Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri PKLM 1. Geografis 1.1. Letak

Yaitu : perkenalan dan tujuan penulis serta mengajukan pertanyaan- pertanyaan langsung dengan pihak yang terkait tentang masalah yang akan di bahas. 2. Observasi Yaitu : Dalam metode ini penulis langsung turun kelapangan untuk melakukan peninjauan dengan cara mengamati, mendengar serta mencatat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas, meneliti pengenaan pajak hotel. 3. Dokumentasi Yaitu : penggunaan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penulisan laporan kerja praktik pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah DPKKD Aceh Barat dan dokumentasi lain sebagai pelengkap dari laporan PKLM ini.

F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri PKLM

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri PKLM BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang masalah, tujuan dan manfaat kerja lapangan mandiri dalam penyusunan laporan pemilihan judul, perumusan masalah, ruang lingkup PKLM. BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA Universitas Sumatera Utara LAPANGAN MANDIRI Dalam bab ini menjelaskan tentang gambaran umum pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah DPKKD Aceh Barat. BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK HOTEL Dalam bab ini penulis akan menguraikan pengertian dari pajak hotel, peraturan perundang-undangan dan ketentuan umum, objek dan subjek, dasar pengenaan wilayah pemungutan dan perhitungan, masa pajak saat pajak terutang, Surat Pemberitahuan SPT, tata cara perhitungan dan penetapan pajak, tata cara pembayaran. BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA Pada bab ini penulis menjelaskan data-data yang sudah dikumpul melalui proses analisa dan evaluasi terhadap alternatif pemecahan masalah, serta menganalisa data untuk menjawab perumusan masalah. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini penulis membuat sebuah kesimpulan dari pembahasan yang dijelaskan di dalam laporan ini dan juga membuat beberapa saran yang mungkin bermanfaat bagi penulis. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI PKLM A. Gambaran Umum Daerah Kabupaten Aceh Barat A. 1. Geografis A. 1.1. Letak Sesudah pemekaran letak geografis Kabupaten Aceh Barat secara astronomi terletak pada 04°61-04°47 Lintang Utara dan 95°00- 86°30 Bujur Timur. A.1.2. Batas-Batas Kabupaten Aceh barat merupakan salah satu kabupaten di daerah propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dengan batas wilayah sebagai berikut: - Sebelah Utara : Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Pidie - Sebelah Selatan : Samudera Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya - Sebelah Barat : Samudera Indonesia - Sebelah Timur : Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya A.1.3. Luas Wilayah Luas wilayah Kabupaten Aceh Barat berkisar 2.442,00 km² dari seluruh wilayah propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Universitas Sumatera Utara A.2. Pemerintahan a. Bupati, Wakil Bupati, Sekretaris Bupati b. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD c. Tiga Pembantu Bupati d. Semenjak pemekaran wilayah, Kabupaten Aceh Barat berkurang lebih dari separuh wilayahnya dan kecamatan yang tersisa adalah sebagai berikut: Dua belas Kecamatan dan tiga ratus empat puluh DesaKelurahan Adapun nama-nama Kecamatan tersebut adalah: 1. Kecamatan Arongan Lambalek dari 27 desakelurahan. 2. Kecamatan Bubon dari 17 desakelurahan 3. Kecamatan Johan Pahlawan dari 21 desakelurahan 4. Kecamatan Kaway XVI dari 62 desakelurahan 5. Kecamatan Meureubo dari 26 desakelurahan 6. Kecamatan Pante Ceureumen dari 25 desakabupaten 7. Kecamatan Panton Reu dari 19 desakelurahan 8. Kecamatan Samatiga dari 32 desakelurahan 9. Kecamatan Sungai Mas dari 18 desakelurahan 10. Kecamatan Woyla dari 43 desakelurahan 11. Kecamatan Woyla Barat dari 24 desakelurahan 12. Kecamatan Woyla Timur dari 26 desakelurahan. Universitas Sumatera Utara A.3. Program Strategis Pembangunan Daerah Pembangunan Kabupaten Aceh Barat mencakup semua kegiatan pembangunan daerah dan sektoral yang dikelola oleh pemerintah bersama masyarakat. Titik berat pembangunan diletakan pada bidang ekonomi kerakyatan melalui peningkatan dan perluasan pertanian dalam arti luas sebagai pengerak utama pembangunan yang saling terkait secara terpadu dengan bidang-bidang pembangunan lainnya dalam suatu kebijakan pembangunan. maka ditetapkan prioritas pembangunan sebagai berikut : 1. Meningkatkan pelaksanaan Syariat Islam, peran ulama dan adat istiadat. 2. Peningkatan Sumber Daya Manusia. 3. Pemberdayaan ekonomi masyarakat. 4. Meningkatakan aksesibilitas daerah. 5. Meningkatkan pendapatan daerah. A.4. Agama Dan Kepercayaan Penduduk Kabupaten Aceh Barat sebagian besar umumnya memeluk agama Islam. Universitas Sumatera Utara A.5. Kesenian Di dalam kehidupan masyarakat Aceh Barat juga terdapat macam-macam seni tari dan musik tradisional, beberapa diantaranya adalah: 1. Tari Seudati yang menggambarkan semangat perjuangan, sikap kepahlawanan, keriangan, kelincahan, serta sikap hidup yang dinamis, kegotong royongan dan persatuan. Kata Seudati berasal dari bahasa Arab Syahadatain atau Syahadati yang artinya Pengakuan atau Kalimah Syahadat. 2. Rapa`i Geleng pertama kali dikembangkan pada tahun 1965 di Pesisir Pantai Selatan. Nama Rapa`i diadopsi dari nama Syeik Ripa`i yaitu orang pertama yang mengembangkan alat musik pukul ini. Permainan Rapa`i Geleng juga disertakan gerakan tarian yang melambangkan sikap keseragaman dalam hal kerjasama, kebersamaan, dan penuh kekompakan dalam lingkungan masyarakat. Tarian ini mengekspresikan dinamisasi masyarakat dalam syair lagu-lagu yang dinyanyikan. Fungsi dari tarian ini adalah syiar agama, menanamkan nilai moral kepada masyarakat, dan juga menjelaskan tentang bagaimana hidup dalam masyarakat sosial. 3. Tari Tarek Pukat ini menggambarkan aktifitas para nelayan yang menangkap ikan dilaut. Tarek yang berarti Tarik, dan Pukat adalah alat sejenis jaring yang digunakan untuk menangkap ikan. 4. Tarian Likok Pulo ini lahir sekitar tahun 1949 yang diciptakan oleh seorang Ulama berasal dari Arab yang tinggal di Pulo Aceh, yaitu salah Universitas Sumatera Utara satu kecamatan di Kabupaten Aceh Besar. Tarian ini pada hakekatnya adalah zikir kepada Allah SWT dan selawat kepada Nabi Muhammad SAW. Gerakan tarian pada prinsipnya ialah gerakan olah tubuh, keterampilan, keseragaman atau kesetaraan dengan memfungsikan anggota tubuh bagian atas, tangan sama-sama ke depan, ke samping kiri atau kanan, dari depan ke belakang, keatas dan kebawah, dengan tempo yang lambat hingga cepat. Tarian ini membutuhkan energi yang tinggi. 5. Tari Rateb Meuseukat ini adalah Tarian Saman yang ditarikan oleh para wanita. Tarian duduk ini berkembang di kampung Meudang Ara Rumoh Baro, Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya. Tarian ini yang dikenal sebagai Tari Saman, tetapi yang ditarikan oleh para wanita. Sedangkan Tarian Saman sesungguhnya ditarikan oleh para pria dan tarian ini berasal dari kabupaten Gayo Lues. 6. Tari Ranup Lampuan adalah salah satu tarian tradisional Aceh yang ditarikan oleh para wanita. Tarian ini biasanya ditarikan untuk penghormatan dan penyambutan tamu secara resmi.Ranup dalam bahasa Aceh yaitu Sirih, sedangkan Puan yaitu Tempat sirih khas Aceh. Ranup Lampuan bisa diartikan Sirih dalam Puan. Sirih ini nantinya akan diberikan kepada para tamu sebagai tanda penghormatan atas kedatangannya. Sedangkan alat-alat musik yang sering dipakai pada umumnya adalah Serune kalee, Rapai, Geundrang, Tambo, Taktok trieng, Canang. Universitas Sumatera Utara Serune kalee berupa kayu, kuningan dan tembaga. Bentuk menyerupai seruling bambu dimainkan dengan cara ditiup. Rapai berupa kayu dan kulit binatang, dimainkan dengan cara dipukul. Geundrang berupa jenis alat musik pukul dan memainkannya dengan memukul dengan tangan atau memakai kayu pemukul. Tambo sejenis tambur yang termasuk alat pukul. Tambo ini dibuat dari bahan Bak Iboh batang iboh, kulit sapi dan rotan sebagai alat peregang kulit. Tambo ini dimasa lalu berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menentukan waktu shalatsembahyang dan untuk mengumpulkan masyarakat ke Meunasah guna membicarakan masalah- masalah kampung. Taktok trieng juga sejenis alat pukul yang terbuat dari bambu. Canang alat musik yang dipukul, terbuat dari kuningan menyerupai gong. semua jenis tarian dan alat musik tadi umumnya dipergunakan pada waktu pesta dan acara-acara resmi lainnya. Masalah pajak daerah merupakan masalah yang sangat penting karena menyangkut perkembangan suatu daerah. Tapi menurut sebagian besar masyarakat Sejarah Singkat Pelaksanaan Undang-Undang Pajak Daerah di Kabupaten Aceh Barat Pajak daerah adalah iuran Wajib Pajak yang dilakukan oleh Orang Pribadi atau Badan kepada Daerah tanpa mendapat imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Universitas Sumatera Utara menganggap bahwa pemungutan pajak daerah hanyalah cara pemerintah untuk memperkaya diri sendiri. Kebanyakan masyarakat Aceh Barat tidak mau membayar pajak hanya sebagian kecil saja yang mau membayar pajak. Padahal masalah pajak adalah tanggung jawab semua masyarakat Aceh Barat. Mengingat hal tersebut di atas maka pemerintah menetapkan Undang-Undang No. 7 Drt 1956 tentang pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara jo. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kemudian Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pada tahun yang sama keluar Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246 Tambahan Lembaran Negara Nomor 1018. Kemudian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47 tambahan Lembaran Negara Nomor 4286. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Universitas Sumatera Utara antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Selain Undang-Undang keluar juga Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pengawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktual. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 4 Tahun 2004 tentang Perubahan pertama atas Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Barat Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pembentukan Organisasi Sekretariat Daerah Aceh Barat dan Sekretariat DPRD Kabupaten Aceh Barat. Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan pertama atas Peraturan Kabupaten Aceh Barat Nomor 2 Tahun 2003 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Aceh Barat. Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 3 Tahun 2007 tentang Perubahan kedua Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Barat Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Aceh Universitas Sumatera Utara Barat sebagaimana telah diubah dengan qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 6 Tahun 2004. Untuk mendukung perkembangan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah, perlu lebih mendayagunakan pelayanan umum, administrasi pemerintahan dalam rangka melaksanakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Keputusan Menteri Dalam Negeri di atas semata-mata hanya menyadarkan masyarakat bawasanya pemungutan pajak daerah itu bukan memperkaya pemerintah tapi untuk kas daerah.

B. Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah DPKKD Kabupaten Aceh Barat