akan mengalami gejala putus zat. Selain ditandai dengan gejala putus zat, ketergantungan fisik juga dapat ditandai dengan adanya toleransi.
b. Ketergantungan psikologis adalah suatu keadaan bila berhenti
menggunakan NAPZA tertentu, seseorang akan mengalami kerinduan yang sangat kuat untuk menggunakan NAPZA tersebut walaupun ia tidak
mengalami gejala fisik.
2.5 Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi menurut World Health Organizations WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari
penyakit kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya atau suatu keadaan dimana manusia dapat
menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman Nugroho, 2010:5. Menurut konferensi
Internasional Kependudukan dan Pembangunan International Conference on Population and Development ICPD Kesehatan Reproduksi adalah Keadaan
sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran sistem reproduksi BKKBN, 2010. Kesehatan reproduksi
menurut Depkes RI adalah suatu keadaan sehat, secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kedudukan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses
reproduksi, dan pemikiran kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit, melainkan juga bagaimana seseorang dapat memiliki seksual yang
aman dan memuaskan sebelum dan sudah menikah Nugroho, 2010:5. Definisi kesehatan reproduksi yang ditetapkan dalam
Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan International Conference on Population and
Development ICPD adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya Tarwoto, 2010:1.
Hasil SDKI tahun 2007 bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remja relatif masi rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu
perkembangan fisiknya sebanyak 13,3. Hampir separuh 47,9 remaja perempuan tidak mengetahui kapan seorang perempuan memiliki hari atau masa
suburnya. Sebaliknya, dari survei yang sama, pengetahuan dari responden remaja laki-laki yang mengetahui masa subur perempuan lebih tinngi 32,3 dibanding
dengan ressponden remaja perempuan 29. Mengenai pengetahuan remaja laki- laki tentang mimpi basah lebih tinggi 24,4 dibandingkan dengan remaja
perempuan 16,8. Sedangkan pengetahuan remaja laki-laki tentang menstruasi lebih rendah 33,7 dibandingkan remaja perempuan 76,2
2.6 Seks Pranikah Pada Remaja