JV = Jumlah volume hasil hutan ( unit volume/pengambilan)
i

= Jenis hasil hutan yang diambil

Tingkat Pendapatan
Besar pendapatan berhubungan dengan kemampuan untuk membiayai
kebutuhan hidup. Bagi masyarakat yang tidak mampu ada kalanya kemampuan
untuk membiayai kebutuhan hidup tidak sebanding dengan keinginan untuk
mempertahankan kehidupannya. Sulitnya untuk memenuhi kebutuhan hidup
menyebabkan keinginanan tidak sesuai dengan kemampuan. Hal ini yang menjadi
titik awal terjadinya penyimpangan prilaku akibat dorongan pemenuhan
kebutuhan ekonomi (Sukirno, 1985).
Pendapatan rumah tangga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh
anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama
maupun perorangan dalam rumah tangga. Pendapatan formal ialah penghasilan
yang diperoleh melalui pekerjaan pokok. Pendapatan informal adalah penghasilan

Universitas Sumatera Utara

yang diperoleh melalui pekerjaan tambahan diluar pekerjaan pokoknya.
Sedangkan pendapatan subsisten adalah penghasilan yang diperoleh dari sektor
produksi yang dinilai dengan uang. Dapat dikatakan juga bahwa pendapatan
rumah tangga merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan formal, pendapatan
informal dan pendapatan subsisten.
Kemiskinan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan dalam memenuhi
kebutuhan dasar atau dengan kata lain, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun
non makanan yang bersifat mendasar (BPS, 2005).

Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Salabulan, Kecamatan Sibolangit,
Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Alasan penetapan desa
penelitian ini adalah dikarenakan masyarakat desa ini umumnya memiliki mata
pencaharian yang berhubungan langsung dengan hutan dengan kata lain dapat
dikatakan bergantung pada hasil hutan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
Maret 2007.

Populasi dan Sampel
Desa ini memiliki jumlah kepala keluarga sebanyak 76 KK. Sampel
responden yang diambil sebanyak 50 KK. Penduduk desa tersebut juga memiliki
tingkat homogenitas yang tinggi yakni populasi penduduk terdiri dari masyarakat
Karo dan memiliki mata pencaharian yang hampir sama yakni bertani dan
memanfaatkan hasil hutan.
Mantra dan Kasto (1995) mengatakan bahwa salah satu faktor yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu penelitian
adalah Derajat Keseragaman (degree of homogenity) dari populasi. Makin
seragam populasi itu, makin kecil sampel yang dapat diambil.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei
deskriptif, dengan mengadakan pengamatan langsung di lokasi penelitian serta

Universitas Sumatera Utara

menggunakan teknik wawancara. Penelitian survei adalah penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data pokok (Singarimbun, 1995).

Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Kuesioner
2. Kamera
3. Alat tulis
4. Kalkulator
5. Alat perekam suara

Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa :
1. Data Primer
Data ini merupakan data yang langsung dikumpulkan melalui wawancara
dan

pembagian

kuesioner

kepada

responden

yakni

masyarakat

yang

memanfaatkan hasil hutan. Data ini meliputi : jenis dan jumlah hasil hutan
(manfaat tangible), kondisi sosial ekonomi responden (umur, pekerjaan,
pendidikan, mata pencaharian, jumlah tanggungan, lama menetap), frekuensi
pengambilan, lama dan waktu pengambilan, biaya pengambilan dan pendapatan
dari pemanfaatan hasil hutan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

2. Data Sekunder
Data ini diperoleh dari hasil pencatatan data/informasi yang sudah tersedia
dari instansi terkait seperti : kondisi umum lokasi penelitian, peta lokasi dan
jumlah penduduk.

Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dilapangan baik melalui
wawancara maupun kuesioner kemudian

dianalisis secara kuantitatif. Nilai

barang hasil hutan untuk setiap jenis per tahun yang diperoleh masyarakat
dihitung dengan cara :
1. Harga barang hasil hutan (manfaat tangible) yang diperoleh dianalisis dengan
pendekatan harga pasar, harga relatif dan pendekatan biaya pengadaan. Untuk
barang dan jasa hutan yang sudah dikenal pasarnya, penilaian dilakukan
dengan nilai pasar (nilai yang berlaku di pasar). Untuk hasil hutan yang belum
dikenal harga pasarnya tetapi dapat ditukarkan atau dibandingkan dengan nilai
barang dan jasa yang telah ada pasarnya, maka penilaian dilakukan dengan
metode nilai relatif. Sedangkan untuk barang dan jasa hasil hutan yang belum
dikenal pasarnya dan tidak termasuk dalam sistem pertukaran, maka penilaian
dilakukan dengan metode biaya pengadaan, yaitu banyaknya biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan barang dan jasa hutan tersebut.
2. Menghitung nilai rata – rata jumlah barang yang diambil per responden per
jenis
Rata-rata jumlah barang yang diambil :

X i + X ii + ............ X n
n

Universitas Sumatera Utara

Keterangan : Xi = jumlah barang yang diambil responden
n = jumlah banyak pengambil per jenis barang
3. Menghitung Total Pengambilan per Unit Barang per Tahun
Total pengambilan per tahun = (rata-rata jumlah yang diambil) x (frekuensi
pengambilan) x (jumlah pengambil)
4. Menghitung Nilai Ekonomi Barang Hasil Hutan per Jenis Barang per Tahun
Nilai Hasil Hutan per Jenis = Total Pengambilan (unit/tahun) x Harga Hasil
Hutan (Affandi dan Patana, 2002).
5. Menghitung persentase nilai ekonomi dengan cara

% NE =

NEi
× 100%
∑ NE

Keterangan : % NE = Persentase nilai ekonomi
NEi

= Nilai ekonomi hasil hutan / jenis

∑NE = Jumlah Total Nilai Ekonomi dari seluruhhasil hutan
6. Menghitung pendapatan total, pendapatan dari dalam hutan dan luar hutan
Pendapatan total

= Jumlah rata – rata pendapatan / tahun

Pendapatan dalam hutan = Jumlah Nilai Ekonomi dari seluruh jenis
Pendapatan luar hutan

= Selisih antara Pendapatan Total dengan Pendapatan
Dalam Hutan

Hasil perhitungan nilai hasil hutan ini menunjukkan total pendapatan hasil
hutan seluruh jenis per tahun, sehingga dapat dihitung besar kontribusi nilai hasil
hutan ini terhadap pendapatan masyarakat.
Menghitung tingkat kontribusi pemanfaatan hasil hutan.
Kontribusi : Pendapatan Dalam Hutan x 100 %
Pendapatan Total

Universitas Sumatera Utara

Defenisi dan Batasan Operasional
Defenisi - Defenisi
1. Kontribusi adalah tingkat keikutsertaan pemanfaatan hasil hutan dalam
peningkatan pendapatan masyarakat.
2. Hasil hutan adalah barang yang diperoleh dari kawasan hutan yang berupa
manfaat tangible baik berupa kayu maupun nonkayu.
3. Manfaat tangible adalah manfaat langsung yang dapat dirasakan
masyarakat.
4. Hutan rakyat adalah hutan yang dibangun diatas tanah hak milik ditujukan
untuk menghasilkan kayu atau komoditas ikutannya yang secara ekonomis
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
5. Masyarakat adalah masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan baik
yang memanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung hasil hutan
tersebut.
6. Pendapatan adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota keluarga
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan
dalam rumah tangga.
Batasan Operasional
1. Lokasi penelitian adalah Desa Salabulan, Kecamatan Sibolangit,
Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara
2. Waktu penelitian pada bulan Maret sampai dengan April 2007
3. Responden diambil secara Purposive Sampling sebanyak 50 rumah tangga
4. Responden adalah masyarakat yang memanfaatkan hasil hutan secara
langsung (tangible) dari hutan rakyat yang dimilikinya.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis – Jenis Hasil Hutan Yang Dimanfaatkan Masyarakat Desa Salabulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Desa
Salabulan sangat menggantungkan hidupnya terhadap keberadaan hutan. Nugraha
dan Murtijo (2005) menyatakan bahwa hutan merupakan sumber pemenuhan
kebutuhan masyarakat desa hutan, yang ditunjukkan dari ketergantungannya
dalam hal pemenuhan kebutuhan tempat tinggal, lapangan pekerjaan, maupun
ketersediaan pangan. Masyarakat desa hutan membangun tempat tinggal didalam
dan sekitar hutan yang digunakan sebagai tempat bermukim dan melangsungkan
regenerasi. Dengan demikian, hutan merupakan bagian hidup yang tidak
terpisahkan dari kehidupan keseharian masyarakat desa hutan.
Hasil hutan dimanfaatkan untuk kebutuhan mereka sendiri dan sebagian
dijual untuk menambah pendapatan

rumah tangga. Jenis hasil hutan yang

dimanfaatkan penduduk di Desa Salabulan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis Hasil Hutan yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Desa Salabulan
No

Hasil Hutan

Banyak yang memanfaatkan
( Orang )

1
2
3
4
5
6
7
8

Air Nira
Gula Aren
Kayu Manis
Daun Aren
Daun Sungkit
Buah Durian
Buah Pinang
Kayu Bakar

23
13
7
15
5
40
27
45

Universitas Sumatera Utara

Hasil hutan yang umumnya dimanfaatkan masyarakat Desa Salabulan,
antara lain:
1. Air Nira
Pohon Aren (Arenga sp) atau yang dikenal juga dalam bahasa daerah
setempat yang disebut dengan pohon tuak merupakan salah satu komoditas yang
paling disukai masyarakat desa Salabulan. Pohon aren dewasa memiliki garis
tengah batang bisa mencapai 65 cm, sedang tingginya 15 m. Jika ditambah
dengan tajuk daun yang menjulang di atas batang, tinggi keseluruhannya
mencapai 20m (Soeseno, 1995).
Hasil pohon aren yang dimanfaatkan masyarakat desa Salabulan yaitu
berupa air nira. Pengambilan air nira tidak membutuhkan waktu dan biaya yang
banyak. Pohon aren membutuhkan perawatan dan perlakuan yang teratur, hal ini
berguna untuk mendapatkan air dengan mutu yang tinggi dan jumlah yang besar.
Untuk mendapatkan air nira terlebih dahulu dilakukan beberapa perlakuan seperti
memukul tandan dengan tujuan untuk memperlancar keluarnya air nira.
Pengambilan air nira biasanya dilakukan pada pagi atau sore hari, dan
hanya sekali saja dalam satu hari. Air nira ditampung dalam satu wadah yang
berbentuk tabung yang terbuat dari bambu dengan panjang sekitar 1 m dan
diameter 20 cm. Satu pohon dapat menghasilkan sekitar 3 – 4 liter nira dalam satu
hari. Air nira umumnya dijual ke pasar dengan harga Rp.15.000/ jerigen dimana
satu jerigen sebanyak 20 liter.
Selain dikonsumsi secara langsung, air nira juga dapat diolah menjadi gula
merah. Air nira yang telah diambil dimasukkan ke dalam satu wadah yang
diletakkan di atas tungku api kemudian dimasak. Pemasakan dilakukan hingga air

Universitas Sumatera Utara

nira menjadi kental dan berubah warna dari bening menjadi merah. Proses
pemasakan ini membutuhkan waktu sekitar 5 jam. Setelah masak air nira yang
kental dimasukkan kedalam cetakanan. Cetakan ini terbuat dari bambu yang
dipotong melebar dengan tinggi sekitar 10 cm dan ditunggu hingga mengeras.
Biasanya proses ini membutuhkan waktu

12 jam. Banyak masyarakat yang

melakukan kegiatan ini pada sore hari dan dapat diambil hasilnya pada pagi hari
berikutnya. Gula merah ini dijual kepasar dengan harga Rp.7000,- per kilonya.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 23 orang atau 46% dari
jumlah responden penduduk Desa Salabulan ikut memanfaatkan air nira. Dan
hanya 13 orang yang mengolahnya kembali menjadi gula merah atau 26% dari
jumlah responden yang diambil. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, hal ini
disebabkan masyarakat Desa Salabulan memiliki keterbatasan yaitu dalam
pembuatan gula aren biasanya masyarakat memiliki masalah dalam penggunaan
bahan bakar. bahan bakar yang digunakan adalah kayu bakar. Kenyataan yang
berada

dilapangan masyarakat sulit mendapat pasokan kayu bakar untuk

memasak air nira yang kemudian diolah menjadi gula merah.

Kayu bakar

biasanya dipakai dari kayu durian yang tidak berproduksi lagi. Kebanyakan
penduduk berbagi kayu bakar bagi sesama yang memanfaatkan pohon aren.
Biasanya penduduk mengggunakan kayu bakar 0.2m3 – 0.4 m3 kayu bakar untuk
memasak 3 liter air nira.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Proses Penyadapan pada Pohon Aren

Gambar 4. Proses Pembuatan Gula Merah

2. Durian
Durian merupakan salah satu jenis pohon hutan yang juga sudah banyak
dibudidayakan oleh masyarakat Desa Salabulan. Setelah berumur 8 tahun durian

Universitas Sumatera Utara

sudah dapat berproduksi menghasilkan buah. Buah durian dapat dikonsumsi oleh
masyarakat sendiri dan dapat juga dijual kepasar.
Buah durian memiliki rasa yang lezat, dan kandungan protein nabati yang
cukup tinggi. Di samping itu, kayunya pun dapat dipakai sebagai bahan bangunan
dan kayu bakar. Buah durian memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena harganya
tidak pernah terpengaruh oleh harga buah-buahan yang lain (AAK, 1997).
AAK (1997) juga menyatakan bahwa durian memiliki prospek ekonomi
yang cukup bagus disamping buah dari tanaman lainnya. Hasil utama tanaman
durian adalah buahnya. Akan tetapi, di samping hasil pokok berupa buah, tanaman
durian juga memberikan beberapa manfaat dan hasil ikutan, antara lain :
 Tanaman durian dapat dimanfaatkan sebagai pencegah erosi di lahan lahan
yang miring.
 Batang durian dapat digunakan untuk bahan bangunan atau perkakas rumah
tangga. Kendati tidak termasuk kelas istimewa kayu durian dapat digunakan
sebagai bahan bangunan.
 Biji durian memilki kandungan pati yang cukup tinggi sehingga berpotensi
sebagai alternatif pengganti bahan makanan.
 Kulit durian dapat dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus. Caranya
adalah dengan dijemur sampai kering, kemudian dibakar sampai hancur dan
abunya dipakai untuk mencuci piring atau gelas. Abu kulit durian dapat juga
digunakan untuk campuran media tanaman
Pada umur sekitar 8 tahun, tanaman durian sudah mulai berbunga. Musim
berbunga jatuh pada waktu kemarau, yakni bulan Mei sampai Juli sehingga pada
bulan Agustus hingga bulan Februari buah sudah dewasa dan siap dipanen. Di

Universitas Sumatera Utara

Desa Salabulan biasanya musim panen durian pada bulan Agustus. Buah durian
yang sudah matang akan jatuh sendiri. Pengambilan buah durian hanya dilakukan
1 kali dalam setahun. Biasanya sekali produksi pohon durian menghasilkan rata –
rata 500 biji yang berlangsung selama satu musim panen yaitu sekitar 1 bulan.
Masyarakat menjual dengan harga Rp 2.800,- per bijinya dipasar setelah dikurangi
biaya pengangkutan sebesar Rp.200,- perbiji. Namun umumnya masyarakat
menjual dengan harga Rp.2000,- perbijnya

di

kampung

tanpa ada

biaya pengangkutan, hal ini dikarenakan pembeli yang datang langsung ke lokasi
pemukiman masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 40 penduduk Desa Salabulan
memanfaatkan durian. Jumlah ini sebesar 80% dari jumlah total responden.Hal ini
terjadi dikarenakan hutan mereka didominasi dengan tanaman durian.
Pohon durian yang tidak berproduksi lagi biasanya ditebang masyarakat
sebagai bahan bakar kayu untuk memasak air nira dan kebutuhan sehari-hari
mereka.

Gambar 5. Pohon Durian

Universitas Sumatera Utara

3. Pinang (Areca sp)
Pinang yang dimanfaatkan masyarakat Desa Salabulan biasanya berada di
dalam kawasan hutan mereka namun sebagian lagi sudah dibudidayakan di sekitar
pekarangan rumah. Hasil yang dimanfaatkan masyarakat desa Salabulan dari
pohon pinang adalah buahnya. Buah yang telah masak akan jatuh dan kemudian
dikumpulkan. Tidak ada perlakuan khusus dalam pemanfaatan buah pinang ini.
Pinang yang telah dikumpulkan kemudian dijemur setelah mengering buah pinang
dikupas kulitnya.
Pinang

yang telah dikupas dapat dijual dengan harga Rp.5000/ kg.

biasanya penduduk jarang memanfaatkan hasil ini sendiri. Rata – rata penduduk
menjual 25 kaleng buah pinang dalam 1 bulan, dimana didalam 1 kaleng memuat
12 kg buah pinang yang kulitnya telah dikupas.
Hasil penelitian menunjukkan masyarakat Desa Salabulan yang ikut
memanfaatkan pinang sebanyak 25 orang atau sebesar 54% dari jumlah total
responden yang ada. Pinang selain dijual juga dapat digunakan sebagai bahan
masakan, dan sebagian lagi penduduk yang sudah berusia lanjut menggunakan
pinang sebagai bahan untuk menyirih.

4. Daun Aren
Daun aren merupakan bentuk pemanfaatan lain yang berasal dari tanaman
aren. Batang aren mempunyai tajuk yang rimbun. Daun aren muda selalu berdiri
tegak di puncak batang. Daun aren muda yang masih tergulung tersebut masih
lunak seperti kertas, tanaman aren dewasa memiliki daun yang semakin keras, tapi

Universitas Sumatera Utara

lentur seperti kulit lunak. Helaian daun aren memanjang seperti pita, yang
terpanjang bisa sampai 1.5 m. (Soeseno, 1995).
Daun aren biasanya diambil sekali seminggu, daun aren yang diambil
dianyam pada sebilah bambu sepanjang 2 – 3 m. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebanyak 15 orang masyarakat Desa Salabulan atau 30% dari jumlah
responden yang ada memanfaatkan daun aren.Tiap penduduk yang memanfaatkan
daun aren, rata-rata dapat menganyam 50 lembar daun aren tiap bulannya.
Masyarakat Desa Salabulan menggunakan sendiri daun ini untuk atap
rumah mereka, hasil wawancara dengan masyarakat Desa Salabulan, pemanfaatan
daun aren ini dilakukan setelah kegiatan berladang selesai. Pemanfaatan ini
kadang terlihat sebagai kegiatan untuk mengisi waktu luang masyarakat Desa
Salabulan. Sebagian lagi masyarakat Desa Salabulan menjual daun aren yang
telah dianyam dengan harga Rp1000,- perlembarnya.

Gambar 6. Pemanfaatan Buah Pinang

Universitas Sumatera Utara

Gambar 7. Pemanfaatan Daun Aren

5. Daun Sungkit
Daun sungkit dikenal juga dengan bahasa daerah “cikeh”. Daun sungkit
diambil dari tanaman hutan yang memiliki jenis daun kecil memanjang seperti
pita. Daun sungkit digunakan sebagai bahan pengrajin dimana daun dibentuk
dengan cara dianyam. Biasanya daun sungkit digunakan untuk tempat nasi.
Tempat nasi ini biasanya digunakan pada acara adat namun sebagian masyarakat
masih menggunakan sebagai tempat nasi pada kehidupan sehari - hari.
Proses pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama dalam
sebulannya pengrajin rata-rata menjual 4 unit dengan harga Rp.10.000,-.
Penduduk memanfaatkan ini sebagai pendapatan sampingan mereka. Pengrajin
umumnya merupakan wanita yang sudah lanjut usia. Hal ini dikarenakan mereka
tidak mampu lagi bekerja. Hasil wawancara dengan responden menunjukkan
bahwa ada 5 orang masyarakat yang memanfaatkan daun sungkit.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 8. Pemanfaatan Daun Sungkit

Gambar 9. Daun Sungkit yang Sedang Dijemur

6. Kayu Manis.(Cinnamomum verum)
Kulit kayu manis diambil dari pohon kayu manis. Pohon kayu manis
memiliki umur panen yang ideal antara 6 – 12 tahun. Hal ini disebabkan kulit
tanaman belum begitu tebal sehingga dapat menggulung dengan baik. Hanya saja

Universitas Sumatera Utara

tanaman umur 6-12 tahun masih rendah kandungan minyaknya. Kandungan
minyak yang tinggi diperoleh dari tanaman berumur lebih dari 15 tahun.
Rismunandar dan Paimin (2001) menyatakan walaupun masa panen yang
baik minimal umur di atas delapan tahun, namun bukan berarti tanaman belum
bisa dipanen saat masih muda. Tergantung jenisnya tanaman umur lima tahun pun
sudah bisa dipanen walaupun kualitasnya sangat rendah seperti yang dilakukan
oleh petani di Sumatera Barat. Biasanya panen umur muda ini hanya berupa
kegiatan penjarangan. Penjarangan sangat diperlukan agar pertumbuhan tanaman
yang tertinggal bisa maksimal dan mutu kulitnya menjadi baik.
Masyarakat Desa Salabulan yang ikut memanfaatkan kulit kayu manis ini
sebanyak 7 orang atau 14 % dari jumlah responden. Keberadaan

pemanfaatan

kayu manis masih sedikit di Desa Salabulan hal ini disebabkan harganya yang
relatif rendah. Penduduk biasanya tiap bulannya mampu menjual 10 kg dengan
harga Rp.3500/kgnya.
Pemanenan kayu manis di Desa Salabulan umumnya dilakukan dengan
cara mengupas kulit pohon secara langsung tanpa menebang pohon. Rismunandar
dan Paimin (2001) menyatakan ada dua cara lazim yang digunakan petani kayu
manis di Indonesia, yaitu dengan cara menebang pohon kayu manis kemudian
mengupas kulitnya dan mengupas kulitnya tanpa menebang pohon.
Kulit kayu manis sebelum dijemur dikikis atau dibersihkan dari kulit luar,
lalu dibelah – belah menjadi berukuran 3-4 cm. Selanjutnya kulit yang sudah
bersih ini dijemur di bawah terik matahari selama 2 – 3 hari, tergantung pada
keadaan cuaca. Kulit dinyatakan kering jika bobotnya sudah susut sekitar 50%.

Universitas Sumatera Utara

Artinya, kalau bobot sebelum dijemur sekitar 1 kg maka kayu manis kering harus
berbobot 0,5 Kg (Rismunandar dan Paimin, 2001).
Manfaat kulit kayu manis beranekaragam. Masyarakat Desa Salabulan
memanfaatkan kulit kayu manis sebagai bumbu masakan. Namun umumnya kulit
kayu manis ini dijual kepasar.

7. Kayu Bakar
Kebutuhan kayu bakar di Desa Salabulan tergolong besar, Sebanyak 45
orang responden mengatakan memanfaatkan kayu sebagai kayu bakar. Hal ini
dikarenakan hampir sebagian besar masyarakat Desa Salabulan menggunakan
kayu sebagai bahan bakar untuk memasak atau pun keperluan rumah tangga
lainnya.

Gambar 10. Pemanfaatan Kayu Manis

Universitas Sumatera Utara

Kayu yang diambil biasanya dikeringkan terlebih dahulu sebelum
disimpan dibawah rumah penduduk. Penduduk biasanya mengambil kayu bakar
dalam 2 kali seminggu. Kayu yang diambil biasanya untuk kebutuhan beberapa
hari. Penduduk sebagian besar menggunakan kayu bakar untuk dipergunakan
sendiri. Namun ada sebagian kecil masyarakat Desa Salabulan menjualnya di
kampung dengan harga Rp.2000,- perikatnya.

Gambar 11. Kayu Bakar yang Dikumpulkan

Menurut penduduk sedikit banyaknya kayu yang terkumpul dipengaruhi
faktor angin, sehingga banyak penduduk yang mengumpulkan kayu bakar setelah
terjadi angin kencang. Sebagian besar pengumpul kayu bakar adalah wanita dan
anak – anak. Kayu yang digunakan sebagai bahan bakar umumnya diambil dari

Universitas Sumatera Utara

ranting maupun cabang pohon durian yang sudah kering. Hal ini sesuai dengan
pendapat AAK (1997) yang menyatakan kayu durian dapat digunakan sebagai
bahan bangunan dan kayu bakar.
Hasil penelitian menunjukkan tingginya jumlah pemanfaatan kayu bakar
juga dipengaruhi akan tingginya harga minyak tanah. Berdasarkan wawancara
pendu