Pengelolaan Agroforestry& Kontribusinya Terhadap Pendapatan Petani Di Kawasan Penyangga Taman Wisata Alam Sibolangit (Studi Kasus : Desa Sayum Sabah, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang)
PENGELOLAAN
AGROFORESTRY
&
KONTRIBUSINYATERHADAP PENDAPATAN PETANI DI
KAWASAN PENYANGGA TAMAN WISATA ALAM
SIBOLANGIT
(Studi Kasus : Desa Sayum Sabah, Kecamatan Sibolangit,
Kabupaten Deli Serdang)
SANDI PANJAITAN 051201037
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
2011
PENGELOLAAN
AGROFORESTRY
& KONTRIBUSINYA
TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KAWASAN
PENYANGGA TAMAN WISATA ALAM SIBOLANGIT
(Studi Kasus : Desa Sayum Sabah, Kecamatan Sibolangit,
Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
Oleh :
SANDI PANJAITAN 051201037
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
(3)
PENGELOLAAN
AGROFORESTRY
& KONTRIBUSINYA
TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KAWASAN
PENYANGGA TAMAN WISATA ALAM SIBOLANGIT
(Studi Kasus : Desa Sayum Sabah, Kecamatan Sibolangit,
Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
Oleh :
SANDI PANJAITAN
051201037/MANAJEMEN HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
(4)
Judul Skripsi : Pengelolaan Agroforestry& Kotribusinya terhadap Pendapatan Petani di Kawasan Penyangga Taman Wisata Alam Sibolangit(Studi Kasus : Desa Sayum Sabah, Kecamatan Sibolangit,Kabupaten Deli Serdang)
Nama : Sandi Panjaitan
NIM : 051201037 Program Studi : Kehutanan
Minat : Manajemen Hutan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Pindi Patana, S.Hut., M.Sc. Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si.
Ketua Anggota
Mengetahui,
Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D Ketua Program Studi Kehutanan
(5)
ABSTRACT
Management of agroforestry and contribution to income of farmers in the region of Sibolangit Natural Tour Park (Case Study: Sayum Sabah Village, Sibolangit District, Deli Serdang regency). Suvervised by PINDI PATANA and AGUS PURWOKO
The Village of Sayum Sabah which is a village located in the buffer zone of Natural Park Sibolangit has potential in terms of natural resources are managed in agroforestry systems that provide economic value to farmers. Research conducted in the Sayum Sabahvillage, Sibolangit District, Deli Serdang regency using the method of interviews. Parameters analyzed were agroforestry systems and the level of income of farmers per year.
The results showed that every farmer has the applied differentforms and patterns of agroforestry. Average income of farmer’s per year are Rp. 30,730,937.50.
Keywords: Natural ParkSibolangit, Sayum Sabah Village, Agroforestry, Income
(6)
ABSTRAK
SANDI PANJAITAN: Pengelolaan agroforestry dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Petani di Kawasan Taman Wisata alam Sibolangit (Studi Kasus: Desa Sayum Sabah, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang). Dibimbing oleh PINDI PATANA dan AGUS PURWOKO
Desa Sayum Sabah yang merupakan desa yang berada di kawasan penyangga Taman Wisata Alam Sibolangit memiliki potensi dalam hal sumber daya alam yang dikelola dalam sistem agroforestry yang memberi nilai ekonomi bagi petani. Penelitian dilaksanakan di Desa sayum Sabah, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang dengan menggunakan metode wawancara. Parameter yang dianalisis adalah sistem agroforestry dan tingkat pendapatan rata-rata petani per tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap petani memiliki penerapan bentuk dan pola agroforestry yang berbeda-beda. Pendapatan rata-rata petani per tahun mencapai Rp. 30.730.937,50.
Kata Kunci: Taman Wisata Alam Sibolangit, Desa Sayum Sabah
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pematang Siantar pada tanggal 24 Agustus 1987 dari
Ayah P. Panjaitan dan Ibu T. Siagian. Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Pematang Siantar dan pada
tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih program studi
Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan
(PKL) di IUPHHK-HTI PT. Arara Abadi Distrik Rasau Kuning, Kabupaten Siak, Provinsi Riau dari tanggal 15 Juni sampai 5 Agustus 2009.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena
atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul ‘‘Pengelolaan Agroforestry& Kotribusinya terhadap Pendapatan Petani di Kawasan Penyangga Taman Wisata Alam Sibolangit (Studi Kasus :
Desa Sayum Sabah, Kecamatan Sibolangit,Kabupaten Deli Serdang) ”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Pindi Patana, S.Hut,
M.Sc. dan Bapak Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si.selaku komisi pembimbing
yang telah mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada semua rekan yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik berupa dukungan moril maupun
materiil.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis maupun
pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, Desember 2011
(9)
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTER LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 3
Tujuan Penelitian ... 4
Manfaat Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Agroforestry ... 5
Ruang Lingkup Agroforestry ... 6
Pola Agroforestry ... 7
Komposisi dan Pengenalan Jenis Tanaman Agroforestry ... 8
Aspek Ekonomi dalam Agroforestry ... 8
Upaya Pencapaian Kehidupan yang Layak ... 9
Masyarakat dan Peran Sertanya dalam Agroforestry ... 10
Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 12
Kondisi fisik lingkungan ... 12
Letak & luas ... 12
Topografi, keadaan tanah & iklim ... 12
Aksesibilitas ... 12
Keadaan sosial ekonomi masyarakat ... 13
Kependudukan ... 13
Mata pencaharian ... 13
Sarana & prasarana ... 13
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu ... 14
Alat dan Bahan ... 14
Populasi... ... 14
Teknik Pengambilan Sampel ... 14
Metode Pengumpulan dan Analisa Data ... 15
HASIL & PEMBAHASAN Sejarah Sistem Agroforestry ... 17
(10)
Sejarah Sistem Agroforestry ... 17
Sistem Agroforestry ... 19
Bentukagroforestry ... 21
Agrisilviculture ... 21
Silvopastoral ... 23
Agrosylvopastoral ... 24
Sylvofishery ... 25
Pola agroforestry ... 27
Trees along border (TAB)... 27
Alley cropping ... 28
Random mixture ... 29
Hubungan Penerapan Sistem Agroforestry dengan Pendapatan Petani ... 30
Jenis Komoditi dan Teknik Pengelolaan Komoditi Agroforestry ... 31
Tanaman kehutanan ... 34
Mahoni. ... 34
Tanaman perkebunan dan industri ... 35
Coklat ... 35
Karet ... 37
Kelapa sawit ... 39
Aren (enau) ... 40
Rumbia... 42
Pinang ... 43
Tanaman penghasil buah ... 44
Tanaman pangan dan sayuran ... 46
Jagung ... 46
Cabai ... 47
Ternak ... 48
Lembu ... 48
Kambing ... 50
Ayam ... 50
Ikan ... 51
Tingkat Pendapatan Petani Agroforestry.. ... 52
Profil petani dan usaha agroforestry ... 52
Aspek pendapatan ... 55
Tingkat Pendapatan dan Taraf Hidup Petani ... 58
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 59
Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 61
(11)
DAFTAR TABEL
No. Hal. 1. Bentuk dan polaagroforestry di Desa Sayum Sabah ... 20 2. Jenis komoditi agroforestry yang dikelola petani di Desa Sayum Sabah....20 3. Jenis komoditi dan jumlah pemilik dan luas areal komoditi agroforestry ... 32 4. Profil Petani agroforestry di desa sayum sabah ... 53 5. Penggunaan sarana produksi dan biaya usaha agroforestry ... 54 6. Pendapatan bersih rata-rata tahunan petani agroforestry di Desa Sayum
Sabah ... 55 7. Volume produksi dan nilai harga komoditiagroforestry per tahun ... 56 8. Pendapatan produksi, biaya produksi, total pendapatan usaha
agroforestry petani per tahun... 58 9. Tingkat pendapatan dan pendapatan per kapita per tahun petani
(12)
DAFTAR GAMBAR
No. Hal. 1.Sistem agroforestryagrisilviculturedengan mengkombinasikan tanaman
buah-buahan dan pohon mahoni pada lahan milik Keriahenta Tarigan... 22
2.Sistem agroforestrybentuksylvopastoral dengan mengkombinasikan tanaman buah-buahan, pohon mahoni dan juga komponen peternakan pada lahan milik Selamet Gurusinga ... 24
3.Sistem agroforestrybentuk agrosylvopastoral dengan mengkombinasikan tanaman buah-buahan, pohon mahoni dengan kandang ternak ditengahnya pada lahan milik Elijon Bukit ... 25
4.Sistem agroforestrybentuksylvofisherydenganmengkombinasikan tanaman buah-buahan, pohon mahoni dengan kandang ternak di tengahnya pada lahan milik Jhonson Ginting ... 26
5.Lay out pola trees along border(TAB) pada lahan milik Selamet Perangin-angin ... 27
6.Lay out pola alley cropping pada lahan milik Keriahenta Tarigan ... 28
7.Lay out pola random mixture pada lahan milik Johanes Sembiring ... 29
8.Kayu hasil olahan dari pohon mahoni ... 35
9.Petani mempersiapkan air nira (tuak) untuk dijual ke pasar ... 42
10. Ikatan atap rumbia yang telah selesai dan siap dijual ... 43
11. Padang penggembalan beserta ternak lembu pada lahan milik Kaitman Tarigan ... 49
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1.Identitas responden di Desa Sayum Sabah, Kec. Sibolangit, Kab. Deli
Serdang ... 63 2. Jumlah pemilik dan luas areal komoditi agroforestry... 64 3. Komposisi dan status keberadaan lahan dari tipe agroforestry petani di
kawasan penyangga TWAS, Desa Sayum Sabah Kec. Sibolangit Kab.
Deli Serdang ... 65 4. Pendapatan petani agroforestry di kawasan penyangga TWAS, Desa
Sayum Sabah Kec. Sibolangit Kab. Deli Serdang ... 69 5. Lembar koesioner ... 73 6. Peta lokasi penelitian ... 74
(14)
ABSTRACT
Management of agroforestry and contribution to income of farmers in the region of Sibolangit Natural Tour Park (Case Study: Sayum Sabah Village, Sibolangit District, Deli Serdang regency). Suvervised by PINDI PATANA and AGUS PURWOKO
The Village of Sayum Sabah which is a village located in the buffer zone of Natural Park Sibolangit has potential in terms of natural resources are managed in agroforestry systems that provide economic value to farmers. Research conducted in the Sayum Sabahvillage, Sibolangit District, Deli Serdang regency using the method of interviews. Parameters analyzed were agroforestry systems and the level of income of farmers per year.
The results showed that every farmer has the applied differentforms and patterns of agroforestry. Average income of farmer’s per year are Rp. 30,730,937.50.
Keywords: Natural ParkSibolangit, Sayum Sabah Village, Agroforestry, Income
(15)
ABSTRAK
SANDI PANJAITAN: Pengelolaan agroforestry dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Petani di Kawasan Taman Wisata alam Sibolangit (Studi Kasus: Desa Sayum Sabah, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang). Dibimbing oleh PINDI PATANA dan AGUS PURWOKO
Desa Sayum Sabah yang merupakan desa yang berada di kawasan penyangga Taman Wisata Alam Sibolangit memiliki potensi dalam hal sumber daya alam yang dikelola dalam sistem agroforestry yang memberi nilai ekonomi bagi petani. Penelitian dilaksanakan di Desa sayum Sabah, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang dengan menggunakan metode wawancara. Parameter yang dianalisis adalah sistem agroforestry dan tingkat pendapatan rata-rata petani per tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap petani memiliki penerapan bentuk dan pola agroforestry yang berbeda-beda. Pendapatan rata-rata petani per tahun mencapai Rp. 30.730.937,50.
Kata Kunci: Taman Wisata Alam Sibolangit, Desa Sayum Sabah
(16)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daerah penyangga berperan sangat penting bagi kelestarian suaka alam
dankawasan pelestarian alam sebagai bufferdalam mengurangi tekanan
pendudukterhadap kawasan pada daerah atau desa sekitar kawasan yang
berinteraksi tinggidengan memadukan kepentingan konservasi dan perekonomian
masyarakatsekitarnya.
Fungsi daerah penyangga dapat diwujudkan secara optimal
denganpengelolaan pemanfaatan jasa lingkungan, nilai ekonomi dan konservasi
lahan masyarakat melalui rehabilitasi lahan kritis dalam sistem hutan
kemasyarakatan (hutan rakyat), agroforestry dan pemanfaatan jasa wisata. Model pengembangan dan pengelolaannyadidasarkan pada aspek ekologi, ekonomi dan
sosial budaya masyarakat sekitarkawasan.Komposisi jenis tumbuhan yang
dikembangkan pada masing-masing jalur disesuaikandengan jarak dari batas
kawasan, zonasi dan luas lahan agar tidak berdampakpada kawasan.
Penanaman berbagai jenis pohon dengan atau tanpa tanaman semusim
(setahun) pada sebidang lahan yang sama sudah lama dilakukan petani (termasuk
peladang) di Indonesia. Praktek seperti ini semakin meluas belakangan ini
khususnya di daerah pinggiran hutan. Konversi hutan alam menjadi lahan
pertanian menimbulkan banyak masalah, misalnya penurunan kesuburan tanah,
erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan perubahan lingkungan.
Secara global masalah ini semakin berat sejalan dengan meningkatnya luas hutan
(17)
pemenuhan kebutuhan terutama pangan baik secara global yang diakibatkan oleh
peningkatan jumlah penduduk.
Sebagaimana pemanfaatan lahan lainnya, agroforestry dikembangkan untuk memberi manfaat kepada manusia untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Agroforestry diharapkan dapat memecahkan berbagai masalah pengembangan pedesaan yang seringkali sifatnya mendesak. Agroforestry
utamanya diharapkan dapat membantu hasil suatu bentuk penggunaan lahan
secara berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup
masyarakat. Sistem berkelanjutan ini dicirikan antara lain oleh tidak adanya
penurunan produksi tanaman dari waktu ke waktu dan tidak adanya pencemaran
lingkungan. Kondisi tersebut merupakan refleksi dari adanya konservasi sumber
daya alam yang optimal oleh sistem penggunaan lahan yang diadopsi.
Berawal dari kondisi hutan masyarakat yang dikelola oleh petani tidak
banyak memberi keuntungan bagi para petani. Petani tidak memiliki pengalaman
tentang teknik mengelola hutan rakyat dan juga tidak mendapat mendapat arahan
dan bimbingan yang selayaknya dari pemerintah. Maka banyak petani menjual
hasil kayu yang ada pada hutan tersebut. Jika mengandalkan produksi dari
tanaman semusim saja, petani tidak cukup untuk menghidupi kebutuhan
keluarganya, belum lagi terdapatnya serangan hama penyakit pada tanaman
pertanian mereka yang membuat produksi menurun. Oleh karena itulah
masyarakat beralih pada sistem yang baru yaitu dengan tanaman agroforestry. Status kawasan agroforestry di Desa Sayum Sabah adalah kepemilikan perorangan dimana setiap orang memiliki sertifikat tanah yang sah pada
(18)
lahan yaang berada di kawasan tersebut merupakan lahan milik ulayat/adat,
karena pemikiran masyarakat yang semakin maju maka areal lahan dibagi-bagi
menjadi lahan milik perorangan. Masyarakat memanfaatkan areal milik mereka
dengan tanaman-tanaman agroforestry seperti kopi, kakao, nira dan pemanfaatan penggembalaan.
Perumusan Masalah
Sehubungan dengan semakin meningkatnya pemanfaatan hasil-hasil
agroforestry, tidaklah lepas dari usaha-usaha yang dilakukan oleh masyarakat berupa partisipasi dalam hal pengelolannya dengan berbagai maksud dan tujuan
pengelolaan.
Terdapat perbedaan ketika menerapkan salah satu sistem agroforestry
bahwa keterlibatan petani beserta orang upahan (pesanggem) sangatlah
mendukung dalam pengelolannya yang nantinya sistem agroforestry dapat memberikan masa depan yang cerah.Teknik-teknik dan metode yang digunakan
sangatlah berbeda dengan teknik yang dipakai jika hanya memakai teknik bertani
saja atau teknik ke ladang saja. Dalam hal ini teknik yang digunakan adalah teknik
kombinasi diantara cara atau teknik dalam penanaman, pemeliharaan, sampai
kepada pemanenan hasil.
Desa Sayum Sabah merupakan salah satu desa percontohan yang sudah
sejak lama menerapkan sistem agroforestry. Dalam pengelolaan berbasis
agroforestry, masyarakat berperan serta secara aktif melakukan pengelolaan pertanian mereka juga. Mereka juga memperhatikan aspek dan kelestarian hasil
dalam pengelolannya. Hal yang dapat diukur dengan parameter besarnya
(19)
para petani dan hubungannya dengan pengaruh manfaat ekonomi yang didapat
masyarakat dengan penerapan sistem agroforestry ini.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk :
1. Mengidentifikasi sistem pengelolaan agroforestry di Desa Sayum Sabah 2. Menghitung nilai ekonomi dari pengelolan agroforestry berupa pendapatan
pendapatan petani.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai sumber informasi tentang kegiatan agroforestry dalam hubungannya dengan pemberdayaan masyarakat dan perubahan pendapatan masyarakat
yang bersangkutan.
2. Sebagai bahan evaluasi bagi para pengambil kebijakan dan pengembangan
(20)
TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi Agroforestry
Sebagai suatu kata yang mewakili suatu makna, maka agroforestry
memiliki dua makna, baik secara bahasa maupun secara istilah. Secara bahasa,
agroforestry berasal dari dua kata yaitu agros dan forestry. Agros adalah bahasa Yunani yang berarti bentuk kombinasi kegiatan pertanian dengan kegiatan lainnya
pada sebuah lahan, sedangkan forestry berasal dari bahasa Inggris yang berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan hutan (kehutanan). Forestry meliputi segala usaha, ilmu, proses, dan semua pola tingkah dalam mengelola hutan dan
penggunaan sumberdaya alam untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia
(Mahendra, 2009).
Selain defenisi diatas ada beberapa defenisi agroforestry yang disampaikan oleh oleh para pakar agroforestry lainnya, antara lain :
1. Menurut Hairiah dkk. (2003) pada dasarnyaagroforestryterdiri dari tiga komponen pokok yaitu kehutanan, pertanian dan peternakan, dimana
masing-masing komponen sebenarnya dapat berdiri sendiri sebagai satu bentuk sistem
menggunakan lahan. Hanya saja sistem-sistem tersebut umumnya ditujukan
pada produksi satu komoditi khas atau kelompok produk yang serupa.
2. Menurut Huxley (1999) Agroforestry adalah sistem pengelolaan sumberdaya alam yang dinamis secara ekologi dengan penanaman pepohonan di lahan
pertanian dan padang penggembalaan untuk memperoleh berbagai produk
secara berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan keuntungan sosial,
(21)
Ruang Lingkup Agroforestry
Menurut Mahendra (2009)Agroforestry sebagai sebuah teknik penanaman campuran memiliki ruang lingkup beragam dimana memiliki pola tanam dinamis
bukan statis, artinya setiap kombinasi elemen berbeda menghasilkan sistem yang
berbeda pula. Pada kawasan tertentu, sangat mungkin dijumpai beraneka ragam
pola pemanfaatan lahan yang terbentuk dalam suatu sistem agroforestry sehingga kita mengenal beberapa bentuk agroforestry antara lain:
1. Agrisilviculture, yaitu pola penggunaan lahan yang terdiri atas pengkombinasian tanaman pertanian (pangan) dengan tanaman kehutanan
dalam ruang dan waktu yang sama.
2. Sylvopastoral, yaitu sistem pengelolaan lahan yang menghasilkan kayu sekaligus berfungsi sebagai padang penggembalaan.
3. Agrosylvopastoral, yaitu sistem pengelolaan lahan yang memiliki tiga fungsi produksi sekaligus antara lain sebagai penghasil kayu, penyedia tanaman
pangan dan juga padang penggembalaan untuk memelihara ternak.
4. Sylvofishery, yaitu sistem pengelolaan lahan yang didesaign untuk menghasilkan kayu sekaligus berfungsi sebagai tambak ikan.
5. Apiculture, yaitu sistem pengelolaan lahan yang memfungsikan pohon-pohon yang ditanam sebagi sumber pakan lebah madu.
6. Sericulture, yaitu sistem pengelolaan lahan yang menjadikan pohon-pohon untuk memelihara ulat sutera.
7. Multipurpose forest tree production system, yaitu sistem pengelolaan lahan yang mengambil berbagai macam manfaat dari pohon baik dari kayunya,
(22)
Pola Agroforestry
Sistem agroforestrymemiliki pola-pola tertentu dalam mengkombinasikan
komponen-komponen tanaman penyusunnya. Karakteristik pola tanam
agroforestry sangat tergantung pada pemilik lahan serta karakteristik lainnya. Tujuan akhir yang ingin dicapai yaitu prioritas produksi sehingga membuat pola
tanam berbeda antara satu lahan dengan lahan lainnya. Vergara N. T. (1982)
mengklasifikasikan pola tanam agroforestryke dalam beberapa bentuk, antara lain :
1. Trees Along Border (TAB), yaitu pola penanaman pohon dibagian pinggir lahan dan tanaman pertanian berada dibagian tengah. Pohon-pohon yang
ditanam mengelilingi lahan biasanya difungsikan sebagai pagar atau batas
tanaman.
2. Alternate Rows, yaitu pola penanaman agroforestry yang menempatkan pohon dan tanaman pertanian secara berselang-seling. Pola agroforestry yang menempatkan pohon dan tanaman pertanian secara berselang-seling. Pola
agroforestry ini dimungkinkan pada lahan yang relatif datar.
3. Alley Cropping, yaitu pola penanaman agroforestry yang menempatkan pohon di pinggir kanan dan kiri tanaman pertanian. Larikan pohon diusahakan
membujur ke timur/barat.
4. Random Mixture, yaitu pola penanaman acak dimana antara tanaman pertanian dan pohon ditanam tidak teratur. Pola acak ini terbentuk karena
(23)
Komposisi dan Pengenalan Jenis Tanaman Agroforestry
Komposisi jenis adalah susunan dan jumlah jenis yang terdapat dalam
komunitas tumbuhan. Jadi ada 2 kata kunci yang perlu diingat yaitu susunan dan
jumlah. Untuk mengetahui komposisi jenis suatu tegakan maka identifikasi jenis,
jumlah dan susunan menjadi hal wajib yang tak boleh terlupakan (Edris dan
Suseno, 1987).
Pengelolaan lahan (agroforestry maupun hutan tanaman) bisa berjalan secara optimal bila didasari oleh pengetahuan tentang jenis, sifat-sifat dan
karakteristik tempat tumbuhnya. Dari sekian banyak jenis tumbuhan yang hidup
di Indonesia, kita harus memilih jenis-jenis tertentu dari tanaman kehutanan
(pohon), tanaman pangan (pertanian), tanaman penghasil buah, tanaman penghasil
obat dan jenis hewan ternak untuk mengisi lahan agroforestry. Manfaat yang bisa diambil dari pengetahuan jenis adalah agar kita bisa meramunya menjadi
komposisi yang ideal bagi lahan agroforestry sehingga fungsi pekarangan yang kita inginkan bisa tercapai(Mahendra, 2009).
Aspek Ekonomi dalam Agroforestry
Dilihat dari aspek ekonomi, penerapan sistem agroforestry memiliki masa depan yang cerah. Sebagai sebuah sistem yang memadukan berbagai jenis
tanaman dalam suatu lahan, maka akan memungkinkan naiknya produktifitas hasil
panen. Logikanya setiap nilai tanaman memiliki nilai jual masing-masing, ketika
dalam sistem agroforestry dikombinasikan tanaman-tanaman komersial maka total pendapatan pasca panen akan melimpah. Sebut saja dalam sistem
agroforestry kita tanam, kopi, coklat, rambutan, durian, jati, jahe dan vanili. Maka jika jumlahnya cukup melimpah uang yang didapat pun sangat banyak.
(24)
Pertimbangan untung rugi ikut ambil bagian dalam keputusan kita. Begitu juga
ketika lahan pertanian luas, pertimbangan ekonomi ikut mendominasi keputusan
kita menggaji pesanggem (orang upahan) (Mahendra, 2009).
Dalam hal konsep ekonomi sistem agroforestry, bahwa agroforestry
adalah pencampuran dalam waktu atau ruang dengan tanaman keras tahunan
dan/atau hewan lebih menguntungkan dibandingkan menanam bagian komponen
secara terpisah. Dalam konteks ini, istilah menguntungkan harus ditafsirkan
sebagai menggunakan sumber daya yang lebih sedikit untuk menghasilkan tingkat
output yang sudah ada. Dalam sistem agroforestry harus ada interaksi biologis dan ekonomis menguntungkan antara komponen-komponen individu. Interaksi
tersebut mungkin dirasakan segera atau setelah beberapa waktu yang biasanya
disebut sebagai keberlanjutan, sehingga membantu membawa agroforestry
menjadi pusat perhatian (Kenneth dan Napoleon, 1990).
Upaya Pencapaian Kehidupan yang Layak dan Taraf Hidup Petani
Usaha pertanian akan terus berlanjut apabila hasil yang diperoleh dari
usaha taninya minimal dapat memenuhi kebutuhan hidup layak (KHL) bagi para
petani. KHL sebuah keluarga atau yang selalu disebut kebutuhan hidup yang
berada pada ambang kecukupan dapat dipenuhi apabila keluarga tersebut memiliki
penghasilan 2,5 kali kebutuhan hidup minimum (KHM).Menurut Sujogyo (1977)
KHM yang merupakan standar minimal penghasilan status keluarga untuk sekedar
dapat bertahan hidup di pedesaan nilainya rata-rata setara dengan 320 kg beras per
kapita per tahun. Bila satu keluarga terdiri dari 5 orang anggota keluarga, maka
KHM dari keluarga tersebut setara dengan 1.600 kg beras per tahun atau sekitar
(25)
Menurut Sujogyo (1990) untuk mengetahui taraf hidup petani digunakan
klarifikasi kemiskinan di daerah pedesaan dengan cara menghitung pendapatan
rumah tangga petani dan pendapatan per kapita, yaitu jumlah pendapatan pertahun
dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang disetarakan dengan kg beras.
Kriteria kemiskinan untuk daerah pedesaan adalah sebagai berikut:1) miskin
sekali apabila pendapatan per kapita per tahun < 240 kg beras, 2) miskin apabila
pendapatan per kapita per tahun < 480 kg beras, 3) nyaris miskin apabila
pendapatan per kapita per tahun 320 – 480 kg beras, 4) tidak miskin apabila
pendapatan per kapita per tahun > 480 kg beras. Badan Pusat Statistik (2011)
sampai Maret 2011 mencatat batas kemiskinan Provinsi Sumatera Utara sebesar
Rp 222.226,00 per kapita per bulan.
Masyarakat dan Peran Sertanya dalam Agroforestry
Defenisi masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat
oleh rasa identitas bersama. Masyarakat lokal menunjuk pada bagian masyarakat
yang bertempat tinggal pada suatu wilayah dengan faktor utama yang menjadi
dasar adalah interaksi yang lebih besar anggotanya dibandingkan penduduk luar.
Defenisi lainnya menyatakan bahwa dasar masyarakat lokal adalah lokalitas dan
perasaan masyarakat lokal. Perasaan masyarakat lokal (community sentiment) memiliki beberapa unsur yaitu seperasaan, sepenanggungan dan saling
memerlukan (Soekanto, 1990).
Pemilihan sistem agroforestry memiliki pengaruh sosial dan budaya, baik secara kelembagaan maupun secara perorangan. Masyarakat yang telah mengenal
(26)
masyarakat yang baru mengenalnya. Pemahaman masyarakat tentang teknik
agroforestry bisa didapat dari berbagai sumber. Bisa penyuluhan dari dinas pertanian dan kehutanan, dari majalah-majalahatau dari aktivis LSM yang terjun
dalam bidang ini atau penelitian yang dilakukan para akademisi. Makin maraknya
lembaga penelitian internasional tentang agroforestry membuat akselerasi pemahaman masyarakat meningkat (Mahendra, 2009).
Sistem agroforestry memungkinkan seluruh anggota keluarga terlibat dalam pengelolaan. Karena jenis tanaman yang beragam, baik pohon, tanaman
pangan, buah, sayur-sayuran dan lain-lain membuat setiap keluarga memiliki
domain atas tanaman itu. Aspek sosial budaya bercocok tanam menjadi berbeda
ketika diterapkan sistem agroforestry. Secara kelembagaan pun akan sangat berbeda, kebijakan pemerintah akan pun akan ikut menyesuaikan budaya
bercocok tanam masyarakatnya. Program penghijauan dan reboisasi akan terbantu
dengan kesadaran semacam itu (Lahjie, 1990).
Kondisi Umum Lokasi Penelitian Keadaan fisik lingkungan
Letak dan luas
Desa Sayum Sabah terletak di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli
Serdang, Provinsi Sumatera Utara dengan luas 775 Ha. Secara geografis Desa
Sayum Sabah ini berbatasan dengan :
Sebelah Timur : Desa Rumah Gerat (Kecamatan Sibiru-biru)
Sebelah Barat : Desa Rambung (Kecamatan Sibolangit)
Sebelah Utara : Desa Rimo Mungkur (Kecamatan Namorambe)
(27)
Topografi, keadaan tanah & iklim
Secara umum kondisi dan kemiringan lahan desa pada kawasan
penyangga Taman Wisata Alam Sibolangit (TWAS) adalah daerah dataran
rendah, berbukit-bukit dan dataran tinggi. Pada umumnya tanah di lokasi
penelitian ini dikategorikan subur. Iklim di daerah ini dikategorikan sebagai iklim
tropis, dengan curah hujan 2700 mm/tahun dan suhu udara 18-31º C (Pemkab,
2010)
Aksesibilitas
Desa Sayum Sabah bisa dicapai dengan menggunakan mobil ataupun
kendaraan bermotor. Adapun jarak Desa Sayum Sabah ini ke ibokota kecamatan
adalah 12 km, dari ibukota kabupaten 67 km dan dari ibukota provinsi 37 km
(Pemkab, 2010).
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Kependudukan
Berdasarkan monografi desa tahun 2010, jumlah penduduk Desa Sayum
Sabah adalah sebanyak 634 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak
333 jiwa dan perempuan sebanyak 301 jiwa dengan jumlah kepala keluarga
sebanyak 187 KK. Penduduk Desa Sayum Sabah adalah berasal dari Suku Karo
dengan agama Kristen (72,8%), Katolik (23,9%) dan Islam (0,03%) (Pemkab,
2010).
Mata pencaharian
Sebagian besar penduduk di lokasi penelitian ini bermata pencaharian
sebagai petani, dan hanya sebagian kecil saja yang bermata pencaharian sebagai
(28)
Sarana & prasarana
Sarana perhubungan di Desa Sayum Sabah mempunyai arti penting bagi
kelancaran perekonomian masyarakat yaitu berupa jalan desa yang dilapisi aspal.
Jalan ini digunakan untuk mengangkut hasil-hasil pertanian penduduk. Desa
Sayum Sabah juga mempunyai sarana ibadah seperti gereja dan musholla.
Sedangkan sarana pendidikan yang tersedia berupa 1 unit sekolah dasar. Untuk
sarana tingkat SMP dan SMA, bank, kantor pos, jasa telekomunikasi tersedia di
ibukota kecamatan. Desa Sayum Sabah juga sudah dialiri jaringan listrik dari
(29)
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sayum Sabah, Kecamatan Sibolangit,
Kabupaten Deli Serdang. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei
sampai dengan Juni 2011.
Alat dan Bahan
Adapun bahan dan alat yang digunakan antara lain peta wilayah
Desa Sayum Sabah Kecamatan Sibolangit, lembar koesioner wawancara langsung
kepada petani, alat-alat tulis dan kamera untuk dokumentasi obyek kegiatan.
Populasi
Populasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah populasi terbatas
(terhingga) dengan sifatnya yang homogen. Penentuan populasinya adalah kepala
keluarga (KK) yang berprofesi sebagai petani yang mengelola sistem
agroforestry.
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik yang digunakan dalam memilih sampel adalah teknik purposive sampling. Teknik ini digunakan apabila anggota sampel pada suatu tingkat dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya jumlah sampel yang dipilih sudah
mewakili keseluruhan populasi yang ada (Usaman dan Purnomo, 1995).
Adapun besarnya jumlah sampel yang dipilih adalah 16 orang kepala
(30)
keseluruhan kepala keluarga (KK) petani yang melakukan pengelolaan
agroforestry di desa tersebut.
Metode Pengumpulan dan Analisa Data
Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
dokumentasi dan wawancara. Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi
ialah pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen dan
merupakan data sekunder antara lain kondisi umum lokasi penelitian atau data
umum tentang keberadaan Desa Sayum Sabah pada instansi pemerintah desa dan
kecamatan.
Teknik pengumpulan data dengan wawancara yaitu dengan memperoleh
informasi dan data dari responden dengan wawancara dan pengamatan langsung
di lapangan. Adapun teknik dan tahapan pengambilan datanya berdasarkan tujuan
dari penelitian ini, yaitu :
1. Mengidentifikasi sistem pengelolaan agroforestry di Desa Sayum Sabah, data yang dikumpulkan secara umum antara lain :
- Bentuk dan pola agroforestry yang dikelola para petani.
- Inventarisasi jenis komoditi dan deskripsi kegiatan agroforestry yang dikelola masyarakat.
2. Menghitung nilai ekonomi dari pengelolan agroforestry berupa tambahan pendapatan.
- Menghitung besarnya penggunaan sarana produksi dan biaya usaha dalam
pengelolaan agroforestry.
- Menghitung pendapatan yang diterima petani dan mengukur taraf hidup
(31)
Data yang terkumpul diolah secara tabulasi, selanjutnya dianalisis
deskriptif yang menggambarkan profil petani dan usahatani, serta secara analisis
untuk mendapatkan gambaran tingkat pendapatan dari usahataniagroforestry-nya. Menurut Doll dan Orazen (1984), pendapatan petani dari usahatani
dihitung dengan menggunakan rumus : π = TR – TC, dengan : π = pendapatan petani, TR = total penerimaan, TC = total biaya produksi
Data ditabulasikan kedalam tabel pendapatan petani
No. Uraian Nilai (Rp)
1. Pendapatan Produksi (Pendapatan Kotor)
2. Biaya Produksi (Pengeluaran)
3. Total Pendapatan (Pendapatan Bersih)
4. B/C
Untuk mengetahui taraf hidup petani digunakan klarifikasi kemiskinan
yang disetarakan dengankg beras kemudian dikelompokkan dalam kriteria
kemiskinan untuk daerah pedesaan dan juga berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS).
(32)
Sejarah Sistem Agroforesry
Pada awalnya pengembangan areal Sayum Sabah menjadi daerah areal
pertanian dan hutan rakyat sudah mulai ada sejak tahun 80-an dan berlangsung
sampai dengan sekarang. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, masyarakat
Sayum Sabah adalah masyarakat yang kental dengan adat istiadatnya yaitu adat
istiadat Karo. Tradisi turun temurun dan pewarisan harta maupun benda sudah
menjadi kebiasaan nenek moyang mereka dahulu sampai dengan sekarang. Hal itu
juga dibuktikan dengan adanya kepemilikan lahan yang diturunkan kepada ahli
waris atau keturunan.
Berawal dari kondisi lahan yang dikelola masyarakat berupa hutan rakyat
yang diberikan pemerintah sebagian bantuan kepada masyarakat tidak banyak
memberi pendapatan yang lebih dan hanya sebagian masyarakat saja yang
memahami teknik mengelola hutan rakyat, disamping juga lokasi hutan rakyat
yang cukup jauh membuat masyarakat mulai memikirkan metode baru untuk
beralih dari pola yang lama. Masyarakat mulai beralih kepada pengelolaan
agroforestry pada lahan milik mereka sendiri.
Seiring dengan berjalannya waktu,agroforestry mulai saja muncul dan bergerak di desa ini sejak adanya satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) Bitra
di tahun 1996, dimana lembaga ini sangat banyak membantu masyarakat
khususnya para petani didalam memulai pandangan dan pemikiran baru guna
pengembangan lahan yang mereka usahakan. Karena pengarahan dan bimbingan
(33)
hati maka lama kelamaan masyarakat mulai tertarik dengan sistem pengelolaan
lahan dengan agroforestry.
Tahap awal LSM Bitra mulai memberikan pasokan bibit coklat dan karet
untuk ditanam masyarakat di areal ladangnya. Ternyata tanaman coklat dan karet
yang mereka usahakan mendatangkan hasil yang lumayan. Hal inilah yang
membuat sebagian besar masyarakat mulai mengganti lahan pertanian mereka
yang hanya bersifat monokultur menjadi tanaman agroforestry. Selain itu LSM Bitra juga memberi bibit mindi, durian yang juga membantu masyarakat
khususnya para petani dalam pengelolanya pertaniannya.
Peternakan digerakkan dengan mulainya masyarakat menerima program
yang diberikan pemerintah yaitu program kambing dan lembu bergilir. Sistem ini
menerapkan bahwa dalam satu rumah tangga diberi saru ekor anak kambing atau
anak lembu. Lembu dan kambing inilah nantinya dikembangbiakkan oleh petani
sampai mencapai dewasa dan melahirkan anak. Anak ternak tersebut diberi lagi
kepada petani yang lain dan demikian seterusnya.
Jika dilihat dari perkembangan agroforestry dari tahun ke tahun banyak mengalami perkembangan, pendapatan petani yang bertambah bahkan tingkat
kesejahteraan penduduk desa yang meningkat. Hal ini berhubungan pola
pemikiran masyarakat yang mau berperan serta dalam kemajuan desa tempat
tinggal mereka. Mereka juga turut membantu pemerintah yang bekerja sama
dengan LSM Bitra untuk memberdayakan hasil usaha agroforestry yang dikelola oleh para petani.
(34)
Sistem Agroforestry
Agroforestry sebagai suatu teknik penanaman campuran memiliki ruang lingkup beragam. Klasifikasi ini ditunjukkan dari beberapa unsur penyusun dalam
pengelolaan. Berdasarkan pengamatan di lapangan didapat bahwa sistem
agroforestry memiliki teknik dan cara yang baik dalam pengelolaan lahan yang petani lakukan. Hal ini dibuktikan dengan adanya bentuk dan pola agroforestry
yang berbeda-beda dari pengelolaan agroforestry yang dimiliki masing-masing petani. Pengelolaan agroforestry yang dilakukan oleh petani dilakukan dengan mempertimbangkan segi pemanfaatan lahan dan segi keefektifan produksi
penggunaan lahan.
Pengelolaan dari segi pemanfaatan lahan (luas lahan dan kemiringan)
dimana petani lebih memilih jenis tanaman komersial seperti jenis pohon mahoni,
rambutan, durian dan lain-lain. Jika petani memiliki lahan yang luas petani
mereka memilih tanaman karet dan Jika petani memiliki memiliki kondisi lahan
yang miring mereka memilih tanaman coklat.
Petani juga mempertimbangkan dari segi keefektifan produksi penggunaan
lahan (hasil yang diharapkan) dimana petani banyak menanam tanaman musiman
atau berdaur pendek seperti cabai dan jagung untuk nilai produksi tinggi dan
hasilnya didapat setiap tahunnya petani menjadikannya sebagai pendapatan utama
mereka. Petani juga memilih jenis tanaman tahunan (pohon) seperti mahoni yang
digunakan untuk pendapatan petani dengan nilai ekonomi yang tinggi di masa
yang akan datang.
Dibawah ini disajikan bentuk dan pola agroforestry yang menyatu dalam suatu sistem agroforestry yang dikelola oleh petani di Desa Sayum Sabah.
(35)
Tabel 1. Bentuk dan pola agroforestry yang dikelola petani di Desa Sayum Sabah
No. Nama Petani Luas Lahan Bentuk Agroforestry Pola Agroforestry
1. Jamal Sembiring 6,5 AgrisilvilcultureAlley cropping
2. Selamat Gurusinga 3,0SylvopastoralRandom mixture
3. Ramlan Ginting 1,0AgrisilvicultureRandom mixture
4. Elijon Bukit 1,7AgrosylvopastoralAlley cropping
5. Jhonson Ginting 1,2SylvofisheryRandom mixture
6. Piter Perangin- angin 1,0SylvopastoralRandom mixture
7. Kaitman Tarigan 1,2Sylvopastoral Random mixture
8. Johanes Sembiring 2,5 SylvopastoralRandom mixture
9. Ngasup Sembiring 0,9AgrosylvopastoralAlley cropping
10. Lima Tarigan 0,7Sylvopastoral Random mixture
11. Aston Gurusinga 1,1Sylvofishery Random mixture
12. Selamet Perangin- angin 1,4AgrisilvicultureTrees along border (TAB)
13. Kasman Gurusinga 1,8 Sylvopastoral Random mixture
14. Jamalul Sembiring 1,2Sylvopastoral Random mixture
15. Keriahenta Tarigan 2,1Agrisilviculture Alley cropping
16. Salomo Perangin-angin 1,2Sylvofishery Random mixture
Tabel 2. Jenis komoditi agroforestry yang dikelola petani di Desa Sayum Sabah
No. Nama Petani Jenis Komoditi Agroforestry
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21* 1. Jamal Sembiring V V V V V V
2. Selamat V VV V V V V
Gurusinga
3. Ramlan Ginting V V V V
4. Elijon Bukit V V V V V V
5. Jhonson Ginting V V V V
6. Piter V V V V
Perangin-angin
7. Kaitman Tarigan V V V V V 8. Johanes Sembiring V V V V V
(36)
Sambungan Tabel 2.
No. Nama Petani Jenis Komoditi Agroforestry
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21*
10.Lima Tarigan V V V V
11.Aston Gurusinga V V V V V V
12.Selamet Perangin- V V V V V angin
13.Kasman Gurusinga V V V V V
14.Jamalul Sembiring V V V V V V 15.Keriahenta Tarigan VV V V V
16.Salomo Perangin- V V V V V angin
*) Jenis komoditi agroforestry 1. Karet 2. Kelapa sawit 3. Aren 4. Mahoni 5. Pinang
6. Rumbia 7. Durian 8. Manggis 9. Duku 10. Nenas 11. Rambutan 12. Pisang 13. Coklat 14. Cabai 15. Jambu air 16. Alvokat 17. Jagung 18. Ayam 19. Kambing 20. Lembu 21. Ikan
Bentuk agroforestry Agrisilviculture
Agrisilviculturemerupakan pola pemanfaatan lahan yang terdiri atas kombinasi tanaman pertanian (pangan) dengan tanaman kehutanan. Dari jumlah
responden didapat bahwa petani yang menggunakan bentuk agroforestry dengan
agrisilviculture sebanyak 4 orang petani. Mereka mengkombinasikan jenis tanaman kehutanan/pohon (tanaman tahunan) seperti mahoni, manggis, duku,
aren, kelapa sawit, pinang, durian, jambu air, alvokat dan rumbia. Petani
memanfaatkan mahoni untuk dikombinasikan dengan tanaman pertanian dan
buah-buahan seperti pisang, rambutan, jagung dan cabai.
Untuk jenis tanaman kehutanan yang berdaur panjang (tree crops) diharapkan nantinya tanaman ini dapat memberi hasil dan bernilai ekonomi yang
tinggi di masa yang akan datang ketika akan dipanen. Selain itu fungsi dari
(37)
naungan dari efek penyinaran matahari yang berlebihan untuk tanaman yang
terdapat di bawahnya. Tanaman ini yang membutuhkan naungan untuk tumbuh
dengan baik sehingga dan memberikan hasil sesuai dengan waktunya.
Interaksi yang terjadi dalam pola pemanfaatan lahan dengan sistem
Agrisilvicultureadalah lahan dapat dimanfaatkan secara terus-menerus yang mendukung dalam hal perlindungan dan konservasi tanah. Jika tanaman
kehutanan (tanaman tahunan) seperti mahoni, duku, durian, jambu air, alvokat
dipanen kayunya rata-rata mencapai umur 15 tahun maka tanaman pertanian
seperti pisang, rambutan, jagung, dan lain-lainnya dapat dipanen sampai beberapa
kali dan jenis tanaman dapat diganti sesuai dengan kepentingan.
Jenis tanaman tahunan tidak hanya dimanfaatkan kayunya (bersifat
tahunan) tetapi dapat juga bersifat musiman dalam hal produksi buah yang
dihasilkan. Hal ini memberi banyak keuntungan bagi petani karena petani
mendapat tambahan yang lebih, ketika tanaman mahoni belum bisa dipanen maka
solusinya mereka terlebih dahulu memanen tanaman pertanian yang mereka
tanam.
Gambar 1. Sistem agroforestrybentukagrisilvicultureyang mengkombinasikan tanaman buah-buahan dan pohon mahoni pada lahan milik Keriahenta Tarigan
(38)
Sylvopastoral
Sistem agroforestry yang meliputi komponen kehutanan (pohon) dengan komponen peternakan. Dari jumlah responden didapat bahwa petani yang
menggunakan bentuk agroforestry dengan sylvopastoral adalah sebanyak 7 orang petani. Petani banyak mengkombinasikan tanaman pinang, durian, manggis, duku,
coklat, karet, pinang, aren, kelapa sawit dan rumbia yang dikombinasikan dengan
ternak lembu, ikan, kambing dan ayam.
Beberapa petani ada juga yang mengkhususkan satu lokasi lahannya
khusus untuk ditumbuhi rumput dan di sekeliling lahan ditanami pohon-pohon
seperti mahoni, buah-buahan dan aren. Petani membawa ternak peliharaan berupa
lembu dan kambing ke padang rumput penggembalaan lalu ternak dibiarkan di
lahan untuk makan dari rumput yang terdapat di lahan tersebut.
Interaksi yang terlihat antara komponen-komponen agroforestry ini dapat berupa ketika ternak mengeluarkan kotoran maka hasil kotoran ternak dapat
dijadikan pupuk bagi pohon dan rumput tersebut sehingga tanaman dan rumput
dapat tumbuh subur. Ternak juga dapat memberikan hasil yang maksimal bagi
pertumbuhan dan perkembangan jenis pohon yang ditanam karena ternak ikut
serta membantu dalam hal memakan gulma (rumput liar) yang dapat mengganggu
pertumbuhan pohon. Produksi tanaman (pohon) semakin meningkat sehingga
didapat hasil yang memuaskan.
Sewaktu-waktu jika ternak sudah menghasilkan maka dapat dijual tanpa
harus menunggu produksi buah dan kayu yang dihasilkan dari tanaman kehutanan
(39)
Gambar 2. Sistem agroforestry bentuksilvopastoral dengan mengkombinasikan tanaman buah-buahan, pohon mahoni dan juga komponen peternakan pada lahan milik Selamet Gurusinga
Agrosylvopastoral
Agrosylvopastoralmerupakan pola pemanfaatan lahan yang mengkombinasikan komponen tanaman berkayu (kehutanan) dengan tanaman
pertanian (semusim) sekaligus peternakan pada kondisi lahan yang sama. Dari
jumlah responden didapat bahwa petani yang menggunakan bentuk agroforestry
dengan agrosylvopastoral adalah sebanyak 2 orang petani. Petani memanfaatkan lahan dengan hewan ayam dengan kandang yang berada ditengah lahan kemudian
di sekeliling lahan ditanami dengan coklat, mahoni, aren (tanaman berkayu)
dengan tanaman musiman berupa pisang.
Interaksi yang terlihat antara komponen-komponen agroforestry ini dapat berupa ketika ternak mengeluarkan kotoran maka hasil kotoran ternak dapat
dijadikan pupuk bagi pohon dan pisang tersebut sehingga pohon dan pisang dapat
tumbuh subur.
Petani memanfaatkan lahannya dengan trifungsi ketika ternak ayam
(40)
jenis tanaman tahunan lain menghasilkan buah ataupun kayu, jadi memberi
keuntungan yang banyak. Ketika pun ada jenis komoditi yang belum
menghasilkan maka petani tidak perlu ambil pusing untuk menunggu hasilnya,
petani mendapatkan hasil dari jenis komoditi yang lainnya. Jadi memberi
keuntungan sewaktu-waktu.
Gambar 3. Sistem agroforestry bentukagrosylvopastoraldengan
mengkombinasikan tanaman buah-buahan, pohon mahoni dengan kandang ternak ditengahnya pada lahan milikElijon Bukit
Sylvofishery
Sylvofisherymerupakan pola pemanfaatan lahan yang mengkombinasikankomponen tanaman berkayu (kehutanan) dengan tambak ikan
(kolam). Dari jumlah responden didapat bahwa jumlah petani yang menggunakan
bentuk agroforestry dengan sylvofishery adalah sebanyak 3 orang petani. Petani biasanya mengkombinasikan tanaman tahunan (pohon) berupa coklat, karet,
pinang, duku, manggis dan rumbia yang dikombinasikan dengan komponen ikan
nila yang berada di tengah-tengah lahan. Petani memanfaatkan pekarangan untuk
(41)
manfaat dan fungsi bagi jenis tanaman dan budidaya ikan yang dilakukan oleh
petani.
Interaksi yang terjadi berupa dimana pohon-pohon tersebut dapat menjadi
pohon peneduh bagi ikan jika terjadi efek penyinaran matahari yang berlebihan
yang terdapat di kolam yang sangat bermanfaat bagi proses perkembangbiakan
ikan. Pohon-pohon juga berpengaruh dalam hal perlindungan terhadap tanah dan
air kolam ketika terjadinya hujan dimana pohon-pohon dapat menahan hempasan
air hujan sehingga dapat melindungi tanah dari longsor dan pendangkalan kolam.
Dengan penggunaan bentuk ini, petani memanfaatkan lahan pekarangan
mereka untuk dilengkapi dengan jenis tanaman yang berkualitas baik sekaligus
pemanfaatan lahan yang lain untuk perikanan yang bermanfaat secara ekonomi
untuk menambah penghasilan petani dan juga sebagai sumber protein.
Gambar 4. Sistem agroforestry bentuksylvofishery dengan mengkombinasikan tanaman buah-buahan, pohon mahoni dan juga komponen perikanan pada lahan milik Jhonson Ginting
(42)
Pola agroforestry
Dari hasil pengamatan di lapangan, pola penanaman agroforestry yang dilakukan oleh para petani terdiri dari 3 pola penanaman diantaranya adalah :
Trees along border (TAB)
Dalam pemanfaatan lahan agroforestry pohon (tumbuhan berkayu) ditanam di pinggir jalan dan tanaman pertanian berada di tengah. Pohon-pohon
yang ditanam mengelilingi lahan biasanya difungsikan sebagai pagar atau
pembatas lahan. Hal ini dapat dijumpai pada areal lahan petani yang ditanami
pohon pinang, aren, rumbia, sebagai batas lahan dengan tanaman-tanaman
pertanian dan perkebunan termasuk sebagai tanaman pengisi yang berada di
tengahnya seperti coklat, jagung dan lain-lain. Dari jumlah responden petani di
lapangan didapat bahwa jumlah petani yang menggunakan pola agroforestry
dengan tres along border (TAB) adalah sebanyak 1 orang petani.
Keterangan : A = Pohon (aren, rumbia) B = Tanaman pertanian (jagung)
Gambar 5. Lay out pola trees along border(TAB) pada lahan milik Selamet Perangin-angin
(43)
Alley cropping
Pola penanaman ini hampir mirip dengan pola penanaman trees along border (TAB), tetapi bentuknya hanya menempatkan pohon di pinggir kanan dan kiri tanaman tanpa harus mengelilingi lahan. Pola seperti ini sering juga disebut
dengan bentuk lorong karena apabila dilihat dari ujung lahan akan menyerupai
goa. Lahan yang terdapat di lokasi penelitian banyak bertopografi miring sehingga
banyak petani yang menerapkan pola penanaman agroforestry dengan bentuk seperti ini. Pohon yang juga berfungsi sebagai pembatas dengan mengikuti arah
terasering (bukit menurun).
Hal yang menjadi manfaat dengan pola alley cropping adalah dapat melindungi tanaman yang terdapat di tengahnya dari pengaruh angin kencang dan
cahaya berlebihan dan keuntungan dalam hal konservasi tanah berupa pengaruh
tanah longsor.Dari jumlah responden petani dilapangan didapat bahwa jumlah
petani yang menggunakan polaagroforestry dengan alley cropping adalah sebanyak 4 orang petani.
Keterangan : A = Pohon (pinang, mahoni) B = Tanaman pertanian (pisang)
(44)
Random mixture
Random mixturemerupakan pola tanam acak, dimana para petani menanam jenis tanaman dengan letak yang tidak beraturan. Sebagian besar petani di daerah
ini melakukan pola penanaman random mixture. Hal ini dikarenakan tidak adanya perencanaan awal dalam menata letak tanaman dan petani berpendapat selain
mengisi lahan yang kosong, cukup disayangkan jika lahan tersebut tidak ditanam
dengan pohon dan jenis tanaman yang bermanfaat atau alasan bersifat ekonomis.
Pola penanaman ini banyak dibuktikan oleh petani yang memiliki luas
lahan lebih dari 3 hektar, dimana petani menanam jenis tanaman tahunan pada
sebagian besar besar lahan dengan jenis tanaman seperti coklat, duku, durian dan
pinang sedangkan di sebagian besar areal lahan lainnya secara tidak beraturan
ditanami jenis tanaman musiman seperti cabai, jagung dan nenas. Dari jumlah
responden petani dilapangan didapat bahwa jumlah petani yang menggunakan
bentuk agroforestry dengan random mixture adalah sebanyak 14 orang petani.
Keterangan : A = Pohon (coklat, aren) B = Tanaman pertanian (jagung)
Gambar 7. Lay out pola random mixture pada lahan milik Johanes Sembiring Hubungan Penerapan Sistem Agroforestry dengan Pendapatan Petani
(45)
Jika dilihat dari segi aspek ekonomi, maka penerapan sistem agroforestry
di Desa Sayum Sabah memiliki masa depan yang cerah. Dengan sistem yang
diterapkan pada lahan petani maka akan memberikan produktivitas hasil panen
yang meningkat. Logikanya, setiap komoditas memiliki nilai jual masing-masing,
ketika petani menggunakan sistem agroforestry dengan tanaman-tanaman yang komersial maka total pasca panen akan melimpah. Misalnya dalam lahan
diusahakan komoditi coklat, pinang, cabai, jagung dan aren maka bila jumlahnya
cukup akan mendukung penerimaan pendapatan petani yang semakin besar. Dari
pengamatan di lapangan penentuan pola agroforestry dalam bentuk alley cropping, trees along border dan random mixture sangat berpengaruh bagi pendapatan petani. Hal ini berhubungan dengan untung dan rugi dalam
pengambilan keputusan penentuan pola agroforestry.
Jika dilihat di lapangan untuk lahan yang luas biasanya petani menerapkan
pola agroforestryrandom mixture dimana jenis komoditi ditanam secara acak dalam lokasi. Hal ini dapat memperngaruhi peningkatan produktivitas lahan.
Selain itu petani juga mempertimbangkan jangan sampai biaya produksi dan upah
tenaga kerja yang dikeluarkan terlalu besar. Untuk lokasi lahan yang miring petani
menerapkan pola agroforestryalley cropping dengan pertimbangan efisiensi tenaga kerja dan nilai produksi lahan sehingga dapat menekan biaya produksi.
Para petani juga melihat jenis komoditi agroforestry yang sesuai untuk dikelola. Untuk nilai jual yang tinggi dimasa mendatang, petani biasanya
menanam mahoni di lahannya. Untuk mendapatkan hasil musiman atau beberapa
(46)
pisang dan lain-lain. Hal ini berpengaruh pada pendapatan petani baik dari jangka
pendek sampai jangka panjang.
Petani yang dulunya masih menggantungkan kebutuhan dasarnya pada
lahan, saat ini mulai berkurang. Mereka mulai merasakan manfaat yang cukup
memadai dengan menggunakan sistem agroforestry apalagi lahan yang dimiliki petani rata-rata memiliki luas > 0,5 hektar. Petani menyadari bahwa ada saatnya
membutuhkan uang tunai mendadak mungkin untuk membayar sewa rumah,
membayar utang, biaya sekolah dan kuliah anak mereka, dll. Biasanya untuk
memenuhi kebutuhan tersebut dengan menebang pohon, memanen buah, menjual
ternak dan menjual telur ayam yang kesemuanya memberikan manfaat yang lebih
bagi petani.
Jenis Komoditi dan Teknik Pengelolaan Komoditi Agroforestry
Salah satu keuntungan diterapkannnya sistem agroforestry adalah terciptanya variasi (keragaman) hayati, terutama keragaman vegetasi (tumbuhan
dan tanaman). Berdasarkan data yang dikumpulkan dari 16 sampel responden
petani agroforestryterdapat sedikitnya 13 jenis komoditi tanaman. Menurut Mahendra (2009) jenis dan komposisi tanamandalam agroforestry yang terbagi kedalam kelompok tanaman hutansebanyak 1 jenis yaitu mahoni, tanaman
perkebunan dan industri sebanyak 5 jenis (coklat, karet, aren, rumbia, pinang dan
kelapa sawit), tanaman buah-buahan terdapat 5 jenis (durian, manggis, duku,
nenas dan pisang), tanaman pangan dan sayuran sebanyak 2 jenis (cabai dan
jagung). Terdapat juga hewan ternak peliharaan sebanyak 4 jenis (kambing,
(47)
Tabel 3. Jenis komoditi, jumlah pemilik dan luas areal komoditi agroforestry
No. Komoditi Responden Pemilik Total luas lahan (ha) Frekwensi %*)
1. Coklat 7 43,75 4,5
2. Kelapa sawit 7 12,50 2,5
3. Karet 4 25,00 3,3
4. Aren 7 43,75 5,4
5. Pinang 8 50,00 2,6
6. Rumbia 3 18,75 1,8
7. Durian 7 43,75 7,0
8. Manggis 5 31,25 3,7
9. Duku 7 43,75 5,6
10. Nenas 1 6,25 0,5
11. Pisang 3 18,75 2,7
12. Cabai 1 6,25 0,2
13. Jagung 2 12,50 0,2
14. Jambu air 1 6,25 0,2
15. Alvokat 1 6,25 0,2
16. Padang rumput 2 12,50 1,1
17. Ikan 6 37,50 1,7
18. Ayam 3 18,75 -
19. Lembu 4 25,00 -
20. Kambing 2 12,50 -
Jumlah 43,11
*) Persen petani terhadap jumlah petani sampel 16 orang petani
Dari komoditi tanaman yang diusahakan oleh para petani didapat bahwa
jenis tanaman pinang tanaman agroforestry pilihan dengan responden petani pemilik sebanyak 8 orang petani. Hal ini disebabkan petani lebih mudah
memanfaatkan lahan karena lebih banyak memberi keuntungan termasuk dalam
hal penggunaan lahan, petani memanfaatkan pinang sebagai tanaman pembatas
(48)
durian, duku dan aren sebagai tanaman terbanyak ke-2 yang dikelola petani (7
orang). Kebanyakan jenis tanaman ini sudah ada sejak dahulu (pohon tua) dan
tidak dibudidayakan. Untuk jenis tanaman ke-3 yang paling banyak
dibudidayakan petani adalah tanaman manggis (5 orang). Jenis tanaman ini juga
merupakan jenis tanaman yang sudah ada sejak dahulu (pohon tua) dan tidak
dibudidayakan.
Untuk tingkat penggunaan luas lahan didapat bahwa tanaman durian
memiliki luas lahan yang terbesar dengan total luas lahan sebesar 7 ha, dimana
tanaman durian dapat menempati areal lahan secara acak. Kebanyakan tanaman.
Untuk tingkat luas lahan 0,2 ha didapat bahwa jenis tanaman cabai, jagung, jambu
air, dan alvokat memiliki luas lahan relatif kecil karena tanaman memiliki jarak
tanam yang berukuran kecil. Tidak mencapai ukuran 1 m2 untuk jenis tanaman jagung dan cabai dan memiliki jumlah tanaman yang relatif sedikit untuk jenis
tanaman jambu air dan alvokat.
Selain jenis-jenis tanaman, petani juga memanfaatkan jenis hewan ternak
dalam pengelolaan agroforestry. Petani memanfaatan kolam (komoditi ikan) dengan total luas lahan 1,7 ha. Kondisi lahan didukung adanya irigasi yang baik
sehingga baik bagi pengelolaan komoditi ini untuk mendapatkan keuntungan yang
lebih banyak.
Berikut ini akan dijelaskan gambaran beberapa jenis komoditi penyusun
sistem agroforestry diantaranya tanaman kehutanan, tanaman perkebunan dan industri, tanaman buah-buahan, tanaman pangan, tanaman sayuran, ternak dan
(49)
Tanaman kehutanan
Mahoni (Swietenia mahagoni)
Mahoni ádalah jenis pohon dengan pertumbuhan yang lambat. Mahoni
biasa dipanen antara umur 20-40 tahun. Karena rentang waktu yang lama maka
petani agroforestry cukup jarang membudidayakan tanaman ini dan petani menyebutnya sebagai tanaman masa depan karena bisa dipanen di waktu-waktu
mendatang.
Tidak adanya perlakuan yang khusus terhadap pengelolaan tanaman ini,
para petani hanya membiarkan saja tanaman ini tumbuh, cuma mendapat
perhatian khusus sewaktu masa umur 1-3 tahun dimana dilakukan perawatan
dengan pemberian pupuk NPK sebanyak 3 kali pemupukan dengan dosis 100
gram per tanaman.
Pada umumnya tanaman mahoni juga dijadikan sebagai tanaman
pelindung bagi tanaman yang ada dibawah tegakannya, seperti tanaman pertanian
seperti jagung dan kacang- kacangan. Letak lahan yang diusahakan para petani
biasanya berada pada lereng bukit.
Dari pengamatan yang dilakukan dilapangan, bahwa terdapat seorang
petani yang baru memanen kayu mahoninya dimana dalam usia panen pohon
mahoninya mencapai umur 25 tahun dan pohon mahoninya sudah dapat mencapai
50 m3 dalam 1,5 ha lahan yang dimilikinya dengan harga kayu per m3 seharga Rp 400.000,00. Kayu-kayu tersebut dijual ke pasar untuk dijadikan kayu
(50)
Gambar 8. Kayu hasil olahan dari pohon mahoni
Tanaman perkebunan dan industri Coklat (Theobroma cacao)
Tanaman coklat merupakan tanaman hasil agroforestry yang paling utama dibudidayakan di desa ini. Rata-rata 90% masyarakat desa membudidayakan
tanaman coklat sebagai tanaman agroforestry masyarakat setempat. Biasanya masyarakat setempat mengkombinasikan tanaman coklat dengan jenis tanaman
seperti karet.
Bentuk kegiatan yang dilakukan oleh para petani didalam pengelolaan
tanaman coklat dilakukan secara bertahap. Umumnya keadaan tanah di desa ini
sebagian besar berkondisi curam, oleh sebab itu waktu yang diperlukan petani
dalam mengelola lahan cukup lama mencapai waktu 2 bulan untuk lahan seluas 1
ha. Selain itu juga dikarenakan tenaga kerja yang sedikit yaitu tenaga kerja dari
anggota keluarga sendiri.
Kegiatan awalnya adalah penataan areal tanaman meliputi pembersihan
(51)
dibersihkan dengan menebang pohon-pohon sebelumnya, semak belukar,
alang-alang dan lain-lain. Kemudian dilakukan pemancangan tanda batas dan
pengukuran lokasi yang bertujuan untuk menentukan luas dan letak yang pasti
sehingga memudahkan dalam hal kebutuhan bibit tanaman.
Dibuat lubang tanaman dengan jarak tanam 3 x 4 m. Setelah selesai
pembuatan lubang tanah tersebut diisi dengan pupuk dasar biasanya dengan pupuk
urea dan dicampur dengan pupuk kandang supaya merangsang pertumbuhan
tanaman coklat. Setelah kurang lebih 2 minggu setelah pupuk dasar maka
dilakukanlah penanaman.
Biasanya dalam tahap pemeliharaan dilakukan penyiangan atau
pengendalian gulma, tujuannya untuk menghindari gangguan terhadap tanaman
coklat dan persaingan dengan tanaman gulma tersebut. Hal ini sudah dapat
dilakukan setelah masa tanam mencapai 2 minggu. Biasanya penyiangan
dilakukan dengan cara membajak rumput dan gulma yang terdapat disekitar
tanaman coklat.
Pada masa peneliharaan dilakukan juga tahap pemupukan dimanapupuk
yang digunakan adalah pupuk NPK, urea, TSP, KCldengan perbandingan dosis
pupuk per hektar lahan per tahun adalah pupuk NPK 280-300 kg/tahun, pupuk
urea 550 kg/tahun, pupuk TSP 500 kg/tahun, pupuk KCl 160 kg/tahun. Untuk pengendalian hama dan penyakit, banyak hama dan penyakit yang menyerang dan
sampai saat ini masih ada masyarakat yang belum tahu jenis hama dan
penyakitnyatetapi mereka tahu tanaman coklat mereka terserang hama dan
penyakit. Jenis hama antara lain hama penggerek batang, hama penggerek buah,
(52)
berwarna coklat atau bercak daun. Hal yang dilakukan para petani sejauh ini
adalah dengan penyemprotan insektisida jenis Pestona pengendali organik pada
tanaman.
Buah coklat yang siap dipanen adalah berwarna kuning, untuk masa panen
coklat mulai dari berbunga sampai berbuah matang mencapai waktu kurang lebih
6 bulan dan pemanenannya mencapai waktu selama 2 minggu.Setelah selesai
panen maka buah coklat siap untuk dipasarkan, biasanya buah hasil pemanenan
langsung dijual ke agen besar/tengkulak. Untuk harga eceran tingkat petani
(HET)kakao per kilogramnya sebesar Rp 21.000,00 dan petani tidak perlu
memasarkannya keluar karena para agen akan menjemput/mengambil hasil
panennya dari para petani.
Karet (Hevea brasiliensis)
Tanaman karet merupakan tanaman agroforestry jenis ke-2 yang paling dibudidayakan didesa ini, karena selain anjuran dari LSM Bitra juga merupakan
sumber penghasilan ekonomi utama bagi masyarakat. Pengkombinasian tanaman
karet dalam suatu lahan masyarakat biasanya pada tanaman coklat, pinang dan
tanaman pertanian lainnya.
Biasanya para petani biasanya membeli benih dari hasil stek atau okulasi
dan bibit tersebut banyak didapatkan dari daerah pembibitan yang terdapat di
Namorambe. Biasanya harga yang dibeli petani untuk satu stek atau okulasi
adalah sebesar Rp5.000,00 dan steknya dalam bentuk polybag sebagai wadahnya.
Sebelum penanaman, lahan dibersihkan terlebih dahulu, lahan bekas tebangan,
(53)
kemudian dibakar. Setelah itu hasil pembakaran berupa kompos bisa digunakan
menjadi pupuk dasar yang dicampur dengan pupuk kandang.
Tahap selanjutnya adalah pembuatan lubang tanam dengan membuat
lubang tanaman 60 x 60 x 60 cm untuk okulasi bibit karet tersebut dengan jarak
tanam biasanya 5 x 3 m. setelah itu dimasukkan bibit okulasi ke dalam lubang
tanah sampai semua lubang terisi penuh sesuai dengan ketersediaan bibit
kemudian dibiarkan 2-3 minggu. Setelah proses tersebut kemudian masukkan
pupuk kandang dan pupuk kompos dan ditutupi dengan tanah.
Biasanya tanaman karet sangat rentan terhadap penyakit dan hama
terkhusus pada usia mudanya, bahkan ada tanaman yang sampai mati. Hal ini
dapat diantisipasi dengan melakukan penyulaman yang dilakukan setelah tanaman
mencapai umur 1-2 tahun. Pemupukan harus rutin dilakukan selain untuk
mempercepat pertumbuhan juga untuk menjaga daya tahan tanaman. Hal ini juga
dilakukan oleh para petani setiap sekali setahun sampai umur tanaman mencapai
umur 3 tahun biasanya dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk urea,
phosfat, KCl dengan perbandingan dosis pupuk per ha lahan per tahun adalah
pupuk phosfor 250 kg, pupuk KCl 300 kg, pupuk kieserit.
Untuk jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman karet, biasanya
hama berupa kutu tanaman dimana menghisap cairan pada batang dan daun muda
yang membuat pertumbuhan tanaman terhambat. Jenis penyakit yang menyerang
tanaman berupa penyakit pada akar berupa akar putih pada usia muda, pada umur
tanaman sudah tua berupa kanker garis yang menghambat proses penyadapan dan
pada daun berupa embun tepung. Para petani biasanya tidak melakukan banyak
(54)
menerapkan cara dan prosedur yang tepat supaya tetap hidup dan menghasilkan.
Jika perlu petani juga menyemprotkan insekstisida PESTONA pada tanaman.
Penyadapan baru bisa dilakukan ketika umur tanaman mencapai 5 tahun.
Harga getah karet per kilogramnya dijual Rp 17.000,00. Hasil karet biasanya
dijual ke pasar. Hal yang menarik dari tanaman karet petani tersebut jika sudah
tua dan tidak dapat lagi menghasilkan karet ditebang dan dapat dijadikan kayu
bakar.
Kelapa sawit (Elaeis guineensis)
Para petani banyak berpendapat bahwa dalam kondisi lahan yang terjal
dan keadaan lahan yang miring masih dapat ditumbuhi tanaman kelapa sawit yang
termasuk tanaman tahunan karena mereka melihat prospek yang cerah di masa
mendatang dengan adanya usaha penanaman kelapa sawit mendatangkan
penghasilan yang cukup besar. Banyak petani mengusahakan lahan mereka
terkhusus bagi mereka yang memiliki lahan lebih luas dari 2 ha. Kebanyakan
mereka melakukan pengelolaan tanaman ini karena lahan yang mereka miliki luas
dan cukup, selain ditanami jenis tanaman pertanian dan buah-buahan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan banyak petani memanfaatkan lahan
dengan mengisi lahan dengan tanaman kelapa sawit yang masih berumur muda
danmemanfaatkan jarak tanam yang teratur dengan jarak tanam 8 x 10 m per
pohonnya. Para petani juga belum ada yang memanen buah sawitnya, karena
rata-rata petani baru 1-2 tahun menanam kelapa sawit. Karena usaha komoditi kelapa
sawit baru diketahui masyarakat selama 3 tahun tetapi mereka juga sudah
(55)
Sampai sekarang petani masih mengusahakan dalam tahap pemeliharaan
berupa pemupukan pada tanaman sebanyak 2 kali setahun dengan pupuk urea,
TSP dan KCl dengan perbandingan dosis pemupukan urea 250 kg : TSP 125 kg :
KCl 200 kg : kieserit 75 kg. Petani juga melakukan penanganan terhadap hama
dan penyakit root blast dimana memiliki gejala bibit dipertumbuhan awal mati mendadak, tanaman dewasa mati dan layu dan terjadi pembusukan akar. Para
petani biasanya dilakukan dengan menggunakan insektisida Pestona dan
pengendalian secara alami dengan penanaman yang baik dan benar.
Aren/enau (Arenga pinnata)
Masyarakat dan petani agroforestry di Desa Sayum Sabah sudah sejak lama mengenal pohon aren/enau. Hampir semua bagian atau produk tanaman ini
dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Akan tetapi tanaman
ini hanya dikembangkan oleh sebagian kecil petani dengan sungguh-sungguh.
Para petani banyak memanfaatkan pohon aren ini, misalnya akar untuk obat
tradisional, batang untuk berbagai peralatan, ijuk untuk keperluan bangunan.
Untuk hasil produksinya seperti buah dan nira dapat dimanfaatkan sebagai bahan
minuman.
Untuk pemungutan hasil, biasanya masyarakat memanfaatkan pohon aren
untuk :
Ijuk, dimana ijuk dihasilkan dari pohon aren yang telah berumur lebih dari 5
tahun sampai tongkol bunganya keluar. Pemungutan ijuk oleh masyarakat desa
dapat dilakukan dengan memotong pelepah daun, kemudian ijuk berupa
lempengan anyaman ijuk dilepas dengan menggunakan parang yang nantinya
(56)
lalu dibersihkan dan dapat digunakan untuk membuat sapu ijuk, dan atap ijuk.
Nira, dihasilkan dari penyadapan tongkol (tandan) bunga, baik bunga jantan
maupun bunga betina. Akan tetapi tandan bunga jantanlah yang menghasilkan
kualitas nira yang baik dan jumlah yang banyak.
Sebelum penyadapan dimulai dilakukan terlebih dahulu persiapan penyadapan,
yaitu dengan memilih bunga jantan yang siap disadap yaitu bunga jantan yang
tepung sarinya sudah banyak jatuh di tanah kemudian pembersihan tongkol
(tandan) bunga dengan memukul-mukul dan mengayunkan agar dapat
memperlancar keluarnya air nira. Jika pada saat masa bunga jantannya sedang
mengeluarkan air nira yang banyak maka petani bisa mengambil air nira sampai 3
hari berturut-turut setelah itu ditunggu kembali selama seminggu. Air nira ini
biasanya dijadikan sebagai minuman tradisional tuak dengan mencampu air nira
dengan ragi sehingga membuat minuman menjadi nikmat. Untuk harga per
liternya air nira (tuak) dijual seharga Rp. 1.500,00. Para petani biasanya menjual
tuak mereka kepada agen yang sengaja menjemput hasil usaha mereka setiap
(57)
Gambar 9. Petani mempersiapkan air nira (tuak) untuk dijual ke pasar
Rumbia (Metroxylon sagu)
Rumbia atau disebut juga pohon sagu adalah berjenis
bercabang-cabang, tinggi tajuk lebih kurang mencapai 10
sekitar
50-panjang dan berpelepah. Rumbiadapat tumbuh di
membentuk rumpunan yang tidak teratur tetapi dapat membentuk kebun atau
Tidak ada teknik pengelolaan yang khusus terhadap tanaman ini, hanya
tanaman dibiarkan saja sampai tanaman menghasilkan panen karena tanaman ini
merupakan jenis tanaman keras dan tahunan. Para petani di Desa Sayum Sabah,
tidaklah banyak membudidayakan tanaman ini, hal ini dikarenakan, tanaman ini
hanya menghasilkan nilai ekonomi tambahan saja (sampingan) selain tanaman
(58)
Para petani biasanya sudah bisa memanen daun rumbia setelah usia pohon
mencapai umur 6 tahun, dimana bagian pohon yang diambil untuk dipanen adalah
daunnya. Daun yang diambil adalah daun yang sudah tua, daun ini akan dirajut
dan dijadikan menjadi ikatan atap yang natinya menjadi atap ijuk. Atap ijuk ini
nantinya akan dijual ke pasar. Biasanya para petani menjual atap ijuk dengan
hitungan per lembar atap seharga Rp 35.000,00 dan biasanya petani bisa
menghasilkan 3 lembar atap ijuk per harinya.
Gambar 10. Ikatan atap rumbia yang telah selesai dan siap dijual
Pinang (Areca catechu)
Para petani banyak memanfaatkan tanaman pinang sebagai komoditi
agroforestry mereka, hal ini disebabkan bahwa tanaman ini merupakan tanamanjenis palmae yang dapat hidup bertahun-tahun, juga mempunyai fungsi sebagai tanaman batas lahan yang biasanya ditanam di pinggir lahan petani.
Berdasarkan penelitian dilapangan, banyak petani mengusahakan tanaman
(59)
di sejajaran (pinggir) lahan mereka. Pinang terutama ditanam untuk
dimanfaatakan bijinya. Biji ini dikenal sebagai salah satu campuran orang makan
sirih, selain gambir dan kapur.
Para petani biasanya mengumpulkan biji pinang saat waktu panen telah
tiba, jika umur tanaman sudah mencapai umur 5 tahun tanaman sudah berbunga
dan sudah cukup untuk menghasilkan buah. Dalam masa panen selama sebulan
pinang dapat menghasilkan buah sampai 3 kali panen dengan rata-rata hasil yang
didapatkan 1-2 kg biji pinang per pohon. Buah yang dipanen dikeringkan lalu
dikupas kemudian dikeringkan selama 1-2 minggu. Setelah kering maka buah
pinang tersebut siap untuk dijual. Para petani biasanya menjualnya ke pasar dan
ada juga agen yang biasanya memungut hasil panen mereka. Untuk harga 1 kg biji
pinang yang telah kering adalah Rp 8.000,00.
Tanaman penghasil buah
Petani agroforestry di daerah ini sangat banyak memanfaatkan tanaman ini dalam memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Selain menjadi sumber
pendapatan, para petani juga dapat menikmati sendiri hasil jerih lelah mereka
dengan memetik dan memakan buah dari hasil usaha mereka.
Jika dilihat dari latar belakang para petani melakukan pengelolaan hasil
agroforestry mereka dengan jenis tanaman penghasil buah, ceritanya sudah ada sejak dahulu, dimana mereka tidak menanam dan membudidayakan tanaman
penghasil buah ini kecuali tanaman nenas dan pisang yang mereka budidayakan
(tanaman semusim). Pohon-pohon seperti duku, manggis, durian sudah ada sejak
atau puluhan tahun lamanya, jadi mereka hanya memungut hasilnya. Seperti
(60)
umur 20 tahun dan manggis ada yang sudah mencapai umur 30 tahun. Jadi mereka
tidak mempunyai teknik dalam membudidayakan hanya memanen hasilnya saja.
Untuk harga jual petani untuk komoditi duku dijual ke pasar seharga Rp
21.000,00 per kilogramnya. Manggis dijual seharga Rp. 25.000-35.000 per
kilogramya, jika manggis yang dijual berkualitas baik maka manggis tersebut
akan diekspor ke negara jiran Malaysia bahkan sampai ke Taiwan. Untuk harga
jual durian dijual seharga Rp 5.000,00 per buahnya.
Tetapi untuk tanaman pisang, para petani membudidayakan tanaman ini,
para petani biasanya memindahkan anakan pisang ke lokasi lahan yang lain
kemudian diberi pupuk kandang dari hasil kotoran ternak. Pisang sudah dapat
dipanen setelah berumur 3 bulan, pokoknya ditebang dan buahnya diambil untuk
dijual ke pasar. Para petani juga memanfaatkan pelepah pisang tersebut untuk
dijadikan makanan tradisional Karo berupa campuran dengan daging yang
dinamakan ”ombut”. Daunnya juga dimanfaatkan untuk pembungkus makanan.
Kebanyakan petani menanam jenis pisang raja di lahan mereka. Harga untuk 1
tandan pisang raja Rp 30.000,00.
Untuk tanaman nenas para petani biasanya mengatur jarak tanam yang
tepat dengan jarak tanam 1 x 1 m per tanaman dan tanaman nenas siap dipanen
buahnya pada umur 1-2 tahun tergantung bibit yang digunakan jika bibitnya dari
(61)
Tanaman pangan dan sayuran Jagung (Zea mays)
Tanaman jagung merupakan tanaman agroforestry ke-3 yang paling banyak dikembangkan oleh masyarakat. Para petani sudah berpengalaman dalam
hal teknik dan pengelolaan tanaman jagung ini mulai dari pemilihan benih dimana
para petani hanya memakai benih yang berkualitas tinggi, dimana selain
menghasilkan buah yang banyak juga waktu panennya singkat.
Bentuk kegiatan yang dilakukan para petani dalam pengelolaan tanaman
jagung, antara lain lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya,
kemudian sisa tanaman dibakar, abunya dikembalikan lagi ke tanah.Lebih dahulu
dibuat lubang tanaman dengan melakukan penugalan sedalam 5 cm dengan jarak
tanam 75 cm x 20 cm kemudian benih dimasukkan kedalam lubang tanaman dan
lubang ditutup dengan pupuk kandang dan tanah.
Untuk takaran pupuk yang dibutuhkan adalah dengan perbandingan urea,
TSP, KCl untuk 1000 m2 adalah 35 kg : 8 kg : 8 kg. Pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali dalam waktu 6 minggu. Pupuk dimasukkan kedalam lubang
kemudian ditutup dengan tanah. Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali dapat
dilakukan dengan tangan atau cangkul kecil, guna membebaskan tanaman dari
tanaman pengganggu (gulma).Untuk pengendalian hama dan penyakit, biasanya
dilakukan penyemprotan dengan insektisida.
Benih jagung siap untuk dipanen biasanya jika umur tanaman sudah
mencapai usia kurang lebih 3 bulan setelah masa tanam dimana kondisi tongkol
sudah mengering dan berwarna kecoklatan dan sudah keras. Setelah semua jagung
(62)
dipipil lalu dikeringkan kembali. Setelah mencapai 2 minggu biji jagung siap
untuk dipasarkan. Para petani biasanya memasarkan hasil pertaniannya kepada
para agen/tengkulak dengan harga 1 kg jagung kering hasil pipilan Rp 2.000,00.
Untuk hasil sebagian lagi digunakan para petani untuk makanan ternak mereka.
Cabai (Capsicum frutescens)
Para petani di Desa Sayum Sabah merupakan petani yang tidak kenal lelah
dan rugi. Mereka masih mau saja mengusahakan tanaman cabai mereka sebagai
tanaman usaha mereka. Meskipun bertanam cabai diperhadapkan dengan berbagai
masalah dan resiko, diantaranya teknik budidaya, cara pemupukan, serangan hama
dan penyakit. Pertumbuhan tanaman cabai yang baik dan hasil produksi yang
tinggi merupakan dambaan dan harapan dari para petani.
Biasanya dilakukan pengelolaan tanah terlebih dahulu, tanah dicangkul
sedalam 25-30 cm hingga tanaman menjadi gembur kemudian dibiarkan selama 2
minggu. Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dilakukan persemaian,
dengan teknik arah persemaian menghadap ke arah timur dengan naungan atap
plastik/rumbia. Disiapkan bahan campuran tanah dengan pupuk kandang atau
pupuk kompos yang telah disaring dengan perbandingan 3 : 1. Kemudian bahan
dimasukkan kedalam media polybag dengan ukuran 4 x 6 cm. Setelah itu
dilakukan penyiraman. Kebutuhan benih untuk 1 ha mencapai 400-500 benih.
Sebelum benih disemai dan ditabur, tempat persemaian disiram merata. Setelah
semaian mencapai umur 1 bulan maka tanaman siapa untuk ditanam dan
penanaman biasanya dilakukan sore hari agar tanaman tidak menjadi layu.
Tahap pemeliharaan dengan penyiraman dilakukan 2 kali dalam sehari
(63)
membersihkan rumput liar. Pemupukan dilakukan adalah pada umur 4 minggu
dengan pemberian urea, SP-36, KCl dengan perbandingan per 1000 m2 lahan, urea 60 - 70 kg : SP-36 35 - 40 kg : KCl 35 - 40 kg.
Untuk hama dan penyakit, hama yang sering menyerang tanaman cabai
para petani adalah jenis hama tungau dan kutu yang biasanya menyerang daun dan
biasanya masyarakat melakukukan pengendalian dengan menyemprot insektisida
PESTONA atau jika tanaman rusak berat biasanya dengan mencabut tanaman,
dikumpulkan dan dibakar.
Panen merupakan kegiatan yang dinanti-nantikan oleh para petani untruk
menikmati jerih payah selama ini. Masa waktu panen cabai yaitu 60-75 hari.
panen ke-2 dan seterusnya 2-3 hari dengan jumlah panen bisa mencapai hasil 30-
40 kali. Untuk harga tingkat petani caabai Rp 10.000-12.000 per
kilogramnya.Biasanya petani menjual hasil panennya kepada para agen yang siap
menjemput hasil panen para petani.
Ternak
Lembu (Bos sondaicus)
Usaha ternak lembu di Desa Sayum Sabah telah lama dikenal para petani.
Para petani mengetahui cara-cara dan teknik yang tepat agar usaha ini dapat
memberikan keuntungan yang optimal termasuk dalam hal pakan untuk ternak
lembu, petani biasanya membawa ternak mereka ke padang rumput yang berada
dilahan mereka sendiri. Menurut penjelasan petani seekor lembu dewasa bisa
menghabiskan kurang lebih hijaun rumput berkisar 30-40 kg per harinya. Petani
(64)
pakan dari hijaun rumput, petani juga memberi makanan tambahan berupa
kacang-kacangan, dedak padi, dedaun mahoni dan mineral.
Dari hasil pengelolaan lembu ini, petani harus menunggu kurang lebih 5
tahun untuk dapat menjual lembu dewasa seharga Rp 4-5 juta, tergantung
kesepakatan petani dengan agen. Bagi para petani biasanya memiliki sepasang
induk yang nantinya berperan serta dalam hal proses perkawinan ternak tersebut
untuk menghasilkan keturunan.
Di Desa Sayum Sabah terkenal dengan sistem ternak lembu bergilir,
dimana setiap petani mendapat jatah seekor lembu untuk dikembangbiakkan.
Program ada sejak dulu dengan melibatkan pemerintah kabupaten dengan dinas
peternakan setempat. Dari program ini didapat hasil yang maksimal dimana
banyak para petani yang terus mengembangbiakkan ternak sapinya sehingga
mendatangkan keuntungan.
Gambar 11. Padang penggembalan beserta ternak lembu pada lahan milik Kaitman Tarigan
(65)
Kambing (Capra aegagrus)
Terdapat 2 jenis kambing yang diusahakan oleh petani di desa ini yaitu
kambing kacang atau yang lebih dikenal dengan kambing kampung. Bobot pada
jantan dewasa bisa mencapai 25 kg sedangkan untuk betina mencapai 20 kg.
Kambing ini termasuk kambing lokal Indonesia yang memiliki daya adaptasi yang
tinggi dengan alam setempat serta memiliki daya reproduksi yang tinggi. Bukan
hanya itu, kambing ini juga memiliki keturunan yang banyak dan juga cocok
sebagai hewan pedaging.
Kambing ettawa merupakan kambing yang istimewa bagi petani di desa
ini, karena kambing ini merupakan kambing yang berkualitas tinggi. Kambing
jenis ini juga kurang dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan mencapai masa
dewasa yang lama sekitar 4-5 tahun. Untuk tingkat produksinya rendah dan
berbeda dengan kambing kacang tetapi harganya yang mahal membuat petani
mengusahakan jenis kambing ini disamping itu kambing ini juga menghasilkan
produksi susu. Harga untuk satu ekor kambing Ettawa dewasa bisa mencapai
kisaran harga Rp 1,5 juta-2 juta.
Petani biasanya menempatkan kambing mereka di kandang dan pakan
yang diberi oleh petani berupa rumput, kacang-kacangan, daun mahoni dan
lain-lain. Untuk kambing kacang baru bisa dijual saat berumur 9-12 bulan dengan
harga jual sekitar Rp 400-500 ribu per ekor.
Ayam (Gallus domesticus)
Petani di Desa Sayum Sabah membuat lokasi untuk kandang ternak
mereka berada di tengah-tengah lahan agroforestry yang mereka kelola. Petani membuat kandang dari potongan-potongan bambu. Petani biasanya melakukan
(1)
II. STATUS & KEBERADAAN USAHA AGROFORESTRY
1. Bagaimana status keberadaan lahan yang anda usahakan?
2. Bagaimana keberadaan agroforestry yang anda usahakan ? - Letak dan komposisi jenisnya
(2)
III. TEKNIK PENGELOLAAN
1. Jumlah luas lahan yang anda usahakan?
2. Jenis-jenis komoditi yang dikelola? - - - - - - -
3. Frekuensi panen selama 1 tahun? - - - - - - - -
4. Status dan umur komoditi usaha sampai sekarang ? - - - - - - - -
(3)
IV. TEKNIK PEMASARAN HASIL
1. Berapa bagian yang digunakan untuk konsumsi keluarga sendiri?
2. Berapa bagian yang dipergunakan untuk konsumsi keluarga sendiri?
3. Berapa bagian yang dijual?
4. Kepada siapa hasil tersebut dijual?
5. Dimanakah penjualan hasil tersebut dilakukan?
6. Apakah sebelum hasil tersebut dijual, disimpan lebih dahulu?
7. Berapa lama dan dimana penyimpanan dilakukan?
8. Bagaimana keadaan hasil pada waktu dijual dari segi kualitas, pengepakan, kelembaban, dll.?
(4)
V. MASALAH & UPAYA MENGATASINYA
1. Masalah-masalah yang dihadapi petani dalam rangka pembangunan usaha taninya?
2. Usaha-usaha yang dapat ditempuh dalam pemecahan masalah-masalah tersebut?
(5)
VI. Deskripsi kegiatan DESKRIPSI
KEGIATAN
KOMODITI KOMODITI KOMODITI KOMODITI KOMODITI
- Disemaikan/tidak - Cara Pembersihan Lahan
- Alat-alat yang digunakan - Pembuatan lubang - Jarak tanam - Cara penanaman - Jumlah bibit yang Digunakan - Cara pemeliharaan - Berapa kali Penyulaman - Jenis pupuk yang digunakan dan dosisnya
- Cara pemberantasan hama & penyaakit
(6)
DESKRIPSI KEGIATAN
KOMODITI KOMODITI KOMODITI KOMODITI KOMODITI
- Teknik pemanenan -Cara mendapatkan bibit
- Cara pemeliharaan - Pemberian pakan - Vaksinasi