Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang

PEMANFAATAN CITRA LANDSAT TM 5 DALAM
IDENTIFIKASI HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN
SIBOLANGIT, PANCUR BATU DAN NAMO RAMBE
KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh:

NAJMI KHAIRIAH RAMBE
051201001 / MANAJEMEN HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

LEMBAR PENGESAHAN


Judul

: Pemanfaatan Citra Landsat TM 5 Dalam Identifikasi Hutan
Rakyat di Kecamatan Sibolangit, Namo Rambe dan Pancur
Batu Kabupaten Deli Serdang

Nama

: Najmi Khairiah Rambe

NIM

: 051201001

Departemen

: Kehutanan

Program Studi


: Manajemen Hutan

Disetujui Oleh
Komisi Dosen Pembimbing

Ketua

Anggota

Oding Affandi , S. Hut, M.P

Bejo Slamet, S. Hut, M.Si
NIP. 19750709 200003 1 002

NIP. 19730603 200003 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Kehutanan


Dr.Ir. Edy Batara Mulya Siregar,MS
NIP. 19641228 200012 1 001

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

ABSTRAK
NAJMI KHAIRIAH RAMBE. Pemanfaatan Citra Landsat TM 5 Dalam
Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan Sibolangit, Namo Rambe dan
Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Dibimbing oleh Bejo Slamet, S. Hut,
M.Si dan Oding Affandi, S.Hut, M.P.
Permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia dari tahun ke tahun adalah
kerusakan hutan yang semakin meningkat jumlahnya. Dalam mengantisipasi
semakin luasnya kerusakan hutan tersebut, perlu ditempuh langkah yang tepat
yang melibatkan berbagai pihak termasuk diantaranya masyarakat seperti
pengelolaan hutan berbasis kerakyatan seperti yang terdapat di Kabupaten Deli
Serdang. Namun seperti yang kita ketahui bahwa data potensi dan penyebaran
hutan rakyat belum mendukung.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pola spasial dan
potensi hutan rakyat di Kec. Sibolangit, Pancur Batu, dan Namorambe Kabupaten

Deli Serdang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 9 kelas penutupan lahan
yaitu lahan terbuka, badan air, semak, sawah, pemukiman, hutan rakyat campuran,
hutan rakyat monokultur, hutan rakyat agroforestri dan hutan alam. Luas total
penelitian dari 3 kecamatan adalah 38.225,07 Ha yang terdiri dari Kecamatan
Sibolangit 17.781,62 Ha, Kecamatan Pancur Batu 12.225,34 Ha dan Kecamatan
Namo Rambe 8.218,10 Ha.
Dari hasil penelitian ini di dapat 3 bentuk hutan rakyat yang terdiri dari
hutan rakyat campuran, hutan rakyat agroforestry dan hutan rakyat monokultur.
Potensi hutan rakyat campuran lebih banyak terdapat di Kecamatan Sibolangit
sebesar 1.193, 29 Ha dengan volume pohon 128.021, 66 m3, hutan rakyat
agroforestri lebih banyak terdapat di Kecamatan Pancur Batu sebesar 437,45 Ha
dengan volume pohon 44.411, 99 m3 dan hutan rakyat monokultur lebih banyak
terdapat di Kecamatan Sibolangit sebesar 84, 93 Ha dengan volume pohon
20.891, 07 m3 sekitar 49,28 %. Pola spasial yang terdapat di hutan rakyat
Kecamatan Sibolangit, Pancur batu dan Namo Rambe adalah pola menyebar dan
mengelompok.
Kata Kunci : Hutan Rakyat, Potensi, Pola Spasial

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.


ABSTRACT

Indonesia had been faced the broken forest which happen year by years and the
value getting higher during the times. In anticipate the problem of broken forest
become not widely, needing perfect step which in fault many elements including
the society itself, like the useful farm forestry like viewed in Deli Serdang
territory. However like we know the data that getting doesn’t potential in
supporting that action. The animed of this research is to adentify spatial type and
the potential of farm forestry at Sibolangit, Pancur Batu and Namo Rambe in Deli
Serdang territory. The result of this research indicate there are 9 land use surface
they are the opening land, the body water, busk, field, residence, polyculture, the
monoculture forest, the agroforestry and the nature forest. Total wide of the
research from 3 regions is 38.225,07 hectare, they are Sibolangit region 17.781,62
Ha, they are Pancur Batu 12.225,34 Ha and the Namo Rambe 8.218,10 Ha. Based
this research can be formed three type of public forest that contenting the
polyculture forest, the agroforestry and the monoculture forest. Potencies farm
forestry much getting on Sibolangit region as much as 1.193, 29 Ha with tree
volume 128.021, 66 m3, the agroforestry much in Pancur Batu region 437,45 Ha
with tree volume 44.411, 99 m3 and the monoculture forest much can seen in

Sibolangit at 84, 93 Ha with tree volume 20.891, 07 m3. the spatial type that can
seen in Sibolangit, Pancur Batu and Namo Rambe is the spreading type and
grouping.
Keywords : Farm forestry, Potencies, Land use

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Balige Tanggal 12 Januari 1987, dari ayah Drs. Amir
Hamzah Rambe, SH dan ibu Hj. Ris Inani Lubis, SAg. Penulis merupakan putri
ke-tiga dari empat bersaudara
Tahun 1999 penulis lulus dari SD Negeri Teratai Medan, pada tahun 2003
lulus dari Sekolah Menengah Pertama (MTs) Negeri 1 Medan.
Tahun 2005 penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum (MAN) Negeri 3
Medan dan pada tahun 2005 lulus seleksi masuk USU melalui jalur Pemanduan
Minat san Prestasi (PMP). Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan,
Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti kegiatan

organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS)–USU sebagai anggota dan
menjadi anggota Badan Kenaziran Mushalla (BKM) Baitul Asjjar Departemen
Kehutanan USU di bidang dakwah.
Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di KPH Bandung
Utara Unit III Jawa Barat dan Banten, Propinsi Jawa Barat selama 2 (dua) bulan
yaitu sejak 12 Januari 2009 sampai 12 Maret 2009.

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini
dapat selesai sebagai mana mestinya. Skripsi ini berjudul “ Pemanfaatan Citra
Landsat TM 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat di Kecamatan Sibolangit, Namo
Rambe dan pancur Batu Kabupaten Deli Serdang “. Skripsi ini merupakan syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Departemen Kehutanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Selama melaksanakan penelitian hingga penyusunan skripsi ini selesai,

banyak bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak kepada penulis. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak tersebut
terutama kepada :
1. Bapak Bejo Slamet, S.Hut, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing
(Dosen Pembimbing I).
2. Bapak Oding Affandi S.Hut, M.P selaku Anggota Komisi Pembimbing
(Dosen Pembimbing II).
3. Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS selaku Ketua Departemen
Kehutanan Universitas Sumatera Utara.
4. Staf pengajar dan para pegawai di Departemen Kehutanan USU.
5. Kedua orangtuaku tercinta Ayahanda Drs. Amir Hamzah Rambe, SH dan
Ibunda Hj. Ris Inani Lubis SAg sebagai sumber kekuatan dan pemberi
semangat sepanjang hidupku.

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

6. Saudara-Saudariku tercinta yakni Kakak Zulfa Rahmi, Abang M.Husnul
Hafiz SP dan Adikku M.Miftahul Ihsan yang selalu memberikan dukungan
dan semangat selama ini.

7. Para sahabatku yaitu Jihan, Ranmi, Pepi, dan seluruh anak-anak
Manajemen Hutan Stambuk 2005 dan Kakanda Diah.
8. Teristimewa buat Abang Ahmad Zailani Lubis S.Hut atas bantuannya dan
dukungannya selama ini.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas jasa-jasa yang telah diberikan
kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang Kehutanan.

Medan,

Agustus 2009

Penulis

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………...
DAFTAR TABEL......…………………………………………………......
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................

i
iii
v
vi
vii

PENDAHULUAN ...................................................................................
Latar Belakang ...................................................................................
Tujuan ...............................................................................................
Manfaat Penelitian .............................................................................
Perumusan Masalah ...........................................................................

1
1
3

3
3

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
Hutan ...............................................................................................
Hutan Bagian Sumberdaya Alam ........................................................
Hutan Rakyat .....................................................................................
Pengelolaan Hutan Rakyat ..................................................................
Pekarangan .........................................................................................
Hutan Kemasyarakatan .......................................................................
Sistem Informasi Geografis ................................................................
Penginderaan Jarak Jauh .....................................................................
Karakteristik Citra Landsat TM ..........................................................
Tutupan Lahan ...................................................................................

5
5
6
7
8
10
10
11
12
14
15

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ..........................................

17

METODE PENELITIAN .......................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................
Bahan dan Alat ...................................................................................
Prosedur Penelitian .............................................................................
Pengumpulan Data ........................................................................
Data Spasial ..................................................................................
Pengecekan Lapangan...................................................................
Pengolahan Data Lapangan ...........................................................
Analisis Spasial ............................................................................

21
21
21
22
22
26
33
34
35

HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................
Tipe Tutupan Lahan ...........................................................................
Analisis Visual ...................................................................................
Klasifikasi Terbimbing .......................................................................
Penutupan Lahan ................................................................................
Hubungan NDVI dengan Penutupan Lahan .......................................
Hubungan Volume Pohon dengan NDVI ...........................................

41
41
42
44
47
51
52

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

KESIMPULAN DAN SARAN................................................................
Kesimpulan ........................................................................................
Saran ...............................................................................................

56
56
57

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

58

LAMPIRAN................................................................................................

60

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

DAFTAR TABEL
Halaman

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Karakteristik Citra TM .......................................................................
Data Tutupan Lahan Kabupaten Deli Serdang ....................................
Klasifikasi NDVI ...............................................................................
Hasil Separabilitas Pengklasifikasian Tutupan Lahan .........................
Nilai Akuarasi Pengklasifikasian Tutupan lahan .................................
Persentase Tutupan Lahan ..................................................................
Nilai NDVI Berdasarkan Klasifikasi Tutupan Lahan di Lapangan ......
Volume Pohon Hutan Rakyat Berdasarkan NDVI ..............................
Potensi Volume Hutan Rakyat ............................................................

15
18
28
45
46
49
52
52
54

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Peta BatasAdministrasi Kabupaten Deli Serdang ..................................
20
2. Tahapan Analisis Citra ..........................................................................
26
3. Menu untuk Penentuan Area of Intersest ...............................................
29
4. Pembuatan Signature Editor .................................................................
29
5. Penentuan Kolom yang Dipergunakan dalam Signature Editor .............
29
6. Pembuatan Training Area ....................................................................
31
7. Penyimpanan AOI Layers yang Telah Dibuat .......................................
31
8. Signature Name, Pewarnaan Objek dan Jumlah Piksel yang Digunakan
31
9. Evaluasi Separabilitas Antar Training Area ...........................................
32
10. Hasil Evaluasi Separabilitas ................................................................
32
11. Tampilan New Set ...............................................................................
36
12. Tampilan Summarized .........................................................................
36
13. Tampilan Add Field ............................................................................
37
14. Tampilan Layout Peta .........................................................................
38
15. Tampilan Pengaktifan Graticules & Measured Grids ..........................
38
16. Tampilan Graticules & Measured Grids .............................................
39
17. Tampilan Pembuatan Peta ...................................................................
40
18. Tutupan Lahan Riil yang Dijadikan Training Area (A) Lahan Terbuka,
(B) Badan Air, (C) Sawah, (D) Semak dan (E) Pemukiman ................
41
19. Tutupan Lahan Riil yang Dijadikan Training Area (F) Kelapa Sawit,
(G) Hutan Alam, (H) Hutan Rakyat Agroforestry, (I) Hutan Rakyat
Campuran .........................................................................................
42
20. Analisis Visual Citra Landsat TM .......................................................
44
21. Pola Tanam Hutan Rakyat Campuran antara Pohon Duku, Durian, Karet,
Pinang dan Pisang di Deli Serdang .....................................................
48
22. Pola Tanam Hutan Rakyat Monokultur Pohon Rambutan di Deli Serdang 49
23. Pola Tanam Hutan Rakyat Agroforestry antara Tanaman Kehutanan (Duku,
Sengon, Jati) dan Tanaman Pertanian (Jagung, Ubi Kayu) serta antara
Tanaman Perkebunan (Pinang, Pisang) di Deli Serdang ......................
49
24. Peta Penutupan Lahan ........................................................................
50
25. Persamaan Eksponensial Hutan Rakyat ..............................................
55

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Data Potensi Hutan Rakyat ...................................................................

61

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hutan merupakan komunitas yang akan tetap menjadi perhatian saat ini
maupun dimasa mendatang. Karena fungsinya sebagai paru-paru dunia, yang
mampu mengubah karbondioksida menjadi oksigen, serta mencegah terjadinya
bencana erosi dan banjir. Selain itu hutan juga mampu menghasilkan komoditi
yang cukup tinggi nilainya. Oleh karena itu, permasalahan yang kemudian
dihadapi oleh Indonesia adalah kerusakan hutan yang dari tahun ke tahun semakin
meningkat jumlahnya.
Laju kerusakan hutan perlu diantisipasi dengan langkah yang tepat yang
melibatkan berbagai pihak termasuk diantaranya masyarakat yang tinggal
disekitar hutan untuk berperan secara aktif dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi dari seluruh aktifitas kehutanan. Hal
tersebut penting, mengingat masyarakat asli (masyarakat adat) Indonesia telah
sejak lama menjadikan hutan sebagai tempat mereka untuk mengembangkan
kehidupan, menjalankan kegiatan religius serta bagian dari proses tatanan adat
istiadat. Disamping itu hutan juga berfungsi sebagai tempat untuk proses kegiatan
ekonomi masyarakat asli sesuai dengan batas yang telah mereka sepakati bersama
(Awang, dkk, 2002).
Berkurangnya potensi fungsi di hutan alam; pohon-pohon di luar kawasan
hutan dapat menjadi alternatif menggantikan fungsi hutan tersebut. Salah satu
alternatif yang dimaksud adalah hutan rakyat yang secara mandiri atau dibantu
oleh pihak lain dibangun oleh masyarakat. Potensi kayu di hutan rakyat memiliki

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

arti penting dalam pengembangan pengelolaan hutan rakyat. Dengan mengetahui
potensi hutan rakyat maka akan dapat ditentukan beberapa tindakan yang terkait
dengan kelestarian hutan rakyat, bahkan hasil hutan kayu dan non kayu dari hutan
rakyat dapat ditingkatkan. Parameter yang dapat digunakan untuk menyatakan
potensi hutan rakyat adalah luas, volume kayu, dan jumlah pohon baik dari jenis
yang mendominasi maupun dari jenis yang lain. Namun demikian, sampai saat ini
data dan potensi hutan rakyat, khususnya di Kabupaten Deli Serdang, belum
banyak diketahui dan belum dianggap sebagai salah satu sumberdaya yang
mampu menggantikan fungsi hutan alam produksi. Oleh karena itu diperlukan
suatu kajian tentang potensi dan kondisi hutan rakyat, serta menyusun sistem
informasi tentang hutan rakyat, sehingga hutan rakyat dapat dikelola secara lestari
(Awang,dkk, 2001).
Penelitian mengenai hutan rakyat dan karakteristiknya penting untuk
dilakukan mengingat konstribusi dan peranan hutan rakyat yang cukup besar
dalam fungsi produksi material dan penghasilan jasa lingkungan. Berkaitan
dengan hal tersebut, diperlukan suatu sistem yang mampu dengan cepat dan
akurat dalam menghasilkan data mengenai potensi dan sebaran hutan rakyat di
berbagai wilayah. Selama ini data yang diperoleh mengenai hutan rakyat hanya
berdasarkan laporan-laporan konvensional saja. Oleh karena itu akan menjadi
tidak mudah bagi seorang pengambil keputusan terutama bagi pengambil
kebijakan dalam pengelolaan hutan. Untuk mengatasi masalah yang demikian
maka perlu adanya suatu penelitian yang memanfaatkan teknologi sistem
informasi geografis dan juga penginderaan jarak jauh yang dapat mengatasi
masalah-masalah tersebut.

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pola spasial dan potensi
hutan rakyat di Kecamatan Sibolangit, Pancur Batu dan Namo Rambe Kabupaten
Deli Serdang.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi potensi
sumber daya hutan rakyat di Kabupaten Deli Serdang yang berguna dalam
mendukung kegiatan operasional, pengendalian manajerial, dan perencanaan
strategis pengelolaan hutan rakyat yang terintegrasi dan lestari.

Perumusan Masalah
Keberadaan hutan sangat mutlak bagi kehidupan masyarakat didalam
sekitar hutan. Kehidupan masyarakat tersebut bergantung dari keberadaan dan
hasil hutan yang mereka peroleh. Keberadaan hutan rakyat sudah menunjukkan
hasil-hasil

yang

positif,

baik ditinjau

dari

sisi ekologinya (tata air,

keanekaragaman hayati, pelindung/konservasi tanah dan sebagainya) maupun
sebagai kontribusi pendapatan rumah tangga petani/masyarakat. Oleh karena itu,
hal ini harus mendapat perhatian yang besar dari berbagai pihak, khususnya
pemerintah.
Potensi kayu di hutan rakyat memiliki arti penting dalam pengembangan
pengelolaan hutan rakyat. Dengan mengetahui potensi hutan rakyat maka akan
dapat ditentukan beberapa tindakan yang terkait dengan kelestarian hutan rakyat,
bahkan hasil hutan kayu dan non kayu dari hutan rakyat dapat ditingkatkan.

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

Berbagai bentuk dan pola hutan rakyat secara spasial memiliki perbedaan
dan karakteristik yang unik. Informasi sangat penting sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan perencanaan, pengelolaan, dan monitoring hutan
rakyat. Akan tetapi data dan informasi ini belum terkelola dengan baik, sehingga
proses perencanaan, pengelolaan dan monitoring hutan rakyat belum optimal.
Salah satu kendala dalam perencanaan dan monitoring pengelolaan hutan rakyat
adalah ketersediaan informasi penting tentang sumberdaya hutan rakyat, dimana
ketersedian informasi ini akan sangat menunjang dalam kegiatan operasional,
pengendalian manajerial, dan perencanaan strategis pengelolaan hutan rakyat.
Dengan menggunakan sistem informasi, pengelolaan hutan rakyat akan memiliki
keunggulan kompetitif untuk pencapaian tujuan pengelolaan yang optimal dan
berkelanjutan.

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan
Menurut Undang-Undang Kehutanan No. 41/1999 menyebutkan bahwa
hutan adalah suatu ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan atau lingkungannya, yang
satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Menurut statusnya (sesuai
dengan Undang-Undang Kahutanan), hutan hanya dibagi kedalam 2 kelompok
besar yaitu : (1). Hutan Negara, hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani
hak atas tanah, dan (2). Hutan hak, hutan yang dibebani hak atas tanah yang
biasnya disebut sebagai hutan rakyat
Hutan secara singkat dan sederhana didefenisikan sebagai suatu ekosistem
yang didominasi oleh pohon. Dalam buku The Dictionary of Forestry yang diedit
oleh John A.Helms (1998 :70), forest (hutan) diberi pengertian sebagai berikut :
An ecosystem characterized by a more or less and extensive terr cover, often
consisting of stands varying in characteristics such as species composition,
structure, age class, and associated processes, and commonly incluiding
meadows, streams, fish, ang wildlife (suatu ekosistem yang dicirikan oleh
penutupan pohon yang kurang lebih padat dan tersebar, seringkali terdiri dari
tegakan-tegakan yang beragam cirri-cirinya seperti komposisi jenis, struktur, klas
umur, dan proses-proses yang terkait, dan umumnya mencakup padang rumput,
sungai-sungai kecil, ikan dan satwa liar) (Suhardjito, 2000).

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

Hutan Bagian Sumber Daya Alam
Secara umum klasufikasi sumber daya alam (SDA) terbagi kedalam
bentuk yaitu : (1) lahan pertanian (2) hutan dengan aneka ragam hasilnya (3)
lahan alami untuk keindahan, rekreasi atau untuk penelitian ilmiah (4) perikanan
darat dan perikanan laut (5) sumber mineral bahan bakar dan non-bahan bakar (6)
sumber energi non-mineral misalnya panas bumi, tenaga surya, angin, sumber
tenaga air, gelombanng pasang dan sebagainya (Zain, 1997).
Sumber daya hutan di Indonesia juga harus dapat berperan dalam
pengembangan sistem tata lingkungan dunia maupun kepentingan lain yang
menyangkut sumber daya hutan. Dunia internasional mengakui dan telah
membuktikan bahwa sumber daya hutan di Indonesia yang tergolong dalam
wilayah tropis adalah masih murni dan sangat potensional ditinjau dari berbagai
sudut. Oleh karena itu bentuk perubahan yang terjadi pada sumber daya alam
hutan di Indonesia akan sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomi
perdagangan, industri terutama keseimbangan lingkungan hidup. Dengan
demikian sangat beralasan apabila sumberdaya hutan di Indonesia dijaga
kelestariannya dari perusakan (Pamulardi, 1994).
Hutan sebagai bagian dari sumberdaya alam nasional memiliki arti dan
peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan
lingkungan hidup. Telah diterima sebagai kesepakatan internasional bahwa hutan
yang berfungsi penting bagi kehidupan dunia, harus dibina dan dilindungi dari
berbagai tindakan yang berakibat rusaknya ekosistem dunia (Zain, 1997).
Hutan memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan yaitu : berupa manfaat
lanngsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung. Manfaat hutan

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

tersebut diperoleh apabila hutan masih terjamin ekstensinya sehingga dapat
berfungsi secara optimal. Fungsi-fungsi ekologi ekonomi dan sosial dari hutan
akan memberikan peranan nyata apabila pengelolaan sumber daya alam berupa
hutan seiring dengan upaya pelesterian guna mewujudkan pembangunan nasional
berkelanjutan (Zain, 1997).

Hutan Rakyat
Hutan rakyat dalam pengertian menurut peraturan perundang-undangan
(UU No.41/1999) adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak
milik. Defenisi ini diberikan untuk membedakannya dari hutan negara, yaitu yang
tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak milik atau tanah negara. Dalam
pengertian ini, tanah negara mencakup tanah-tanah yang dikuasai oleh masyarakat
berdasarkan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan adat atau aturan-aturan
masyarakat lokal (biasa disebut masyarakat hukum adat) (Suhardjito, 2000).
Pengertian hutan rakyat harus diperluas dan diakui sebagai model
pengelolaan sumber daya hutan di Indonesia. Hutan rakyat adalah hutan rakyat
yang pengelolaannya dilaksanakan oleh organisasi masyarakat baik pada lahan
individu, bersama, lahan adat maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan
rakyat terdiri dari suatu ekosistem kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu,
satwa, buah-buahan, satuan usaha tani semusim, peternakan, barang dan jasa,
serta rekreasi alam. Bentuk dan pola hutan rakyat di Indonesia sebagai inisiatif
masyarakat adalah antara lain hutan rakyat sengon, hutan rakyat jati, hutan rakyat
campuran khepong adat, khepong campuran, hutan rakyat suren di Bukit Tinggi
(disebut parak), dan hutan adat campuran (Awang, dkk, 2002).

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

Hutan rakyat merupakan hutan yang dimiliki oleh masyarakat yang
dinyatakan oleh kepemilikan lahan, karenanya juga hutan rakyat disebut hutan
milik. Hutan rakyat di Indonesia hanya merupakan bagian kecil dari total ini tetap
penting karena selain fungsinya untuk perlindungan tata air pada lahan-lahan
masyarakat, juga penting bagi pemiliknya sebagai sumber pendapatan rumah
tangga, disamping hasil-hasil lain seperti buah-buahan daun, kulit kayu, biji dan
sebagainya (Suhardjito, 2000).
Menurut jenis tanamannya, Lembaga Penelitian IPB (1983) membagi
hutan rakyat kedalam tiga bentuk, yaitu:
1. Hutan rakyat murni (monoculture), yaitu hutan rakyat yang hanya terdiri
dari satu jenis tanaman pokok berkayu yang ditanam secara homogen atau
monokultur.
2. Hutan rakyat campuran (polyculture), yaitu hutan rakyat yang terdiri dari
berbagai jenis pohon-pohonan yang ditanam secara campuran.
3.

Hutan rakyat wana tani (agroforestry), yaitu yang mempunyai bentuk
usaha kombinasi antara kehutanan dengan cabang usaha tani lainnya
seperti tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan lain-lain
yang dikembangkan secara terpadu.

Pengelolaan Hutan Rakyat
Menurut Simon (1998), perkembangan teori pengelolaan hutan rakyat
dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu kategori kehutanan
konvensional dan kehutanan modern (kehutanan sosial). Teori pengelolaan hutan
yang termasuk ke dalam kehutanan konvensional adalah penambangan kayu atau

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

timber extraction (TE) dan perkebunan kayu atau timber management (TM).
Sementara itu yang termasuk kedalam golongan kehutanan sosial adalah
pengelolaan hutan sebagai sumber daya atau forest resource management (FRM)
dan pengelolaan hutan sebagai ekosistem atau forest ecosystem management
(FEM). Keempat teori pengelolaan hutan tersebut, secara evolutif berkembang,
sejak dari mulai penerbangan kayu (TE) hingga sampai pada pengelolaan
ekosistem hutan (FEM) (Awang,dkk, 2001).
Hutan rakyat dikelola oleh masing-masing pemilik dengan basis sistem
hutan rakyat (SHR). Istilah ini memang belum banyak dikenal dalam literatur atau
berbagai macam penelitian oleh mahasiswa dan staf peneliti lainnya. Selama ini
hutan rakyat hanya dilihat sebagai kumpulan pohon-pohon yang tumbuh dan
berkembang di atas lahan milik rakyat. Sehingga banyak dijumpai dalam
kalkulasi-kalkulasi ekonomi hutan rakyat yang

kurang muncul kepermukaan

adalah soal yang berkaitan dengan hasil kayu saja. Harus diakui pula bahwa
diantara pengertian hutan rakyat dan sistem hutan rakyat masih harus
diperdebatkan, tetapi harus disesuaikan dengan konteks sosial, ekonomi dan
budaya masyarakat setempat. Fakultas kehutanan tentang hutan rakyat, sering kali
menghitung kontribusi pendapatan hutan rakyat terhadap pendapatan keluarga
tani. Umumnya perhitungan pendapatan hutan rakyat tersebut hanya berasal dari
unsur kayunya saja. Hal ini terjadi karena komoditi yang dilihat dari hutan rakyat
hanya pohon-pohon saja (Awang, dkk, 2002).

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

Pekarangan
Pekarangan merupakan satu hamparan sistem penggunaan lahan yang
terletak di sekiitar tempat tinggal petani. Ragam komoditi dapat dijumpai di
pekarangan seperti tanaman kayu perkakas, tanaman kayu bakar, tanaman buahbuahan, tanaman perkebunan, tanaman obat-obatan dan tanaman pangan. Dengan
demikian sistem pekarangan ini sungguh dapat dijadikan cadangan atau bank bagi
kepentingan keberlangsungan hidup keluarga petani. Dalam pekarangan petani ini
tanaman kayu-kayuan merupakan bagian penyusun sistem pekarangan tersebut.
Dari uraian ini menjadi semakin jelas bahwa batasan antara pekarangan dan hutan
rakyat sulit dibedakan secara tegas. Tetapi jika dalam hutan rakyat tersebut yang
dimaksudkan hanya komoditas kayu-kayuan saja, maka sudah dapat dipastikan
bahwa dalam konteks pekarangan, hutan rakyat kayu itu pasti merupakan bagian
dari sistem pekarangan tersebut. Pemahaman ini berimplikasi kepada bagaimana
pengelolaan hutan rakyat kayu yang berada dalam sistem pekarangan
(Awang, dkk, 2002).
Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung disekitar
rumah, dengan batas-batas jelas, ditanami satu atau berbagai jenis tanaman keras,
semusim, dan masih mempunyai hubungan pemilikan dan atau fungsional dengan
rumah yang bersangkutan (Awang,dkk, 2001).

Hutan Kemasyarakatan
Hutan kemasyarakatan adalah terjemahan dari Community Forestry yang
diartikan sebagai salah satu bentuk perhutanan sosial yang dilaksanakan didalam
kawasan hutan yaitu suatu sistem pengelolaan hutan oleh masyarakat desa hutan

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

yang ditujukan untuk mendukung kehidupan dan kesejahteraan dengan tetap
memperhatikan kelestarian hutannya.
Istilah hutan masyarakat mulai diperbincangkan dalam seminar PERSAKI
pada tahun 1985 dan pola pengembangannya dijabarkan oleh Direktorat
Penghijauan dan Pengendalian Perladangan tahun 1986. Hutan kemasyarakatan
mulai dikembangkan pada Repelita Kelima (1989/1990 s/d 1993/1994). Dalam
dokumen Repelita Kelima disebutkan bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat perlu diusahakan agar kawasan hutan mampu memberikan manfaat
kepada masyarakat sekitarnya dalam jumlah yang lebih banyak dan mutu yang
lebih baik melalui hutan kemasyarakatan atau hutan sosial yang dikembangkan di
sekitar desa-desa dan dikelola oleh organisasi sosial masyarakat secara mandiri
(Awang dkk, 2001).

Sistem Informasi Geografis
Geographic Information System (GIS) atau sistem informasi geografis.
merupakan suatu alat yang dapat igunakan untuk mengelola (input, manajemen,
proses dan output) data spasial dan data yang bereferensi geografis. Setiap data
yang merujuk lokasi dipermukaan bumi dapat disebut sebagai data spasial
berefensi geografis. Misalnya, data kepadatan penduduk suatu daerah, data
jaringan jalan suatu kota, data distribusi lokasi pengambilan sampel dan
sebagainya (Nuarsa, 2004).
Pada suatu sistem SIG komprehensif, minimum terdapat dua sub sistem
yang berkaitan dengan basis data. Hal tersebut ialah subsistem penyimpanan data,
yang bertampalan dengan sub sistem pemerolehan data, dan sub sistem

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

pemanggilan kembali serta subsistem analis. FAO (1986) memberikan petunjuk
pengolahan informasi untuk negara-negara sedang berkembang, yang melibatkan
contoh-ontoh penggunaan data pengideraan jarak jauh (misalnya di Brazil dan di
India) (Howard, 1996).
Manfaat utama penggunaan sistem informasi spasial dengan komputer
dibandingkan dengan metode pembuatan peta tradisional dan masukan data
manual atau informasi manual adalah memperkecil kesalahan manusia,
kemampuan memanggil kembali peta tumpangsusun dari simpanan data SIG
secara cepat, menggabungkan tumpangsusun tersebut, tetapi penggabungan batas
agak sulit, dan untuk memperbaharui dengan memperhatiakan perubahan
lingkungan data statistik dan batas-batas dan area yang nampak pada peta.Saat ini
penggunaan SIG yang paling umum adalah untuk pembuatan peta tematik kota
dan memberikan revisi peta-peta tersebut (Howard, 1996).

Penginderaan Jarak Jauh
Penginderaan jauh dapat diartikan sebagai suatu proses membaca. Dengan
menggunakan berbagai sensor kita mengumpulkan data dari jarak jauh yang dapat
dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang obyek, daerah atau fenomena
yang diteliti. Pengumpulan data dari jarak jauh dapat dilakukan dalam berbagai
bentuk, termasuk variasi agihan daya, agihan gelombang bunyi atau agihan energi
elektromagnetik (Lillesand and Kiefer, 1990).
Penginderaan jauh adalah identifikasi dan pengkajian obyek-obyek pada
jarak jauh dengan menggunakan energielektromagnetik yang dipantulkan atau
dipancarkan. Penginderaan jauh meliputi penggunaan sejumlah sistem sensor

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

yang berbeda termasuk kamera yang terkenal untuk mengenali dan mengukur
obyek-obyek, masing-masing menggunakan suatu bagian yang berbeda dari
spektrum elektromagnetik (Paine, 1992).
Dalam terapan penginderaan jauh, maka ahli kehutanan dan geologi telah
menggunakan secara operasional dalam pengumpulan data selama bertahuntahun. Kadang-kadang sistem penginderaan jauh dapat memberikan data spesifik
yang tidak dapat diperoleh dari sumber data lainnya; tetapi penginderaan jauh
dapat digunakan untuk mengumpulkan data tanpa banyak kerja lapangan dengan
hasil yang lebih cepat dan murah. Saat ini hampir tidak mungkin inventarisasi
hutan

dilakukan

dengan

tanpa

menggunakan

data

penginderaan

jauh

(Howard, 1996).
Di dalam tiap pendekatan untuk penginderaan jauh, yang harus dipilih
bukan hanya paduan yang tepat antara pengumpulan data dan teknik interpretasi
data melainkan juga paduan yang tepat antara teknik penginderaan jauh dan
teknik ”konvensional” juga harus ditemukan. Para mahasiswa harus memahami
bahwa penginderaan jauh merupakan suatu alat yang paling baik bila dipadukan
dengan teknik lain bukan merupakan alat mandiri. Meskipun demikian
penginderaan jauh digunakan secara tepat, kita sering dapat memperoleh
gambaran lingkungan sekitar kita yang lebih baik dibandingkan dengan metode
pengamatan yang lain (Lillesand and Kiefer, 1990).
Secara umum penginderaan jauh saat ini diterima tidak hanya terbatas
sebagai alat pengumpul data mentah, tetapi pemprosesan data mentah secara
manual dan terotomasi, dan analisis citra serta penyajian hasil informasi yang
diperoleh. Penginderaan jauh biasanya dibatasi hanya pada penginderaan yang

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

menggunakan

spektrum

elektromagnetik.

Penginderaan

jauh

tersebut

menggunakan enenrgi yang berfungsi sama dengan sifat cahaya, dan tidak hanya
meliputi spektrum tampak, tetapi juga meliputi spektrum ultraviolet, inframerah
dekat, inframerah tengah, infra merah jauh dan gelombang radio (Howard, 1996).

Karakteristik Citra Landsat TM
Citra Landsat dirancang untuk meliputi daerah yang luas untuk pandangan
secara keseluruhan. Keberadaan atau arti ciri-ciri geologi yang besar tertentu
dapat nampak secara jelas pada citra landsat tetapi mudah diabaikan pada
fotogravi konvensional karena dibutuhkan jumlah foto udara yang banyak untuk
meliputi suatu kawasan yang sama (Paine, 1990).
Jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, citra Landsat TM
mempunyai kelebihan lebih baik dari segi resolusi spasial maupun resolusi
spektral, resolusi spasial 30 x 30 meter dan resolusi spektral sebanyak 7 band.
Selain itu kepekaan radiometriknya dengan laju pengiriman data yang lebih cepat
dan

fokus

penginderaan

informasi

yang

berkaitan

dengan

vegetasi

(Lo. C.P., 1996).
TM (Thematic mapper) adalah sebuah perangkat scanning mekanis yang
digunakan untuk MMS, tetapi dapat mengubah spektral, spatial dan karakteristik
radiometrik. Ada 7 gelombang yang digunakan, seperti yang tampak pada pada
Tabel di bawah.

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

Tabel 1. Karakteristik Citra TM
Jenis Citra

TM

Kisaran band
( m)
1. 0,45 – 0,52 (blue)
2. 0,52 – 0,60 (green)
3. 0,63 – 0,69 (red)
4. 0,76 – 0,90 (near IR)
5. 1,55 – 1,75 (mid IR)
7. 2,08 – 2,35 (mid IR)
6. 10,4 – 12,5 (thermal)

IFOV
(m)
30 x 30
30 x 30
30 x 30
30 x 30
30 x 30
30 x 30
120 x 120

Sumber (Richard, 1986).

Instantaneous field of fiew (IFOV) merupakan fungsi dari ukuran detector,
tinggi sensor dan optik. Pada sensor digital seperti generasi Landsat dan SPOT,
sensor yang merekam kecerahan (brightness) semua obyek yang ada di dalam
IFOV. Dengan kata lain IFOV adalah suatu areal pada suatu permukaan bumi
dalam mana gabungan/campuran brightness suatu permukaan bumi (Jaya, 2009).
TM merupakan sistem yang sangat kompleks yang memerlukan toleransi
pembuatan yang amat kecil dan kontrol mekanis yang tepat pada cermin scanning.
Toleransinya adalah sedemikian kecilnya sehingga tidak mungkin lagi dibuat
penyempurnaan di masa mendatang untuk memperkecil resolusi sampai dibawah
30m. TM tidak merupakan hasil evolusi sistem-sistem Landsat yang sudah ada
(Paine, 1992).

Tutupan Lahan
Pengetahuan tentang penggunaan lahan dan penutupan lahan penting
untuk berbagai kegiatan perencanaan dan pengelolaan yang berhubungan dengan
permukaan bumi. Penggunaan foto udara pankromatik skala menengah untuk
pemetaan penggunaan lahan telah dilakukan sejak dasawarsa 1940-an. Dewasa

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

ini, foto udara skala kecil dan citra satelit telah digunakan untuk penggunaan
lahan/penutupan lahan bagi wilayah yang luas.
Istilah penutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada
dipermukaan bumi. Contoh jenis penutup : bangunan kekotaan, danau, pohon dan
lain-lain. Sebidang lahan tersebut mempunyai penutup lahan yang terdiri dari
atap,

permukaan

yang

diperkeras,

rumpu,

dan

pepohonan

(Lillesand and Kieffer, 1990).

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Kabupaten Deli Serdang secara geografis, terletak diantara 2°57’ - 3°16’
Lintang Utara dan antara 98°33’ - 99°27’ Bujur Timur merupakan bagian dari
wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah
2.497,62 Km2 yang terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desa/kelurahan, yang
terhampar mencapai 3.34 persen dari luas Sumatera Utara. Dengan batas-batas
sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera.
- Sebelah Selatan berbatasan dergan Kabupaten Karo
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten
Langkat.
Kabupaten Deli Serdang dihuni penduduk yang terdiri dari berbagai suku
bangsa seperti Melayu, Karo, Simalungun, Jawa, Batak, Minang, Cina, Aceh dan
pemeluk berbagai agama seperti Islam, Kristen, Hindu dan Budha, dengan total
jumlah penduduk berjumlah 1.686.366 jiwa dengan Laju Pertumbuhan
Penduduknya (LPP) sebesar 2,74 persen dengan kepadatan rata-rata 616 jiwa
perkilometer persegi.
Kabupaten Deli Serdang memilik sarana dan prasarana transportasi berupa
jalan darat dan kereta api. Disamping itu didukung oleh sarana dan prasarana
utama lainnya seperti listrik, telekomunikasi, air bersih dan Kawasan Industri
Medan ( KIM ) Star dan Kawasan Industri Medan ( KIM ) II.

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

Pembangunan Bidang Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu prioritas
pembangunan lainnya di Kabupaten Deli Serdang. Dari peningkatan derajad
kesehatan bagi masyarakat, akan memberi dampak kepada peningkatan usia
harapan hidup, penurunan angka kematian ibu hamil, dan angka kematian bayi.
Sektor Pertanian yang meliputi sub sektor pertanian tanaman pangan dan
holtikultura, perkebunan, peternakan dan kehewanan, perikanan dan kelautan
serta kehutanan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian
daerah Kabupaten Deli Serdang.
Secara rinci, penggunaan lahan di Kabupaten Deli Serdang dapat
dibedakan sebagai berikut :
Tabel 2. Data Tutupan Lahan Kabupaten Deli Serdang

- Perkampungan / Pemukiman
- Persawahan
- Tegalan / Kebun Campuran
- Perkebunan Besar
- Perkebunan Rakyat
-Hutan
- Semak / Alang-Alang
- Kolam / Tambak
- Rawa – Rawa
- Peternakan
- Lain – Lain
Total

: 12.907 Ha ( 5,39 % )
: 44.444 Ha ( 18.56 % )
: 52.897 Ha ( 22.09 % )
: 54.286 Ha ( 22.67 % )
: 29.908 Ha ( 12,49 % )
: 40.157 Ha ( 16.77 % )
: 670 Ha ( 3.28 % )
: 1.317 Ha ( 0,55 % )
: 792 Ha ( 0,33 % )
: 49 Ha ( 0,02 % )
: 2,035 Ha ( 0,85 % )
: 239.462 Ha

Sumber : Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang

Sub Sektor Kehutanan selain dimanfaatkan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, juga telah diupayakan pelestariannya dengan mengajak
masyarakat berpartisipasi untuk melindungi dan melestarikan keberadaan hutan
agar terhindar dari bahaya bencana alam seperti banjir dan longsor.

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

Sedangkan di sub sektor pertanian tanaman pangan dan holtikultura,
daerah Kabupaten Deli Serdang hingga saat ini merupakan salah satu lumbung
beras dan memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi Propinsi Sumatera
Utara.
Dari 33 obyek wisata yang ada sebelum pemekaran wilayah, saat ini di
Kabupaten Deli Serdang masih tersisa sekitar 24 obyek wisata potensial untuk
dikembangkan menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang baru di Kabupaten
Deli Serdang.Dari 24 obyek wisata, 11 di antaranya telah dikelola sesuai dengan
Perda No. 23 Tahun 2003 tentang Retribusi Izin Usaha Rekreasi dan Hiburan
umum, dan 13 obyek wisata lainnya masih merupakan potensi yang belum
dikelola.
Obyek wisata yang ada, sebenarnya memiliki potensi cukup menjanjikan
untuk dikembangkan yang terdiri dari wisata alam, pemandian alam, panorama,
air panas, cagar alam, dan wisata pantai.Beberapa peluang investasi pada
pengembangan pariwisata di Kabupaten Deli Serdang antara lain adalah,
membangun fasilitas penginapan, restoran, kios souvenir, pemasaran barangbarang souvenir, buah-buahan, perbaikan jalan menuju obyek wisata, fasilitas
komunikasi, sarana permainan anak-anak, kolam renang, dan lain sebagainya.

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

Gambar 1. Peta Batas Administrasi

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2009 di
Kecamatan Namo Rambe, Pancur batu dan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang
Sumatera Utara. Pengelolaan dan analisis data dilakukan di Laboratorium
Manajemen

Hutan

Terpadu

Departemen

Kehutanan

Fakultas

Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Citra Landsat TM 5 Tahun 2006
Citra landsat TM hasil rekaman sensor Thematic Mapper, yang dipasang
pada Landsat 5. Sistem TM meliputi lebar sapuan (scanning) sebesar 185 km,
direkam dengan menggunakan tujuh saluran gelombang, yaitu tiga saluran
panjang gelombang tampak, tiga saluran panjang gelombang infra merah dekat
dan satu saluran gelombang inframerah termal.
TM merupakan sistem yang sangat kompleks yang memerlukan toleransi
(kelonggaran) pembuatan yang amat kecil dan kontrol mekanis yang tepat pada
cermin scanning. Toleransinya adalah sedemikian kecilnya sehingga tidak
mungkin lagi dibuat penyempurnaan dimasa mendatang untuk memperkecil
resolusi sampai dibawah 30 m. TM tidak merupakan suatu terobosan besar dalam
teknologi. TM merupakan hasil evolusi sistem-sistem Landsat yang sudah ada.

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

2. Data Spasial (data administrasi) Kabupaten Deli Serdang
a. Peta batas desa
b. Peta batas kecamatan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Perangkat keras (Hardware) yang digunakan beupa seperangkat personal
computer (PC) dan perangkat lunak (Software) ArcView 3.3 dan ERDAS 9.0.
2. GPS (Global Positioning System) untuk menentukan titik koordinat
dilapangan
3. Kamera Digital untuk mendokumentasikan tutupan lahan di lapangan
4. Meteran untuk mengukur diameter pohon
5. Clinometer untuk menentukan tinggi pohon
6. Alat tulis menulis untuk mencatat data dan informasi yang didapat
7. Tally sheet untuk mencatat data

Prosedur Penelitian
Pengumpulan data meliputi :
a. Citra landsat TM
Analisis citra
Citra Landsat dianalisis dengan tujuan untuk memperoleh peta
penggunaan lahan (Land Use) dari kawasan yang diteliti. Analisis citra
dapat dilakukan dalam enam tahap yang digambarkan dalam diagram
alir seperti gambar 1, yang mencakup :

Najmi Khairiah Rambe : Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan
Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

a. Koreksi Citra
Koreksi citra merupakan prosedur operasi agar diperoleh data yang
sesuai dengan aslinya. Sebab citra hasil rekaman sensor
penginderaan jauh mengalami berbagai distorsi yang disebabkan
oleh gerakan sensor, faktor media antara, dan faktor objeknya
sendiri, sehingga perlu dibetulkan atau dipulihkan kembali.
Koreksi citra terdiri dari :
 Koreksi Geometris
Koreksi geometrik atau rektifikasi merupakan suatu proses
transformasi data dari satu sistem grid menggunakan suatu
transformasi geometrik