Perjanjian Kerja Bersama Antara Manajemen PTP Nusantara II Dengan Serikat Pekerja Ditinjau Dari UU No.13 Tahun 2003

(1)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA ANTARA MANAJEMEN PTP

NUSANTARA II DENGAN SERIKAT PEKERJA DITINJAU DARI UU No : 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Dalam Mencapai

Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

Ayu Kusuma Ning Dewi 060200283

Program Kekhususan Perdata BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA ANTARA MANAJEMEN PTP

NUSANTARA II DENGAN SERIKAT PEKERJA DITINJAU DARI UU No : 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Dalam Mencapai

Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

Ayu Kusuma Ning Dewi 060200283

Disetujui Oleh :

Ketua Program Kekhususan Perdata BW

(Prof.Dr.H.Tan Kamello,SH.MS) NIP . 1962204211988031004

Pembimbing I Pembimbing II

(Prof.Dr.H.Tan Kamello,SH.MS) (Rosnidar Sembiring,SH.M.Hum) NIP . 1962204211988031004 NIP.196602021991032002


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat mengikuti perkuliahan dan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi in disusun guna melengkapi dan memenuhi tugas dan syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara, dimana hal tersebut merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/i yang ingin menyelesaikan perkuliahannya.

Adapun judul skripsi yang ingin penulis kemukakan “Perjanjian Kerja Bersama Antara Manajemen PTP Nusantara II Dengan Serikat Pekerja Ditinjau Dari UU No.13 Tahun 2003”. Penulis telah mencurahkan segenap hati, pikiran dan kerja keras dalam penyusuna skripsi ini. Namun penulis menyadari bahwa didalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya, baik isi maupun kalimatnya. Oleh sebab itu skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Di dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH.M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. H. Tan Kamello,SH.MS., selaku Ketua Program Kekhususan Perdata BW di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang juga Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberi


(4)

bantuan, bimbingan dan arahan-arahan kepada penulis saat penulisan skripsi ini;

3. Ibu Rosnidar Sembiring,SH.M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberi bantuan, bimbingan dan arahan-arahan kepada penulis saat penulisan skripsi ini;

4. Seluruh Dosen dan Staff pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara; 5. Teristimewa untuk kedua Orangtua, Papaku Budhi Prasetio dan

Mamaku Endah Sri Wardhani, terimakasih atas segala perhatian, dukungan dan doa yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;

6. Adik-adikku tersayang Putri Dwiastuti dan Adhitia Prathama Nugraha yang selalu menyemangati penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuangan di Fakultas Hukum : Ian Keizer, Julia Franciska, Vendrista Yulia, Tio Wibowo, Samuel Valentino, Fahruzan, Dino Prabowo, Faisal, Eko August yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan menyempurnakan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2010

Ayu Kusuma Ning Dewi


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK... vi

Bab I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 9

D. Keaslian Penulisan ... 10

E. Tinjauan Kepustakaan... 11

F. Metode Penulisan ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 15

Bab II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA BERSAMA ... 17

A. Pengertian perjanjian kerja bersama ... 17

B. Syarat-syarat pembuatan perjanjian kerja bersama ... 22


(7)

Bab III TINJAUAN HUKUM POSITIF MENGENAI

SERIKAT PEKERJA ... 33

A. Pengertian dan tujuan pembentukan serikat pekerja ... 33

B. Tata cara pembentukan serikat pekerja ... 39

C. Fungsi serikat pekerja beserta hak dan kewajibannya ... 42

D. Perlindungan terhadap serikat pekerja ... 47

Bab IV PELAKSANAAN PEMBUATAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA di PTP.NUSANTARA II ... 48

A. Pelaksanaan perundingan Perjanjian Kerja Bersama Periode 2010-2011 di PTP Nusantara II ... 48

B. Kesepakatan & Perubahan dari Perjanjian Kerja Bersama PTP.Nusantara II Periode 2010-2011 ... 60

C. Perselisihan yang timbul dalam pelaksanaan perundingan Perjanjian Kerja Bersama pada PTP.Nusantara II ... 70

D. Penyelesaian perselisihan & perubahan Perjanjian Kerja Bersama PTP.Nusantara II Periode 2010-2011 ditinjau dari UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan ... 74

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 78


(8)

ABSTRAK

Penulisan skripsi ini dilatar-belakangi oleh ketertarikan penulis tentang Perjanjian Kerja Bersama Antara Manajemen PTP Nusantara II Dengan Serikat Pekerja Ditinjau Dari UU No.13 Tahun 2003. Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah Bagaimanakah pelaksanaan perundingan Perjanjian Kerja Bersama, Kesepakatan dan perubahan apa saja yang terjadi, Perselisihan apa saja yang timbul dalam pelaksanaan perundingan Perjanjian Kerja Bersama, Bagaimanakah penyelesaian yang sudah dilaksanakan terhadap perselisihan dan perubahan Perjanjian Kerja Bersama.

Penulisan skripsi ini dilakukan dengan metode penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan. Dilakukan dengan penelusuran bahan hukum primer dan sekunder. Adapun bahan hukum primer yang diteliti adalah berupa bahan hukum yang terdiri dari Undang-undang Nomot 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan maupun peraturan perundang-undangan yang dianggap menunjang penulisan skripsi ini. Bahan sekunder yang diteliti adalah berupa karya ilmiah seperti bahan pustaka, jurnal-jurnal tahunan, buku-buku dan sebagainya.

Setelah dilakukan pembahasan maka kemudian diketahui, bahwa Pelaksanaan perundingan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) PT.Perkebunan Nusantara II 2010-2011 dilaksanakan mengingat Undang-undang No.21 Tahun 2000 dan Undang-undang No.13 Tahun 2003 serta KEP-48/Men/IV/2004, lalu pihak serikat pekerja memberikan draft kepada perusahaan yang dalam hal ini PT.Perkebunan Nusantara II atas pengajuan perubahan perubahan pasal-pasal perjanjian dari Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebelumnya demi meningkatkan kesejahteraan karyawan. Pelaksananan perundingan dilaksanakan sebagaimana diatur KEP-48/Men/IV/2004, tetapi di PT.Perkebunan Nusantara II ada diadakan pertemuan informal yang bertujuan untuk membahas masalah-masalah redaksional dan hal-hal umum dimana hal ini di dasari pertimbangan untuk mempermudah waktu jalannya perundingan yang berakibat pada efisiensi biaya dalam pelaksanaan perundingan. Tahap jalannya perundingan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) 2010-2011 tidak sepenuhnya sebagaimana diatur oleh KEP-48/Men/IV/2004 hal ini disebabkan oleh kehadiran para pengurus cabang yang mewakili kebun-kebun yangg mengawal jalannya perundingan dan meminta kepastian atas eskalasi kenaikan upah agar dapat terpenuhi. Pelaksanaan perundingan merupakan dari asas musyawarah mufakat maka di sepakati oleh tim perunding dari perusahaan untuk memberikan kesempatan kepada Tim Perunding Serikat Pekerja terlebih dahulu mensosialisasikan beberapa pasal kepada para pengurus cabang yang berada diluar. Hal ini telah di koordinasikan ke pihak petugas mediasi walaupun ini menyimpang dari ketentuan tata tertib namun perundingan ini untuk mencapai mufakat dan tidak menimbulkan keributan dan perselisihan maka dianggap tidak masalah guna mencapai kemufakatan.


(9)

ABSTRAK

Penulisan skripsi ini dilatar-belakangi oleh ketertarikan penulis tentang Perjanjian Kerja Bersama Antara Manajemen PTP Nusantara II Dengan Serikat Pekerja Ditinjau Dari UU No.13 Tahun 2003. Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah Bagaimanakah pelaksanaan perundingan Perjanjian Kerja Bersama, Kesepakatan dan perubahan apa saja yang terjadi, Perselisihan apa saja yang timbul dalam pelaksanaan perundingan Perjanjian Kerja Bersama, Bagaimanakah penyelesaian yang sudah dilaksanakan terhadap perselisihan dan perubahan Perjanjian Kerja Bersama.

Penulisan skripsi ini dilakukan dengan metode penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan. Dilakukan dengan penelusuran bahan hukum primer dan sekunder. Adapun bahan hukum primer yang diteliti adalah berupa bahan hukum yang terdiri dari Undang-undang Nomot 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan maupun peraturan perundang-undangan yang dianggap menunjang penulisan skripsi ini. Bahan sekunder yang diteliti adalah berupa karya ilmiah seperti bahan pustaka, jurnal-jurnal tahunan, buku-buku dan sebagainya.

Setelah dilakukan pembahasan maka kemudian diketahui, bahwa Pelaksanaan perundingan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) PT.Perkebunan Nusantara II 2010-2011 dilaksanakan mengingat Undang-undang No.21 Tahun 2000 dan Undang-undang No.13 Tahun 2003 serta KEP-48/Men/IV/2004, lalu pihak serikat pekerja memberikan draft kepada perusahaan yang dalam hal ini PT.Perkebunan Nusantara II atas pengajuan perubahan perubahan pasal-pasal perjanjian dari Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebelumnya demi meningkatkan kesejahteraan karyawan. Pelaksananan perundingan dilaksanakan sebagaimana diatur KEP-48/Men/IV/2004, tetapi di PT.Perkebunan Nusantara II ada diadakan pertemuan informal yang bertujuan untuk membahas masalah-masalah redaksional dan hal-hal umum dimana hal ini di dasari pertimbangan untuk mempermudah waktu jalannya perundingan yang berakibat pada efisiensi biaya dalam pelaksanaan perundingan. Tahap jalannya perundingan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) 2010-2011 tidak sepenuhnya sebagaimana diatur oleh KEP-48/Men/IV/2004 hal ini disebabkan oleh kehadiran para pengurus cabang yang mewakili kebun-kebun yangg mengawal jalannya perundingan dan meminta kepastian atas eskalasi kenaikan upah agar dapat terpenuhi. Pelaksanaan perundingan merupakan dari asas musyawarah mufakat maka di sepakati oleh tim perunding dari perusahaan untuk memberikan kesempatan kepada Tim Perunding Serikat Pekerja terlebih dahulu mensosialisasikan beberapa pasal kepada para pengurus cabang yang berada diluar. Hal ini telah di koordinasikan ke pihak petugas mediasi walaupun ini menyimpang dari ketentuan tata tertib namun perundingan ini untuk mencapai mufakat dan tidak menimbulkan keributan dan perselisihan maka dianggap tidak masalah guna mencapai kemufakatan.


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pada masa sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk membuka diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan dan perkembangan yang terjadi begitu pesat juga melanda dunia usaha yang menuntut tenaga kerja yang berkualitas tinggi dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Tenaga kerja yang demikian diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan citra dari suatu instansi dalam melakukan pelayanan terhadap masyarakat, hal ini menyangkut banyak hal tentang ketenagakerjaan.

Peran serta tenaga kerja sangat diperlukan dalam pembangunan ketenagakerjaan guna meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peran sertanya dalam pembangunan serta peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat. Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar dari para pekerja atau buruh dan juga untuk menjamin kesamaan kesempatan serta penempatan tanpa adanya diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja atau buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.

Ketenagakerjaan ialah segala sesuatu yang berhubungan dengan tenaga kerja waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Didalam peraturan ketenagakerjaan diatur perlindungan terhadap para tenaga kerja yang


(11)

dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja dan menjamin kesamaan, kesempatan serta perlakuan tanpa adanya diskriminasi dan keinginan untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.

Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara pelaku proses produksi barang dan atau jasa (terdiri dari unsur pengusaha , pekerja , dan pemerintah) didasarkan pada nilai nilai yang terkandung didalam sila-sila Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam Implementasi kepribadian bangsa dikenal dengan azas kekeluargaan dan gotong royong serta asas musyawarah untuk mufakat , dimana manisfestasi hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha diperusahaan adalah kerjasama dalam proses produksi dalam menikmati hasil dan tanggung jawab untuk mempertahankan kelangsungan usaha dan perkembangan perusahaan yang juga bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.

Seiring dengan berkembangnya alam demokrasi, dewasa ini dinamika hubungan industrial mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas dari waktu ke waktu karena pekerja dan pengusaha yang memmiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda.

Fakta perburuhan di Indonesia adalah tidak seimbangnya jumlah tenaga kerja dengan lapangan kerja yang tersedia. Ditambah lagi sebagian besar tenaga kerja kita adalah unskill labour. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi penganggguran dengan menyediakan lapangan kerja.


(12)

Tersedianya lapangan kerja dapat dilakukan melalui investasi. Baik melalui public investment maupun privat investment. Dana yang dibutuhkan Negara dalam mewujudkan public investment sangat besar sehingga peran swasta sangat dibutuhkan. Usaha untuk menarik investor asing merupakan salah satu bentuk dari privat investment. Sayangnya tidak menariknya Indonesia sebagai tempat investasi karena dipicu banyak hal, mulai dari infrastruktur yang tidak memadai, birokrasi perizinan yang masih berbelit, etos kerja yang rendah.1

Di sisi lain justru saat ini ada kecenderungan beralihnya tenaga trampil dan berkeahlian untuk bekerja ke luar negeri. Bukan hanya faktor tingginya penghasilan yang mendorong mereka. Kondisi politik dan suasana kerja yang memberi penghargaan pada kompetensi inilah yang menyebabkan terjadinya migrasi pekerja berkualitas ke luar negeri. Politk hukum nasional belum sepenuhnya dirumuskan sesuai nilai-nilai moral dan kultural masyarakat kita, sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.2

Mendudukkan peraturan tentang ketenagakerjaan yang dibuat sebagai pedoman pelaksanaan hubungan industrial antara hak dan kewajiban baik dari

Untuk menjamin adanya kepastian hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaaha yang memiliki kepentingan dan tujuan berbeda dalam hubungan kerja, maka diperlukan satu rumusan sebagai pedoman pengaturan hak & kewajiban antara pekerja dan pengusaha dalam bentuk pembuatan Perjanjian Kerja Bersama.

1

Samhadi, Sri Hartati, ”Etos kerja Indonesia terburuk di Asia ? http://training-ethos.blogspot .com/2007_ 12_05 _archive .html, di up date tanggal 21 Desember 2007.

2


(13)

pekerja yang diwakili oleh serikat pekerja maupun perusahaan dalam melaksanakan hubungan kerja sehingga tidak terjadi perselisihan hubungan industrial dan norma-norma syarat-syarat kerja, perlindungan upah, jaminan sosial pekerja dapat terlaksana sebagaimana yang di amanatkan oleh undang-undang yang diharapkan tercipta hubungan keharmonisan pekerja dan meningkatkan produktifitas perusahaan guna mendukung kesejahteraan pekerja.

Suatu aturan hukum yang baik apabila memenuhi delapan kriteria, yaitu berlaku secara umum, diumumkan, tidak berlaku surut, disusun dalam rumusan yang dapat dimengerti, tidak saling bertentangan, dapat dilakukan secara wajar, tidak mudah berubah, ada kecocokan antara aturan dan pelaksanaannya.

Delapan kriteria di atas merupakan suatu prinsip hukum. Salah satu prinsip yang belum diterapkan dalam pembentukan PKB adalah adanya aturan hukum yang tidak saling bertentangan. Di bidang perburuhan, tampaknya politik perburuhan lebih berpihak kepada pengusaha. Banyak kemudahan yang diberikan untuk mendorong terciptanya iklim investasi.

Dengan diundangkannya UU No: 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja / Serikat Buruh dan UU No: 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah membawa perubahan yang cukup signifikan dalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama baik dari sisi tata cara atau prosedur maupun pola pikir pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama.

Perubahan atas terbitnya UU No: 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja dan UU No: 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah membuat dampak


(14)

yang cukup signifikan dalam dunia usaha di Indonesia yang salah satunya adalah PT.Perkebunan Nusantara II.

PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) yang berkedudukan di Tanjung Morawa Medan ini merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor pertanian sub sektor perkebunan yang diusahai dengan komoditi kelapa sawit, kakao, tembakau, karet dan tebu.

PT. Perkebunan Nusantara II ditetapkan berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1996 yang merupakan penggabungan dari PT. Perkebunan Nusantara II wilayah Sumatera Utara dan Irian Jaya dengan PT. Perkebunan Nusantara IX di wilayah Sumatera Utara.

Sebelumnya PT. Perkebunan Nusantara II yang ditetapkan berdasarkan PP Nomor 28 Tahun 1975 memiliki areal perkebunan yang berada di wilayah Propinsi Riau, Sumatera Utara dan Irian Jaya, sedangkan PT. Perkebunan Nusantara IX yang ditetapkan berdasarkan PP Nomor 44 Tahun 1973 memiliki areal perkebunan yang berada di wilayah Propinsi Sumatera Utara dan Aceh.

Setelah dilakukan peleburan sebagaimana yang dimaksud dalam PP Nomor 7 Tahun 1996 maka PT. Perkebunan Nusantara II dan PT. Perkebunan Nusantara IX dinyatakan bubar dengan ketentuan segala kewajiban dan kekayaan serta karyawan Persero tersebut diatas beralih kepada PT. Perkebunan Nusantara II.

Kemudian didirikannya PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) dengan akte pendirian Nomor 35 Tanggal 11 Maret 1996 yang dibuat dihadapan Harun Kamil,SH yang merupakan Notaris di Jakarta dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia, sesuai dengan Keputusan Menteri


(15)

Kehakiman Republik Indonesia Nomor C2-8330.HT.01.01 tertanggal 8 Agustus 1995 serta telah diumumkan pada Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 8682/1996 tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 81 tanggal 8 Oktober 1996.

PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) pada awalnya memiliki 1 (satu) Serikat Pekerja/Serikat Buruh namun setelah keluarnya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja, PT. Perkebunan Nusantara II memiliki 3 (tiga) Serikat Pekerja/Serikat Buruh yaitu Serikat Pekerja Perkebunan ( Sp-Bun ) , Serikat Pekerja Merdeka ( SPM ) dan Serikat Karyawan ( Sekar ). Tetapi pada saat sekarang ini PT. Perkebunan Nusantara II mempunyai 2 (dua) serikat Pekerja/Serikat Buruh saja, yaitu Serikat Pekerja Perkebunan ( Sp-Bun ) dan Serikat Pekerja Merdeka (SPM).

PT. Perkebunan Nusantara II pada saat sekarang ini mengalami kondisi yang kurang menggembirakan apabila dibandingkan dengan PT. Perkebunan Nusantara lainnya, hal ini dikarenakan oleh :

1. Areal produksi di garap oleh orang yang tidak bertanggung jawab 2. Usia pokok produksi sudah tidak maksimal

3. Beban hak pekerja setiap tahunnya meningkat

4. Pemberian hak pekerja sudah melebihi yang diatur dengan undang-undang namun komposisinya tidak pas dengan undang-undang-undang-undang, sehingga hal ini menimbulkan persepsi yang berbeda oleh serikat pekerja dan menjadi potensi perselisihan hubungan industrial.


(16)

Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas dan hubungan yang harmonis antara pihak manajemen dengan pekerja, sesuai dengan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan makna hubungan industrial, maka PT.Perkebunan Nusantara II membuat Perjanjian Kerja Bersama yang rumusannya memuat berbagai macam persoalan hubungan kerja antara Perusahaan dan Pekerja. Perjanjian Kerja Bersama ini diharapkan dapat lebih menjamin kelancaran hubungan yang harmonis antara Manajemen dan Pekerja guna terciptanya serta terbinanya ketenangan kerja.

Berdasarkan hal-hal tersebut mendorong penulis selaku mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk meneliti dan menulis skripsi dengan judul “Perjanjian Kerja Bersama Antara Manajemen PTP Nusantara II Dengan

Serikat Pekerja Ditinjau Dari UU No.13 Tahun 2003”

B. PERMASALAHAN

Didalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan diatur tentang syarat-syarat kerja, perlindungan upah, jaminan sosial tenaga kerja, perlindungan tenaga kerja yang bermuara kepada hak dan kewajiban pekerja dan perusahaan namun pengaturan hak dan kewajiban tersebut tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya di PTP Nusantara II dikarenakan oleh beberapa ketentuan pembayaran tentang hak sudah melebihi dari undang-undang namun komposisinya tidak sebagaimana undang-undang. Sehingga perubahan-perubahan yang dilakukan oleh manajemen PTP Nusantara II ditanggapi dengan perspektif


(17)

yang berbeda oleh serikat pekerja dan hal ini berpotensi menjadi perselisihan hubungan industrial.

Didasari UU No : 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja , di PTP Nusantara II telah terbentuk 2 (dua) Serikat Pekerja yakni : Serikat Pekerja Perkebunan ( Sp-Bun ) dan Serikat Pekerja Merdeka ( SPM ) maka hal ini memberikan nuansa baru dalam proses pelaksanaan perundingan Perjanjian Kerja Bersama periode 2010 – 2011 dan berdampak kepada tata cara perundingannya yakni :

1. Bagaimanakah pelaksanaan perundingan Perjanjian Kerja Bersama 2010-2011 pada PT.Perkebunan Nusantara II ?

2. Kesepakatan dan perubahan apa saja yang terjadi dalam Perjanjian Kerja Bersama PT.Perkebunan Nusantara II Periode 2010-2011 ?

3. Perselisihan apa saja yang timbul dalam pelaksanaan perundingan Perjanjian Kerja Bersama 2010-2011 pada PT.Perkebunan Nusantara II ?

4. Bagaimanakah penyelesaian yang sudah dilaksanakan terhadap perselisihan dan perubahan Perjanjian Kerja Bersama periode 2010-2011 di PT.Perkebunan Nusantara II bila ditinjau dari UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan ?


(18)

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN 1. Tujuan Penulisan

Untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan di atas, adapun yang menjadi tujuan dari penelitian dan penulisan ini adalah :

a. Untuk mengetahui pelaksanaan perundingan Perjanjian Kerja Bersama 2010-2011 pada PT.Perkebunan Nusantara II.

b. Untuk mengetahui kesepakatan dan perubahan apa saja yang terjadi dalam Perjanjian Kerja Bersama PT.Perkebunan Nusantara II Periode 2010-2011.

c. Untuk mengetahui perselisihan yang timbul dalam pelaksanaan perundingan Perjanjian Kerja Bersama 2010-2011 pada PT.Perkebunan Nusantara II.

d. Untuk mengetahui penyelesaian yang sudah dilaksanakan terhadap perselisihan dan perubahan Perjanjian Kerja Bersama periode 2010-2011 di PT.Perkebunan Nusantara II bila ditinjau dari UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

2. Manfaat Penulisan

Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas, maka diharapkan penelitian ini akan dapat bermanfaat sebagai berikut :


(19)

a. Terlaksananya hubungan industrial yang harmonis di suatu perusahaan dan segala perselisihan yang timbul dari sudut pandang berbeda antara hak dan kewajiban diselesaikan melalui musyawarah dan mufakat yang mengacu pada peraturan ketenagakerjaan serta kemampuan perusahaan.

b. Secara Teoritis, bahwa penelitian ini adalah merupakan sumbangsih penulis kepada ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Hukum Perdata. c. Secara Praktis, bahwa penelitian ini diharapkan dapat memberi

masukan serta informasi kepada Mahasiswa Hukum khususnya dan masyarakat, bangsa dan negara dalam pembangunan.

D. KEASLIAN PENULISAN

“Perjanjian Kerja Bersama Antara Manajemen PTP Nusantara II Dengan Serikat Pekerja Ditinjau Dari UU No.13 Tahun 2003” yang diangkat menjadi judul skripsi ini merupakan hasil karya yang ditulis secara objektif, ilmiah, melalui pemikiran, referensi dari buku-buku, bantuan dari narasumber dan pihak-pihak lain. Skripsi ini juga bukan merupakan jiplakan atau merupakan judul yang sudah pernah diangkat sebelumnya dalam suatu penulisan skripsi oleh orang lain.


(20)

E. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Perjanjian kerja yang dalam bahasa Belanda biasa disebut

Arbeidsovereenkoms, dapat diartikan dalam beberapa pengertian. Pengertian yang

pertama disebutkan dalam ketentuan pasal 1601a KUH Perdata, mengenai

perjanjian kerja disebutkan bahwa :

“Perjanjian Kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu si buruh, mengikatkan dirinya untuk di bawah perintahnya pihak yang lain, si majikan untuk suatu waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan menerima upah.”3

“Perjanjian Kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu, buruh, mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima upah pada pihak lainnya, majikan, yang mengikatkan diri untuk mengerjakan buruh itu dengan membayar upah.

Selain itu pengertian mengenai Perjanjian Kerja juga di kemukakan oleh seorang pakar Hukum Perburuhan Indonesia yaitu Bapak Prof.R.Iman Soepomo,S.H. yang menerangkan bahwa perihal pengertian tentang Perjanjian

Kerja, beliau mengemukakan bahwa :

4

3Djumadi,Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, Penerbit Rajagrafindo, Jakarta, Cet.V, 2004, hlm. 29.

4

Imam Soepomo,Loc.cit.,hlm.57.

Selanjutnya perihal pengertian Perjanjian Kerja, ada lagi pendapat Prof. Subekti, S.H. beliau menyatakan dalam bukunya Aneka Perjanjian, disebutkan bahwa Perjanjian Kerja adalah :


(21)

Perjanjian antara seorang “buruh” dengan seseorang “majikan”, perjanjian mana ditandai oleh ciri-ciri; adanya suatu upah atau gaji tertentu yang diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (bahasa Belanda

dierstverhading) yaitu suatu hubungan berdasarkan mana pihak yang satu

(majikan) berhak memberikan perintah-perintah yang harus ditaati oleh pihak yang lain.5

Perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil

perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban kedua belah pihak.

Konsepsi perjanjian kerja seperti yang ditentukan Pasal 1 angka 14 Undang-undang Ketenagakerjaan, objeknya akan sama dengan objek yang diperjanjikan di dalam Perjanjian Kerja Bersama seperti ditentukan pada Pasal 1 angka 21 Undang-undang Ketenagakerjaan, yang menentukan bahwa :

6

Di mana objek yang diperjanjikan dalam Perjanjian Kerja Bersama memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban kedua belah pihak. Bahkan di dalam ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 21 tahun 1954 tentang

5Subekti,Aneka Perjanjian,Penerbit Alumni Bandung,Cet.II,1977,hlm.63.

6Djumadi,Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, Penerbit Rajagrafindo, Jakarta, Cet.V, 2004, hlm. 123.


(22)

Perjanjian Perburuhan dan Pasal 1601 n KUH Perdata ditambah dengan ketentuan “yang harus diindahkan pada waktu membuat perjanjian kerja”.

Dengan demikian bahwa objek yang diperjanjikan perjanjian kerja,

Perjanjian Kerja Bersama dalam konsepsi Undang-undang Ketenagakerjaan akan

sama objeknya dengan ketentuan Pasal 1601 n KUH Perdata dan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 21 Tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan.

Objek yang diperjanjikan dalam Perjanjian Kerja Bersama adalah tentang syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban kedua belah pihak, yang harus diindahkan atau dipedomani sewaktu membuat perjanjian secara individual atau dipedomani sewaktu membuat perjanjian secara individual, yaitu perjanjian kerja.7

Perjanjian kerja bersama ini adalah semua perjanjian tertulis sehubungan

dengan kondisi–kondisi kerja yang diakhiri dengan penandatangan oleh pengusaha, kelompok pengusaha atau satu atau lebih organisasi pengusaha disatu pihak dan pihak lain oleh perwakilan organisasi pekerja atau perwakilan dari pekerja yang telah disyahkan melalui peraturan dan hukum nasional.

Perjanjian Kerja Bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil

perundingan antara Serikat pekerja/buruh atau beberap serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha.

8

7Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, Penerbit Rajagrafindo, Jakarta, Cet.V, 2004, hlm. 124.

8

ILO Recommendation No.91 paragraf 2


(23)

Perjanjian kerja bersama mengikat pihak-pihak yang bertanda tangan di

dalamnya dan secara otomatis peraturan perusahaan tidak berlaku lagi dengan adanya perjanjian kerja bersama, kecuali nilai dari peraturan perusahaan tersebut lebih tinggi dari pada yang tercantum di dalam perjanjian kerja bersama.9

F. METODE PENULISAN

Perjanjian kerja bersama adalah hak yang mendasar yang telah disyahkan

oleh anggota-anggota ILO dimana mereka mempunyai kewajiban untuk menghormati, mempromosikan dan mewujudkan dengan itikad yang baik.

Perjanjian kerja bersama adalah hak pengusaha atau organisasi pengusaha

disatu pihak dan dipihak lain serikat pekerja atau organisasi yang mewakili pekerja. Hak ini ditetapkan untuk mencapai “ kondisi-kondisi pekerja yang manusiawi dan penghargaan akan martabat manusia (humane conditions of labour and respect for human dignity)“, seperti yang tercantum dalam Konstitusi ILO.

Sedangkan pengertian Perjanjian Kerja Bersama yang termaktub di dalam PKB PT. Perkebunan Nusantara II Periode 2010 – 2011 adalah Perjanjian kerja bersama yang diadakan oleh dan antara Direksi PT Perkebunan Nusantara II (Persero) dengan Serikat Pekerja Perkebunan (SP BUN PTP Nusatara II Persero).

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data untuk digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode pengumpulan data secara studi pustaka atau data-data sekunder dan penelitian lapangan.

9


(24)

Metode penulisan yang digunakan adalah studi kepustakaan yaitu menganalisis tentang perjanjian kerja bersama dengan mengumpulkan dan membaca referensi melalui peraturan, koran, internet, majalah dan setelah terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menyeleksi data-data yang layak digunakan untuk mendukung penulisan skripsi ini.

Sedangkan data-data penelitian di lapangan di peroleh dari pihak PT.Perkebunan Nusantara II yang bertindak sebagai perusahaan yang mengadakan Perjanjian Kerja Bersama dengan serikat buruh / serikat pekerjanya.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan didalam skripsi ini dibagi atas 5 (lima) bab, dimana masing-masing bab dibagi atas beberapa sub bab. Urutan bab tersebut tersusun secara sistematik dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Uraian singkat atas bab-bab tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. BAB I, merupakan bab PENDAHULUAN, yang menguraikan tentang : latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penulisan, sistematika penulisan.

2. BAB II, merupakan bab yang menguraikan tinjauan umum tentang Perjanjian Kerja Bersama, bab ini terdiri dari beberapa sub bab seperti : pengertian perjanjian kerja bersama, syarat-syarat pembuatan perjanjian kerja bersama dan manfaat dibentuknya perjanjian kerja bersama.


(25)

3. BAB III, merupakan bab yang menguraikan tinjauan umum tentang Serikat Pekerja, bab ini terdiri atas beberapa sub bab seperti : dasar pendirian serikat pekerja, syarat sahnya dibentuknya serikat pekerja, batasan dan kewenangan serikat pekerja dan manfaat berdirinya serikat pekerja.

4. BAB IV, merupakan bab yang menjelaskan tentang Pelaksanaan Pembuatan Perjanjian Kerja Bersama di PTP Nusantara II, bab ini terdiri atas beberapa sub bab seperti : Pelaksanaan perundingan Perjanjian Kerja Bersama Periode 2010-2011 di PTP Nusantara II, Kesepakatan & Perubahan dari Perjanjian Kerja Bersama PTP.Nusantara II Periode 2010-2011, Perselisihan yang timbul dalam pelaksanaan perundingan Perjanjian Kerja Bersama pada PTP.Nusantara II , Penyelesaian perselisihan & perubahan Perjanjian Kerja Bersama PTP.Nusantara II Periode 2010-2011 ditinjau dari UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

5. BAB V, merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan yang merupakan jawaban singkat terhadap permasalahan yang telah diteliti, dan saran yang merupakan sumbangsih pemikiran penulis terhadap permasalahan di dalam skripsi ini.


(26)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA BERSAMA

A. Pengertian Perjanjian kerja bersama

Istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) timbul setelah diundangkannya Undang-undang No.21 Tahun 2000. Istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) digunakan untuk menggantikan istilah sebelumnya yaitu Kesepakatan Kerja Bersama (KKB), dikarenakan pembuat undang-undang berpendapat bahwa pengertian dari Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sama dengan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB).

Tetapi Sentanoe Kertonegoro berpendapat lain mengenai persamaan pengertian Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dengan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB), beliau mengatakan bahwa :

Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ialah :

a. Merupakan dasar dari individualisme dan liberalisme yang berpandangan bahwa diantara pekerja/buruh dengan pengusaha adalah dua pihak yang memiliki kepentingan berbeda dalam perusahaan. b. Bebas untuk melakukan perundingan dan juga membuat perjanjian

tanpa adanya campur tangan dari pihak lain.

c. Dibuat melalui perundingan yang bersifat tawar-menawar (bargaining) masing-masing pihak akan berusaha memperkuat kekuatan


(27)

tawar-menawar, bahkan dengan menggunakan senjata mogok dan penutupan perusahaan.

d. Hasilnya adalah perjanjian yang merupakan keseimbangan dari kekuatan tawar-menawar.

Adapun Kesepakatan Kerja Bersama, yaitu :

a. Dasar adalah hubungan industrial Pancasila berpandangan bahwa antara pekerja dan pengusaha terdapat hubungan yang bersifat kekeluargaan dan gotong-royong.

b. Mereka bebas melakukan perundingan dan memuat perjanjian asal saja, tetapi memperhatikan kepentingan yang lebih luas, yaitu masyarakat, bangsa, dan negara.

c. Dibuat melalui musyawarah untuk mufakat, tidak melalui kekuatan tawar-menawar, tetapi yang diperlukan sifat yang keterbukaan, kejujuran, dan pemahaman terhadap kepentingan semua pihak. Kehadiran serikat pekerja dalam rangka meningkatkan kerja sama dan tanggung jawab.

d. Hasilnya adalah suatu kesepakatan yang merupakan titik optimal yang bisa dicapai menurut kondisi yang ada, dengan memperhatikan kepentingan semua pihak.

Apabila dicermati pendapat Sentanoe mengenai perbedaan antara PKB dengan KKB, tampak ada peluang yang dapat digunakan oleh majikan dalam memanfaatkan suatu keadaan dari pengertian KKB untuk menekan buruh dalam


(28)

memperjuangkan haknya. Pada pengertian KKB, lebih ditekankan bahwa semua pihak tidak hanya mengutamakan kepentingannya, tetapi juga harus memperhatikan juga kepentingan bangsa dan negara. Sebagai contoh pemerintah telah menetapkan upah minimun provinsi/kota.

Pasal 103 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 menyebut Perjanjian Kerja Bersama (PKB) merupakan salah satu sarana dilaksanakannya hubungan industrial. Sangat diharapkan akan terbentuk PKB yang berkualitas dengan mengkomodasikan tiga kepentingan yaitu buruh, pengusaha dan negara. Sayangnya sulit terwujud, karena terdapat inkonsistensi aturan hukum atau terdapat konflik norma di dalam norma pembentukan PKB.

Perjanjian kerja bersama adalah hak yang mendasar yang telah disyahkan oleh anggota-anggota ILO dimana mereka mempunyai kewajiban untuk menghormati, mempromosikan dan mewujudkan dengan itikad yang baik. Perjanjian kerja bersama adalah hak pengusaha atau organisasi pengusaha disatu pihak dan dipihak lain serikat pekerja atau organisasi yang mewakili pekerja. Hak ini ditetapkan untuk mencapai “kondisi-kondisi pekerja yang manusiawi dan penghargaan akan martabat manusia (humane conditions of labour and respect for human dignity)“, seperti yang tercantum dalam Konstitusi ILO.

Banyak para ahli yang mengemukakan pendapat mengenai pengertian Perjanjian Kerja Bersama, diantaranya pendapat dari Prof.Subekti,SH beliau mengatakan dalam bukunya Aneka Perjanjian, disebutkan bahwa Perjanjian Kerja adalah perjanjian antara seorang buruh dengan seorang majikan, perjanjian mana ditandai oleh ciri ciri adanya suatu upah atau gaji tertentu yang diperjanjikan dan


(29)

adanya suatu hubungan di peratas yaitu suatu hubungan berdasarkan mana pihak yang satu (majikan) berhak memberikan perintah – perintah yang harus ditaati oleh pihak yang lain.

Pengertian Perjanjian Kerja Bersama (PKB) berdasarkan Pasal 1 angka 21 UU No. 13 Tahun 2003 jo Kepmenakertrans No. KEP.48/MEN/2004 tentang Tata cara pembuatan dan pengesahan peraturan perusahaan serta pembuatan dan pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama, adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.

Bertolak dari pengertian tersebut, tersirat bahwa di dalam perjanjian kerja bersama terkandung hal-hal yang sifatnya obligator (memuat hak-hak dan kewajiban-kewajiban pihak-pihak yg mengadakan perjanjian), hal-hal yg bersifat normatif (mengenai peraturan perundang-undangan).

Dengan demikian, dalam suatu perjanjian kerja bersama dimungkinkan untuk memuat kaedah yang bersifat horizontal (pengaturan dari pihak-pihaknya sendiri), kaedah yang bersifat vertikal (pengaturan yg berasal dari pihak yg lebih tinggi tingkatannya), dan kaedah yg bersifat diagonal (ketentuan yang berasal dari pihak yg tidak langsung terlibat dalam hubungan kerja).

Untuk menjaga agar isi perjanjian kerja bersama sesuai dengan harapan pekerja maka isi perjanjian kerja bersama haruslah memuat hal-hal yang lebih dari


(30)

sekedar aturan yang berlaku (normatif), dengan membatasi masa berlakunya suatu perjanjian kerja bersama, guna untuk selalu dapat disesuaikan dengan kondisi riel dalam kehidupan bermasyarakat.

Perjanjian Kerja Bersama merupakan hasil perundingan para pihak terkait yaitu serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha atau beberapa pengusaha yang mengatur syarat-syarat kerja, serta hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Perjanjian Kerja Bersama tidak hanya mengikat para pihak yang membuatnya yaitu serikat pekerja/serikat buruh dan pengusaha saja, tetapi juga mengikat pihak ketiga yang tidak ikut di dalam perundingan yaitu pekerja/buruh, terlepas dari apakah pekerja/buruh tersebut menerima atau menolak isi perjanjian kerja bersama atau apakah pekerja/buruh tersebut menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh yang berunding atau tidak.

Penggunaan istilah bersama dalam perjanjian kerja bersama ini menunjuk pada kekuatan berlakunya perjanjian yaitu mengikat pengusaha, atau beberapa pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, dan pekerja/buruh itu sendiri. Penggunaan istilah bersama itu bukan menunjuk bersama dalam arti seluruh pekerja/buruh ikut berunding dalam pembuatan perjanjian kerja bersama karena dalam proses pembuatan perjanjian kerja bersama pekerja/buruh bukan merupakan pihak dalam berunding.

Dalam satu perusahaan hanya boleh dibuat 1 (satu) perjanjian kerja bersama yang berlaku untuk pengusaha dan semua pekerja/buruh di perusahaan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar dalam 1 (satu) perusahaan tidak terdapat perbedaan


(31)

syarat-syarat kerja antara pekerja/buruh satu dengan pekerja/buruh lainnya. Apabila perusahaan tersebut mempunyai cabang maka dapat dibuat perjanjian kerja bersama induk yang berlaku di semua cabang dan perjanjian kerja bersama turunan yang berlaku di masing-masing cabang perusahaan.

Perjanjian kerja bersama induk mengatur ketentuan-ketentuan yang berlaku umum di seluruh cabang perusahaan dan perjanjian kerja bersama turunan memuat pelaksanaan perjanjian kerja bersama induk yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing cabang.

Apabila beberapa perusahaan bergabung dalam satu grup dan masing-masing perusahaan merupakan badan hukum sendiri-sendiri maka perjanjian kerja bersama dibuat dan dirundingkan oleh masing-masing pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh yang ada di masing-masing perusahaan.

B. Syarat-syarat Pembuatan Perjanjian Kerja Bersama

Didalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama haruslah berdasarkan filosofi yang terkandung dalam hubungan industrial yang berdasarkan pada nilai-nilai. Pancasila yaitu musyawarah untuk mufakat. Perjanjian Kerja Bersama pada dasarnya merupakan suatu cara dalam rangka mengembangkan partisipasi pekerja untuk ikut andil dalam menentukan pengaturan syarat kerja dalam pelaksanaan hubungan kerja, sehingga dengan adanya partisipasi tersebut diharapkan timbul suatu sikap ataupun rasa memiliki dan juga rasa tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup perusahaan.


(32)

Perjanjian kerja bersama dirundingkan oleh serikat pekerja/serikat buruh yang telah tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha.

Perundingan perjanjian kerja bersama ini haruslah didasari oleh itikad baik dan berkemauan bebas dari kedua belah pihak.

Perundingan perjanjian kerja bersama dilaksanakan secara musyawarah untuk mufakat. Lamanya perundingan perjanjian kerja bersama ini ditetapkan berdasarkan kesepakatan para pihak dan dituangkan ke dalam tata tertib perundingan.

Dalam satu (1) perusahaan hanya dapat dibuat 1 (satu) perjanjian kerja bersama yang berlaku bagi seluruh pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan. Apabila perusahaan itu memiliki cabang, maka dibuatlah perjanjian kerja bersama induk yang akan diberlakukan di semua cabang perusahaan tersebut. Lalu dapat dibuat juga perjanjian kerja bersama turunan yang akan berlaku di masing-masing cabang perusahaan.

Perjanjian kerja bersama induk itu memuat ketentuan-ketentuan yang berlaku umum bagi seluruh cabang perusahaan dan perjanjian kerja bersama turunan itu memuat pelaksanaan dari perjanjian kerja bersama induk yang disesuaikan dengan kondisi cabang perusahaan masing-masing. Apabila perjanjian kerja bersama induk telah berlaku namun perjanjian kerja bersama turunan di cabang perusahaan belum disepakati maka perjanjian kerja bersama induk tetap akan berlaku.


(33)

Pihak perusahaan haruslah melayani permintaan secara tertulis untuk merundingkan perjanjian kerja bersama dari serikat pekerja/serikat buruh yang telah tercatat berdasarkan Undang-undang No.21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan peraturan pelaksanaannya.

Pembentukan PKB berdasarkan Pasal 119 dan Pasal 120 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dibagi 2 yaitu untuk perusahaan yang memiliki satu serikat Buruh dan perusahaan yang memiliki lebih dari satu serikat Buruh. Ketentuan Pasal 119 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 berlaku bagi perusahaan yang memiliki satu serikat buruh, yaitu batasan serikat buruh yang berhak mewakili buruh dalam perundingan pembuatan PKB apabila :

1. memiliki jumlah anggota lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan atau; Apabila musyawarah tidak mencapai kesepakatan tentang suatu hal, maka penyelesaiannya dilakukan melalui mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

2. mendapat dukungan lebih 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan melalui pemungutan suara. Apabila tidak terpenuhi ;

3. dapat mengajukan kembali permintaan untuk merundingkan perjanjian kerja bersama dengan pengusaha setelah melampaui jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak dilakukannya pemungutan suara.


(34)

Ketentuan Pasal 120 berlaku bagi perusahaan yang memiliki lebih dari satu serikat buruh, yaitu batasan serikat buruh yang berhak mewakili buruh dalam perundingan pembuatan PKB apabila :

1. jumlah keanggotaannya lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari seluruh jumlah pekerja/buruh di perusahaan tersebut. Apabila tidak terpenuhi ;

2. serikat pekerja/serikat buruh dapat melakukan koalisi sehingga tercapai jumlah lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari seluruh jumlah pekerja/buruh di perusahaan tersebut untuk mewakili dalam perundingan dengan pengusaha.

3. tidak terpenuhi, maka para serikat pekerja/serikat buruh membentuk tim perunding yang keanggotaannya ditentukan secara proporsional berdasarkan jumlah anggota masing-masing serikat pekerja/serikat buruh.

Dari ketentuan di atas dapat tafsirkan terdapat kemungkinan agar Serikat Buruh dapat menjadi pihak dalam perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama yaitu apabila jumlah anggotanya 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan atau mendapat dukungan lebih dari 50% dari seluruh jumlah buruh di perusahaan tersebut maka berhak untuk mewakili buruh dalam perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama. Apabila tidak terpenuhi maka dibentuk tim perunding yang keanggotaannya


(35)

ditentukan secara proporsional berdasarkan jumlah anggota masing-masing serikat buruh.

Tempat untuk pelaksanaan perundingan perjanjian kerja bersama dilakukan di kantor perusahaan yang bersangkutan atau di kantor serikat pekerja/serikat buruh ataupun bisa juga dilaksanakan di tempat lain yang sesuai dengan kesepakatan para pihak. Semua biaya yang timbul dalam pelaksanaan perundingan perjanjian kerja bersama ini akan menjadi beban perusahaan atau pengusaha, kecuali telah disepakati oleh para pihak.

Perjanjian Kerja Bersama harus dibuat dalam bentuk tertulis dengan huruf latin dan menggunakan bahasa Indonesia. Dalam hal perjanjian kerja bersama dibuat tidak menggunakan bahasa Indonesia, maka perjanjian kerja bersama tersebut harus diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh penerjemah resmi yang telah disumpah dan hasil terjemahan tersebut dianggap sebagai perjanjian kerja bersama yang telah memenuhi syarat perundang-undangan yang diatur dalam Pasal 116 ayat 3 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Berdasarkan kerentuan yang diatur dalam Pasal 21 Kep.48/Men/IV/2004 tentang tentang Tata cara Pembuatan dan pengesahan Peraturan perusahaan serta pembuatan dan pengesahan Perjanjian Kerja Bersama, perjanjian kerja bersama sekurang-kurangnya harus memuat :

a. nama, tempat kedudukan serta alamat serikat pekerja/serikat buruh; b. nama, tempat kedudukan serta alamat perusahaan;

c. nomor serta tanggal pencatatan serikat pekerja/serikat buruh pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan Kabupaten/Kota;


(36)

d. hak dan kewajiban pengusaha;

e. hak dan kewajiban serikat pekerja/serikat buruh;

f. jangka waktu dan mulai berlakunya perjanjian kerja bersama;dan g. tanda tangan para pihak pembuat perjanjian kerja bersama.

Menurut ketentuan didalam Pasal 124 ayat 1 UU No.13 Tahun 2003, Perjanjian kerja bersama haruslah paling sedikit memuat:

h. Hak dan kewajiban pengusaha;

i. Hak dan kewajiban serikat pekerja/serikat buruh serta pekerja/buruh; j. Jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya perjanjian kerja bersama; dan k. Tanda tangan para pihak pembuat perjanjian kerja bersama

Secara yuridis formal dasar hukum dalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama didasarkan atas :

• Kepmenaker No. 48 tahun 2004 tentang Tata cara Pembuatan dan pengesahan Peraturan perusahaan serta pembuatan dan pengesahan Perjanjian Kerja bersama.

• Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

• Undang-undang No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

• Undang-undang No. 18 tahun 1956 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 98.

• Peraturan Pemerintah No. 49 tahun 1954 tentang Tata Cara Membuat dan Mengatur Perjanjian Perburuhan.


(37)

• Undang-undang No. 21 tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan antara Serikat Pekerja dan Majikan.

C. Manfaat dibentuknya perjanjian kerja bersama

Diadakannya perjanjian kerja bersama antara pekerja dan pengusaha mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Kepastian Hak dan Kewajiban

a. Dengan perjanjian kerja bersama akan tercipta suatu kepastian dalam segala hal yang berhubungan dengan masalah hubungan industrial antara kedua belah pihak.

b. Perjanjian kerja bersama memberikan kepastian tercapainya pemenuhan hak dan kewajiban timbal balik antara pekerja dan pengusaha yang telah mereka setujui bersama sebelumnya.

2. Menciptakan Semangat Kerja

a. Perjanjian kerja bersama dapat menghindarkan berbagai kemungkinan kesewenang-wenangan dan tindakan merugikan dari pihak yang satu terhadap pihak yang lain dalam hal pelaksanaan hak dan kewajiban masing-masing.

b. Perjanjian kerja bersama dapat menciptakan suasana dan semangat kerja para pihak dan menjauhkannya dari berbagai ketidakjelasan, was-was, prasangka negatif dan lain-lain.


(38)

3. Peningkatan Produktivitas Kerja

a. Mengadakan atau mengurangi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pekerjaan pada perusahaan pada khususnya dan memberikan kontribusi pada pembangunan nasional karena terciptanya ketenangan kerja (Industrial Peace).

b. Perjanjian kerja bersama juga dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja dengan mengurangi terjadinya perselisihan-perselisihan industrial.

4. Mengembangkan Musyawarah untuk Mufakat

a. Perjanjian kerja bersama juga dapat menciptakan suasana musyawarah dan kekeluargaan karena perjanjian kerja bersama dibuat melalui suatu perundingan yang mendalam antara serikat pekerja dan pengusaha.

b. Dengan berkembangnya perjanjian kerja bersama dapat memperoleh data dan informasi keadaan hubungan kerja dan hubungan industrial secara nyata sehingga akan dapat memudahkan pembuatan pola-pola dan standarisasi Perjanjian Kerja Bersama secara sektoral, regional maupun nasional

Perjanjian Kerja Bersama merupakan salah satu sarana dalam rangka pelaksanaan hubungan industrial yang serasi, aman, mantap dan dinamis berdasarkan Pancasila, sehingga mempunyai manfaat sebagai berikut :


(39)

1. Adanya kepastian hak dan kewajiban yang membuat terciptanya suatu kepastian hukum tentang hak dan kewajiban yang berhubungan dengan hubungan kerja antara pekerja dengan perusahaan.

2. Perjanjian Kerja Bersama memberikan kepastian terlaksananya syarat syarat kerja di perusahaan.

3. Perjanjian Kerja Bersama dapat menghindarkan berbagai kemungkinan kesewenang-wenangan dan tindakan merugikan dari pihak yang satu terhadap pihak yang lain dalam hal pelaksanaan hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha.

4. Menciptakan suasana dan semangat kerja yang harmonis dinamis ,bagi para pihak dalam hubungan kerja. Serta dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja dan mengurangi timbulnya perselisihan.

5. Dengan adaya Perjanjian Kerja Bersama, pengusaha dapat menyusun rencana-rencana untuk menetapkan biaya produksi yang dicanangkan dalam pengembangan perusahaan.

Perjanjian kerja bersama memberikan dua sisi manfaat yang berbeda bagi serikat pekerja/pekerja dan pengusaha. Bagi serikat pekerja, perjanjian kerja bersama memberikan :

1. nilai kekuatan dengan banyak anggota yang belum terlibat akan menjadi anggota serikat pekerja;


(40)

2. anggota yang aktif akan mengajak atau mempengaruhi anggota yang belum aktif untuk lebih aktif menjadi anggota;

3. meningkatkan kepercayaan anggota; 4. anggota lebih terorganisir;

5. serta serikat pekerja menjadi suatu hal yang baik bagi pekerja.

Perjanjian kerja bersama ini secara tidak langsung menimbulkan dampak yang menguntungkan meningkatkan daya saing perusahaan dan sektor bisnis pada umumnya, lebih jauh lagi menimbulkan dampak positif pada hubungan antara pekerja dan serikat pekerja ditingkat perusahaan karena perundingan yang komplek tentang pengupahan dan sebagainya telah ditentukan.

Perjanjian kerja bersama ini akan menekankan serikat pekerja untuk lebih hati-hati dalam penggunaan hak mogoknya sebagai upaya yang paling akhir dan lebih mengedepankan proses dialog atau negosiasi dalam menyampaikan

tuntutannya.

Selain dari pada manfaat terbentuknya Perjanjian Kerja Bersama yang merupakan nuansa telah diperhatikannya aspirasi dan kepentingan pekerja maupun pengusaha juga mempunyai fungsi yang antara lain :

a. Sebagai pedoman induk pengaturan hak dan kewajiban bagi pekerja dan pengusaha, sehingga dapat dihindarkan adanya perbedaaan-perbedaaan penafsiran teknis pelaksanaan hubungan kerja.


(41)

b. Sebagai sarana untuk menciptakan kebersamaan, keterbukaan, ketenangan kerja dan kelangsungan berusaha serta media partisipasi pekerja dalam perumusan kebijakan perusahaan.

c. Mengisi kekosongan hukum mengenai pengaturan syarat-syarat kerja atau kondisi kerja yang belum diatur dalam peraturan perundang-undangan serta meningkatkan kesejahteraan pekerja secara periodik.


(42)

BAB III

TINJAUAN HUKUM POSITIF MENGENAI SERIKAT PEKERJA A. Pengertian dan tujuan pembentukan Serikat Pekerja

Keberadaan Serikat Buruh mutlak dibutuhkan oleh pekerja. Berkumpul untuk bersatunya buruh dalam Serikat Buruh secara filosofi diibaratkan Muchtar Pakpahan, seperti sapu lidi, kendaraan umum, burung gelatik, main catur, memancing ikan, solidaritas atau berani mati.10

Menjadi anggota serikat pekerja adalah kekuatan pekerja untuk menghilangkan permasalahan yang dihadapi seperti gaji yang rendah, buruknya kondisi pelayanan kesehatan dan perlindungan kerja, PHK sepihak dan

Melalui Serikat Buruh, diharapkan akan terwujud hak berserikat buruh dengan maksimal. Buruh dapat memperjuangkan kepentingannya. Sayangnya hak berserikat yang merupakan bagian dari hak asasi manusia yang sudah bersifat universal belum dipahami oleh pengusaha dan pemerintah.

Pengusaha seringkali menganggap keberadaan Serikat Buruh sebagai pengganggu untuk melaksanakan hak prerogratifnya dalam mengatur jalannya usaha. Pemerintah seringkali menganggap aktivitas Serikat Buruh dalam mengembangkan organisasinya merupakan ancaman stabilitas dan keamanan nasional.

10

Pakpahan, Muchtar, Lima Tahun Memimpin SBSI, Pilihan Atau Panggilan, Untuk Kesejahteraan,

Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Tegaknya Hukum Dan Keadilan Sosial,Pustaka Forum Adil


(43)

sebagainya. Karena sebagai individu mereka tidak akan mampu melawan kombinasi yang hebat antara pemodal dan manajemen. Melalui serikat pekerja mereka terlindungi kepentingannya, dapat menyuarakan aspirasinya kepada pengusaha, peningkatan kondisi-kondisi kerja melalui perjanjian kerja bersama.

Hak menjadi anggota Serikat Pekerja/Serikat Buruh merupakan hak asasi pekerja yang telah dijamin didalam Pasal 28 Undang Undang Dasar 1945 dan untuk mewujudkan hak tersebut, kepada setiap pekerja/buruh diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mendirikan dan menjadi anggota serikat pekerja, dimana Serikat Pekerja/Serikat Buruh berfungsi sebagai sarana untuk memperjuangkan, melindungi dan membela kepentingan dan juga meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya, dimana dalam menggunakan haknya tersebut pekerja/buruh dituntut bertanggung jawab untuk menjamin kepentingan yang lebih luas yaitu kepentingan Bangsa dan Negara oleh karena itu penggunaan hak tersebut dilaksanakan dalam kerangka hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan.

Hak berserikat bagi pekerja/buruh sebagaimana diatur dalam Konvensi International Labour Organization ( ILO ) nomor 87 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk berorganisasi dan konvensi ILO nomor 98 tentang Hak untuk Berorganisasi dan Berunding Bersama. Konvensi tentang hak berserikat bagi pekerja/buruh ini telah diratifikasi oleh Indonesia menjadi bagian dari peraturan perundang-undangan nasional.11

11

Hardijan Rusli,Hukum Ketenagakerjaan 2003,Penerbit Ghalia Indonesia,2004,hlm.147.)


(44)

Berlakunya dasar-dasar daripada hak untuk berorganisasi dan untuk berunding bersama sudah diratifikasi oleh Indonesia menjadi bagian dari Peraturan PerUndang-Undangan Nasional yakni Undang-Undang No : 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja dimana Pekerja merupakan mitra kerja Pengusaha yang sangat penting dalam proses produksi dalam meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya serta menjamin kelangsungan perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Undang-undang No.21 Tahun 2000 menggunakan istilah serikat pekerja/serikat buruh bukan serikat pekerja atau serikat buruh saja. Kedua istilah itu sebenarnya sama saja dan tidak ada perbedaan. Judul semula yang diajukan oleh Presiden ke DPR melalui suratnya No.R.01/PU/I/2000 adalah RUU tentang serikat pekerja. Dalam proses pembahasan di DPR penggunaan istilah serikat pekerja disetujui menjadi serikat pekerja/serikat buruh. Penggunaan kedua istilah tersebut dilakukan untuk mengadopsi keinginan dari berbagai organisasi pekerja/buruh yang menggunakan kedus istilah alternatif tersebut untuk menyebut nama organisasinya masing-masing.12

Secara umum pekerja/buruh adalah warga negara yang mempunyai persamaan kedudukan dalam hukum, hal untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak mengeluarkan pendapat, berkumpul dalam suatu organisasi serta mendirikan dan menjadi anggota Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

12

Maimun,Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar,Penerbit Pradnya Paramita,Jakarta,Cet.II,2007,hlm.28-29.


(45)

Pekerja/buruh merupakan mitra kerja pengusaha yang sangat penting dalam proses produksi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya, menjamin kelangsungan perusahaan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Sehubungan dengan hal itu Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang merupakan sarana untuk memperjuangkan kepentingan pekerja haruslah memiliki rasa tanggung-jawab atas kelangsungan perusahaan dan begitu pula sebaliknya, pengusaha harus memperlakukan pekerja sebagai mitra sesuai harkat dan martabat kemanusiaan. Serikat pekerja/serikat buruh didirikan secara bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan juga bertanggung jawab oleh pekerja/buruh untuk memperjuangkan kepentingan pekerja/buruh dan keluarganya.

Pengertian Serikat Pekerja/Serikat Buruh menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.

Didalam Undang-Undang No.21 tahun 2000, Serikat Pekerja/Serikat Buruh terbagi menjadi dua yaitu Serikat Pekerja/Serikat Buruh di perusahaan dan Serikat Pekerja/Serikat Buruh di luar perusahaan. Pada Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No.21 tahun 2000, Serikat Pekerja/Serikat Buruh di perusahaan ialah serikat pekerja/serikat buruh yang didirikan oleh para pekerja/buruh di satu perusahaan atau di beberapa perusahaan. Pada Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No.21 tahun


(46)

2000, Serikat Pekerja/Serikat Buruh di luar perusahaan ialah serikat pekerja/serikat buruh yang didirikan oleh para pekerja/buruh yang tidak bekerja di perusahaan.

Serikat Pekerja/Buruh dapat membentuk Federasi Serikat Pekerja/Buruh maupun Konferensi Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Pada Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No.21 tahun 2000, Federasi serikat pekerja/serikat buruh ialah gabungan serikat pekerja/serikat buruh. Adapun pada Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No.21 tahun 2000, Konfederasi serikat pekerja/serikat buruh ialah gabungan federasi serikat pekerja/serikat buruh.

Pekerja/buruh menurut UU No.21 tahun 2000 ialah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dari definisi tersebut terdapat dua unsur yaitu orang yang bekerja dan unsur menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Hal ini berbeda dengan definisi tenaga kerja yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.

Serikat pekerja/serikat buruh bebas dalam menentukan asas organisasinya tetapi serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh menggunakan asas yang bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dikarenakan Pancasila sebagai dasar negara dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh mempunyai sifat antara lain :


(47)

1. Bebas ialah sebagai organisasi dalam melaksanakan hak dan kewajibannya, serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh tidak dibawah pengaruh ataupun tekanan dari pihak manapun.

2. Terbuka ialah dalam menerima anggota ataupun dalam memperjuangkan kepentingan pekerja/buruh tidak membedakan aliran politik, agama, suku bangsa, dan jenis kelamin.

3. Mandiri ialah dalam mendirikan, menjalankan dan juga mengembangkan organisasi ditentukan oleh kekuatan sendiri tidak dikendalikan oleh pihak lain di luar organisasi.

4. Demokratis ialah dalam melakukan pembentukan organisasi, pemilihan pengurus, memperjuangkan dan juga melaksanakan hak dan kewajiban organisasi dilakukan sesuai dengan prinsip demokrasi.

5. Bertanggung jawab ialah untuk mencapai tujuan dan melaksanakan hak dan kewajibannya, serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh bertanggung jawab kepada anggota, masyarakat, dan negara.

Berdasarkan ketentuan Pasal 4 Undang-undang No.21 Tahun 2000, Serikat Pekerja /Buruh, federasi dan konfederasi Serikat Pekerja/Buruh bertujuan untuk memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan keluarganya.


(48)

B. Tata cara pembentukan serikat pekerja

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 menganut multi union system yaitu memberikan kebebasan kepada pekerja/buruh untuk membentuk serikat pekerja/serikat buruh. Setiap 10 (sepuluh) orang pekerja/buruh menurut undang-undang tersebut telah dapat membentuk suatu serikat pekerja/serikat buruh. Ketentuan ini memungkinkan dalam satu perusahaan bisa berdiri beberapa serikat pekerja/serikat buruh. Banyaknya serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan dapat memungkinkan terjadinya perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh yang biasanya menyangkut masalah keanggotaan yang akan berdampak pada posisi mayoritas sebuah serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan tersebut.13

1. Setiap serikat pekerja/serikat buruh harus memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dimana sekurang-kurangnya memuat ( Pasal Sebagaimana diatur pada pasal 5 ayat 1 dan ayat 2 Undang-undang nomor 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja yakni : setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh dan serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang pekerja/buruh.

Pembentukan serikat pekerja/serikat buruh ini dengan ketentuan sebagai berikut :

13

Maimun,Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar,Penerbit Pradnya Paramita,Jakarta,Cet.II,2007,hlm.29.


(49)

11 ayat 1 dan ayat 2 Undang-undang Nomor 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja) :

a. Nama dan lambang

b. Dasar negara, asas, dan tujuan c. Tanggal pendirian

d. Tempat kedudukan

e. Keanggotaan dan kepengurusan

f. Sumber dan pertanggung jawaban keuangan

g. Ketentuan perubahan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tangga

Apabila ada perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, pengurus serikat pekerja harus memberitahukan kepada instansi pemerintah paling lama 30 (tiga puluh) hari, terhitung sejak tanggal perubahan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tangga tersebut (Pasal 21 UU No.21 Tahun 2000).

2. Memberitahukan secara tertulis kepada instansi pemerintah yang bertanggung-jawab di bidang ketenagakerjaan setempat untuk dicatat dengan dilampiri :

a. Daftar nama anggota pembentuk;

b. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga; c. Susunan dan nama pengurus;


(50)

3. Instansi pemerintah yang bertanggung-jawab, selambat-lambatnya 21 (dua puluh satu) hari kerja, terhitung sejak tanggal diterima pemberitahuan, wajib mencatat dan memberikan nomor bukti pencatatan terhadap serikat pekerja yang telah memenuhi ketentuan (Pasal 20 ayat 1 UU No.21 Tahun 2000); buku pencatatan harus dapat dilihat setiap saat dan terbuka untuk umum.

4. Dalam hal serikat pekerja belum memenuhi ketentuan, maka instansi pemerintah yang bertanggung jawab itu dapat menangguhkan pencatatan dan pemberian nomor bukti pencatatan dengan memberitahukan secara tertulis kepada serikat pekerja selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja, terhitung sejak tanggal diterima pemberitahuan (Pasal 20 ayat 2 dan 3 UU No.21 Tahun 2000).

5. Pengurus serikat pekerja yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan, harus memberitahukan secara tertulis keberadaannya kepada mitra kerjanya sesuai dengan tingkatannya (Pasal 23 UU No.21 Tahun 2000).14

Serikat Pekerja/Serikat Buruh dapat dibentuk berdasarkan kesamaan sektor usaha, jenis usaha, atau lokasi tempat kerja dan dapat berafiliasi dengan serikat pekerja/serikat buruh internasional dan atau organisasi internasional lainnya

14

Hardijan Rusli,Hukum Ketenagakerjaan 2003,Penerbit Ghalia Indonesia,2004,hlm.153-154.


(51)

sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Fungsi serikat pekerja beserta hak dan kewajibannya

Fungsi Serikat Pekerja/Serikat Buruh sering dikaitkan dengan keadaan hubungan industrial. Hubungan industrial itu diartikan sebagai suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku didalam proses produksi barang atau jasa yang meliputi pengusaha,pekerja, dan pemerintah.15

5. Perselisihan industrial : arbitrase, mediasi, mogok kerja, penutupan perusahaan, pemutusan hubungan kerja.

Pengertian itu memuat semua aspek yang ada didalam suatu hubungan kerja yang terdiri dari :

1. Para pelaku : pekerja, pengusaha, pemerintah 2. Kerja sama : manajemen-karyawan

3. Perundingan bersama : perjanjian kerja, kesepakatan kerja bersama, peraturan perusahaan

4. Kesejahteraan : upah, jaminan sosial., pensiun, keselamatan dan kesehatan kerja, koperasi, pelatihan kerja

16

15

Sentanoe Kertonegoro,Hubungan Industrial, Hubungan Antara Pengusaha dan

Pekerja(Bipartid) dan Pemerintah(Tripartid), 1999, Yayasan Tenaga Kerja

Indonesia, Jakarta, hlm.2. 16

Sentanoe Kertonegoro,Hubungan Industrial, Hubungan Antara Pengusaha dan

Pekerja(Bipartid) dan Pemerintah(Tripartid), 1999, Yayasan Tenaga Kerja


(52)

Fungsi Serikat Pekerja/Serikat Buruh dituangkan di dalam Undang-Undang No.21 Tahun 2000. Fungsi berasal dari kata function, yang artinya something that performs a function: or operation.17

Fungsi dapat juga diartikan sebagai jabatan (pekerjaan) yang dilakukan; apabila ketua tidak ada maka wakil ketua akan melakukan fungsi ketua; fungsi adalah kegunaan suatu hal; berfungsi artinya berkedudukan, bertugas sebagai; menjalankan tugasnya.18

a. Sebagai pihak yang turut serta dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan industrial.

Dengan demikian fungsi Serikat Buruh/Serikat Pekerja dapat diartikan sebagai jabatan, kegunaan, kedudukan dari Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

Demi mencapai tujuan dari dibentuknya Serikat Pekerja/Serikat Buruh itu, maka Serikat Pekerja/Serikat Buruh mempunyai fungsi sebagai berikut :

b. Sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja bersama di bidang ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya.

17

Philip Babcoks,A Merriam Webster’s Third New International Dictionary of the

English Language un a Bridged,1993,Merriam Webster

inc,publishers,Springfield,Massa Chusetts,U.S.A.,hlm.921. 18

Departemen P & K, Kamus Besar Bahasa Indonesia,1989,Balai Pustaka,Jakarta,hlm.245.


(53)

c. Sebagai sarana untuk menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

d. Sebagai sarana penyalur aspirasi dari para pekerja/buruh dan juga sebagai pihak yang akan selalu tetap memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya.

e. Sebagai perencana, pelaksana dan penanggung jawab dalam pemogokan pekerja sesuai peraturan perundang-undangan.

f. Sebagai wakil dari para pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham di perusahaan.

Hak untuk menjadi anggota dari Serikat Pekerja/Serikat Buruh merupakan hak asasi dari pekerja/buruh yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 28.

Hak dari Serikat Pekerja yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan antara lain :

a. Membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha

b. Mewakili pekerja dalam menyelesaikan perselisihan industrial c. Mewakili pekerja dalam lembaga ketenagakerjaan

d. Membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesejahteraan pekerja.


(54)

e. Melakukan kegiatan lainnya di bidang ketenagakerjaan yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sedangkan kewajiban dari Serikat Pekerja yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan ialah :

a. Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak-hak dan memperjuangkan kepentingannya.

b. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota dan keluarganya c. Mempertanggung-jawabkan kegiatan organisasi kepada anggotanya sesuai

dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya.

Pekerja juga mempunyai kewajiban yang berkaitan dengan keuangan dan harta kekayaannya. Keuangan dan harta kekayaan serikat pekerja haruslah terpisah dari keuangan dan harta kekayaan pribadi pengurus dan anggotanya. Keuangan serikat pekerja bersumber dari :

1. Iuran anggota yang besarnya ditetapkan dalam anggaran dasar atau anggaran rumah tangga;

2. Hasil usaha yang sah;

3. Bantuan anggota atau pihak lain yang tidak mengikat.

Apabila pengurus serikat pekerja menerima bantuan dari pihak luar negeri, maka mereka wajib untuk memberitahukan secara tertulis kepada instansi yang bertanggung-jawab di bidang ketenagakerjaan. Bila serikat pekerja tidak


(55)

memberitahukan kepada instansi pemerintah yang berwenang tersebut, maka dapat dikenakan sanksi administrasi pencabutan nomor bukti pencatatan serikat pekerja dan hal ini berarti bahwa serikat pekerja tersebut kehilangan haknya sebagai serikat pekerja (Pasal 24 UU No.21 Tahun 2000).

D. Perlindungan terhadap serikat pekerja

Siapapun dilarang untuk menghalang-halangi atau memaksa pekerja untuk membentuk atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi anggota dan/atau menjalankan atau tidak menjalankan kegiatan serikat pekerja dengan cara :

a. Melakukan pemutusan hubungan kerja, memberhentikan sementara, menurunkan jabatan, atau melakukan mutasi;

b. Tidak membayar atau mengurangi upah pekerja; c. Melakukan intimidasi dalam bentuk apapun;

d. Melakukan kampanye anti pembentukan serikat pekerja (Pasal 28 UU No.21 Tahun 2000)

Sanksi hukum atas pelanggaranPasal 28 tersebut di atas yang merupakan tindak pidana kejahatan, dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000.000.- (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 500.000.000.- (lima ratus juta rupiah) (Pasal 43 UU No.21 Tahun 2000).


(56)

Pengusaha harus memberi kesempatan kepada pengurus dan/atau anggota serikat pekerja untuk menjalankan kegiatan serikat pekerja dalam jam kerja yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dan/atau yang diatur dalam perjanjian kerja bersama.19

a. Jenis kegiatan yang diberikan kesempatan.

Memberikan kesempatan adalah membebaskan pengurus dan anggota serikat pekerja dalam beberapa waktu tertentu dari tugas pokoknya sebagai pekerja sehingga dapat melaksanakan kegiatan serikat pekerja.

Dalam kesepakatan kedua belah pihak dan/atau perjanjian kerja bersama harus diatur mengenai :

b. Tata cara pemberian kesempatan.

c. Pemberian kesempatan yang mendapat upah dan yang tidak mendapat upah.

19

Hardijan Rusli,Hukum Ketenagakerjaan 2003,Penerbit Ghalia Indonesia,2004,hlm.155.


(57)

BAB IV

PELAKSANAAN PEMBUATAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA DI PTP.NUSANTARA II

A. Pelaksanaan Perundingan Perjanjian Kerja Bersama Periode 2010-2011 di PT Perkebunan Nusantara II

Pembuatan Perjanjian Kerja Bersama ini merupakan hasil perundingan dari tim perunding dari pihak Serikat Pekerja dengan tim perunding dari pihak manajemen PT.Perkebunan Nusantara II. Tim Perunding dari pihak Serikat Pekerja adalah anggota Serikat Pekerja yang telah ditunjuk oleh Ketua Umum serikat pekerja karena dipandang mampu dan cakap untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai tim perunding.

Penunjukan ini telah ditetapkan di dalam Surat Keputusan Nomor : 015/Kpts/SPBUN/XII/2009. Sedangkan Tim Perunding dari pihak Manajemen PT.Perkebunan Nusantara II berasal dari perwakilan bagian-bagian yang telah ditunjuk oleh Direktur Utama PT.Perkebunan Nusantara II. Penunjukan ini telah ditetapkan di dalam Surat Keputusan Nomor: II.10/Kpts/R.126/VIII/2009.

Tahapan–tahapan dalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama di PT.Perkebunan Nusantara II, antara lain :


(58)

Di PT.Perkebunan Nusantara II pada Tahun 2010 mempunyai 2 Serikat Pekerja yakni; Serikat Pekerja Merdeka (SPM), dan Serikat Pekerja Perkebunan (SP-Bun).

Dan sebagaimana diatur dalam Pasal 18 Kep.48/Men/IV/2004 perlu dilakukan verifikasi dan dalam hal penentuan anggota Serikat Pekerja dalam 1 (satu) Perusahaan terdapat 1 (satu) atau lebih Serikat Pekerja maka yang berhak untuk mewakili pekerja untuk melakukan perundingan dengan pengusaha adalah serikat pekerja yang memiliki anggota lebih dari 50 % (lima puluh per seratus) dari seluruh jumlah pekerja yang ada di perusahaan tersebut.

Untuk menentukan jumlah anggota Serikat Pekerja di PTP Nusantara II, dilakukan verifikasi keanggotaan yang dilakukan oleh wakil pengurus serikat pekerja yang ada di perusahaan dengan disaksikan oleh wakil dari Instansi yang bertanggung-jawab di bidang ketenagakerjaan. Verifikasi keanggotaan serikat pekerja dilakukan berdasarkan bukti kartu tanda anggota yang sesuai dengan Pasal 121 Undang-Undang No.13 Tahun 2003.

Hasil pelaksanaan verifikasi dituangkan ke dalam berita acara yang ditanda-tangani oleh panitia dan saksi-saksi, di PT.Perkebunan Nusantara II hasilnya adalah :

a. Serikat Pekerja Perkebunan

Merupakan serikat pekerja yang terbesar yang ada di PTP.Nusantara II. Serikat Pekerja ini memiliki banyak anggota yang berada di setiap distrik unit.


(59)

Serikat Pekerja Perkebunan (Sp-Bun) memiliki anggota lebih dari 50 % (lima puluh per seratus) dari seluruh jumlah pekerja yang ada di PT.Perkebunan Nusantara II. Sehingga Serikat Pekerja Perkebunan (Sp-Bun) berhak untuk mewakili para pekerja/buruh dalam pelaksanaan perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama.

Dalam hal ini berdasarkan Surat Keputusan Nomor : 015/kpts/SPBUN/XII/2009 tentang Revisi Susunan Tim Perunding Perjanjian Kerja Bersama Tahun 2010-2011 Serikat Pekerja Perkebunan (Sp-Bun) mengukuhkan komposisi tim perunding yang akan ikut berunding dalam pembuatan perjanjian kerja bersama.

b. Serikat Pekerja Merdeka

Serikat Pekerja Merdeka merupakan serikat pekerja yang ada di dalam PT.Perkebunan Nusantara II yang tergolong kepada serikat pekerja minoritas, dikarenakan oleh jumlah anggotanya yang sedikit.

Pengurus pusat Serikat Pekerja Merdeka mengajukan tim perunding juga dan mereka berkeinginan untuk ikut serta dalam penandatanganan pada Perjanjian Kerja Bersama dimaksud dan bukan penandatanganan sebagai pendamping seperti pada PKB sebelumnya.

Tetapi pada pelaksanaan perundingan Perjanjian Kerja Bersama PT.Perkebunan Nusantar II tidak ikut berperan serta. Walaupun begitu hasil dari perundingan Perjanjian Kerja Bersama itu tetap berlaku bagi mereka.


(60)

Para pihak yang dalam hal ini ialah Serikat Pekerja dan Manajemen PT.Perkebunan Nusantara II telah memahami maksud dan tujuan dari pembuatan perjanjian kerja bersama serta tehnik pembuatannya.

Pihak Serikat Pekerja Perkebunan (Sp-Bun) pada awalnya telah membuat dan menyerahkan Surat Keputusan Sp-BuN Tingkat Perusahaan PT.Perkebunan Nusantara II Nomor : 014/Kpts/SPBUN/XI/2009 tertanggal 19 November 2009, Tentang Susunan Komposisi Tim Perunding PKB Tahun 2010-2011 Sp-Bun PT.Perkebunan Nusantara II.

Tetapi pihak Serikat Pekerja Perkebunan (Sp-Bun) membuat revisi dari Surat Keputusan itu yaitu Surat Keputusan Nomor : 015/Kpts/SPBUN/XII/2009 yang berisikan tentang Revisi Susunan Tim Perunding PKB Tahun 2010-2011 Serikat Pekerja Perkebunan (Sp-Bun) PT.Perkebunan Nusantara II yang menetapkan tentang komposisi Tim Perunding perjanjian kerja bersama Serikat Pekerja Perkebunan (Sp-Bun) PT.Perkebunan Nusantara II.

Oleh karena Serikat Pekerja Perkebunan (Sp-Bun) mempunyai jumlah keanggotaan melebihi 50% maka mereka berhak untuk mewakili pekerja dalam melakukan perundingan yang selanjutnya Serikat Pekerja Perkebunan (Sp-Bun) mempersiapkan data-data dan juga informasi yang diperlukan dalam perundingan dengan menyerahkan draft PKB (Perjanjian Kerja Bersama) 2010-2011 kepada Manajemen PT.Perkebunan Nusantara II.

Pihak Manajemen PT.Perkebunan Nusantara II jg telah membentuk Tim Perunding untuk mewakili dalam perundingan pembuatan Perjanjian Kerja Bersama. Penunjukan Tim Perunding ini di tetapkan dalam Surat Keputusan


(61)

Direksi PT.Perkebunan Nusantara II Nomor: II.10/Kpts/R.126/VIII/2009 tertanggal 12 Agustus 2009 Tentang Pembentukan Tim Penyempurnaan/Perundingan Perjanjian Kerja Bersama Tahun 2010/2011 PT. Perkebunan Nusantara-I. Tim Perunding PT.Perkebunan Nusantara II juga telah menyiapkan lalu menyerahkan data atau informasi yang diperlukan dalam perundingan Perjanjian Kerja Bersama beserta draft PKB (Perjanjian Kerja Bersama) yang akan di rundingkan.

3. Pertemuan Informal Pembahasan Draft Perjanjian Kerja Bersama

Sebelum diadakannya perundingan Perjanjian Kerja Bersama periode 2010-2011, terlebih dahulu diadakan pertemuan informal guna melakukan pembahasan masalah redaksional tentang Perjanjian Kerja Bersama 2010-2011 PT.Perkebunan Nusantara II, yaitu membahas hal-hal yang normatif dan juga hal-hal yang umum.

Berdasarkan hasil pertemuan informal pembahasan Perjanjian Kerja Bersama 2010-2011 PT.Perkebunan Nusantara II antara Tim Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dari Pihak Manajemen PT.Perkebunan Nusantara II dengan Tim Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Pihak Serikat Pekerja Perkebunan PT.Perkebunan Nusantara II pada Tanggal 25 November 2009 di Ruangan Kabag Seketariat, Tanggal 10 Desember 2009 di Ruangan Kabag SDM dan Tanggal 01 Februari 2010 di Ruangan Bagian Seketariat yang menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Tim Perunding PKB Serikat Pekerja Perkebunan yang diwakili Ketua Serikat Pekerja Perkebunan (Sp-Bun) dan Sekretaris yang didampingi


(62)

Anggota mengajukan draft yang intinya ada perubahan untuk kesejahteraan karyawan pada tahun 2010-2011 khususnya menyangkut upah yang diharapkan dapat mengikuti koefisien PKB Induk.

2. Tim Perunding PKB 2010-2011 Pihak Manajemen yang diwakili Kabag SDM (Sumber Daya Manusia) didampingi Kabag Sekretariat beserta Sekretaris dan Anggota menyampaikan bahwa Manajemen PT.Perkebunan Nusantara II peduli dengan kesejahteraan karyawan namun sewajarnya harus juga mempertimbangkan kondisi dan rencana kerja perusahaan pada kinerja tahun 2010-2011 serta produktivitas sumber daya manusia guna mendukung kenaikan pendapatan perusahaan yang juga pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan khususnya pada bidang upah.

3. Guna mendukung point 1 dan 2 diatas, Tim Perunding PKB Pihak Serikat Pekerja sebagai perwakilan karyawan PT.Perkebunan Nusantara II dan Tim Perunding PT.Perkebunan Nusantara II, maka point-point yang terakomodir bila perhitungan pembayaran upah didasari perkalian koefisien disepakati secara informal berupa :

3.1. Premi/Tunjangan Jabatan Bidang Admi/Umum diberikan sesuai pekerjaan yang tertuang sebagaimana diatur pada nomenklatur.

3.2. Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan mendorong karyawan dalam peningkatan produktivitas guna menunjang kenaikan produksi sehingga pendapatan perusahaan dapat berimbang dengan


(63)

pengeluaran khususnya pembayaran upah kinerja 2010-2011 yang berdasarkan perhitungan koefisien PKB Induk.

3.3. Lembur dijalankan sesuai dengan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan dan sesuai dengan Sistem dan Prosedur Perusahaan dan untuk pemberian lembur yang tidak sesuai dengan Sistem dan Prosedur, juga ketentuan yang ada serta tidak dapat dipertanggung-jawabkan maka lembur tersebut tidak dapat dibayarkan. Hal ini didukung sepenuhnya oleh Serikat Pekerja. 3.4. Frekwensi Rapat Serikat Pekerja agar lebih selektif dan jumlah

karyawan yang ikut dalam rapat-rapat Serikat Pekerja tersebut agar lebih diminimalisir guna efisiensi penggunaan biaya atas beban perusahaan baik rapat Tk.Perusahaan maupun Tk.Basis.

3.5. Di dalam melaksanakan mutasi karyawan pelaksana lebih dari 10 orang yang didasari kelebihan tenaga di satu kebun ke kebun atau unit lainnya di lingkungan PT.Perkebunan Nusantara II, maka terlebih dahulu akan dibicarakan dengan Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan.

Pertemuan informal sebagaimana yang diuraikan diatas ini ditujukan untuk mempercepat dan mempermudah pelaksanaan perundingan Perjanjian Kerja Bersama 2010-2011 ini.

Yurisprudensi yang isinya seluruh direktur dan federasi(gabungan dari serikat-serikat pekerja yang ada), federasi ini membuat PKB induk guna sebagai


(1)

Bab V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dan dari hasil yang penulis peroleh atas analisa penelitian yang penulis lakukan, penulis memperoleh beberapa kesimpulan mengenai permasalahan perjanjian kerja bersama tersebut yang antara lain :

1. Pelaksanaan perundingan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) PT.Perkebunan Nusantara II 2010-2011 dilaksanakan mengingat undang No.21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja dan Undang-undang No.13 Tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan serta KEP-48/Men/IV/2004 Tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan Serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama, lalu pihak serikat pekerja memberikan draft kepada perusahaan yang dalam hal ini PT.Perkebunan Nusantara II atas pengajuan perubahan perubahan pasal-pasal perjanjian dari Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebelumnya demi meningkatkan kesejahteraan karyawan.

2. Pelaksananan perundingan dilaksanakan sebagaimana diatur KEP-48/Men/IV/2004, tetapi di PT.Perkebunan Nusantara II ada diadakan pertemuan informal yang dihadiri oleh para pihak. Dilakukannya pertemuan informal ini bertujuan untuk membahas masalah-masalah


(2)

redaksional dan hal-hal umum dimana hal ini di dasari pertimbangan untuk mempermudah waktu jalannya perundingan yang berakibat pada efisiensi biaya dalam pelaksanaan perundingan.

3. Pada tahap jalannya perundingan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) 2010-2011 tidak sepenuhnya sebagaimana diatur oleh KEP-48/Men/IV/2004 hal ini disebabkan oleh kehadiran para pengurus cabang yang mewakili kebun-kebun yangg mengawal jalannya perundingan dan meminta kepastian atas eskalasi kenaikan upah agar dapat terpenuhi.

4. Berdasarkan pertimbangan hukum bahwa pelaksanaan perundingan merupakan dari asas musyawarah mufakat maka di sepakati oleh tim perunding dari perusahaan untuk memberikan kesempatan kepada Tim Perunding Serikat Pekerja terlebih dahulu mensosialisasikan beberapa pasal kepada para pengurus cabang yang berada diluar. Hal ini telah di koordinasikan ke pihak petugas mediasi walaupun ini menyimpang dari ketentuan tata tertib namun perundingan ini untuk mencapai mufakat dan tidak menimbulkan keributan dan perselisihan maka dianggap tidak masalah guna mencapai kemufakatan.


(3)

Didalam pelaksanaan perundingan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) PT.Perkebunan Nusantara II Periode 2010-2011 menurut hemat kami perlu dilakukan beberapa langkah-langkah penyempurnaan pelaksanaan perundingan yakni :

1. Serikat pekerja terlebih dahulu mengadakan pertemuan dengan seluruh pengurus tingkat kebun/dinas/unit untuk menyamakan persepsi dalam pengajuan draft untuk pelaksanaan perundingan dengan pihak perusahaan sehingga para anggota paham tentang draft yang akan menjadi pembahasan perundingan dan memberi tanggung jawab penuh pada perundingan. Agar tidak terjadi lagi sosialisasi yang dilaksanakan pada waktu bersamaan dengan perundingan.

2. Dilakukan verifikasi terlebih dahulu pada setiap periode pengajuan draft Perjanjian Kerja Bersama (PKB) mengingat PT.Perkebunan Nusantara II mempunyai 2 Serikat Pekerja dan telah di amanatkan pada KEP-48/Men/IV/2004 terlebih dahulu dilakukan verivikasi dimana tata cara proses administrasi untuk perundingan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) 2010-2011, tim Serikat Pekerja (Sp-Bun) masih mempergunakan verifikasi 2000 dan kesepakatan yang dibuat pada waktu itu Serikat Pekerja Merdeka (SPM) mematuhi undang-undang untuk tidak ikut dalam perundingan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku :

Samhadi, Sri Hartati, ”Etos kerja Indonesia terburuk di Asia ? http://training-ethos.blogspot .com/2007_ 12_05 _archive .html, di up date tanggal 21 Desember 2007.

Seran, Alexander, Moral Politik Hukum, Obor, Jakarta, 1999.

Djumadi,Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, Penerbit Rajagrafindo, Jakarta, Cet.V, 2004.

Subekti,Aneka Perjanjian,Penerbit Alumni Bandung,Cet.II,1977.

Pakpahan, Muchtar, Lima Tahun Memimpin SBSI, Pilihan Atau Panggilan, Untuk Kesejahteraan, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Tegaknya Hukum Dan Keadilan Sosial,Pustaka Forum Adil Sejahtera, 1997.

Hardijan Rusli,Hukum Ketenagakerjaan 2003,Penerbit Ghalia Indonesia,2004 Maimun,Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar,Penerbit Pradnya

Paramita,Jakarta,Cet.II,2007.

Sentanoe Kertonegoro,Hubungan Industrial, Hubungan Antara Pengusaha dan Pekerja(Bipartid) dan Pemerintah(Tripartid), 1999, Yayasan Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta.


(5)

Philip Babcoks,A Merriam Webster’s Third New International Dictionary of the English Language un a Bridged,1993,Merriam Webster

inc,publishers,Springfield,Massa Chusetts,U.S.A.

Departemen P & K, Kamus Besar Bahasa Indonesia,1989,Balai Pustaka,Jakarta.

Subekti;Hukum Perjanjian;Cetakan kesebelas,1987;Penerbit PT Intermasa.

Fuady,Munir;Hukum Kontrak;Penerbit PT Citra Aditya Bakti,Bandung 1999.

Djumialdji,Perjanjian Kerja,Penerbit Bina Aksara,Jakarta,Cet.I,1977.

Abdul Kadir,Hukum Perikatan,Penerbit PT.Intermasa,Jakarta,Cet.VI,1979.

Manulang Sendjum W,Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,Penerbit Rineka Cipta,Jakarta,Cet.I,1990.

Soedjono,Wiwoho,Hukum Perjanjian Kerja,Penerbit Bina Aksara,Jakarta,Cet.II,1987.

Abdul Khakim.2003.Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia

berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.Bandung:Citra Aditya Bakti.

II. Perundang-undangan :

Kepmenaker No. 48 tahun 2004 tentang Tata cara Pembuatan dan pengesahan Peraturan perusahaan serta pembuatan dan pengesahan Perjanjian Kerja bersama.


(6)

Undang-undang No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

Undang-undang No. 18 tahun 1956 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 98.

Peraturan Pemerintah No. 49 tahun 1954 tentang Tata Cara Membuat dan Mengatur Perjanjian Perburuhan.

Undang-undang No. 21 tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan antara Serikat Pekerja dan Majikan.


Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Mediasi Berdasarkan Perma No. 2 Tahun 2003 Di Pengadilan Negeri Medan

0 22 113

PENGATURAN PENGUPAHAN PEKERJA FORMAL (PERBANDINGAN ANTARA UU NOMOR 13 TAHUN 2003 DENGAN SYARIAH ISLAM)

0 5 107

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PELAKSANAAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP PEKERJA YANG MELAKUKAN WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN KERJA DI CV. CHISEL (DITINJAU DARI UU NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN).

0 3 12

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP PEKERJA YANG MELAKUKAN WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN KERJA DI CV. CHISEL (DITINJAU DARI UU NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN).

0 2 14

PENUTUP PELAKSANAAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP PEKERJA YANG MELAKUKAN WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN KERJA DI CV. CHISEL (DITINJAU DARI UU NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN).

0 4 4

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA ANTARA MANAJEMEN DAN SERIKAT PEKERJA HOTEL SAHID SURABAYA.

0 4 24

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA PT. FREEPORT INDONESIA DITINJAU DARI UU NO. 13 TAHUN 2OO3 PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA PT. FREEPORT INDONESIA DITINJAU DARI UU NO. 13 TAHUN 2OO3 TENTANG KETENAGAKERJAAN.

0 0 11

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA PT. FREEPORT INDONESIA DITINJAU DARI UU NO. 13 TAHUN 2OO3 TENTANG KETENAGAKERJAAN.

0 1 18

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU OLEH PEKERJA DAN PENGUSAHA DI PT FAJAR AGUNG INDOCEMERLANG DIHUBUNGKAN DENGAN UU NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN.

0 0 1

Pedoman Perjanjian Kerja Bersama "Perjanjian Kerja Bersama Antara Pengusaha dan Serikat Pekerja dalam Perspektif Manajemen Sumber Daya Manusia" Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 63