Pemilihan Tetua yang Memiliki Umur Genjah dan Produksi Tinggi pada Tanaman Jagung (Zea mays L.) Bersari Bebas pada Beberapa Genotif

PEMILIHAN TETUA YANG MEMILIKI UMUR GENJAH DAN
PRODUKSI TINGGI PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)
BERSARI BEBAS PADA BEBERAPA GENOTIF

SKRIPSI

OLEH :
NADYAFANI HIDAYATI ELFAN
070307002 / BDP – PET

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara

PEMILIHAN TETUA YANG MEMILIKI UMUR GENJAH DAN
PRODUKSI TINGGI PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

BERSARI BEBAS PADA BEBERAPA GENOTIF

SKRIPSI

OLEH :

NADYAFANI HIDAYATI ELFAN
070307002 / BDP – PET

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011


Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi

Nama
Nim
Departemen
Program Studi

: Pemilihan Tetua yang Memiliki Umur Genjah dan
Produksi Tinggi pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Bersari Bebas pada Beberapa Genotif.
: Nadyafani Hidayati Elfan
: 070307002
: Budidaya Pertanian
: Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing


Ir. Eva Sartini Bayu, MP)
Sebagai Ketua
NIP : 196 10506 199303 2 001

( Ir. Hot Setiado, MSc)
Sebagai Anggota
NIP : 1959 1217 19860 11 001

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

NADYAFANI HIDAYATI ELFAN: The Selection of Short-Age but Highly
Productive Parents of Open Pollinated Genotypes of Corn (Zea mays L.). The
study was conducted under the guidance of EVA SARTINI BAYU and HOT
SETIADO.
The study aimed at obtaining short-age but highly productive open
pollinated genotypes of corn.The research was conducted at the Faculty of
Agriculture, University of Sumatera Utara, of ±25 metres above sea level, from
November 2010 until February 2011.The research was used randomized block

design of one factor treatment and four replications. The factor is the varieties,
which include Arjuna, Kalingga, Sukmaraga, Lamuru, Srikandi Kuning, and Bayu
varieties.
The result showed that shorter-age genotypes than the description were
successfully obtained. The genotypes did not show significantly and better
performance of the height plan 2-7 weeks after ripening, number of leaves 2-7
weeks after ripening, leaves bend, number of leaves above the cob, age out male
flowers, age out of the female flowers, harvesting age, number of rows per cob,
number of seeds per cob, dry weight of seeds per cob, 100 seed dry weight, seed
dry weight production per plot, and the rate of seed filling. Genotif showed low
diversity
criteria.
Keywords: corn, heritability, variability.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

NADYAFANI HIDAYATI ELFAN: Pemilihan Tetua yang Meiliki umur Genjah
danProduksi Tinggi pada Tanaman Jagung (Zea mays L.) bersari Bebas pada

Beberapa Genotif. Dibimbing oleh Eva Sartini Bayu dan Hot Setiado.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bahan tanaman yang memiliki
umur genjah dan produksi tinggi pada tanaman jagung (Zea mays L.) bersari
bebas pada beberapa genotip. Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas
Pertanian USU, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 mdpl mulai dari bulan
November 2010 sampai dengan Februari 2011, Menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan satu faktor perlakuan dan empat ulangan, Faktor
varietas, yaitu Sukmaraga X Arjuna, Kalingga X Lamuru, dan Bayu X Srikandi
kuning.
Hasil penelitian menunjukkan diperolehnya genotif yang memiliki umur
genjah yang lebih cepat dari deskripsi, bahwa genotif tidak berbeda nyata
terhadap karakter tinggi tanaman 2-7 MST, jumlah daun 2-7 MST, kelengkungan
daun, jumlah daun di atas tongkol, umur keluar bunga jantan, umur keluar bunga
betina, umur panen, jumlah baris per tongkol, jumlah biji per tongkol, berat kering
biji per tongkol, berat kering 100 biji, produksi berat kering biji per plot, dan laju
pengisian biji. Keragaman genotif menunjukkan kriteria rendah.
Kata Kunci: jagung, heritabilitas, variabilitas.

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Nadyafani Hidayati Elfan dilahirkan di Medan pada 03 Juli 1989 dari
pasangan Mazrielfan Muaz dengan Erniwaty Sjam. Penulis merupakan anak ke 1
dari 3 bersaudara.
Menamatkan pendidikan SD di SDN IKIP Padang tahun 2001, SMP
Negeri 12 Medan tahun 2004, SMA Swasta Dharma Pancasila Medan tahun 2007.
Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Sumatera Utara, Medan pada
Fakultas Pertanian program studi Pemuliaan Tanaman tahun 2007, melalui jalur
PMP.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi anggota Himpunan
Mahasiswa Budidaya Pertanian 2006-2010, Asisten Laboratorium Dasar
Pemuliaan Tanaman 2010-2011.
Selama bulan Juni hingga Juli 2010 penulis mengikuti Praktek Kerja
Lapangan di Balai Penelitian Sungei Putih Kecamatan Galang, Pakam.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis sampaikan kapada Allah SWT atas segala rahmad,
karunia dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun judul penelitian ini adalah ”Pemilihan Tetua yang Memiliki Umur
Genjah dan Produksi Tinggi pada Tanaman Jagung (Zea mays L.) Bersari
Bebas pada Beberapa Genotif”
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir. Eva Sartini Bayu, MS selaku
ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Hot Setiado. MSc. PhD selaku anggota
komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan. Ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda tercinta Mazrielfan Muaz dan
Ibunda Erniwaty Sjam atas kasih sayang, dukungan dan do’anya. Untuk adik saya
Asyarifani Zuhdi Elfan dan Rafifani Murfid Elfan terima kasih atas segala do’a
dan dukungannya. Disamping itu penulis berterima kasih kepada sahabat-sahabat
terbaik saya Wiwit, Aldebaran, Indra, Bayu, Koko, Bg Syahril, Yusuf, Cici, Dwi
R, Aya, Adnan, Satria, Ferdi, Nida, Andri, dan teman-teman saya di Pemuliaan
Tanaman angkatan 2007 dan 2008 atas segala bantuan dan dukungan selama
penulis menjalani perkuliahan di Kampus FP USU.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pihak yang memerlukan.

Medan, Juli

2011

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRACT ................................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii
PENDAHULUAN
Latar belakang ................................................................................... 1
Tujuan Penelitian .............................................................................. 3

Hipotesis Penelitian ........................................................................... 3
Kegunaan Penelitian .......................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ................................................................................ 4
Syarat Tumbuh .................................................................................. 6
Iklim ...................................................................................... 6
Tanah..................................................................................... 7
Varietas ............................................................................................. 8
Seleksi............................................................................................... 9
Variabilitas ........................................................................................ 10
Heritabilitas
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu ............................................................................ 14
Bahan dan Alat .................................................................................. 14
Metode Penelitian
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan ................................................................................ 18
Penanaman ........................................................................................ 18
Pemupukan ....................................................................................... 18
Penjarangan ....................................................................................... 18

Penyungkupan .................................................................................. 19
Penyerbukan...................................................................................... 19
Pemeliharaan Tanaman ..................................................................... 19
Penyiraman ........................................................................... 19

Universitas Sumatera Utara

Penyiangan ........................................................................... 20
Pengendalian Hama dan Penyakit .......................................... 20
Panen ............................................................................................... 20
Peubah Amatan ................................................................................ 20
Tinggi Tanaman (cm) ........................................................... 20
Jumlah Daun (helai) .............................................................. 20
Kelengkungan Daun(cm) ...................................................... 20
Jumlah Daun di Atas Tongkol (helai) .................................... 21
Umur Keluar Bunga Jantan (he) ............................................. 21
Umur Keluar Bunga Betina (hari) ......................................... 21
Umur Panen (hari) ................................................................ 21
Jumlah Baris per Tongkol (baris) .......................................... 22
Jumlah Biji per Tongkol (biji) ............................................... 22

Berat Biji per Tongkol (g) ..................................................... 22
Berat 100 Biji (g) ................................................................... 22
Produksi Biji kering per Plot (g) ............................................ 22
Laju Pengisian Biji (g/hari)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ................................................................................................. 23
Tinggi Tanaman (cm) ........................................................... 23
Jumlah Daun (helai) .............................................................. 23
Kelengkungan Daun ............................................................. 24
Jumlah Daun di Atas Tongkol (helai) .................................... 25
Umur Keluar Bunga Jantan (hari) .......................................... 25
Umur Keluar Bunga Betina (hari) ......................................... 26
Umur Panen (hari) ................................................................ 26
Jumlah Baris per Tongkol (baris) .......................................... 27
Jumlah Biji per Tongkol (biji) ............................................... 28
Berat Biji per Tongkol (g) ..................................................... 28
Berat 100 Biji (g) ................................................................... 29
Produksi Biji Kering per Plot (g)............................................ 39
Laju Pengisian Biji (g/hari) .................................................... 30
Pendugaan Karakter Genetik .................................................. 30
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...................................................................................... 36
Saran ................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 37

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No

Hal

1.

Rataan tinggi tanaman 2 s/d 7 MST dari beberapa genotipe (cm) ........ 23

2

Rataan jumlah daun 2 s/d 7 MST dari beberapa genotipe (helai)…….

24

3

Rataan umur keluar bunga jantan dari beberapa genotipe (hari)...........

24

4

Rataan umur keluar bunga betina dari beberapa genotipe (hari)...........

25

5

Rataan kelengkungan daun (cm)............................................................ 25

6

Rataan jumlah daun di atas tongkol (helai)............................................ 26

7

Rataan umur panen dari beberapa genotipe (hari).................................

8

Rataan Jumlah Baris pertongkol (baris)................................................. 27

9

Rataan jumlah biji per tongkol (biji)...................................................... 28

10

Rataan berat biji per tongkol dari beberapa genotipe (g)....................... 28

11

Rataan berat 100 biji per tongkol (g).....................................................

29

12

Rataan produksi biji kering per plot (g)................................................

29

13

Rataan laju pengisian biji (g/hari) dari beberapa genotipe……………

30

14

Nilai duga variabilitas genetik dan fenotipe serta nilai heritabilitas
beberapa peubah amatan dari 6 genotipe tanaman jagung generasi F2

26

31

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No

Hal

1

Data rataan tinggi tanaman 2 MST (cm)

36

2

Daftar sidik ragam tinggi tanaman 2 MST

36

3

Data rataan tinggi tanaman 3 MST (cm)

36

4

Daftar sidik ragam tinggi tanaman 3 MST

36

5

Data rataan tinggi tanaman 4 MST (cm)

37

6

Daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 MST

37

7

Data rataan tinggi tanaman 5 MST (cm)

37

8

Daftar sidik ragam tinggi tanaman 5 MST

37

9

Data rataan tinggi tanaman 6 MST (cm)

38

10

Daftar sidik ragam tinggi tanaman 6 MST

38

11

Data rataan tinggi tanaman 7 MST (cm)

38

12

Daftar sidik ragam tinggi tanaman 7 MST

38

13

Data rataan jumlah daun 2 MST (helai)

39

14

Daftar sidik ragam jumlah daun 2 MS

39

15

Data rataan jumlah daun 3 MST (helai)

39

16

Daftar sidik ragam jumlah daun 3 MST

39

17

Data rataan jumlah daun 4 MST (helai)

40

18

Daftar sidik ragam jumlah daun 4 MST

40

19

Data rataan jumlah daun 5 MST (helai)

40

20

Daftar sidik ragam jumlah daun 5 MST

40

21

Data rataan jumlah daun 6 MST (helai)

41

Universitas Sumatera Utara

22

Daftar sidik ragam jumlah daun 6 MST

41

23

Data rataan jumlah daun 7 MST dari tanaman F2 (helai)

41

24

Daftar sidik ragam jumlah daun 7 MST

41

25

Data rataan kelengkungan daun (cm)

42

26

Daftar sidik ragam kelengkungan daun

42

27

Data rataan jumlah daun di atas tongkol (helai)

42

28

Daftar sidik ragam jumlah daun di atas tongkol

42

29

Data rataan umur keluar bunga jantan (hari)

43

30

Daftar sidik ragam umur keluar bunga jantan

43

31

Data rataan umur keluar bunga betina (hari)

43

32

Daftar sidik ragam umur keluar bunga betina

43

33

Data rataan umur panen (hari)

44

34

Daftar sidik ragam umur panen

44

35

Data rataan jumlah baris per tongkol (baris)

44

36

Daftar sidik ragam jumlah baris pertongkol

44

37

Data rataan jumlah biji per tongkol (biji)

45

38

Daftar sidik ragam jumlah biji pertongkol

45

39

Data rataan berat biji per tongkol (g)

45

40

Daftar sidik ragam berat biji pertongkol

45

41

Data rataan berat 100 biji (g)

46

42

Daftar sidik ragam berat 100 biji

46

43

Data rataan produksi biji kering per plot (g)

46

44

Daftar sidik ragam pengamatan produksi biji kering per plot

46

45

Data rataan laju pengisian biji (g/hari)

47

Universitas Sumatera Utara

46

Daftar sidik ragam laju pengisian biji

47

47

Deskripsi Varietas Arjuna

48

48

Deskripsi Varietas Sukmaraga

49

49

Deskripsi Varietas lamuru

50

50

Deskripsi Varietas Kalingga

51

51

Deskripsi Varietas srikandi kuning

52

52

Deskripsi Varietas Bayu

53

53

Bagan Lahan Penelitian

54

54

Bagan plot Penelitian

55

55

Jadwal Penelitian

56

56

Skema Pembentukan Varietas Bersari Bebas

57

57

Gambar Lahan Keseluruhan

58

58

Gambar perbandingan tongkol jagung beberapa genotype

59

59

Gambar perbandingan biji antar genotipe

60

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

NADYAFANI HIDAYATI ELFAN: The Selection of Short-Age but Highly
Productive Parents of Open Pollinated Genotypes of Corn (Zea mays L.). The
study was conducted under the guidance of EVA SARTINI BAYU and HOT
SETIADO.
The study aimed at obtaining short-age but highly productive open
pollinated genotypes of corn.The research was conducted at the Faculty of
Agriculture, University of Sumatera Utara, of ±25 metres above sea level, from
November 2010 until February 2011.The research was used randomized block
design of one factor treatment and four replications. The factor is the varieties,
which include Arjuna, Kalingga, Sukmaraga, Lamuru, Srikandi Kuning, and Bayu
varieties.
The result showed that shorter-age genotypes than the description were
successfully obtained. The genotypes did not show significantly and better
performance of the height plan 2-7 weeks after ripening, number of leaves 2-7
weeks after ripening, leaves bend, number of leaves above the cob, age out male
flowers, age out of the female flowers, harvesting age, number of rows per cob,
number of seeds per cob, dry weight of seeds per cob, 100 seed dry weight, seed
dry weight production per plot, and the rate of seed filling. Genotif showed low
diversity
criteria.
Keywords: corn, heritability, variability.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

NADYAFANI HIDAYATI ELFAN: Pemilihan Tetua yang Meiliki umur Genjah
danProduksi Tinggi pada Tanaman Jagung (Zea mays L.) bersari Bebas pada
Beberapa Genotif. Dibimbing oleh Eva Sartini Bayu dan Hot Setiado.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bahan tanaman yang memiliki
umur genjah dan produksi tinggi pada tanaman jagung (Zea mays L.) bersari
bebas pada beberapa genotip. Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas
Pertanian USU, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 mdpl mulai dari bulan
November 2010 sampai dengan Februari 2011, Menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan satu faktor perlakuan dan empat ulangan, Faktor
varietas, yaitu Sukmaraga X Arjuna, Kalingga X Lamuru, dan Bayu X Srikandi
kuning.
Hasil penelitian menunjukkan diperolehnya genotif yang memiliki umur
genjah yang lebih cepat dari deskripsi, bahwa genotif tidak berbeda nyata
terhadap karakter tinggi tanaman 2-7 MST, jumlah daun 2-7 MST, kelengkungan
daun, jumlah daun di atas tongkol, umur keluar bunga jantan, umur keluar bunga
betina, umur panen, jumlah baris per tongkol, jumlah biji per tongkol, berat kering
biji per tongkol, berat kering 100 biji, produksi berat kering biji per plot, dan laju
pengisian biji. Keragaman genotif menunjukkan kriteria rendah.
Kata Kunci: jagung, heritabilitas, variabilitas.

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Selama berabad-abad jagung ditanam sebelum orang Eropa datang ke
Amerika. Jagung kultivar modern berbeda dari jagung primitif daam memiliki
lebih tanaman produktif karena adanya peningkatan jumlah dan peningkatan berat
biji individu pada tongkol jagung (Sleeper and Poehlman, 2006).
Jagung memiliki peranan penting dalam industri berbasis agribisnis. Saat
ini, pemanfaatan jagung terbesar pada industri pakan ternak khususnya pakan
unggas. Kelangsungan pasokan jagung sama halnya dengan kelangsungan usaha
pabrik pakan. Untuk tahun 2009, Departemen Pertania melalui Direktorat Jendral
Tanaman Pangan mengklaim bahwa produksi jagung saat ini mencapai 18 juta ton
(http://www.poultryindonesia.com, 2009).
Produksi jagung tahun 2009 (ATAP) sebesar 17.63 juta ton pipilan kering,
meningkat sebanyak 1.31 juta ton (8.04 persen) dibandingkan tahun 2008.
Produksi jagung tahun 2010 (ARAM II) diperkirakan sebesar 18.02 juta ton
pipilan kering, meningkat sebanyak 386.79 ribu ton (2.19 persen) dibandingkan
tahun 2009 (http://www.bps.go.id, 2010).
Karbohidrat dalam biji jagung mengandung gula pereduksi (glukosa dan
fruktosa), sukrosa, polisakarida dan pati. Kadar gula pada endosperm sweet corn
sebesar 5 - 6% dan kadar pati 10 - 11%, sedangkan pada jagung biasa hanya 2 3% atau setengah dari kadar gula sweet corn. Gula yang disimpan dalam
biji sweet corn adalah sukrosa yang dapat mencapai jumlah 11%
(Rubatzky and Yamaguchi, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Jagung dimanfaatkan untuk konsumsi, bahan baku industri pangan,
industri pakan dan bahan bakar. Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan seiring berkembangnya industri pakan dan pangan. Oleh
karenanya, penyerapan tenaga kerja, perbandingan pasokan dan permintaan
jagung dapat menopang perekonomian nasional. Pengembangan jagung di
Indonesia memiliki prospek yang positif. Pasalnya, Indonesia memiliki
ketersediaan lahan cukup luas. Selain itu, dukungan penerapan teknologi, benih
varietas unggul dan harga yang menarik menjadi modal untuk mengembangkan
jagung (http://www.poultryindonesia.com, 2009).
Di Indonesia, jagung dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. Luas
areal panen jagung sekitar 3,3 juta ha/tahun, 80% di antaranya ditanami varietas
unggul yang terdiri atas 56% jagung bersari bebas (komposit) dan 24% hibrida,
sedang sisanya varietas lokal (Pingali 2001). Data Nugraha et al. (2002),
menunjukkan, luas areal tanam jagung varietas unggul telah mencapai 75% (48%
besari bebas, 27% hibrida). Dari data tersebut Nampak bahwa sebagian besar
petani masih menggunakan benih jagung bersari bebas. Hal ini terkait dengan
harga benih jagung bersari bebas lebih murah daripada benih jagung hibrida, atau
karena benih hibrida sukar diperoleh, terutama di daerah terpencil. Keluaran
jangka panjang (lima tahun) yang diharapkan dari pemuliaan jagung bersari bebas
pada umumnya adalah varietas unggul berumur genjah (90 hari), tahan terhadap
cekaman biotik (hama, penyakit), abiotik (kekeringan, lahan masam, N rendah),
dan hasil stabil. Keluaran jangka pendek adalah tersedianya populasi dasar untuk
membentuk varietas komposit dan sintetik, dan tersedianya famili yang tahan
terhadap cekaman lingkungan. (http://www.wartapenelitian.com, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan

uraian

di

atas

penulis

tertarik

untuk

melakukan

penelitian untuk menciptakan varietas unggul berumur genjah (90 hari), tahan
terhadap cekaman biotik (hama, penyakit), abiotik (kekeringan, lahan masam, N
rendah), dan hasil stabil pada beberapa varietas jagung (Zea mays L.).
Tujuan Penelitian
Untuk mendapatkan bahan tanaman yang memiliki umur genjah dan
produksi tinggi pada tanaman jagung (Zea mays L.) bersari bebas pada beberapa
genotip.
Hipotesis Penelitian
Adanya perbedaan karakter morfologis dan produktif pada beberapa
genotip tanaman jagung (Zea mays L.) yang bersari bebas.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan dalam penyusunan skripsi yang merupakan salah satu
syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Menurut Tjitrosoepomo (2004) taksonomi jagung adalah sebagai berikut :
kingdom Plantae, divisio Spermatophyta, kelas Angiospermae, ordo Poales,
family Poaceae, genus Zea, spesies Zea mays.
Zea mays termasuk dalam golongan poaceae (Graminae) atau family
rumput-rumputan. Anggota / jenis lain dari family ini adalah gandum, sorghum,
dan padi. Jagung merupakan tanaman annual, monocotyledoneae dsn dapat
tumbuh sampai ketinggian 12 feet (Decoteau, 2000).
Akar serabut yang tumbuh di pangkal batang, menyebar luas sebagai akar
lateral yang toleran terhadap tanah relative basah tidak tergenang namun rentan
terhadap kekeringan. Kemudian akar seminal (seminal cord) yang tumbuh ke
bawah (sub soil) dari lembaga benih jagung dan mampu mencapai sub soil pada
kedalaman 1,5 - 2 meter. Fungsi akar seminal untuk meningkatkan kemampuan
akar dalam meningkatkan daya tahan tanaman jagung terutama pada saat
kekeringan di musim kemarau (http://www.tanindo.com/htm, 2007).
Batang tanaman kaku, tingginya berkisar antara 1,5 -2,5 m dan terbungkus
oleh pelepah daun yang berselang seling yang berasal dari setiap buku. Buku
batang mudah terlihat. Pelepah daun terbentuk pada buku dan membungkusnya
rapat-rapat panjang batang utama, sering melingkupi hingga buku berikutnya.
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Kasifikasi kriteria tinggi tanaman jagung dinyatakan rendah apabila < 160
cm, tinggi tanaman jagung dinyatakan sedang pada interval 160-200 cm, dan
dinyatakan tinggi apabila >200 cm (Sitompul, 2007)
Daun jagung berbentuk pedang, tumbuh lebar dan panjang dengan kelopak
daunnya tampak melekat sehingga batang jagung tampak gepeng. Jagung hibrida
old type dengan daun jagung kurang tegak dan 1/3 ujung daun melengkung ke
bawah (kurva) sehingga menutupi daun dibawahnya dari sinar matahari
(ternaungi). Jagung hibrida new type dengan daun jagung tumbuh lurus menjulang
ke atas, hanya ujung daun agak melengkung ke bawah, sehingga mampu
meningkatkan efisiensi sinar matahari dalam mendukung proses karbon asimilasi.
Sehingga dapat ditanam dalam populasi tinggi dengan produksi lebih tinggi
dibanding jagung hibrida old type (http://www.tanindo.com/htm, 2007)
Bunga jantan jagung berada di ujung batang dalam bentuk malai di ujung.
Jika kepala sari dari tassel pecah maka terbentuklah kabut debu serbuk sari. Telah
dihitung bahwa sebuah tassel dapat menghasilkan sebanyak 60 juta serbuk sari.
Bunga betina tumbuh dibagian bawah tanaman dalam bentuk bulir majemuk atau
sering disebut tongkol yang tertutup rapat oleh upih yang disebut kulit ari.
Muncul dari tongkol dijumpai sejumlah besar

rambut panjang (silks) yaitu

kepala putik. Sewaktu reseptif rambut sutra ini lengket, sehingga serbuk sari
manapun yang tertiup kearah rambut ini akan melekat. Setiap rambut
dihubungkan oleh tangkai putik yang panjang kebakal buah tunggal yang setelah
dibuahi menjadi biji atau inti biji (kernel) (Loveless, 1989).
Serbuk

sari mengandung

hormon pertumbuhan dan

merangsang

pertumbuhan buah. Serbuk sari jagung merupakan sumber yang kaya akan auksin

Universitas Sumatera Utara

dan GA. Selanjutnya buah dan biji juga kaya akan hormon pertumbuhan.
Pematangan buah melibatkan sekelompok hormon yang berbeda dengan hormon
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Hormon tersebut berasal dari serbuk sari
yang

aktivitasnya

akan

meningkat

karena

pengaruh

lingkungan

yang

mempengaruhi cepatnya proses pematangan buah (Gardner,dkk, 1991).
Syarat Tumbuh
Iklim
Perkecambahan benih optimal pada suhu 270C dan berlangsung lambat
atau gagal berkecambah pada suhu dibawah 190C. Setelah berkecambah
pertumbuhan bibit dan tanaman dapat berlangsung pada kisaran suhu 19 -400C,
tetapi terbaik pada suhu 21 - 300C. Suhu rendah kurang berpengaruh terhadap fase
bibit tetapi setelah itu, suhu harus lebih tinggi untuk pertumbuhan yang baik. Suhu
rendah mempengaruhi pertumbuhan khususnya setelah mulai tumbuh bunga
jantan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman akan tumbuh normal pada curah hujan berkisar 20 - 500 mm per
tahun. Curah hujan kurang atau lebih dari angka diatas akan menurunkan
produksi. Air banyak dibutuhkan pada saat perkecambahan dan setelah berbunga.
Idealnya tanaman jagung membutuhkan curah hujan 100 - 125 mm per bulan
dengan distribusi yang merata (Ginting,1995).
Selama pertumbuhannya tanaman jagung harus mendapatkan sinar
matahari yang cukup karena sangat mempengaruhi pertumbuhannya. Tanaman
jagung bila banyak ternaungi pertumbuhannya akan terhambat dan menghasilkan
biji yang kurang baik (Decoteau,2000).

Universitas Sumatera Utara

Pengaruh panjang hari terhadap pertumbuhan batang biasanya kurang jelas
dibandingkan pengaruh pembungaan. Hari panjang menyebabkan peningkatan
panjang ruas dan tinggi tanaman, terutama terhadap tanaman hari pendek seperti
jagung. Aktivitas enzim nitrat reduktase pada saat tanaman ternaungi menurun,
karena reduksi nitrat bergantung pada proses fotosintesis sehingga hasil asimilasi
tidak maksimal digunakan untuk pembentukan biji.(Gardner,dkk,1991).
Produksi atau hasil biji suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor
eksternal. hasil biji per tanaman sangat dipengaruhi oleh proses fotosintesis,
dimana proses fotosintesis sangat dipengaruhi oleh cahaya. Semakin banyak
cahaya yang diterima oleh tanaman jagung maka akan mengakibatkan
meningkatnya laju fotosintesis sehingga hasil per tanaman tinggi (Thompson dan
Kelly, 1957).
Tanah
Tanaman jagung tidak membutuhkan persyaratan khusus karena tanaman
ini dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah asalkan tanah tersebut subur,
gembur, kaya akan bahan organik dan drainase maupun aerasi baik. Kemasaman
tanah (pH) yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal tanaman jagung antara
5,5 - 6,5; tetapi yang paling baik adalah 6,8. Kemasaman tanah dibawah 5,5
kurang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung, tanah tersebut sudah perlu
dikapur (Ginting,1995).
Jagung tumbuh baik pada kisaran pH tanah antara 5,5 - 7,0. Jagung toleran
terhadap keasaman tinggi dan resisten pada keracunan aluminium, yang sering
terjadi pada tanah dengan tingkat keasaman yang tinggi. Walaupun pH tanah

Universitas Sumatera Utara

antara 6,0 - 6,5 tetapi dibutuhkan pemupukan agar pertumbuhan tanaman bagus
dan tidak terganggu (Thompson dan Kelly, 1957).
Varietas
Varietas merupakan sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies
yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, daun, bunga, biji, dan ekspresi
karakteristik genotipe atau kombinasi genotip yang dapat membedakan
jenis/spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan
(http://www.deptan.go.id, 2008).
Varietas hibrida adalah varietas yang berasal dari turunan pertama (F1)
pada persilangan beberapa genotipe terpilih yang tidak sama. Dari persilangan
antara 2 galur inbreed akan menghasilkan F1, bila F1 ditanam akan tumbuh jagur
dengan hasil yang tinggi. Perbanyak hibrida F1 secara kawin acak akan
mengakibatkan generasi berikutnya produksi berkurang, depresi inbreeding dan
keseragaman berkurang (Hasyim, 2008).
Keuntungan varietas hibrida yaitu pada kondisi optimum mampu
berproduksi lebih tinggi, lebih mudah diperoleh daya gabung dan kekurangannya
yaitu komponen penyusunan terbatas dan produksi benih sulit, karena setiap kali
menanam harus memperbarui benih (Mangoendidjojo, 2003).
Kultivar hibrida merupakan generasi pertama progeny dari dua tanaman
dengan genetik atau garis inbreed yang berbeda. Semua tanaman adalah
heterozigot. Yang secara normal seragam dan dapat ditujukan kevigoran
hibridanya.

Kultivar hibrida bagaimana pun tidak dapat digunakan sebagai

sumber benih pada generasi berikutnya (F2) (Hartmann and Kester, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Dalam garis besar secara singkat kegiatan yang telah mengantarkan
kesuksesan praktek yang besar dari jagung hibrida adalah :
1. Memilih tanaman yang dikehendaki dalam populasi penyerbukan bebas.
2. Selfing (penyerbukan sendiri) tanaman ini melalui berbagai generasi untuk
membuat galur hibrid yang homozigot.
3. Mengawinsilangkan galur yang dipilih.
(Allard, 1994).
Varietas jagung yang berbunga lebih awal cenderung masak lebih cepat
dibandingkan dengan varietas jagung yang berbunga lambat. Genotip atau varietas
yang mempunyai umur berbunga lebih pendek, maka umur masak genotip atau
varietas tersebut juga lebih pendek atau biasa disebut dengan berumur genjah
(Effendi dan Sulistiati (1991).
Seleksi
Diantara hal-hal seleksi, ada dua yang sangat penting untuk memahami
prinsip pemuliaan :
1. Seleksi dapat bekerja efektif hanya dalam perbedaan yang dapat
diwariskan.
2. Seleksi tidak dapat menciptakan variabilitas, tetapi hanya bekerja pada
sifat yang ada. Pemuliaan dengan cara ini menyebabkan naiknya
homozigositas.
(Allard, 1992).
Seleksi dibuat baik untuk garis superior dan untuk tanaman unggul dalam
baris yang dipilih. Seleksi pada generasi awal didasarkan pada karakteristik visual

Universitas Sumatera Utara

dari tanaman jagung, tetapi dapat dilengkapi dengan tes ketahanan karakter
penginapan khusus, penyakit resistensi, kualitas gabah, atau lainnya yang sesuai
untuk tujuan pembiakan selama setiap generasi penangkaran sanak, peternak
hanya memiilih tanaman yang kuat dengan kematangan yang sesuai, akar dan
batang yang kuat, tahan penyakit, serangga dan sifat-sifat yang diinginkan lainnya
karena benih yang digunakan untuk menanam tunggal saling digunakan dalam
produksi komersial dari jagung hibrida diproduksi di pabrik in-breed, penting
bahwa inbree menghasilkan produksi biji tinggi. Secara umum, inbreed lebih kuat
cenderung memberikan progeny hibrida lebih kuat (Sleeper and Poehlman, 2006).
Dua bentuk seleksi dikatakan tersedia untuk para petani, pemilihan positif
dan negatif. Dalam hal sederhana seleksi negatif adalah menghasilkan tanaman
terburuk dan dibuang sementara seleksi positif adalah menghasilkan tanaman
terpilih. Mungkin deskripsi sederhana berhubungan dengan kriteria tanaman yang
dipilih dari populasi. Jika kurang dari 50% tanaman dipertahankan maka ini akan
menjadi seleksi positif. Jika lebih dari 50 % tanaman yang dipilih maka ini dapat
dianggap seleksi negatif (Brown and Caligari, 2008).
Variabilitas
Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetic
mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis
tanaman yang sama. Jika ada dua jenis tanaman yang sama ditanam pada
lingkungan yang berbeda, dan timbul variasi yang sama dari kedua tanaman
tersebut maka hal ini dapat disebabkan oleh genetik dari tanaman yang
bersangkutan. Metode pemuliaan tanaman berikutnya adalah seleksi yang

Universitas Sumatera Utara

berpedoman pada nilai variabilitas genetik dan fenotif serta heritabilitas dapat
membantu ketajaman seleksi sehingga hasil yang didapatkan akan lebih baik.
Variabilitas genetik yang tinggi akan mempengaruhi variabilitas fenotifik dalam
suatu populasi, sehingga pemulia mempunyai peluang yang lebih besar dalam
melakukan seleksi (Sitompul dan Guritno, 1995).
Gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter terkecuali jika
mereka berada di lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruh
terhadap perkembangan karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan
lingkungan terkecuali jika gen yang diperlukan ada. Namun harus disadari bahwa
keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh
perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas
di dalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan
dimana individu itu berada (Allard, 1992).
Keragaman genetik alami merupakan sumber bagi setiap program
pemuliaan tanaman. Variasi ini dapat dimanfaatkan, seperti semula dilakukan
manusia, dengan cara melakukan introduksi sederhana dan seleksi atau dapat
dimanfaatkan dalam program persilangan yang canggih untuk mendapatkan
kombinasi genetik yang baru. Jika perbedaan dua individu yang mempunyai
faktor lingkungan yang sama dapat diukur, maka perbedaan ini berasal dari
genotipe kedua tanaman tersebut. Keragaman genetik menjadi perhatian utama
para pemulia tanaman, karena melalui pengelolaan yang tepat dapat menghasilkan
varietas baru yang lebih baik (Welsh, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Heritabilitas
Salah satu analisis yang umum digunakan untuk mengevaluasi sumbangan
perbedaan genetik terhadap keragaman penampilan tanaman adalah heritabilitas
(heritability) yaitu suatu ukuran tingkat pengaruh genetik terhadap fenotip. Ini
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
H2 = V(P) – V(E)/V(P)
Dimana V(P) adalah keragaman individu dalam suatu proporsi, akibat perbedaan
genetik dan perbedaan lingkungan dan V(E) keragaman lingkungan. Akan tetapi
tanaman tingkat tinggi bukanlah suatu organisme yang ideal untuk percobaan
genetik, karena waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu siklus cukup
panjang (Sitompul dan Guritno, 1995).
Menurut Hadiati, Murdaningsih, Baihaki dan Rostini (2003) heritabilitas
merupakan suatu tolak ukur yang bersifat kuantitatif untuk menentukan apakah
perbedaan penampilan suatu karakter disebabkan oleh faktor genetik atau
lingkungan, sehingga akan diketahui sejauh mana sifat tersebut akan diturunkan
pada generasi selanjutnya. Heritabilitas juga merupakan parameter yang
digunakan untuk seleksi pada lingkungan tertentu, karena heritabilitas merupakan
gambaran apakah suatu karakter lebih dipengaruhi faktor genetik atau faktor
lingkungan. Nilai heritabilitas tinggi menunjukkanbahwa factor genetik relatif
lebih berperan dibandingkan dengan faktor lingkungan. Sifat yang mempunyai
nilai heritabilitas yang tinggi maka sifat tersebut akan mudah diwariskan pada
keturunan berikutnya (Alnopri, 2004).
Variasi keseluruhan dalam suatu populasi merupakan hasil kombinasi
genotip dan pengaruh lingkungan. Proporsi variasi merupakan sumber yang

Universitas Sumatera Utara

penting dalam program pemuliaan karena dari jumlah variasi genetik ini
diharapkan terjadi kombinasi genetik yang baru. Proporsi dari seluruh variasi yang
disebabkan oleh perubahan genetik disebut heritabilitas. Heritabilitas dalam arti
luas adalah semua aksi gen termasuk sifat dominan, aditif, dan epistatis. Nilai
heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0 sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh
variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila
seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian nilai heritabilitas
akan terletak antara kedua nilai ekstrim tersebut (Welsh, 2005).

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan waktu

Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Penelitian dilaksanakan
mulai bulan Desember 2010 sampai dengan bulan Februari 2011.
Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji hasil selfing jagung
yang terdiri dari 3 genotip yaitu: F2 VBA (Sukmaraga X Arjuna), F2 VDC
(Kalingga X Lamuru), F2 VFE (Bayu X Srikanndi kuning), pupuk urea, TSP,
KCL, fungisida, insektisida dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Adapun alat-alat yang digunakan adalah cangkul untuk mengolah lahan,
gembor untuk menyiram tanaman, meteran untuk mengukur lahan dan
pertumbuhan tanaman, timbangan analitik untuk menimbang bobot biji, kalkulator
untuk menghitung data dan alat tulis untuk mencatat data serta alat-alat lain yang
mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial
yang terdiri dari 3 genotif jagung keturunan kedua hasil selfing dan bersari bebas
yaitu:
VB (Sukmaraga) X VA (Arjuna)

: F2 VBA

VD (Kalingga) X VC (Lamuru)

: F2 VDC

Universitas Sumatera Utara

VF (Bayu) X VE (Srikandi Kuning) : F2 VFE
Jumlah ulangan

: 4 ulangan

Jumlah plot dalam blok

: 3 plot

Jumlah plot

: 12 plot

Jumlah sampel per plot

: 6 tanaman

Jumlah tanaman per plot

: 24 tanaman

Jarak tanaman

: 30 cm x 60 cm

Jumlah tanaman seluruhnya

: 288 tanaman

Luas plot

: 250 cm x 150 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier
aditif sebagai berikut :
Yij = µ + αi + βj + Єij
i = 1,2,3,4

j = 1,2,3,4,5,6

Dimana :
Yij

: hasil pengamatan perlakuan ke-1 dalam ulangan ke-j

µ

: nilai rata-rata

αi

: efek ulangan ke-i

βj

: efek perlakuan ke-j

Єij

: galat dari blok ke- I varietas ke-j

(Bangun, 1991).
Data pengamatan dianalisis dengan sidik ragam rancangan acak kelompok
(RAK) non faktorial. Jika perlakuan berbeda nyata dilanjutkan dengan uji beda
nyata (BNJ) pada taraf α = 5% (Bangun, 1991).

Universitas Sumatera Utara

Nilai Harapan Kuadrat Tengah Bagi Analisis Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Sumber

Db

JK

KT

Blok
Genotipe
Error
Total

b-1
g-1
(b-1)(g-1)
bg-1

JKB
JKG
JKE
JKTotal

KTB
KTG
KTE

Estimasi Kuadrat Tengah
(EKT)
σ2e+gσ2b
σ2e+bσ2g
σ2 e

Dari hasil analisis sidik ragam digunakan untuk mendapatkan nilai kuadrat
tengah persilangan (KTp) dan kuadrat tengah error (KTe) yang selanjutnya
digunakan untuk menentukan nilai varian genotip (σ2 g) dan varian fenotip (σ2p).
Nilai varian genotip dan fenotip untuk setiap karakter diduga melalui
analisis dari nilai harapan variannya yaitu:
KTp - (σ2e)
Varian genetik (σ2g) =
r
Varian fenotip (σ2p) = (σ2g) + (σ2e)
Dalam Stansfield (1991) untuk melihat luas sempitnya variabilitas genetik
dan fenotip suatu karakter ditentukan berdasarkan varian genetik (σ2g), varian
fenotip (σ2p) serta standar deviasi genetik (σσ2g) dan standar deviasi fenotip
(σσ2p) yang ditentukan dari:

(σσ2g) =

2
r2

2


KTp 2
KTe 2 


+
+
2
+
2
dbgenotip
dbgalat



(σσ p) =

2
r2



KTp 2


 dbgenotip + 2 

Universitas Sumatera Utara

Dengan kriteria sebagai berikut:
(σ2g) > 2(σσ2g)

: variabilitas genetik luas

(σ2g) ≤ 2(σσ2g)

: variabilitas genetik sempit

(σ2p) > 2(σσ2p)

: variabilitas fenotifik luas

(σ2p) ≤ 2(σσ2p)

: variabilitas fenotifik sempit.

Nilai heritabilitas dalam arti luas dihitung berdasaskan rumus:
h2 =

σ 2g
σ 2g
=
σ 2 p σ 2 g + σ 2e

Dengan kriteria heritabilitas:
h2 > 0,5

: tinggi

h2 0,2- 0,5

: sedang

h2 < 0,2

: rendah.

Diagram chat asal usul benih
P1 :

VB Sukamaraga x VA Arjuna
VD Kalingga x VC Lamuru
VF Bayu x VE Srikandi

F1:

VBA
VDC
VFE

F2:

F3:

VBA
VDC
VFE

VBA
VDC

Metode Resiprok (Limsasi, 2008)

Metode Selfing (Syahril, 2009)

Metode Selfing (Abdillah, 2010)

Metode Bersari Bebas (Nadya, 2011)

VFE

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Lahan yang akan digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan
dari gulma dan sampah, lalu dilakukan pembuatan plot percobaan berukuran
250cm X 150cm, jarak antar plot 50 cm dan jarak antar blok 50 cm yang
berfungsi sebagai drainase. Tanah diolah dengan kedalaman olah ± 20 cm.
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam pada lahan
penelitian. Setiap plot dibuat lubang tanam sebanyak 24 lubang tanam. Setiap
lubang tanam ditanami 2 benih perlubang tanam. Kemudian lubang tanam ditutup
dengah tanah top soil.
Pemupukan
Pupuk urea diberikan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat
tanaman berumur 3 minggu setelah tanaman (MST) dengan dosis pupuk urea
3,75 g/tanaman, pupuk KCl dan TSP diberikan pada saat tanaman 3 MST dengan
dosis pupuk KCl 1,87 g/tanaman dan TSP 1,87 g/tanaman.
Penjarangan
Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST. Penjarangan
dilakukan dengan cara memotong salah satu tanaman sehingga pada setiap lubang
tanam hanya terdapat satu tanaman.

Universitas Sumatera Utara

Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari, atau sesuai dengan kondisi
lingkungan. Penyiraman dilakukan agar kondisi air pada lahan penelitian tetap
berada pada kondisi yang cukup untuk tanaman.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk menghindari persaingan antara gulma dan
tanaman. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau menggunakan cangkul.
Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida dengan
dosis 0,5 cc/liter air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan
penyemprotan fungisida dengan dosis 1 cc/liter air.
Panen
Panen dilakukan dengan mengambil tongkol jagung dengan menggunakan
tangan. Adapun kriteria panennya adalah rambut tongkol telah berwarna hitam
dan bila biji ditekan dengan kuku tidak meninggalkan bekas.
Peubah Amatan
Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar sampai dengan pucuk daun
tertinggi tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman
dilakukan setiap minggu sejak tanaman berumur 2 MST.

Universitas Sumatera Utara

Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung dengan menghitung

seluruh daun yang telah

membuka sempurna. Pengukuran jumlah daun dilakukan setiap minggu sejak
tanaman berumur 2 MST hingga muncul bunga jantan.
Umur berbunga jantan (hari)
Umur berbunga jantan diamati pada saat keluar bunga jantan pada
tanaman sampel. Kriteria yang digunakan adalah munculnya daun bendera
pembungkus malai.
Umur berbunga betina (hari)
Umur berbunga betina diamati pada saat keluar bunga betina pada
tanaman sampel yaitu keluarnya silk dari tongkol.
Kelengkungan daun
Kelengkungan daun merupakan nisbah antara panjang daun dengan jarak
antara ujung daun hingga pangkal daun dalam keadaan melengkung yang
dinyatakan dengan : a/b
Dimana: a = panjang daun
b= jarak antara ujung daun hingga pangkal daun dalam posisi
melengkung

Universitas Sumatera Utara

Jumlah daun di atas tongkol
Jumlah daun di atas tongkol dihitung dengan menghitung jumlah daun
yang berada diatas tongkol utama.
Umur panen (hari)
Umur panen dihitung pada saat dilakukannya pemanenan pada setiap
tanaman sampel.
Jumlah baris per tongkol (g)
Jumlah baris per tongkol dihitung dari setiap tanaman sampel.
Jumlah biji per tongkol (biji)
Jumlah biji pertongkol dihitung pada setiap tanaman sampel.
Berat biji per tongkol (g)
Berat biji pertongkol ditimbang setelah biji dipipil dan dikeringkan pada
setiap tanaman sampel.
Berat 100 biji (g)
Berat 100 biji ditimbang setelah biji dikeringkan dan dipipil pada setiap
tanaman sampel.
Produksi biji kering per plot (g)
Produksi biji kering per plot (g) diambil dari seluruh tanaman per plot
setelah biji dikeringkan dan dipipil.

Universitas Sumatera Utara

Laju pengisian biji (g/hari)
Laju pengisian biji dihitung dengan membagi bobot biji tiap tongkol
dengan selisih antar umur panen dan umur keluar rambut.
berat biji (g)
LPB =
Umur Panen (hari) – Umur Keluar Rambut (hari)

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Tinggi tanaman (Cm)
Hasil analisis data secara statistik dari parameter tinggi tanaman 2 s/d 7
MST dapat dilihat pada Lampiran 1 s/d 12. Hasil analisis sidik ragam tersebut
menunjukkan bahwa genotip tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi
tanaman 2 s/d 7 MST. Rataan tinggi tanaman 2 s/d 7 MST dari beberapa genotip
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman 2 s/d 7 MST dari beberapa genotip (cm)
Tinggi Tanaman Pada Umur (Cm)
Populasi
F3 VBA
(Sukmaraga
x Arjuna)
F3 VDC
(Kalingga x
Lamuru)
F3 VFE
(Bayu x
Srikandi
Kuning)

2 MST

3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

35.50

65.10

95.95

146.85

188.98

218.30

36.60

66.20

99.48

153.30

195.03

223.50

35.53

67.00

99.90

143.53

186.85

222.10

Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa rataan tinggi tanaman 7 MST yang
tertinggi terdapat pada genotip F3 VDC yaitu 223.50 cm dan yang terendah pada
genotip F3 VBA yaitu 218.30 cm.

Jumlah daun (helai)
Hasil analisis data secara statistik dari parameter jumlah daun 2 s/d 7 MST
dapat dilihat pada Lampiran 13 s/d 24. Hasil analisis sidik

ragam tersebut

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan bahwa genotip tidak berbeda nyata pada parameter jumlah daun
pada 2 s/d 7 MST. Rataan jumlah daun 2 s/d 7 MST dari beberapa genotip
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan jumlah daun 2 s/d 7 MST dari beberapa genotip (helai)
Jumlah Daun Pada Umur (Cm)
Populasi
F3 VBA
(Sukmaraga
x Arjuna)
F3 VDC
(Kalingga x
Lamuru)
F3 VFE
Bayu x
Srikandi
Kuning

2 MST

3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

4.00

5.60

6.68

8.28

11.10

14.55

3.95

5.53

6.88

8.43

10.98

14.05

3.95

5.88

6.73

8.05

11.23

14.05

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa rataan jumlah daun 7 MST yang
tertinggi terdapat pada genotip F3 VBA yaitu 14.55 helai dan yang terendah pada
genotip F3 VDC dan F3 VFE yaitu 14.05 helai.
Kelengkungan daun (Cm)
Hasil analisis data secara statistik dari parameter kelengkungan daun (cm)
dapat dilihat pada Lampiran 25. Hasil analisis sidik ragam tersebut menunjukkan
bahwa genotip tidak berbeda nyata terhadap parameter kelengkungan daun (cm).
Rataan kelengkungan daun (cm) dari beberapa genotip dapat dilihat pada Tabel
3.
Tabel 3. Rataan kelengkungan daun (cm) dari beberapa genotip (hari)
Populasi
F3 VBA (Sukmaraga x Arjuna)
F3 VDC (Kalingga x Lamuru)
F3 VFE (Bayu x Srikandi Kuning)

Kelengkungan Daun
1.58
1.65
1.63

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa rataan kelengkungan daun (cm)
tertinggi terdapat pada genotip F3 VAB yaitu 1.65 cm dan yang terlama terdapat
pada genotip F3 VBA yaitu 1.58 cm.
Jumlah daun di atas tongkol (helai)
Hasil analisis data secara statistik dari parameter jumlah daun di atas
tongkol dapat dilihat pada Lampiran 27. Hasil analisis

ragam tersebut

menunjukkan bahwa genotip tidak berbeda nyata terhadap parameter jumlah daun
diatas tongkol. Rataan jumlah daun di atas tongkol dari beberapa genotip dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan jumlah daun di atas tongkol (helai)
Populasi

Rataan

F3 VBA (Sukmaraga x Arjuna)
F3 VDC (Kalingga x Lamuru)
F3VFE(Bayu x Srikandi Kuning)

6.78
6.93
6.65

Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa rataan jumlah daun di atas tongkol
tertinggi terdapat pada genotip F3 VDC yaitu 6.93 helai dan yang terendah
terdapat pada genotip F3 VEF yaitu 6.65 helai.

Umur keluar bunga jantan (hari)
Hasil analisis data secara statistik dari parameter umur keluar bunga jantan
(hari) dapat dilihat pada Lampiran 29. Hasil analisis sidik ragam tersebut
menunjukkan bahwa genotip tidak berbeda nyata terhadap parameter umur keluar
bunga jantan. Rataan umur keluar bunga jantan (hari) dari beberapa genotipe
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan umur keluar bunga jantan dari beberapa genotip (hari)

Universitas Sumatera Utara

Populasi
F3 VBA (Sukmaraga x Arjuna)
F3 VDC (Kalingga x Lamuru)
F3 VFE (Bayu x Srikandi Kuning)

Umur Berbunga
54.38
53.50
53.85

Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa rataan umur keluar bunga jantan
tercepat terdapat pada genotip F3 VFE yaitu 54.38 hari dan yang terlama terdapat
pada genotip F3 VDC yaitu 52.19 hari.
Umur keluar bunga betina (hari)
Hasil analisis data secara statistik dengan dari parameter umur keluar
bunga betina (hari) dapat dilihat pada Lampiran 31. Hasil