Nishi Sumatora No Minzoku No Asobi Toshite No “Sepak Tekong”

(1)

NISHI SUMATORA NO MINZOKU NO ASOBI TOSHITE NO

“SEPAK TEKONG”

KERTAS KARYA Dikerjkan

O L E H

TEGUH PRIMANTO NIM 062203043

Pembimbing Pembaca

Drs.Nandi.S AdrianaHasibuan,S.S.,M.Hum.

NIP.19600822 198803 1 002 NIP.19620727 198703 2 005 Kertas karya ini di ajikan kepada panitia ujian lokal Non-Gelar Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian diploma III

Bidang

Studi Bahasa Jepang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SUMATERA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA

BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN


(2)

2

NISHI SUMATORA NO MINZOKU NO ASOBI TOSHITE NO

“SEPAK TEKONG”

KERTAS KARYA Dikerjkan

O L E H

TEGUH PRIMANTO NIM 062203043

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SUMATERA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA

BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN


(3)

PENGESAHAN

Di setujui Oleh :

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra budaya Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk Melengkapi salah satu syarat Ujian Dipoloma II Bidang Studi Bahasa Jepang

Pada :

Tanggal :

Hari :

Program Diploma Satra Budaya Fakultas Satsra

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Prof.Drs.Syaifuddin , M.A., Ph.D. NIP. 19650909 199430 1 004

Panitia

No Nama Tanda Tangan

1. Adriana Hasibuan,S.S.,M.Hum. ( )

2. Drs.Nandi.S ( )


(4)

4 Disetujui Oleh:

Program Diploma Bahasa Jepang Fakultas Sastra

Unversitas Sumatera Utara Medan

Program Studi D3 Bahasa Jepang

Ketua,

Adriana Hasibuan,S.S., M,Hum. NIP. 19620727 198703 2 005


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Segala puji syukur puji penulis pnjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah mmberikan rahmat dan karuniaNya, shingga penulis dapat menyelsesaikan tugas akhir ini. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, sebagai syarat untuk memenuhi tugas akhir Diploma III Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Symatera Utara. Tugas karya ini berjudul“ SEPAK TEKONG PERMAINAN SUMATERA BARAT”.

Penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini tidak utuhnya sempurna, baik dari segi isi maupun redaksi. Untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besanya kepada pembaca sekalian dan penulis juga mengharapkan patisipasi pembaca dalam bentuk kritik dan saran agar tulisan ini lebih bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Dalam kertas karya ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang cukup bernilai harganya. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesarbesarnya kepada :

1. Prof. Drs. Syaifuddi, MA., Ph.D, selaku dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum. selaku ketua jurusan Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Nandi.S selaku dosen pembimbing yang ikhlas telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbngan ini dan juga arahan kepada penulis, sampai kertas karya ini dapat diselesaikan.


(6)

6

5. Seluruh Staff pengajar pada program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

6. Teristimewa kepada keluarga besar penulis, Ayahanda Suyanto dan Ibunda Suyatmi yang telah memberikan doa dan dukungannya. Juga kepada abang Tommy Darmadi, adika-adik Tri Sumantri dan Mita Sasmita yang telah memberikan semangat kepada penulis. Terimakasih kepada atas semua dkungan dan doa yang telah dipanjatkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

7. Tidak lupa juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman kampus Faisal Azhari, Paima Leonad Silaen yang telah memberikan bantuannya secara ikhlas, dan Bayu Samudera,Fillio Tito Utama, Ahmad Fadly, ifki Rifauzi, Husnul Khotimah Lubis, Uci Agustina, Yudi Suganda, dan teman-teman yang lain yg gag bs di sebut satu persatu namany, dan segenap keluarga besar HINODE. Akhir kata penulis mohon maaf kepada para pembaca atas segala kesalahan ataupun kekurangan dalam pengerjaan kertas karya ini, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Medan, April 2010 Penulis,

TEGUH PRIMANTO NIM. 062203043


(7)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 1

1.3 Pembatasan Masalah ... 2

1.4 Metode Penelitian ... 2

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SUMATERA BARAT 2.1 Letak Geografis ... .3

2.2 Agama ... .4

2.3 Penduduk ... .4

2.4 Mata Pencaharian ... .4

BAB III SEPAK TEKONG PERMAINAN RAKYAT SUMATERA BARAT 3.1 Latar Belakang Permaianan Sepak Tekong ... .6

3.2 Prrmaianan 3.2.1 Peserta ... .7

3.2.2 Peralatan Permainan ... .8

3.2.3 Jalannya Permainan ... .8

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan……….11

4.2 Saran……….…………..11


(8)

10 BAB II

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT PROPINSI SUMATERA BARAT

2.1 Letak Geografis

Propinsi Sumatera Barat adalah daerah yang terletak di sepanjang pantai Barat Pulau Sumatera bahagian Tengah yang membujur dari Barat Laut ke Tenggara. Luas propinsi Sumatera Barat 42.297.30 km2, dengan jumlah penduduknya 2.792.221 orang.

Provinsi Sumatera Barat, tempat bermukimnya masyarakat Minangkabau. Provinsi ini dikaruniai dengan budaya dan keindahan alamnya yang bagus. Tidak mengherankan kalau Sumatera Barat telah lama dikenal sebagai daerah tujuan wisata bagi wisatawan. Bukittinggi adalah suatu daerah yang beriklim sejuk dilingkungi oleh gunung-gunung dan nagari-nagari tradisional serta tatanan kehidupan yang masih bertahan selama berabad-abad. Padang adalah ibu kota provinsi dengan masakan Padang yang terkenal sampai ke Mancanegara, dan perjalanan ke daerah-daerah cagar alam yang semuanya tidak akan pernah begitu saja dilupakan wisatawan atau siapa pun yang pernah mengunjunginya.

Keadaan topografi wilayah Sumatera Barat bervariasi, yaitu wilayah datar, bergelombang serta wilayah dengan kondisi alam yang curam dan berbukit. Dengan kondisi ini, di Sumatera Barat banyak sekali didapati obyek wisata alam.

Dengan dukungan sarana dan prasarana serta fasilitas transportasi yang memadai, daerah Sumatera Barat dapat dengan mudah dikunjungi dari daerah manapun, baik melalui perjalanan darat, laut maupun udara.


(9)

2.2 Agama

Sebagian besar penduduk Sumatera Barat beragama Islam, namun kehidupan beragama masyarakat Sumatera Barat yang sangat menghargai adanya perbedaan, pelaksanaan ibadah bagi penduduk pemeluk agama lainnya berjalan dengan baik dan damai, hampir tidak ditemukan permasalahan antar pemeluk agama di Sumatera Barat, dalam menjalankan ibadah menurut kepercayaan masing-masing.

2.3 Penduduk

Mayoritas suku di Sumatera Barat adalah Suku Minangkabau, yang sangat menghargai nilai-nilai adat dan budaya tradisional serta terbuka terhadap nilai positif lainnya yang datang dari luar, kondisi ini sangat memberikan pengaruh baik terhadap penyelenggaraan pendidikan di Sumatera Barat.

Suku yang berkembang di Sumatera Barat, antara lain Suku Mentawai di Kepuluan Mentawai, Suku Mandailing di Pasaman, Suku Jawa terutama sekali di daerah transmigrasi dan pertambangan, serta kelompok etnis Tiongha. Interaksi sosial masyarakat antar suku yang dapat terjaga dengan baik menjadi dasar bagi peningkatan persatuan dan kesatuan bangsa di Sumatera Barat.

2.3 Mata Pencaharian

Sesuai dengan kondisi alamnya sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah di bidang pertanian, peternakan, perikanan, pedagang, buruh dan sebagainya. Dengan semakin terbatasnya daerah serta keinginan untuk cepat mendapat kekayaan, lapangan pertanian kurang ditekuni, mereka berpindah ke


(10)

12

sektor perdagangan dan pendidikan. Di samping itu juga berkembang kerajinan tangan dan industri kecil sebagai mata pencaharian tambahan. Mobilitas orang di Minangkabau sangat tinggi karena pada umumnya mereka berjiwa perantau.


(11)

BAB III

SEPAK TEKONG PERMAINAN RAKYAT SUMATERA BARAT

3.1 Latar Belakang

Dipercayai bahwa permainan ini telah diwarisi secara turun temurun dalam waktu yang lama, dan waktu kelahirannya tidak diketahui. Hanya, dalam suatu masyarakat dijumpai suatu legenda tentang asal usul lahirnya permainan ini. Sejumlah anak-anak bersaudara setelah ditinggal ayah, bekerja bersama ibu mencari kayu api dalm hutan untuk dijual guna penyambung hidup mereka. Dalam asyik bekerja, anak-anak melihat seekor kucing gelisah di antara celah-celah batu. Dalam celah-celah-selah batu itu rupanya bersembunyi sejumlah tikus. Pada mulanya kucing sedang mengorek-ngorek sebuah celah shingga seekor tikus yang berada dalam lobang nyaris tertangkap. Dalam keadaan kritis ini maka larilah seekor tikus dari celah lainnya . Sikucing cepat berlari ke arah bunyi tersebut sehingga tikus yang dalam bahaya terbebas dari tangkapan, lalu lari ketempat persembunyian yang lebih aman. Sementara itu, kucing pun mengorek celah yang kedua ini, dimana tikus didalamnya berada dalam keadaan berbahaya pula. Berikutnya mencicit pula tikus di celah persembunyian lainnya, yang serentak dengan itu pun kucing pun lari kesana dengan meninggalkan tikus yang dalam bahaya, tikus ini pun dapat lari kearah persembunyian yang lebih aman pula. Begitulah seterusnya sehinggga tikus satu demi satu bersembunyi ditempat yang lebih aman, sementara kucing semakin letih lari kian kemari tanpa hasil. Pelaksanaan permainan sepak tekong betul-betul persis seperti peristiwa kucing dengan tikus tersebut.


(12)

14

Pola permainan sepak tekong ini tidak pernah berubah dari mula sampai sekarang. Yang berubah hanyalah alat yang dipakai yaitu yang disesuaikan dengan fasilitas yang ada diwaktu anak-anak memainkannya.

3.2 Permainan

3.2.1 Peserta/Pelaku a. Jumlah Pemain

Permainan ini merupakan permainan yang dilakukan anak-anak, tapi bukan dalam bentuk tim. Tidak ada pembatasan tertentu dari jumlah peserta. Namun jumlah yang ideal, adalah 5 dan 10 orang. Jika, kurang dari 5, permainan kurang hangat, sedangkan jika melebihi 10, si anak yang kebetulan sebagai penjaga tekong (pencari) akan terlalu letih dan baginya permainan akan sangat memuakkan dan menjengkelkan.

b. Usia Pemain

Permainan ini, lebih bersifat fisik, namun demikian, unsur-unsur kecerdasan (akal) mempunyai perana besar di dalamnya. Sehubungan dengan itu, persyaratan tersebut baru terpenuhi dengan baik oleh anak-anak berumur mulai 7-8 tahun. Artinya permainan ini umumnya hanya bagi anak-anak Sekolah Dasar.

c. Jenis Kelamin

Karena gerak dan besarnya energi yang dilepaskan dalam permainan ini, maka secara umum ini dilakukan oleh anak laki-laki. Namun tidak jarang pula anak perempuan melakukannya.


(13)

3.2.2 Peralatan Permainan

Alat permainan ini sangat sederhana, biasanya sebuah tempurung kelapa ataupun sebuah kaleng kusong. Pada dasarnya benda itu cukup ringan untuk disepak oleh anak-anak, namun mengeluarkan bunyi yang cukup keras untuk didengar oleh anak lain dalam persembunyian. Untuk memperkuat bunyinya, waktu disepak, sering dimasukkan sedikit pasir kedalamnya. Sebetulnya, kerasnya bunyi kaleng waktu disepak tidaklah prasyarat utama sebab waktu menyepak, anak-anak itu meneriakkan ”sepak tekong”, namun bunyi kaleng cukup penting bagi anak-anak yang bersembunyi.

Tempat permainan biasanya adalah halaman-halaman rumah. Umumnya rumah-rumah di pedesaan, mempunyai halaman yang luas, bunga-bungaan, tanaman, bambu dan belukar yang baik untuk bersembunyi dalam permainan ini. Tempat permainan yang ideal adalah halaman yang luas dan mempunyai tempat persembunyian yang banyak.

3.2.3 Jalannya Permainan a. Persiapan

Pertama-tama anak-anak mempersiapkan tekong jika tidak dijumpai kaleng kosong, dicarilah tempurung kelapa.

Berikutnya mereka menetapkan bersama, tempat yang paling strategis untuk meletakkan tekong. Biasanya tempat yang paling baik adalah di tengah-tengah halaman. Setelah menetapkan kira-kira tempat demikian, digoreslah dengan benda tajam, membentuk lingkaran dengan radius kira-kira 10-15 cm. Pada central lengkaran itulah ditempatkan tekong.


(14)

16

Berikutnya, mereka menetapkan batas bersembunyi yang jauh. Jika ada diantara mereka yang tidak mematuhi ketentuan atau bersembunyi diluar batas yang ditentukan, maka secara otomatis anak bersangkutan dihukum, yaitu dengan menugaskannya sebagai penjaga tekong mengganti si penjaga yang sedang bertugas. Lalu mereka siap memulai permainan.

b. Jalan dan Aturan Permainan

Pertama dilakukan ialah undian. Undian dilakuan dengan hompimpa yang di daerah ini disebut som. Setelah hanya tinggal dua yang harus dilakukan suit. Dengan suit akhirnya terdapatlah seorang yang kalah. Permainan yang sesungguhnya barulah dimulai.

Anak-anak yang menang pergi bersembuyi dan satu orang anak yang kalah menjadi penjaga tekong. Ada 2 cara untuk memulai persembunyian:

a) Seluruh anak-anak bersama dengan penjaga tekong (pencari) berdiri dekat tekong, lalu seorang diantara mereka (bukan sipencari) menyepak tekong itu sejauh-jauhnya. Sipencari lalu mengejar tekong itu, mengambilnya dan meletakkan dalam lingkarannya semula. Dalam masa yang pendek itu seluruh pemain berlari dan menyebar secepatnya ketempat persembunyian yang aman.

b) Sipencari duduk diatas tekong sambil menutup mata. Dalam masa iti, pemain lainnya dengan agak tenang menyebar mencari tempat persembunyiannya. Sipencariyang sedang menutup mata itu, dari saat kesaat selalu berteriak menanyakan apa teman-temannya sudah bersembunyi? Kalau sudah meneriakkan ”siap”. Jika belum siap, maka


(15)

teriakkan dibalas dengan ”belum”, sedangkan jika tidak ada lagi suara itu berarti telah siap. Lalu sipencari membuka matanya dan mencari temn-temannya.

c. Konsekwensi Kalah Menang

Dalam permainan ini yang kalah menjadi sipencari. Namun bagi mereka dirasakan bukanlah demikian. Lalu, selama permainan, sipencari tidak berhasil mengubah fungsinya. Apabila permainan berlangsung lama, dan beberapa orang menjadi sipencari, maka yang kalah adalah yang terlama waktunya dalam fungsi itu. Konsekwensi dari semuanya itu tidak ada, dan yang ada hanya kata-kata sindiran dalam batas-batas bergurau.


(16)

18

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Indonesia memiliki banyak permainan rakyat tradisional, salah satunya

yang ada di Sumatera Barat.

2. Sepak Tekong digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai kerjasama dan kekompakan, nilai kejujuran, nilai keterbukaan, sportivitas, nilai prestise, dan nilai ekonomi.

3. Sepak tekong merupakan alat permainan yang terbuat dari kayu atau plastik, yang dimainkan dengan menggunakan seutas tali.

4.2 Saran

Dari pembahasan tentang Sepak tekong ini maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Penulis mengharapkan agar para pembaca dapat lebih mengenal salah satu permaianan rakyat yang ada di Sumatera Barat yaitu Sepak Tekong.

2. Penulis mengharapkan agar kita bisa lebih menghargai dan melestarikan kebudayaan kita.

3. Penulis mengharapkan agar kita tidak terpengaruh dengan budaya barat sehingga kita lupa akan budaya kita sendiri.


(17)

DAFTAR PUSTAKA

1. Proyek Inventarisasi dan Dokumntasi Kebudayaan Daerah. Permainan Rakyat Daerah Sumatera Barat, PD. Grafika Padang, 1981/1982 2.http://id.wikipedia.org/wiki/sepak tekong


(1)

Pola permainan sepak tekong ini tidak pernah berubah dari mula sampai sekarang. Yang berubah hanyalah alat yang dipakai yaitu yang disesuaikan dengan fasilitas yang ada diwaktu anak-anak memainkannya.

3.2 Permainan

3.2.1 Peserta/Pelaku a. Jumlah Pemain

Permainan ini merupakan permainan yang dilakukan anak-anak, tapi bukan dalam bentuk tim. Tidak ada pembatasan tertentu dari jumlah peserta. Namun jumlah yang ideal, adalah 5 dan 10 orang. Jika, kurang dari 5, permainan kurang hangat, sedangkan jika melebihi 10, si anak yang kebetulan sebagai penjaga tekong (pencari) akan terlalu letih dan baginya permainan akan sangat memuakkan dan menjengkelkan.

b. Usia Pemain

Permainan ini, lebih bersifat fisik, namun demikian, unsur-unsur kecerdasan (akal) mempunyai perana besar di dalamnya. Sehubungan dengan itu, persyaratan tersebut baru terpenuhi dengan baik oleh anak-anak berumur mulai 7-8 tahun. Artinya permainan ini umumnya hanya bagi anak-anak Sekolah Dasar.

c. Jenis Kelamin

Karena gerak dan besarnya energi yang dilepaskan dalam permainan ini, maka secara umum ini dilakukan oleh anak laki-laki. Namun tidak jarang pula anak perempuan melakukannya.


(2)

3.2.2 Peralatan Permainan

Alat permainan ini sangat sederhana, biasanya sebuah tempurung kelapa ataupun sebuah kaleng kusong. Pada dasarnya benda itu cukup ringan untuk disepak oleh anak-anak, namun mengeluarkan bunyi yang cukup keras untuk didengar oleh anak lain dalam persembunyian. Untuk memperkuat bunyinya, waktu disepak, sering dimasukkan sedikit pasir kedalamnya. Sebetulnya, kerasnya bunyi kaleng waktu disepak tidaklah prasyarat utama sebab waktu menyepak, anak-anak itu meneriakkan ”sepak tekong”, namun bunyi kaleng cukup penting bagi anak-anak yang bersembunyi.

Tempat permainan biasanya adalah halaman-halaman rumah. Umumnya rumah-rumah di pedesaan, mempunyai halaman yang luas, bunga-bungaan, tanaman, bambu dan belukar yang baik untuk bersembunyi dalam permainan ini. Tempat permainan yang ideal adalah halaman yang luas dan mempunyai tempat persembunyian yang banyak.

3.2.3 Jalannya Permainan a. Persiapan

Pertama-tama anak-anak mempersiapkan tekong jika tidak dijumpai kaleng kosong, dicarilah tempurung kelapa.

Berikutnya mereka menetapkan bersama, tempat yang paling strategis untuk meletakkan tekong. Biasanya tempat yang paling baik adalah di tengah-tengah halaman. Setelah menetapkan kira-kira tempat demikian, digoreslah dengan benda tajam, membentuk lingkaran dengan radius kira-kira 10-15 cm. Pada central lengkaran itulah ditempatkan tekong.


(3)

Berikutnya, mereka menetapkan batas bersembunyi yang jauh. Jika ada diantara mereka yang tidak mematuhi ketentuan atau bersembunyi diluar batas yang ditentukan, maka secara otomatis anak bersangkutan dihukum, yaitu dengan menugaskannya sebagai penjaga tekong mengganti si penjaga yang sedang bertugas. Lalu mereka siap memulai permainan.

b. Jalan dan Aturan Permainan

Pertama dilakukan ialah undian. Undian dilakuan dengan hompimpa yang di daerah ini disebut som. Setelah hanya tinggal dua yang harus dilakukan suit. Dengan suit akhirnya terdapatlah seorang yang kalah. Permainan yang sesungguhnya barulah dimulai.

Anak-anak yang menang pergi bersembuyi dan satu orang anak yang kalah menjadi penjaga tekong. Ada 2 cara untuk memulai persembunyian:

a) Seluruh anak-anak bersama dengan penjaga tekong (pencari) berdiri dekat tekong, lalu seorang diantara mereka (bukan sipencari) menyepak tekong itu sejauh-jauhnya. Sipencari lalu mengejar tekong itu, mengambilnya dan meletakkan dalam lingkarannya semula. Dalam masa yang pendek itu seluruh pemain berlari dan menyebar secepatnya ketempat persembunyian yang aman.

b) Sipencari duduk diatas tekong sambil menutup mata. Dalam masa iti, pemain lainnya dengan agak tenang menyebar mencari tempat persembunyiannya. Sipencariyang sedang menutup mata itu, dari saat kesaat selalu berteriak menanyakan apa teman-temannya sudah bersembunyi? Kalau sudah meneriakkan ”siap”. Jika belum siap, maka


(4)

teriakkan dibalas dengan ”belum”, sedangkan jika tidak ada lagi suara itu berarti telah siap. Lalu sipencari membuka matanya dan mencari temn-temannya.

c. Konsekwensi Kalah Menang

Dalam permainan ini yang kalah menjadi sipencari. Namun bagi mereka dirasakan bukanlah demikian. Lalu, selama permainan, sipencari tidak berhasil mengubah fungsinya. Apabila permainan berlangsung lama, dan beberapa orang menjadi sipencari, maka yang kalah adalah yang terlama waktunya dalam fungsi itu. Konsekwensi dari semuanya itu tidak ada, dan yang ada hanya kata-kata sindiran dalam batas-batas bergurau.


(5)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Indonesia memiliki banyak permainan rakyat tradisional, salah satunya

yang ada di Sumatera Barat.

2. Sepak Tekong digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai kerjasama dan kekompakan, nilai kejujuran, nilai keterbukaan, sportivitas, nilai prestise, dan nilai ekonomi.

3. Sepak tekong merupakan alat permainan yang terbuat dari kayu atau plastik, yang dimainkan dengan menggunakan seutas tali.

4.2 Saran

Dari pembahasan tentang Sepak tekong ini maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Penulis mengharapkan agar para pembaca dapat lebih mengenal salah satu permaianan rakyat yang ada di Sumatera Barat yaitu Sepak Tekong.

2. Penulis mengharapkan agar kita bisa lebih menghargai dan melestarikan kebudayaan kita.

3. Penulis mengharapkan agar kita tidak terpengaruh dengan budaya barat sehingga kita lupa akan budaya kita sendiri.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Proyek Inventarisasi dan Dokumntasi Kebudayaan Daerah. Permainan Rakyat Daerah Sumatera Barat, PD. Grafika Padang, 1981/1982 2.http://id.wikipedia.org/wiki/sepak tekong