Upaya Meningkatkan Penerimaan Pajak Hotel Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah (DPKKD) Aceh Barat

(1)

TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

UPAYA MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK HOTEL PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KEKAYAAN DAERAH

(DPKKD) ACEH BARAT Diajukan

O L E H

Nama : DEVIANA Nim : 072600005

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN

OLEH :

NAMA : DEVIANA

NIM : 072600005

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN JUDUL : UPAYA MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK

HOTEL PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KEKAYAAN DAERAH (DPKKD) ACEH BARAT

Ketua Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing Supervisor Lapangan Administrasi Perpajakan

(Drs. H.M. HUSNI THAMRIN NST, Msi) (FAISAL ERIZA, S.sos, Msp) (T. SYARIFUDDIN, SE, M. Si) NIP. 1964010819912021001 NIP. NIP. 196612281997031002

Medan, juni 2010

Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Prof.DR.M.ARIF NASUTION, MA NIP. 196207031987111001


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia yang diberikannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul ”UPAYA MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK HOTEL PADA DINAS PENGELOLAAN DAN KEUANGAN DAERAH (DPKKD) ACEH BARAT”. Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi Program Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, serta kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati mohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang akan membawa kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini. Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.si, selaku Keta Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Faisal Eriza, S.Sos, M.SP, selaku dosen pembimbing dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan berupa saran, arahan, dan bimbingan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

4. Bapak T. Syarifuddin, SE selaku Kepala seksi Pendapatan Asli Daerah yang telah banyak memberikan bimbingan. Pengarahan dan bantuan dalam pengumpulan data yang diperlukan.

5. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan materil yang tak henti-hentinya, juga atas kasih sayang serta petuah-petuah nya yang selalu menguatkan saya.

6. Buat seluruh keluarga besar yang telah mendukung saya dalam berbagai hal. 7. Buat seluruh teman-teman Administrasi Perpajakan 07, khususnya untuk eka

susaneng(yang selalu membawa keceriaan, ayo kita perjuangkan berat badan kita), luthfiah chic (terima kasih pren untuk kostnya yang slalu jadi base camp hehe), mutiara nurul yunita (mulai serkarang sudah bisa untuk percaya pada cinta), buat teman-teman lainnya yang ga bisa aku sebutin satu-satu, (sebenarnya bukan ga bisa disebut tapi capek euy ngetiknya hehe..), dan buat teman-teman yang minoritas dikelas A..makasih banyak ya brothers. (khususnya heru yang telah meminjamkan printernya).

8. Untuk seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.


(5)

Penulis mengharapkan semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak.

Medan, Juni 2010

Penulis,

DEVIANA


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 5

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 7

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8

E. Metode Pengumpulan Data ... 9

F. Sistematika Penulisan... 10

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM A. Gambaran Umum Daerah Kabupaten Aceh Barat ... 12

A. 1. Geografis ... 12

A.1.1. Letak ... 12

A. 1.2. Batas-Batas ... 12

A. 1.3. Luas Wilayah... 12

A. 2. Pemerintahan ... 13


(7)

A. 4. Agama Dan Kepercayaan ... 14

A. 5. Kesenian ... 15

B. Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Barat ... 20

C. Uraian Tugas Dan Fungsi Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Barat ... 24

D. Uraian Tugas Kepala Dinas, Bagian, Bidang, Sub Bagian Dan Seksi ... 25

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK HOTEL A. Pengertian Pajak Hotel ... 41

A.1. Defenisi Pajak Dan Pajak Daerah... 41

A.2. Fungsi Pajak ... 42

A.3. Defenisi Pajak Hotel Dan Hotel ... 42

B. Ketentuan Peraturan dan Perundang-undangan Pajak Daerah Kabupaten Aceh Barat ... 43

C. Objek dan Subjek Pajak Hotel ... 46

C.1. Objek Pajak Hotel ... 46

C.2. Subjek Pajak Hotel ... 47

D. Cara Perhitungan Pajak Hotel ... 47


(8)

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA

A. Potensi Pajak ... 50 B. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel... 52 C. Faktor-Faktor yang Mengakibatkan Tidak Tercapainya Target

Penerimaaan Pajak Hotel ... 54 D. Upaya-Upaya yang Ditempuh Untuk Meningkatkan Pajak Hotel... 57 E. Mekanisme Pemungutan... 60 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN... 61 B. SARAN... 63 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

4 – 1 : Daftar Hotel/Losmen di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010... 52 4 – 2 : Daftar Pajak Hotel Daerah Kabupaten Aceh Barat 2007 – 2009... 53


(10)

DAFTAR GAMBAR

2 – 1 : Bagan Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Pengelolaan


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Esensi dari pada keadilan di bidang perpajakan adalah keseimbangan antara hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah hak untuk memperoleh pembayar pajak oleh warga Negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Hak wajib pajak adalah hak untuk dapat perlakuan yang adil dari Negara dalam melaksanakan kewajibannya kepada Negara tersebut dan hak untuk dapat kepastian hukum apabila ia sudah memenuhi kewajibannya.

Agar keadilan itu menjadi kenyataan dan bukan sekedar teori, baik Negara maupun warga Negara pembayar pajak perlu mengetahui dengan jelas hak-hak dan kewajibannya masing-masing dan selanjutnya menerapkan dalam praktik. Apabila hal ini dapat diterapkan dengan sempurna maka secara tidak langsung warga Negara tersebut telah ikut berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Pajak yang dipungut merupakan salah satu dana terpenting bagi kesinambungan gerak roda pembangunan nasional, Yang antara lain tersedianya sarana-sarana pelayanan umum yang telah kita nikmati bersama selama ini.

Untuk mengisi pembangunan kabupaten Aceh Barat yang baik secara politik, ekonomi, sosial, dan budaya di perlukan perimbangan keuangan antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat berdasarkan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang telah


(12)

diubah dengan Undang-Undang No. 33 tahun 2004. Salah satunya upanya untuk meningkatkan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dan professional yang siap di kembangkan di kabupaten Aceh Barat yang harus melihat beberapa sektor lain yang berpotensi untuk dijadikan sumber penerimaan daerah kabupaten Aceh Barat sebagai sarana dan prasarana penunjang untuk meningkatkan sumber daya manusia.

Adapun sumber-sumber penerimaan daerah yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 terdiri dari :

a. Pedapatan Asli Daerah b. Dana Perimbangan c. Pinjaman Daerah

d. Pendapatan Daerah yang sah

Dalam Undang-Undang No.33 tahun 2004 huruf a pajak terdiri dari dua bagian yaitu pajak pusat dan pajak deaerah. Pajak pusat dikelola oleh pemerintah pusat yang dalam hal ini sebagian dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Departemen Keuangan, Sedangkan pajak daerah adalah pajak yang di kelola oleh provinsi atau kabupaten daerah.

Pajak daerah terdiri dari

1. Pajak provinsi terdiri dari


(13)

b. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

d. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan

2. Pajak kabupaten/ daerah a. Pajak hotel b. Pajak restoran c. Pajak hiburan d. Pajak reklame

e. Pajak penerangan jalan

f. Pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan c g. Pajak sarang burung walet

Untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kabupaten Aceh Barat diperlukan usaha untuk meningkatkan penerimaan yang berasal dari pajak daerah terutama pajak hotel yang berpotensial mencerminkan kegiatan ekonomi daerah karena pajak hotel merupakan sumber devisa bagi kabupaten Aceh Barat yang banyak di manfaatkan oleh wisatawan yang melakukan kunjungan wisata ke kabupaten Aceh Barat. Di kabupaten Aceh Barat terdapat Hotel di antaranya adalah PT. Meulingou Hotel, Tiara Hotel, Familiar Hotel, dan sejumlah losmen dan wisma. Dengan adanya hotel di kabupaten Aceh Barat penulis ingin mengetahui bagaimana cara yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam penerimaan pajak hotel.


(14)

Praktik kerja lapangan mandiri merupakan kegiatan interkulikuler untuk memenuhi salah satu syarat yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU, Maka melalui praktik kerja lapangan mandiri ini diharapkan mahasiswa dapat menguasai dan mengembangkan semua keahlian dan keterampilan yang diterima di bangku perkuliahan pada saat memasuki lingkungan kerja, Serta dapat membandingkan teori yang diperoleh di bangku perkuliahan dengan praktik langsung ke lapangan. Oleh sebab itu penulis ingin membahas dalam laporan Tugas Akhir Tentang ”Upaya Meningkatkan Penerimaan Pajak Hotel Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah (DPKKD) Aceh Barat”.

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKLM)

Praktik kerja lapangan mandiri merupakan salah satu syarat yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. Setiap kegiatan yang dilaksanakan tentunya mempunyai tujuan.

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

a. Untuk mengetahui mekanisme pemungutan pajak hotel di kabupaten Aceh Barat.

b. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan oleh pemerintah di kabupaten Aceh Barat dalam meningkatkan pajak hotel.


(15)

c. Untuk mengetahui kendala dalam upaya meningkatkan pajak hotel di kabupaten Aceh Barat.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKLM) Bagi Mahasiswa

1. Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan.

2. Agar dapat menerapkan teori-teori yang didapat selama perkuliahan ke dalam dunia kerja melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

3. Agar dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Mahasiswa dapat menuangkan keterampilan dan mengaplikasikan dengan baik dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pengetahuan dan teknologi dalam menghadapi masalah yang timbul. Agar dapat memperoleh pengalaman secara langsung mengenai situasi dunia kerja yang sebenarnya. Bagi kantor/instansi Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah Aceh Barat

1. Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan antara Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah (DPKKD) Aceh Barat dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU sehingga instansi tersebut dapat mengetahui tingkat perkembangan ilmu pengetahuan di lembaga pendidikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.


(16)

(DPKKD) Aceh Barat dalam mensosialisasikan pajak mengenai sistem dan prosedur serta tata cara pemungutan pajak hotel

3. Menambah pengetahuan penulis di bidang perpajakan khususnya Upaya Meningkatkan Penerimaan Pajak Hotel di Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah (DPKKD) Aceh Barat.

.Bagi Prodip III Administrasi Perpajakan

1. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan sesama perkuliahan.

2. Meningkatkan kurikulum tepat guna sehingga mampu mencapai standar mutu pendidikan.

3. Membuka interaksi antara dosen dan interaksi pemerintah. 4. Mengusahakan adanya umpan balik untuk merevisi kurikulum. 5. Promosi sumber daya Universitas Sumatera Utara.

Bagi Masyarakat

1. Menambah pengetahuan baru kepada masyarakat di bidang perpajakan khususnya Upaya Meningkatkan Penerimaan Pajak Hotel di Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah (DPKKD) Aceh Barat.

2. Memberikan motivasi kepada masyarakat tentang pentingnya membayar pajak bagi kelangsungan pembagunan nasional, Terutama pembangunan daerah dengan upaya meningkatkan penerimaan pajak hotel di Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah (DPKKD) Aceh Barat.


(17)

Di dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) penulis membatasi ruang lingkup kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya meningkatkan pajak daerah khususnya pajak hotel antara lain :

a. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pemungutan pajak hotel di kabupaten Aceh Barat.

b. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan oleh pemerintah di kabupaten Aceh Barat dalam meningkatkan pajak hotel.

c. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah di kabupaten Aceh Barat dalam mengelola pajak hotel.

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun sumber-sumber data yang diperlukan penulis untuk mendukung laporan ini adalah :

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari pemilihan objek PKLM, lokasi PKLM, pengajuan proposal PKLM dan surat pengantar serta konsultasi dengan dosen.

2. Studi literature

Penulis mencari berbagai sumber-sumber bacaan seperti buku perpajakan, Undang-Undang, artikel ilmiah maupun literatur yang berhubungan dengan objek PKLM.


(18)

Penulis memberikan surat pengantar untuk mencari data dan informasi secara langsung pada objek praktik kerja lapangan mandiri dan meninjau secara langsung kondisi serta keadaan objek tempat pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sistim kerja yang berlaku pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah (DPKKD) Aceh Barat.

4. Pengumpulan Data

Dalam tahap ini penulis mengumpulkan data mengenai upaya meningkatkan penerimaan pajak hotel melalui tiga cara yaitu : data sekunder berupa data hasil dari Observasi lapangan, data dokumentasi, serta data pertanyaan, yang bertujuan untuk pengumpulan berbagai data yang berhubungan dengan penyusunan laporan PKLM.

5. Analisa Data dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data secara kualitatif yang kemudian akan di interprestasikan secara objektif, jelas, dan sistematis.

E. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam menyusun laporan kerja ini, pengumpulan datanya adalah sebagai berikut :


(19)

Yaitu : perkenalan dan tujuan penulis serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung dengan pihak yang terkait tentang masalah yang akan di bahas.

2. Observasi

Yaitu : Dalam metode ini penulis langsung turun kelapangan untuk melakukan peninjauan dengan cara mengamati, mendengar serta mencatat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas, meneliti pengenaan pajak hotel.

3. Dokumentasi

Yaitu : penggunaan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penulisan laporan kerja praktik pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah (DPKKD) Aceh Barat dan dokumentasi lain sebagai pelengkap dari laporan PKLM ini.

F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang masalah, tujuan dan manfaat kerja lapangan mandiri dalam penyusunan laporan pemilihan judul, perumusan masalah, ruang lingkup PKLM.


(20)

LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini menjelaskan tentang gambaran umum pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah (DPKKD) Aceh Barat. BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK HOTEL

Dalam bab ini penulis akan menguraikan pengertian dari pajak hotel, peraturan perundang-undangan dan ketentuan umum, objek dan subjek, dasar pengenaan wilayah pemungutan dan perhitungan, masa pajak saat pajak terutang, Surat Pemberitahuan (SPT), tata cara perhitungan dan penetapan pajak, tata cara pembayaran.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis menjelaskan data-data yang sudah dikumpul melalui proses analisa dan evaluasi terhadap alternatif pemecahan masalah, serta menganalisa data untuk menjawab perumusan masalah. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis membuat sebuah kesimpulan dari pembahasan yang dijelaskan di dalam laporan ini dan juga membuat beberapa saran yang mungkin bermanfaat bagi penulis.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(21)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN

MANDIRI (PKLM)

A. Gambaran Umum Daerah Kabupaten Aceh Barat A. 1. Geografis

A. 1.1. Letak

Sesudah pemekaran letak geografis Kabupaten Aceh Barat secara astronomi terletak pada 04°61'-04°47' Lintang Utara dan 95°00'- 86°30' Bujur Timur.

A.1.2. Batas-Batas

Kabupaten Aceh barat merupakan salah satu kabupaten di daerah propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dengan batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Pidie - Sebelah Selatan : Samudera Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya - Sebelah Barat : Samudera Indonesia

- Sebelah Timur : Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya A.1.3. Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Aceh Barat berkisar 2.442,00 km² dari seluruh wilayah propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.


(22)

A.2. Pemerintahan

a. Bupati, Wakil Bupati, Sekretaris Bupati b. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) c. Tiga Pembantu Bupati

d. Semenjak pemekaran wilayah, Kabupaten Aceh Barat berkurang lebih dari separuh wilayahnya dan kecamatan yang tersisa adalah sebagai berikut:

Dua belas Kecamatan dan tiga ratus empat puluh Desa/Kelurahan

Adapun nama-nama Kecamatan tersebut adalah:

1. Kecamatan Arongan Lambalek dari 27 desa/kelurahan. 2. Kecamatan Bubon dari 17 desa/kelurahan

3. Kecamatan Johan Pahlawan dari 21 desa/kelurahan 4. Kecamatan Kaway XVI dari 62 desa/kelurahan 5. Kecamatan Meureubo dari 26 desa/kelurahan

6. Kecamatan Pante Ceureumen dari 25 desa/kabupaten 7. Kecamatan Panton Reu dari 19 desa/kelurahan 8. Kecamatan Samatiga dari 32 desa/kelurahan 9. Kecamatan Sungai Mas dari 18 desa/kelurahan 10. Kecamatan Woyla dari 43 desa/kelurahan 11. Kecamatan Woyla Barat dari 24 desa/kelurahan 12. Kecamatan Woyla Timur dari 26 desa/kelurahan.


(23)

A.3. Program Strategis Pembangunan Daerah

Pembangunan Kabupaten Aceh Barat mencakup semua kegiatan pembangunan daerah dan sektoral yang dikelola oleh pemerintah bersama masyarakat.

Titik berat pembangunan diletakan pada bidang ekonomi kerakyatan melalui peningkatan dan perluasan pertanian dalam arti luas sebagai pengerak utama pembangunan yang saling terkait secara terpadu dengan bidang-bidang pembangunan lainnya dalam suatu kebijakan pembangunan. maka ditetapkan prioritas pembangunan sebagai berikut :

1. Meningkatkan pelaksanaan Syariat Islam, peran ulama dan adat istiadat. 2. Peningkatan Sumber Daya Manusia.

3. Pemberdayaan ekonomi masyarakat. 4. Meningkatakan aksesibilitas daerah. 5. Meningkatkan pendapatan daerah.

A.4. Agama Dan Kepercayaan

Penduduk Kabupaten Aceh Barat sebagian besar umumnya memeluk agama Islam.


(24)

A.5. Kesenian

Di dalam kehidupan masyarakat Aceh Barat juga terdapat macam-macam seni tari dan musik tradisional, beberapa diantaranya adalah:

1. Tari Seudati yang menggambarkan semangat perjuangan, sikap kepahlawanan, keriangan, kelincahan, serta sikap hidup yang dinamis, kegotong royongan dan persatuan. Kata Seudati berasal dari bahasa Arab Syahadatain atau Syahadati yang artinya Pengakuan atau Kalimah Syahadat.

2. Rapa`i Geleng pertama kali dikembangkan pada tahun 1965 di Pesisir Pantai Selatan. Nama Rapa`i diadopsi dari nama Syeik Ripa`i yaitu orang pertama yang mengembangkan alat musik pukul ini. Permainan Rapa`i Geleng juga disertakan gerakan tarian yang melambangkan sikap keseragaman dalam hal kerjasama, kebersamaan, dan penuh kekompakan dalam lingkungan masyarakat. Tarian ini mengekspresikan dinamisasi masyarakat dalam syair (lagu-lagu) yang dinyanyikan. Fungsi dari tarian ini adalah syiar agama, menanamkan nilai moral kepada masyarakat, dan juga menjelaskan tentang bagaimana hidup dalam masyarakat sosial.

3. Tari Tarek Pukat ini menggambarkan aktifitas para nelayan yang menangkap ikan dilaut. Tarek yang berarti "Tarik", dan Pukat adalah alat sejenis jaring yang digunakan untuk menangkap ikan.

4. Tarian Likok Pulo ini lahir sekitar tahun 1949 yang diciptakan oleh seorang Ulama berasal dari Arab yang tinggal di Pulo Aceh, yaitu salah


(25)

satu kecamatan di Kabupaten Aceh Besar. Tarian ini pada hakekatnya adalah zikir kepada Allah SWT dan selawat kepada Nabi Muhammad SAW. Gerakan tarian pada prinsipnya ialah gerakan olah tubuh, keterampilan, keseragaman atau kesetaraan dengan memfungsikan anggota tubuh bagian atas, tangan sama-sama ke depan, ke samping kiri atau kanan, dari depan ke belakang, keatas dan kebawah, dengan tempo yang lambat hingga cepat. Tarian ini membutuhkanenergi yang tinggi. 5. Tari Rateb Meuseukat ini adalah Tarian Saman yang ditarikan oleh para

wanita. Tarian duduk ini berkembang di kampung Meudang Ara Rumoh Baro, Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya. Tarian ini yang dikenal sebagai Tari Saman, tetapi yang ditarikan oleh para wanita. Sedangkan Tarian Saman sesungguhnya ditarikan oleh para pria dan tarian ini berasal dari kabupaten Gayo Lues.

6. Tari Ranup Lampuan adalah salah satu tarian tradisional Aceh yang ditarikan oleh para wanita. Tarian ini biasanya ditarikan untuk penghormatan dan penyambutan tamu secara resmi.Ranup dalam bahasa Aceh yaitu Sirih, sedangkan Puan yaitu Tempat sirih khas Aceh. Ranup Lampuan bisa diartikan "Sirih dalam Puan". Sirih ini nantinya akan diberikan kepada para tamu sebagai tanda penghormatan atas kedatangannya.

Sedangkan alat-alat musik yang sering dipakai pada umumnya adalah Serune kalee, Rapai, Geundrang, Tambo, Taktok trieng, Canang.


(26)

Serune kalee berupa kayu, kuningan dan tembaga. Bentuk menyerupai seruling bambu dimainkan dengan cara ditiup.

Rapai berupa kayu dan kulit binatang, dimainkan dengan cara dipukul.

Geundrang berupa jenis alat musik pukul dan memainkannya dengan memukul dengan tangan atau memakai kayu pemukul.

Tambo sejenis tambur yang termasuk alat pukul. Tambo ini dibuat dari bahan Bak Iboh (batang iboh), kulit sapi dan rotan sebagai alat peregang kulit. Tambo ini dimasa lalu berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menentukan waktu shalat/sembahyang dan untuk mengumpulkan masyarakat ke Meunasah guna membicarakan masalah-masalah kampung.

Taktok trieng juga sejenis alat pukul yang terbuat dari bambu.

Canang alat musik yang dipukul, terbuat dari kuningan menyerupai gong. semua jenis tarian dan alat musik tadi umumnya dipergunakan pada waktu pesta dan acara-acara resmi lainnya.

Masalah pajak daerah merupakan masalah yang sangat penting karena menyangkut perkembangan suatu daerah. Tapi menurut sebagian besar masyarakat Sejarah Singkat Pelaksanaan Undang-Undang Pajak Daerah di Kabupaten Aceh Barat

Pajak daerah adalah iuran Wajib Pajak yang dilakukan oleh Orang Pribadi atau Badan kepada Daerah tanpa mendapat imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai pemerintah daerah dan pembangunan daerah.


(27)

menganggap bahwa pemungutan pajak daerah hanyalah cara pemerintah untuk memperkaya diri sendiri. Kebanyakan masyarakat Aceh Barat tidak mau membayar pajak hanya sebagian kecil saja yang mau membayar pajak. Padahal masalah pajak adalah tanggung jawab semua masyarakat Aceh Barat.

Mengingat hal tersebut di atas maka pemerintah menetapkan Undang-Undang No. 7 Drt 1956 tentang pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara jo. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kemudian Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pada tahun yang sama keluar Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246 Tambahan Lembaran Negara Nomor 1018). Kemudian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47 tambahan Lembaran Negara Nomor 4286). Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


(28)

antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Selain Undang-Undang keluar juga Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pengawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktual. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 4 Tahun 2004 tentang Perubahan pertama atas Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Barat Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pembentukan Organisasi Sekretariat Daerah Aceh Barat dan Sekretariat DPRD Kabupaten Aceh Barat. Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan pertama atas Peraturan Kabupaten Aceh Barat Nomor 2 Tahun 2003 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Aceh Barat. Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 3 Tahun 2007 tentang Perubahan kedua Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Barat Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Aceh


(29)

Barat sebagaimana telah diubah dengan qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 6 Tahun 2004.

Untuk mendukung perkembangan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah, perlu lebih mendayagunakan pelayanan umum, administrasi pemerintahan dalam rangka melaksanakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Keputusan Menteri Dalam Negeri di atas semata-mata hanya menyadarkan masyarakat bawasanya pemungutan pajak daerah itu bukan memperkaya pemerintah tapi untuk kas daerah.

B. Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah (DPKKD) Kabupaten Aceh Barat

Suatu struktur organisasi akan mengambarkan secara jelas mengenai pembagian dan pembatasan antara tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap orang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan setiap bagian dan tujuan organisasi tersebut dengan cara yang paling efektif dan efisien. Struktur organisasi dapat dilihat sebagai mekanisme formal dengan bagaimana organisasi dikelola, Struktur itu mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja. Berikut ini penulis akan menguraikan struktur organisasi dan kemudian menyajikannya dalam bagan.

1. Susunan Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD) Aceh Barat terdiri dari:


(30)

b. Sekretariat

c. Bidang Pendapatan d. Bidang Anggaran e. Bidang Kekayaan f. Bidang Akuntansi

g. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) h. Kelompok Jabatan Fungsional

2. Bagian Sekretariat membawahi: a. Sub Bagian Umum

b. Sub Bagian Perencanan dan Evaluasi c. Sub Bagian Keuangan

3. Bidang Pendapatan membawahi: a. Seksi Pendapatan Asli Daerah

b. Seksi Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-lain 4. Bidang Anggaran, membawahi:

a. Seksi Belanja

b. Seksi Permodalan dan Pembiayaan 5. Bidang Kekayaan, membawahi:

a. Seksi Pengadaan dan Penataan

b. Seksi Pengendalian dan Pemeliharaan 6. Bidang Akuntansi, membawahi:


(31)

b. Seksi Pelaporan

7. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas

8. Kepala Dinas dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh 1 (satu) Sekretariat dan 4 (empat) Bidang

9. Sekretariat dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh subbagian

10. Masing-masing bidang dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh seksi.

11. Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, Bidang dipimpin oleh Kepala Bidang, Subbagian dipimpin oleh Kepala Subbagian, Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi dan UPTD dipimpin oleh Kepala UPTD, Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh Ketua Kelompok yang dipilih dari personil fungsional senior.


(32)

(33)

Gambar 2.1

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENGELOLA KEUANGAN DAN KEKAYAAN DAERAH KABUPATEN ACEH BARAT

KEPALA DINAS SEKRETARIAT JABATAN FUNGSIONAL KUASA BUD SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN PERENANAAN DAN EVALUASI SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG AKUNTASI BIDANG KEKAYAAN BIDANG ANGGARAN BIDANG PENDAPATAN SEKSI P A D

SEKSI BELANJA SEKSI DANA PERIMBANGAN DAN PENDAPATAN LAIN-LAIN SEKSI PERMODALAN DAN PEMBIAYAAN SEKSI PENGADAAN DAN PENATAAN SEKSI PENGENDALIAN DAN PEMELIHARAAN UPTD SEKSI PEMBUKUAN SEKSI PELAPORAN


(34)

C. Uraian Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD) Kabupaten Aceh Barat

Kedudukan

Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah berkedudukan sebagai unsur pelaksana tugas tertentu Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala yang berada dibawah dan bertangung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Tugas pokok

Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah mempunyai tugas membantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan Daerah dibidang Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah.

Fungsi

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud di atas Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD) Kabupaten Aceh Barat mempunyai fungsi:

a. Menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD. b. Mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD.

c. Melakukan pengendalian pelaksanan APBD.

d. Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran Kas Daerah

e. Melaksanakan pemungutan Pajak Daerah. f. Menetapkan Surat Penyediaan Dana (SPD).


(35)

g. Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama Pemerintah Daerah.

h. Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah. i. Menyajikan informasi keuangan dan kekayaan daerah.

j. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik daerah.

D. URAIAN TUGAS KEPALA DINAS, BAGIAN, BIDANG, SUB BAGIAN, DAN SEKSI

Uraian tugas Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah adalah sebagai berikut:

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah.

b. Menyusun rancangan APBD, rancangan perubahan APBD dan perhitungan APBD.

c. Melaksanakan pemunggutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan qanun.

d. Melaksanakan fungsi Badan Urusan Daerah (BUD).

e. Menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan APBD.

f. Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Bupati.

Uraian tugas Bagian, Sub Bagian dan Seksi pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah adalah sebagai berikut:


(36)

1. Uraian tugas Sekretariat adalah sebagai berikut: a. Penyelenggarakan urusan umum.

b. Penyelenggarakan urusan perencanaan dan evaluasi. c. Penyelenggarakan urusan tata usaha keuangan. 2. Uraian tugas Sub Bagian Umum adalah sebagai berikut:

a. Menyusun perencanaan teknis penyelenggaraan, pembinaan dan pengelolaan urusan umum dan kepengawaian.

b. Melaksanakan urusan surat-menyurat, kearsipan, kepustakaan, dokumentasi dan kehumasan.

c. Melaksanakan urusan administrasi badan, pelayanan umum, perlengkapan, rumah tangga dan perjalanan dinas.

d. Melaksanakan penyusunan program kerja, rencana kegiatan, penyajian data, evaluasi dan pelaporan dinas.

e. Menyiapkan bahan rencana kebutuhan pegawai, pengembangan pegawai, kepangkatan, hak dan kewajiban pegawai, pembinaan dan kesejahteraan pegawai tata usaha kepegawaian pada Dinas Pengelolan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Barat.

f. Menyiapkan dan melaksanakan tugas protokoler dinas.

g. Menginvetarisir, pengadaan, mengelola dan memelihara serta pengamanan sarana perlengkapan.


(37)

a. Melaksanakan koordinasi penyusunan program kerja, rencana kegiatan, penyajian data, evaluasi dan pelaporan dinas.

b. Mengatur kegiatan perencanaan sesuai program kerja dalam rangka pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

c. Melakukan inventarisasi permasalahan pelaksanaan penyusunan perencanaan menurut jenis dan klasifikasinya untuk mencari solusi pemecahannya.

d. Mengkoordinasikan dan mengevaluasikan pengumpulan data sebagai bahan pelaporan sesuai kebutuhan unit kerja untuk kelancaran tugas.

e. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja lainnya sesuai dengan kebutuhan untuk mengetahui hasil pelaksanaan kegiatan dan hambatan yang terjadi.

f. Mengadakan hubungan kerjasama dengan instansi lain di lingkungan pemerintah daerah dalam rangka perencanaan dan evaluasi.

g. Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai bahan untuk penyusunan program selanjutnya.

4. Uraian tugas Subagian Keuangan adalah sebagai berikut: a. Menyusun rencana anggaran dan belanja dinas.

b. Mengiventarisasi permasalahan yang berhubungan dengan subbag keuangan dan menyiapkan bahan dalam rangka pemecahan masalah.

c. Mengkoordinir pelaksanaan administrasi keuangan, penyusunan administrasi anggaran, pembukuan, perbendaharaan, verifikasi dan


(38)

mobilitas dana, pertanggungjawaban laporan keuangan sesuai ketentuan yang berlaku dalam rangka melengkapkan administrasi keuangan.

d. Melaksanakan dan mengendalikan pengelolaan administrasi keuangan seperti penyusunan anggaran, pelaksanaan urusan perbendaharaan, pembukuan dan verifikasi serta pertanggungjawaban laporan keuangan sesuai ketentuan yang berlaku dalam rangka pembinaan administrasi keuangan daerah.

5. Uraian tugas Bidang Pendapatan adalah sebagai berikut:

a. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan bidang pendapatan.

b. Menyusun rencana opersional kerja bidang pendapatan berdasarkan program dan sasaran yang telah ditetapkan sebagai pedoman pelaksanaan tugas.

c. Mengumpulkan dan mengolah data serta informasi yang berhubungan dengan bidang pendapatan.

d. Menginvertarisir permasalahan yang berhubungan dengan pendapatan serta menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah.

e. Membuat dan menyiapkan rencana penerimaan dan target yang bersumber dari pendapatan asli daerah serta penerimaan yang bersumber dari dana perimbangan dan pendapatan lainnya dari masing-masing unit pengelola.


(39)

f. Menyusun rencana penerimaan dan target atas potensi pendapatan asli daerah serta penerimaan yang bersumber dari dana perimbangan dan pendapatan lainnya.

g. Menyiapkan surat permintaan data realisasi serta tunggakan penerimaan daerah/retribusi daerah serta penerimaan lainnya.

h. Menyusun laporan mengenai realisasi dan tunggakan penerimaan daerah/retribusi daerah serta penerimaan lainnya.

i. Menyelenggarakan inverntarisasi dan identifikasi serta analisis kebutuhan sarana dan prasarana bidang pendapatan.

j. Menyelenggarakan informasi pendapatan daerah secara terpadu dan terintegrasi pada semua unit pelaksanaan.

k. Pelaksanan evaluasi kegiatan serta laporan realisasi dan tunggakan penerimaan pendapatan daerah dan penerimaan lainnya.

l. Menyiapkan laporan pelaksaan tugas sebagai bahan pertanggung jawaban. m. Membagi tugas dan memberi petunjuk kepada bawahan sesuai dengan

bidang tugas masing-masing.

n. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan. 6. Uraian tugas Seksi Pendapatan Asli Daerah adalah sebagai berikut:

a. Menyusun rencana operasional kerja sub bidang pendapatan asli daerah berdasarkan program dan sasaran yang telah ditetapkan seagai pedoman pelaksanaan tugas.


(40)

b. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan sub bidang pendapatan asli daerah.

c. Mengumpulkan dan mengolah data serta informasi yang berhubungan dengan pendapatan asli daerah.

d. Menginventarisir permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan pendapatan asli daerah serta menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah.

e. Membuat dan menyimpaikan rencana penerimaan dan target yang bersumber dari pendapatan asli daerah.

f. Melaksanakan pendataan, pendaftaran dan menetapkan besarnya pendapatan asli daerah.

g. Memberikan nomor pokok wajib pajak/ wajib retribusi daerah.

h. Menyusun rencana penerimaan dan target atas potensi pajak daerah/retribusi daerah.

i. Menyiapkan surat permintaan data realisasi serta tunggakan penerimaan pajak daerah/retribusi daerah serta pendapatan asli daerah lainnya.

j. Melakukan perhitungan pengenaan denda atas keterlambatan pembayaran pajak daerah dan retribusi daerah dan membuat daftar tunggakan pendapatan asli daerah.

k. Menyusun laporan mengenai realisasi dan tunggakan penerimaan pendapatan asli daerah dan penerimaan lainnya.


(41)

l. Merencanakan, menyusun monografi fiscal daerah.

m. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan.

7. Uraian tugas Seksi Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-Lain adalah sebagai berikut:

a. Menyusun rencana kegiatan dan program kerja seksi dana perimbangan dan pendapatan lain-lain berdasarkan ketentuan yang berlaku.

b. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan seksi penerimaan lain-lain.

c. Mengumpulkan dan mengolah data serta informasi yang berhubungan dengan sub bidang dana perimbangan dan pendapatan lain-lain.

d. Menginventarisir permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan sub bidang dana perimbangan dan pendapatan lain-lain.

e. Mengumpulkan data potensi objek penerimaan bagi hasil pajak dan non pajak serta penerimaan lain-lain.

f. Membantu melakukan pendataan objek dan subjek pajak bumi dan bangunan (PBB) bersama instansi terkait.

g. Membantu melakukan penyampaian SPPT, SKP, STP dan sarana administrasi pajak bumi dan bangunan yang diterbitkan oleh instansi terkait kepada wajib pajak dan bantu menyampaikan DHKP kepada petugas pemungut PBB.


(42)

h. Menyusun rencana pelaksanaan intensifikasi dan penagihan PBB sesuai sektor yang dilimpahkan kepada Kabupaten.

i. Melakukan koordinasi atas penerimaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak dengan instansi terkait.

j. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan. 8. Uraian tugas Bidang Anggaran adalah sebagai berikut:

a. Penyiapan bahan penyusunan APBD, perubahan APBD dan perhitungan APBD.

b. Penyiapan bahan pembinaan dan petunjuk teknis penyusunan APBD serta pengesahannya.

c. Penyiapan bahan pelaksanaan APBD. d. Penyiapan penyertaan modal.

e. Pelaksanaan pengujian kebenaran dan penerbitan surat perintah pencarian dana (SP2D).

f. Penyiapan bahan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan administrasi keuangan serta penetapan bendahara.

9. Uraian tugas Seksi Belanja adalah sebagai berikut:

a. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan dan kebijakan teknis pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan perbendaharaan.

b. Menerbitkan SP2D (Surat pencairan dana).


(43)

d. Membina ketata usahaan keuangan.

e. Menyelesaikan perbendaraan dan ganti rugi.

f. Menghimpun dan mengolah data serta informasi yang berhubungan dengan perbendaharaan.

g. Menyiapkan bahan penyusunan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis di bidang pembendaharaan.

h. Menginventarisir permasalahan yang berhubungan dengan bidang perbendaharaan.

i. Memeriksa keabsahan dari daftar-daftar gaji/bahan yang diajukan oleh pembuat daftar gaji.

j. Menyelesaikan permintaan pembayaran suppletair dan tunjangan-tunjangan lainnya.

k. Mengeluarkan surat keterangan pemberhentian pembayaran (SKPP).

l. Merencanakan dan mengeluarkan surat petunjuk berkenaan dengan pembayaran gaji.

m. Mencatat pembayaran-pembayaran maupun pelunasan/anggaran hutang-hutang pensiun pada masing-masing unit kerja.

n. Menyiapkan daftar pensiun dan menerbitkan surat perintah membayar uang.

o. Mencatat dan membuat daftar pembayaran atas pembelian barang pemerintah daerah dan pengeluaran rutin lainnya diluar belanja pegawai.


(44)

p. Menerbitkan SP2D untuk belanja aparatur/publik dan modal baik yang bersifat beban tetap maupun pengisian kas untuk keperluan SKPP.

q. Menyiapkan bahan dalam rangka penyelesaian masalah pembendaharaan dan tuntutan ganti rugi.

r. Menyiapkan surat keputusan tentang penetapan bendahara.

s. Melakukan koordinasi dengan unit kerja terkait sesuai bidang tugasnya. 10. Uraian tugas Seksi Permodalan dan Pembiayaan adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan bahan penyusunan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis di bidang penyusunan APBD.

b. Menghimpun, menyiapkan bahan penyusunan, perubahan dan perhitunagan APBD.

c. Menyiapkan rencana penyertaan modal daerah.

d. Mengolah data serta informasi yang berkaitan dengan bidang anggaran. e. Memberikan petunjuk teknis perencanaan anggaran bagi satuan kerja

perangkat daerah.

f. Melakukan koordinasi dengan unit kerja terkait sesuai dengan tugasnya dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas.

g. Menerima dan mengolah rencana anggaran (RKA) SKPD dilingkungan pemerntah daerah.

h. Menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan naskah surat keputusan otorisasi (SKO) anggaran.


(45)

j. Menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan nota keuangan tentang anggaran pembiayaan dan belanja.

k. Menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan rencana perubahan anggaran, pembiayaan dan belanja.

l. Memantau perkembangan pelaksanaan anggaran pembiayaan dan belanja. m. Menyiapkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan laporan tentang hasil

rencana kerja perangkat daerah dan dokumen pelaksanaan anggaran.

n. Menyiapkan bahan pengendalian terhadap penyediaan kredit anggaran pembiayaan dan belanja.

o. Menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan laporan berkala tentang realisasi anggaran belanja daerah berdasarkan surat keputusan otorisasi (SKO).

11. Uraian tugas Bidang Kekayaan adalah sebagai berikut:

a. Penyusunan rencana operasional kegiatan dan program kerja bidang kekayaan berdasarkan program dan sasaran yang telah ditetapkan sebagai pedoman kerja.

b. Penyiapkan penyusunan dan penganalisaan data kebutuhan perlengkapan dan pengadaan barang serta rencana tahunan barang daerah (RTBD). c. Penyusunan standarisasi sarana dan prasarana pemerintah daerah serta

standarisasi harga barang dan jasa.

d. Penyusunan dan penyampaian laporan barang pengguna semesteran (LBPS) dan laporan barang pengguna tahunan (LBPT) yang berada dalam


(46)

penguasaannya kepada pemegang kekuasaan pengelola barang milik daerah.

e. Penyusunan mekanisme penggunaan dan pemanfaatan barang milik daerah sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.

f. Pelaksanaan penyimpanan dan penyaluran barang milik daerah atau barang lainnya dari perolehan yang sah.

g. Penyiapan administrasi pelaksanaan penghapusan atau pemindah tanganan barang milik daerah yang telah disetujui oleh Bupati dan atau DPRD sesuai dengan mekanisme dan ketentuan yang berlaku.

h. Pelaksanaan pembinaan dan penyiapan petunjuk teknis pengawasan, pengendalian dan evaluasi.

i. Pelaksanaan inventarisasi dan penilaian barang daerah serta barang lainnya dari perolehan yang sah.

j. Pelaksanaan pengamanan dan pemeliharaan barang milik daerah dan barang lainnya dari perolehan yang sah.

k. Pelaksanaan koordinasi dengan unit pengguna barang. l. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan. 12. Uraian tugas Pengadaan dan Penataan adalah sebagai berikut:

a. Menghimpun dan mengolah data serta informasi yang berhubungan dengan sub bidang pengadaan dan penataan.

b. Menyiapkan bahan penyusunan, pedoman dan petunjuk teknis sub bidang pengadaan dan penataan.


(47)

c. Menginventarisir permasalahan yang berhubungan dengan bidang tugasnya.

d. Menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan rencana kebutuhan perbekalan dan material bagi instansi dilingkungan pemerintah daerah. e. Membuat perhitungan harga, mengajukan dan menyampaikan data

kebutuhan barang berdasarkan surat perintah persiapan perbekalan. f. Menyusun buku standarisasi harga barang dan jasa.

g. Menyusun daftar rekanan mampu yang telah lulus prakualifikasi dibidang pengadaan.

h. Memeriksaan meneliti, penawaran harga dan mutu perlengkapan dari rekanan pemerintah daerah.

i. Mengikuti pelaksanaan pelelangan pengadaan barang milik daerah yang dilaksanakan oleh panitia pelelangan.

j. Penata usahaan dan menyiapkan bahan dalam rangka pengadaan barang sesuai dengan ketentuan.

k. Menginventarisir dan penilaian seluruh barang daerah dan barang lainnya dari perolehan yang sah sesuai peraturan.

l. Melaksanakan sensus barang daerah.

m. Menyusun laporan hasil inventarisir dan penilaian terhadap barang milik daerah dan barang lainnya dari perolehan yang sah.

n. Melakukan pembinaan dan koordinasi dengan unit kerja terkait sesuai dengan bidang tugasnya.


(48)

o. Menyiapkan keputusan tentang pemegang barang atau sebutan lainnya. p. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan atasan.

13. Uraian tugas Pengendalian dan Pemeliharaan adalah sebagai berikut:

a. Menghimpun dan mengolah data serta informasi yang berhubungan dengan pengendalian dan pemeliharaan barang milik daerah.

b. Menyiapkan bahan penyusunan, pedoman dan petunjuk teknis sub bidang pengendalian dan pemeliharaan.

c. Menginventarisir permasalahan yang berhubungan dengan bidang tugasnya.

d. Menyusun laporan barang pengguna semesteran (LBPS) dan laporan barang pengguna tahunan (LBPT).

e. Melakukan pengaturan, pengawasan dan melaporkan proses penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian barang milik daerah.

f. Melakukan penelitian dan pengenalian kebutuhan material serta penilaian perimbangannya dengan material yang ada serta penghapusan yang diajukan.

g. Mengumpulkan, menyusun dan mengolah data rencana penghapusan dan pemindah tanganan barang milik daerah.

h. Menyiapkan administrasi pelaksanaan penghapusan dan pemindah tangan barang milik daerah yang telah disetujui oleh Bupati dan atau DPRD. i. Melakukan pengamanan administrasi, fisik dan hukum atas seluruh barang


(49)

j. Melakukan perbaikan dan/atau pemeliharaan barang bergerak milik daerah dan barang lainnya dari perolehan yang sah.

k. Melakukan perbaikan dan atau pemeliharaan barang bergerak dan aktiva tetap milik daerah.

l. Melakukan pembinaan dan koordinasi dengan unit kerja terkait sesuai dengan bidang tugasnya.

m. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan. 14. Uraian tugas Bidang Akuntansi adalah sebagai berikut:

a. Menghimpun dan mengolah data serta informasi berhubungan bidang verifikasi.

b. Pelaksanaan pengujian kebenaran atas permintaan pembayaran.

c. Pelaksanaan pengujian kebenaran pertanggung jawaban keuangan daerah. d. Pengesahan terhadap pertanggung jawaban keuangan daerah.

e. Pelaksanaan penata usahaan dan pembukuan keuangan daerah. f. Penyusunan laporan keuangan daerah.

15. Uraian tugas Seksi Pembukuan adalah sebagai berikut:

a. Menyusun pedoman dan petunjuk teknis dibidang pembukuan dan verifikasi keuangan daerah.

b. Melakukan pengujian dengan seksama terhadap surat perintah pembayaran (SPP) pada pengisian kas (PK).

c. Memeriksa dan meneliti pertanggung jawaban keuangan daerah. d. Pengesahan pertanggung jawaban keuangan daerah.


(50)

e. Menghimpun dan mengolah data serta informasi yang berhubungan dengan bidang vertifikasi.

f. Melakukan koordinasi dengan unit kerja terkait sesuai dengan bidang tugasnya.

16. Uraian tugas Seksi Pelaporan adalah sebagai berikut:

a. Menyusun pedoman dan petunjuk teknis sub bidang pelaporan.

b. Menghimpun dan mengolah data serta informasi yang berhubungan dengan bidang pelaporan.

c. Melaksanakan penata usahaan pelaporan berdasarkan transaksi dan bukti-bukti yang sah.

d. Melakukan pencatatan hutang dan piutang pemerintah daerah.

e. Memeriksa dan menghimpun laporan realisasi anggaran setiap satuan kerja.

f. Membuat laporan realisasi keuangan setiap semester (penyusunan laporan semester).

g. Menyiapkan laporan keuangan tahunan berkaitan dengan pertanggung jawaban Bupati terhadap pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah.

h. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja terkait sesuai dengan bidang tugasnya.


(51)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK HOTEL

A. Pengertian Pajak Hotel

A.1 Defenisi Pajak dan Pajak Daerah

Sebelum membahas mengenai gambaran pajak hotel ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu tentang defenisi pajak. Batasan atau defenisi pajak bermacam-macam, untuk lebih jelasnya penulis menguraikan beberapa pendapat para ahli di bidang perpajakan yang beraneka ragam mengenai pajak yang pada hakekatnya mempunyai tujuan yang sama, antara lain:

1. Prof. Dr. PJA. Adiriani

Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan, dengan tidak mendapat prestasi secara langsung, yang dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. 2. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi) yang dapat ditunjukkan dan dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa mendapat imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan


(52)

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggarakan pemerintah daerah dan pembagunan daerah.

A.2 Fungsi Pajak

Pemerintah daerah dalam melakukan pungutan pajak harus tetap menetapkan sesuai dengan fungsinya. Fungsi pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: a. Fungsi Budgeter

Pajak sebagai alat untuk mengisi kas negara yang digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan.

b. Fungsi Reguler

Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dalam bidang sosial dan ekonomi.

A.3 Definisi Pajak Hotel dan Hotel

Adapun defenisi pajak hotel yang selanjutnya disebut pajak adalah pajak atas pelayanan hotel. Ada beberapa pengertian tentang hotel, antara lain:

a. Menurut SK Menhub no. PM 10-310/Phb 77

Hotel adalah suatu usaha bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial dengan menyediakan layanan penginapan serta makanan dan minuman.

b. Menurut Hotel Proprieotrs Act, 1956

Hotel dapat diberi pengertian sebagai suatu yang dikelola dengan menyediakan jasa pelayanan, yang mampu membayar pantas sesuai dengan fasilitas yang ditawarkan dengan tidak membuat perjanjian khusus.


(53)

c. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Barat No. 5 Tahun 2009

Hotel adalah bangunan khusus yang disediakan bagi orang untuk dapat menginap dan atau istirahat, memperoleh pelayanan dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.

B. Ketentuan Peraturan dan Perundang-Undangan Tentang Pajak Daerah Kabupaten Aceh Barat.

Pelaksanaan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 sebagai Undang-Undang No. 22 tahun 1999 telah menyebabkan perubahan yang mendasar mengenai pengaturan hubungan pusat dan daerah, khususnya dalam bidang administrasi pemerintah maupun dalam hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang dikenal dengan era otonomi daerah.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat malaksanakan otonomi daerah, pemerintah melakukan berbagai kebijakan perpajakan daerah diantaranya dengan menetapkan Undang-Undang No. 34 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pemberian kewenangan dalam pengenaan pajak dan retribusi daerah, diharapkan dapat lebih mendorong pemerintah daerah terus berupaya untuk mengumpulkan PAD, khususnya yang berasal dari pajak dan retribusi daerah. Undang-Undang tersebut didukung dengan dikeluarkannya PP No. 65 tahun 2001 tentang pajak daerah.


(54)

Dalam melaksanakan PP No. 65 tahun 2001, pemeritah Kabupaten Aceh Barat diberi wewenang untuk membuat satu peraturan daerah dalam rangka menggali sumber pemasukan daerah. Salah satu dengan mengeluarkan perda no. 5 tahun 2009 tentang pajak hotel.

1. Daerah adalah Kabupaten Daerah Aceh Barat. Ketentuan umum

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Daerah Aceh Barat. 3. Kepala Daerah adalah Bupati Kepala Daerah Aceh Barat.

4. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Daerah Aceh Barat.

5. Pajak Hotel yang selanjutnya disebut pajak adalah pungutan daerah atas pelayanan hotel.

6. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran. 7. Pengusaha hotel adalah perorangan atau badan yang menyelenggarakan usaha

hotel untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya.

8. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan penghitungan dan


(55)

pembayaran pajak yang terutang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

9. surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas daerah atau ketempat lain yang ditetapkan oleh kepala daerah.

10. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang.

11. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar. 12. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya

disingkat SKPDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

13. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

14. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah surat keputusan yang menentukan jumlah pajak yang terutang sama


(56)

besarnya dengan jumlah kredit pajak, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

15. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

C. Objek dan Subjek Pajak Hotel C.1. Objek Pajak Hotel

Objek pajak hotel adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di hotel meliputi:

a. fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek antara lain: gubuk pariwisata, pesanggrahan (hostel), losmen dan rumah penginapan termasuk rumah kost dengan jumlah kamar 15 atau lebih yang menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan.

b. Pelayanan penunjang antara lain: telepon, faksimil, teleks, foto kopi, pelayanan cuci, setrika, taksi dan pengangkutan lainnya, yang sediakan atau dikelola hotel.

c. Fasilitas olah raga dan hiburan, antara lain: pusat kebugaran (fitness center), kolam renang, tennis, golf, karouke, pub, diskotik, rumah billyard yang disediakan atau dikelola hotel.

d. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.

e. Penjualan makanan dan atau minuman ditempat yang disertai dengan fasilitas penyantapannya.


(57)

Dikecualikan dari objek pajak hotel adalah:

a. penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan fasilitas tempat tinggal yang tidak menyatu dengan hotel.

b. Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan di hotel yang dipergunakan oleh bukan tamu hotel dengan pembayaran.

c. Pertokoan, perkantoran, perbankan, salon yang dipakai oleh umum di hotel. C.2. Subjek Pajak Hotel

Subjek orang pribadi atau badan hukum yang melakukan pembayaran atas pelayanan hotel.

D. Cara Perhitungan Pajak Hotel

Besarnya pajak terutang yang harus di bayar oleh wajib pajak pengguna jasa hotel adalah dengan cara mengalikan tarif pajak sebesar 10% dengan dasar pengenaan pajak. Adapun yang dimaksud dengan dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel.

Contohnya: Mr. jack menginap di hotel meuligou yang terletak di Daerah Kabupaten Aceh Barat selama 6 hari. Sewa kamar satu malam sebesar Rp 250.000,00. hitunglah jumlah uang yang harus dibayar oleh Mr. Jack kepada pengusaha hotel atas pelayanan hotel tersebut.

Penyelesaian:


(58)

Sewa kamar selama 6 hari = Rp 250.000,00 * 6 = Rp 1.500.000,00 Pajak hotel = Rp 10% * Rp 1.500.000,00 =

E. Tata Cara Pembayaran

Rp 150.000,00 + Rp 1.650.000,00 Maka jumlah yang harus dibayar oleh Mr. Jack adalah sebesar Rp 1.650.000,00

1. Pembayaran pajak dilakukan di kas daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh kepala daerah sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD.

2. Apabila pembayaran pajak yang dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak harus disetor ke kas daerah selambat-lambatnya 1 * 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh kepala daerah.

3. Pembayaran pajak tersebut dilakukan dengan menggunakan surat setoran pajak daerah (SSPD).

4. Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas.

5. Kepala daerah dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu setelah diteliti memenuhi persyaratan yang ditentukan.

6. Angsuran pembayaran pajak harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga 2% sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.

7. Kepala daerah dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan dengan


(59)

dikenakan bunga 2% sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.

8. Setiap pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan.


(60)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI DATA

A. Potensi Pajak

Dalam era otonomi daerah sekarang ini, daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Kewenangan yang telah diberikan itu, diharapkan pemerintah daerah mampu memenuhi kebutuhan pembiayaan dan pembangunan di daerah, mampu untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, dan mampu menciptakan persaingan yang sehat antar daerah. Dalam rangka meningkatkan sumber pemasukan daerah, pemerintah selalu berupaya untuk menggali secara maksimal sumber-sumber keuangan yang dapat meningkatkan PAD, namun untuk melakukan itu semua haruslah sesuai dengan peraturan perUndang-Undang yang berlaku termasuk pajak daerah yang telah lama menjadi unsur PAD.

Berdasarkan PP No. 65 Tahun 2001, pajak daerah dapat dibedakan atas pajak propinsi dan pajak kabupaten/kota. Jenis pajak kabupaten/kota terdiri atas tujuh yaitu: pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan C, pajak sarang burung walet. Jenis pajak kabupaten/kota tidak bersifat limitatif, artinya kabupaten/kota diberikan peluang untuk menggali potensi sumber-sumber keuangan selain yang ditetapkan secara eksplisit dalam Undang-Undang No. 34 tahun 2000, dengan menetapkan sendiri jenis


(61)

pajak yang bersifat spesifik dengan memperhatikan kriteria yang ditetapkan dalam Undang-Undang tersebut.

Untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Aceh Barat diperlukan usaha untuk meningkatkan penerimaan yang berasal dari pajak daerah terutama pajak hotel yang berpotensi mencerminkan kegiatan ekonomi daerah karena pajak hotel merupakan sumber devisa bagi Kabupaten Aceh Barat yang banyak dimanfaatkan oleh wisatawan yang melakukan kunjungan wisata ke Kabupaten Aceh Barat. Perkembangan kepariwisataan akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri perhotelan karena perhotelan merupakan sarana penting bagi kepariwisataan sehingga di daerah wisata terdapat banyak hotel.

Dengan adanya hotel akan menambah pemasukan bagi daerah, demikian juga dengan halnya Kabupaten Aceh Barat yang mempunyai potensi pajak dari hotel. Adapun hotel yang terdapat di Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(62)

Tabel 4.1

Daftar Hotel/Losmen di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010

NO NAMA HOTEL/LOSMEN GOLONGAN KELAS

1 PT. MEULIGOU HOTEL BINTANG SATU

2 TIARA HOTEL MELATI TIGA

3 FAMILIAR HOTEL MELATI DUA

4 LOSMEN MUSTIKA SARI MELATI DUA

5 LOSMEN PELITA MELATI DUA

6 LOSMEN ABADI MELATI DUA

7 WISMA BUNDA MELATI DUA

8 WISMA ANGGREK MELATI DUA

9 WISMA SYARIAH MELATI DUA

10 WISMA PADANG ROFY MELATI DUA

Sumber Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Barat, 2010 B. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel

Dalam kamus bahasa indonesia, pengertian target adalah sasaran atau batas ketentuan yang telah ditetapkan untuk dicapai. Oleh karena itu, dalam melakukan suatu kegiatan atau usaha perlu dibuat suatu target yang dijadikan sebagai acuan untuk mencapainya. Namun adakalanya target tersebut tidak dapat dicapai dan bahkan ada juga yang melebihi target.

Sama halnya di dalam penetapan pajak hotel, pemerintah daerah pun menetapkan target yang hendak dicapai dan bahkan ada juga yang melebihi target. Agar lebih jelas, penulis akan menggambarkan penerimaan pajak hotel Kabupaten Aceh Barat yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(63)

Tabel 4.2

Daftar Pajak Hotel Daerah Kabupaten Aceh Barat

NO TAHUN

ANGGARAN

TARGET ( RP )

REALISASI ( RP )

PERSENTASE ( % ) 1 2007 32.081.850,00 41.667.000,00 386,22 2 2008 232.639.200,00 18.192.500,00 138,88 3 2009 312.020.735,00 14.536.000,00 75,21 Sumber Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Barat, 2010

Berdasarkan tabel di atas, realisasi penerimaan dalam tahun 2007 adalah sebesar Rp 41.667.000,00 dan yang ditargetkan adalah Rp 32.081.850,00 sehingga persentasenya adalah 386,22%. Pada tahun 2008 realisasi penerimaan adalah Rp 18.192.500,00 dan yang ditargetkan adalah Rp 232.639.200,00 sehingga yang dipersentasekan adalah 138,88%. Pada tahun 2009 realisasi penerimaan adalah sebesar Rp 14.536.000,00 dan yang ditargetkan adalah Rp 312.020.735,00 sehingga persentasenya mencapai 75,21%.

Jika dibandingkan antara target dan realisasi penerimaan dari pajak hotel maka dapat diketahui dengan jelas bahwa pada tahun 2007 dapat mencapai realisasi penerimaan sebesar Rp 41.667.000,00 atau 386,22, akan tetapi pada tahun 2008 dan 2009 tidak mencapai target yang ditetapkan. Walaupun tidak mencapai target, pemerintah Kabupaten Aceh Barat akan terus meningkatkan target penerimaan pajak hotel setiap tahunnya.


(64)

C. Faktor-Faktor Yang Mengakibatkan Tidak Tercapainya Target Penerimaan Pajak Hotel

Tercapai tidaknya suatu target sangat tergantung pada unsur-unsur yang terlibat dalam pencapaian target tersebut. Unsur-unsur tersebut antara lain: pihak yang memungut dan mengelola pajak hotel (dalam hal ini dinas pendapatan); pengujung atau tamu yang menginap (dalam hal ini subjek pajak hotel); pihak yang berkewajiban membayarkan atau menyetorkan pajak terutang (dalam hal ini wajib pajak / pengusaha hotel) dan secara tidak langsung masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.

Tidak tercapainya penerimaan pajak hotel teutama disebabkan karena stabilitas keamanan pasca konflik yang tidak terjamin yang diikuti dengan berbagai kerusuhan, demontrasi, gejolak sosial yang terjadi akhir-akhir ini yang membawa dampak negatif terhadap citra pariwisata dalam negeri dan terutama di luar negeri. Hal tersebut mengakibatkan jumlah turis mancanegara yang datang berkunjung mengalami penurunan yang cukup drastis, padahal yang sangat diharapkan untuk mengisi penerimaan pajak hotel adalah turis yang berasal dari Luar Negeri. Karena apabila turis tersebut berkunjung ke daerah objek wisata dan menginap di hotel akan meningkatkan pajak hotel.

Selain faktor keamanan yang tidak terjamin, masih ada faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya target penerimaan pajak hotel di Dinas Pengelolaan Kekayaan Dan Keuangan Daerah Kabupaten Aceh Barat adalah sebagai berikut:


(65)

1. Dari pihak Subjek Pajak Hotel

Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan hukum yang melakukan pembayaran atas pelayanan hotel. Apabila subjek pajak menginap di hotel maka hal tersebut dapat meningkatkan penerimaan pajak hotel. Namun keadaan ekonomi masyarakat yang akan berkunjung menurun akibat resensi ekonomi maka jumlah pengunjung yang menginap di hotel akan menurun sehingga berakibat pajak hotel yang dibayarkan oleh wajib pajak tidak mampu memenuhi target yang telah di tetapkan oleh pemerintah daerah. Selain itu pengunjung tidak mempunyai minat untuk mengunjungi daerah tersebut karena citra pariwisata yang kurang baik.

2. Dari pihak Wajib Pajak Hotel

Yang dimaksud Wajib Pajak hotel adalah pengusaha hotel yaitu perorangan atau badan yang menyelenggarakan usaha hotel untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya. Peranan wajib pajak hotel dalam mengisi sumber penerimaan daerah sangat dibutuhkan. Akan tetapi masih ada wajib pajak yang tidak sepenuhnya melakukan kewajibannya, antara lain:

a. Kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak bahkan ada wajib pajak yang selalu menghindar untuk membayar pajak

b. Penunggakan pajak oleh wajib pajak

c. Wajib Pajak tidak jujur dalam melaporkan dan membayarkan pajak yang terutang


(66)

e. Pengusaha Hotel tidak melaporkan usahanya sehingga dia tidak menjadi wajib pajak

f. Wajib Pajak kurang memahami peraturan yang berlaku

g. Wajib Pajak kurang mengikuti perkembangan peraturan yang ada Secara tidak langsung, masyarakat yang bertempat tinggal di daerah objek wisata mempunyai peranan yang tidak kalah penting dalam pencapaian penerimaan pajak hotel. Sikap dan prilaku masyarakat yang baik sangat dibutuhkan dalam menarik perhatian dan minat dari pengunjung. Apabila masyarakat mencerminkan sikap sadar, wisata akan mendorong minat pengunjung untuk betah tinggal (menginap sementara).

Namun sangat disayangkan bahwa sikap masyarakat belum mencerminkan sikap sadar wisata. Masih banyak masyarakat yang hanya memikirkan keuntungan tanpa memperhatikan kepuasan pengunjung sehingga pengunjung merasa dirugikan dengan sikap dan prilaku masyarakat tersebut. Adapun contoh sikap dan prilaku masyarakat yang dapat merugikan pengunjung adalah sebagai berikut:

a. Masyarakat kurang ramah dalam melayani dan memberikan informasi kepada pengunjung

b. Masyarakat tidak jujur dalam berdagang/berjualan c. Kurangnya penataan objek wisata oleh masyarakat


(67)

d. Masyarakat kurang menjaga kebersihan

D. Upaya-Upaya Yang Ditempuh Untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Hotel Berdasarkan tabel penerimaan pajak hotel daerah Kabupaten Aceh Barat dapat kita ketahui bahwa realisasi penerimaan pajak hotel pada tahun 2008 dan 2009 tidak mencapai target. Oleh karena itu untuk meningkatkan penerimaan pajak hotel di Kabupaten Aceh Barat, pemerintah daerah telah melakukan usaha atau upaya yang dapat meningkatkan pajak hotel agar target yang telah ditetapkan dapat tercapai. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pihak dinas pendapatan telah melakukan cukup banyak uasaha dan upaya.

Adapun upaya peningkatan penerimaan pajak hotel yang dilaksanakan oleh pihak pemerintah daerah khususnya Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Barat dapat dibedakan atas:

1. Ekstensifikasi Pemungutan Pajak Hotel

Ekstensifikasi adalah kebijakan di bidang perpajakan yang ditujukan untuk meningkatkan penerimaan perpajakan melalui penambahan jumlah Wajib Pajak dan perluasan Objek Pajak. Secara khusus, upaya ekstensifikasi pemungutan pajak hotel telah lama dilaksanakan oleh pihak Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Barat. Hal ini dapat diketahui dari informasi yang diperoleh yaitu bahwa tidak ada satu hotel pun yang berada di kawasan Kabupaten Aceh Barat yang belum daftar. Meskipun demikian, pihak Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Barat akan tetap berupaya dalam pemeriksaan, pendataan dan registrasi objek pajak hotel yang baru.


(68)

2. Intensifikasi Pemungutan Pajak Hotel

Intensifikasi merupakan kebijakan yang ditempuh dengan tujuan agar Wajib Pajak membayar pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga realisasi penerimaan pajak hotel sesuai dengan target yang telah ditetapkan atau bahkan melebihi dari target yang telah ditetapkan. Atau dengan kata lain, intensifikasi adalah kegiatan yang secara terus-menerus dibarengi dengan pengelolaan atas pajak yang telah ada dengan sasaran untuk meningkatkan penerimaan objek pajak tersebut.

Maka intensifikasi pemungutan pajak daerah khususnya pajak hotel, antara lain dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian secara sistematis dan terus menerus agar penyimpanan dapat ditekan serendah mungkin.

Hal ini dapat dilakukan yaitu antara lain dengan melakukan pemeriksaan secara tiba-tiba dan berkala, memperbaiki proses pengawasan, menerapkan sanksi terhadap penunggak pajak dan sanksi terhadap pihak pemungut (fiskus) yang melakukan penyimpangan.

b. Melakukan kegiatan pendekatan manusiawi dan selektif.

Misalnya: melakukan kunjungan kepada wajib pajak hotel, memberikan himbauan dan penjelasan-penjelasan.

c. Menerapkan pengenaan sanksi denda, bunga, dan kenaikan yang dilakukan wajib pajak.


(69)

Hal ini dimaksudkan agar semua pihak khususnya petugas dan wajib pajak mengetahui dan memahami ketentuan peraturan daerah yang berlaku.

e. upaya yang dilakukan dalam memperkuat proses pemungutan yaitu antara lain dengan peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas dari aparat salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan melaksanakan program diklat yang tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, pengetahuan dan skill yang tinggi akan menghasilkan produktivitas yang tinggi pula.

f. meningkatkan disiplin fiskus dan pegawai g. melakukan penyuluhan kepada wajib pajak.

Selain upaya di atas masih terdapat upaya-upaya lain yang secara tidak langsung dapat meningkatkan penerimaan pajak hotel yaitu dengan:

- Memberikan penyuluhan kepada masyarakat

Dengan memberikan penyuluhan oleh petugas kepada masyarakat setempat maka diharapkan masyarakat nantinya mempunyai kesadaran yang tinggi tentang pentingnya menciptakan sikap sadar wisata sehingga mendorong minat pengujung untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.


(70)

E. Mekanisme Pemungutan W A J I B P A J A K

- Mengisi dan menyampaikan SPTPD yaitu surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang ke

- Petugas Dinas PengelolaanKeuangan dan Kekayaan Daerah melakukan pengawasan atas kebenaran isi dari SPTPD yang dilakukan oleh Wajib Pajak

- Berdasarkan SPTPD tersebut Dinas PengelolaanKeuangan dan Kekayaan Daerah menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan SKPD

- Pajak yang telah ditetapkan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (SKPD) oleh petugas pemungut ditagih kepadawajib pajak dengan menggunakan SSPD - Uang tagih pajak oleh petugas pemungut disetorkan ke

bendahara khusus penerima UPTD

- Bendahara Khusus penerim UPTD menyetorkan uang tagihan tersebut ke bendahara penerima Dinas Pendapatan Kabupaten Aceh Barat paling lama 2 kali 24 jam

- Bendahara penerima Dinas PengelolaanKeuangan dan Kekayaan Daerah menyetorkan uang tagihan tersebut ke kas daerah P E T U G A S D P K K D P E N G A W A S

- Untuk meningkatkan penerimaan pajak dan mencegah terjadinya penyimpangan maka Badan Pengawas Daerah (Bawasada) mengadakan pemeriksaan minimum 1 kali


(71)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pajak hotel merupakan sumber penerimaan daerah yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Realisasi penerimaan pajak hotel di Kabupaten Aceh Barat belum mencapai target yang telah ditetapkan faktor utama penyebabnya adalah stabilitas keamanan yang kurang terjamin. Selain faktor keamanan yang kurang terjamin faktor-faktor lain yang berasal dari pihak petugas, wajib pajak, subjek pajak dan secara tidak langsung dari masyarakat yang bertempat tinggal di daerah wisata. Pemungutan pajak hotel di Kabupaten Aceh Barat di lakukan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah.

2. Dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak hotel agar target yang telah ditetapkan dapat tercapai maka pemerintah daerah khususnya Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah telah melakukan upaya ekstensifikasi dan intensifikasi dalam bidang perpajakan.


(72)

3. Kendala yang dihadapi dalam mencapai target penerimaan pajak hotel adalah faktor keamanan pasca konflik, pemekaran daerah yang memperkecil tempat wisata yang dapat dikunjungi oleh wisatawan dalam negeri maupun mancanegara. Dari pihak Wajib Pajak yang tidak mampu memenuhi target yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah, selain itu juga ada praktik kecurangan dalam melaporkan dan membayar pajak yang terutang dan pengusaha hotel tidak melaporkan usahanya sehingga tidak menjadi Wajib Pajak.

B. Saran

1. Pemerintah daerah khususnya Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah hendaknya berupaya untuk terus meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan serta memberikan pemahaman tentang ketentuan peraturan perpajakan. 2. Pihak Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah perlu

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, skill, dan disiplin dari aparatnya agar dapat menciptakan produktivitas yang memuaskan. 3. Dalam penentuan penetapan target, hendaknya pemerintah Daerah perlu

melakukan pengkajian ulang terhadap realisasi penerimaan pajak hotel dan disesuaikan dengan keadaan sekarang agar target tersebut dapat tercapai.


(73)

4. Pihak Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah perlu meningkatkan pengawasan dan pengendalian secara sistematis dan terus menerus agar penyimpangan dapat ditekan seminim mungkin. 5. Stabilitas keamanan nasional perlu ditingkatkan agar turis yang datang

berkunjung akan merasa aman sehingga mereka dapat memperoleh pengalaman yang menarik dari kegiatan wisata yang dilakukan.


(74)

DAFTAR PUSTAKA

Kaho, Josef Riwu. 1997. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Fak. Sospol – UGM, Yogyakarta.

Soedargo, R. 2000. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Eresco, Bandung. Undang – Undang Republik Indonesia No. 34 tahun 2000, Tentang

Perubahan atas Undang – Undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001, Tentang Pajak Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Barat No.29 Tahun 2008, Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Barat No.5 Tahun 2009, Tentang Pajak Hotel.


(1)

Hal ini dimaksudkan agar semua pihak khususnya petugas dan wajib pajak mengetahui dan memahami ketentuan peraturan daerah yang berlaku.

e. upaya yang dilakukan dalam memperkuat proses pemungutan yaitu antara lain dengan peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas dari aparat salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan melaksanakan program diklat yang tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, pengetahuan dan skill yang tinggi akan menghasilkan produktivitas yang tinggi pula.

f. meningkatkan disiplin fiskus dan pegawai g. melakukan penyuluhan kepada wajib pajak.

Selain upaya di atas masih terdapat upaya-upaya lain yang secara tidak langsung dapat meningkatkan penerimaan pajak hotel yaitu dengan:

- Memberikan penyuluhan kepada masyarakat

Dengan memberikan penyuluhan oleh petugas kepada masyarakat setempat maka diharapkan masyarakat nantinya mempunyai kesadaran yang tinggi tentang pentingnya menciptakan sikap sadar wisata sehingga mendorong minat pengujung untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.


(2)

E. Mekanisme Pemungutan W A J I B P A J A K

- Mengisi dan menyampaikan SPTPD yaitu surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang ke

- Petugas Dinas PengelolaanKeuangan dan Kekayaan Daerah melakukan pengawasan atas kebenaran isi dari SPTPD yang dilakukan oleh Wajib Pajak

- Berdasarkan SPTPD tersebut Dinas PengelolaanKeuangan dan Kekayaan Daerah menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan SKPD

- Pajak yang telah ditetapkan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (SKPD) oleh petugas pemungut ditagih kepadawajib pajak dengan menggunakan SSPD - Uang tagih pajak oleh petugas pemungut disetorkan ke

bendahara khusus penerima UPTD

- Bendahara Khusus penerim UPTD menyetorkan uang tagihan tersebut ke bendahara penerima Dinas Pendapatan Kabupaten Aceh Barat paling lama 2 kali 24 jam

- Bendahara penerima Dinas PengelolaanKeuangan dan Kekayaan Daerah menyetorkan uang tagihan tersebut ke kas daerah P E T U G A S D P K K D P E N G A W A S

- Untuk meningkatkan penerimaan pajak dan mencegah terjadinya penyimpangan maka Badan Pengawas Daerah (Bawasada) mengadakan pemeriksaan minimum 1 kali


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pajak hotel merupakan sumber penerimaan daerah yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Realisasi penerimaan pajak hotel di Kabupaten Aceh Barat belum mencapai target yang telah ditetapkan faktor utama penyebabnya adalah stabilitas keamanan yang kurang terjamin. Selain faktor keamanan yang kurang terjamin faktor-faktor lain yang berasal dari pihak petugas, wajib pajak, subjek pajak dan secara tidak langsung dari masyarakat yang bertempat tinggal di daerah wisata. Pemungutan pajak hotel di Kabupaten Aceh Barat di lakukan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah.

2. Dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak hotel agar target yang telah ditetapkan dapat tercapai maka pemerintah daerah khususnya Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah telah melakukan upaya ekstensifikasi dan intensifikasi dalam bidang perpajakan.


(4)

3. Kendala yang dihadapi dalam mencapai target penerimaan pajak hotel adalah faktor keamanan pasca konflik, pemekaran daerah yang memperkecil tempat wisata yang dapat dikunjungi oleh wisatawan dalam negeri maupun mancanegara. Dari pihak Wajib Pajak yang tidak mampu memenuhi target yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah, selain itu juga ada praktik kecurangan dalam melaporkan dan membayar pajak yang terutang dan pengusaha hotel tidak melaporkan usahanya sehingga tidak menjadi Wajib Pajak.

B. Saran

1. Pemerintah daerah khususnya Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah hendaknya berupaya untuk terus meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan serta memberikan pemahaman tentang ketentuan peraturan perpajakan. 2. Pihak Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah perlu

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, skill, dan disiplin dari aparatnya agar dapat menciptakan produktivitas yang memuaskan. 3. Dalam penentuan penetapan target, hendaknya pemerintah Daerah perlu

melakukan pengkajian ulang terhadap realisasi penerimaan pajak hotel dan disesuaikan dengan keadaan sekarang agar target tersebut dapat tercapai.


(5)

4. Pihak Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah perlu meningkatkan pengawasan dan pengendalian secara sistematis dan terus menerus agar penyimpangan dapat ditekan seminim mungkin. 5. Stabilitas keamanan nasional perlu ditingkatkan agar turis yang datang

berkunjung akan merasa aman sehingga mereka dapat memperoleh pengalaman yang menarik dari kegiatan wisata yang dilakukan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Kaho, Josef Riwu. 1997. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Fak. Sospol – UGM, Yogyakarta.

Soedargo, R. 2000. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Eresco, Bandung. Undang – Undang Republik Indonesia No. 34 tahun 2000, Tentang

Perubahan atas Undang – Undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001, Tentang Pajak Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Barat No.29 Tahun 2008, Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Barat No.5 Tahun 2009, Tentang Pajak Hotel.