Nishi Sumatora Kokumin No Asobi No "Gashian"

(1)

NISHI SUMATORA KOKUMIN NO ASOBI NO

“GASHIAN”

KERTAS KARYA Dikerjakan

O L E H

MAHDI REZA NIM 062203077

Pembimbing Pembaca

Alimansyar, S.S Hj. Muhibbah, S.S

NIP.132 313 750 NIP.

Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian pendidikan Non-Gelar Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA

BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN


(2)

NISHI SUMATORA KOKUMIN NO ASOBI NO

“GASHIAN”

KERTAS KARYA Dikerjakan

O L E H

MAHDI REZA NIM 062203077

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA

BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN


(3)

Disetujui Oleh

:

Program Diploma Bahasa Jepang Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi D3 Bahasa Jepang Ketua,

Adriana Hasibuan,S.S., M,Hum. NIP. 131662152


(4)

PENGESAHAN

Disetujui Oleh :

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk Melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang

Pada : Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D. NIP. 132098531

Panitia :

No Nama Tanda Tangan

1. Adriana Hasibuan,S.S.,M.Hum. ( )

2. Alimansyar, S.S ( )


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, sebagai syarat untuk memenuhi tugas akhir Diploma III Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Tugas karya ini berjudul “GASIANG PERMAINAN RAKYAT SUMATERA BARAT”.

Penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini tidak seutuhnya sempurna, baik dari segi isi maupun redaksi. Untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada pembaca sekalian dan penulis juga mengharapkan partisipasi pembaca dalam bentuk kritik dan saran agar tulisan ini lebih bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Dalam kertas karya ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang cukup benilai harganya. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum. selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Alimansyar, S.S selaku dosen pembimbing yang dengan ikhlas telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan juga arahan kepada penulis, sampai kertas karya ini dapat diselesaikan.


(6)

5. Seluruh Staff pengajar pada Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

6. Teristimewa kepada keluarga besar penulis, (Almh) Ibunda Meliarti dan Ayahanda M. Ilyas S yang telah memberikan doa dan dukungannya. Juga kepada kakanda-kakanda tercinta Ika Asmara dan Lia Jelita yang telah menyalurkan dana segarnya. Terimakasih atas semua dukungan dan doa yang telah dipanjatkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

7. Tidak lupa penulis juga ingin mengucapkan rasa banyak terimakasih kepada Megaria Sukmawati Putri dan juga anak-anak gang sempit; Faisal azhari, Yudi Suganda, Ahmad Fadly, Finda, Paima Leonard Silaen, Rifki Rifauzi, Bayu Samudera, Filio Tito Utama, Uci Agustina, Husnul Khotimah Lubis, Dicky, Idrus Sardi (BAKA), dan segenap keluarga besar Hinode. Akhir kata penulis memohon maaf kepada para pembaca atas segala kesalahan ataupun kekurangan dalam pengerjaan kertas karya ini, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.

Medan, Juli 2009 Penulis,

MAHDI REZA NIM. 062203077


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI ………. iii

BAB I PENDAHULUAN……….1

1.1Alasan Pemilihan Judul………... 1

1.2Tujuan Penulisan………..1

1.3Pembatasan Masalah………....………2

1.4Metode Penelitian………...……...2

BAB II GAMBARAN UMUM……….3

2.1 Permainan Tradisional……….3

2.2 Latar Belakang……….4

2.2.1 Latar Belakang Sosial Budaya………4

2.2.2 Latar Belakang Sejarah Perkembangannya………5

BAB III “GASIANG” PERMAINAN RAKYAT SUMATERA BARAT……….……6

3.1 Peserta / Pelaku……….……..6

3.2 Peralatan dan Perlengkapan Permainan……….…….7

3.3 Jalannya Permainan……….……8

3.4 Perannya Masa Kini……….………..11

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ……….12

4.1 Kesimpulan………12

4.2Saran………...……12


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Di setiap daerah diseluruh Indonesia terdapat banyak permainan rakyat tradisional yang beranekaragam. Masing-masing daerah memiliki permainan rakyat tradisional yang khas. Ada juga yang memiliki kesamaan dalam permainan rakyat tradisional ini. Tetapi di masing-masing daerah memiliki ciri khas perminan yang berbeda-beda, baik itu bentuk maupun cara bermainnya. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki banyak permainan rakyat tradisional yaitu daerah Sumatera Barat.

Gasing adalah salah satu dari sekian banyak permainan rakyat tradisional yang tersebar secara luas di daerah Sumatera Barat, baik di desa maupun di kota. Jenis permainan ini sangat populer dan digemari, terbukti dengan tersebar luasnya permainan ini dikalangan masyarakat banyak.

Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk membahas tentang gasiang ini, kemudian menuangkan hasil bahasannya kedalam kertas karya ini.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis mengangkat “Gasiang Permainan Rakyat Sumatera Barat” sebagai judul kertas karya adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperkenalkan salah satu permaianan rakyat yang ada di Sumatera Barat.

2. Untuk menambah wawasan baik terhadap pembaca maupun penulis tentang salah satu permainan rakyat yang ada di Sumatera Barat.


(9)

3. Melengkapi persyaratan untuk dapat lulus dari D3 Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam kertas karya ini penulis membahas mengenai gambaran umum tentang Gasiang, seperti cara bermain, peserta, dan perlengkapannya.

1.4 Metode Penelitian

Dalam kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan. Yaitu pengumpulan data atau informasi dengan membaca buku sebagai referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam kertas karya ini. Selanjutnya data dianalisa dan dirangkum untuk kemudian didekskripsikan ke dalam kertas karya ini.


(10)

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Permainan Tradsional

Gasiang berasal dari bahasa Minangkabau yang berarti “gasing” dalam bahasa Indonesia. Gasiang yaitu alat permainan yang terbuat dari kayu dan dapat diputarkan dengan tali.

Gasiang termasuk permainan yang berlangsung secara musiman dan dilakukan secara periodik atau pada waktu-waktu tertentu. Artinya dalam satu periode bisa bertahan selama satu bulan atau lebih dan sesudah itu tidak dimainkan lagi, sama saja dengan musim layang-layang. Tapi pada waktu dan peristiwa main itu muncul kembali, hampir serempak anak-anak memainkannya, setelah diselingi dengan permainan dalam bentuk yang lain.

Berhubung jenis permainan ini adalah permainan anak-anak usia sekolah, maka waktu penampilannya terutama disaat anak-anak libur atau pada hari-hari besar lainnya. Pada masa-masa tersebut kelihatanlah anak-anak berkelompok-kelomok dengan asyiknya bermain di pekarangan rumah atau di halaman-halaman sekolah yang terdekat. Pada umumnya waktu yang tepat bagi mereka untuk bermain adalah pada sore hari menjelang waktu Ashar dan Magrib.

Salah satu keuntungan dari sifat rekreatif, kompetitif permainan ini adalah mendidik anak-anak hidup bermasyarakat sambil menjalin hubungan kerja sama antar sesamanya. Disamping itu juga mereka secara tidak langsung diajar berkompetisi secara sehat sebagai bekal yang berguna dalam kehidupan bermasyarakat.


(11)

Dalam perkembangannya, permainan gasing digunakan sebagai sarana menanamkan nilai kerjasama dan kekompakan, nilai kejujuran, nilai keterbukaan, sportivitas, nilai prestise, dan nilai ekonomi.

2.2 Latar Belakang

Permainan ini berlaku umum dan dapat dimainkan oleh siapa saja tanpa melihat latar belakang sosialnya. Oleh karena itu tidak ada syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan permainan ini. Dengan kata lain permainan ini berlaku untuk semua orang.

2.2.1 Latar Belakang Sosial Budaya

Indonesia yang terdiri bermacam-macam suku bangsa dan kebudayaan, merupakan perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan sosial budaya. Corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang menjadi modal dan landasan pengembangan budaya seluruhnya.

Permainan gasiang merupakan permainan masyarakat dan suku-suku bangsa di Indonesia yang sudah ada sejak dahulu kala, tetapi mungkin cara, bahan dan namanya saja yang berbeda-beda untuk masing-masing daerah. Kalau memang permainan ini ada pada seluruh suku bangsa di Indonesia, maka gasiang merupakan unsur yang sama dalam kebudayaan kita. Di Sumatera Barat permainan ini pada masa dahulu dan sekarang sama saja, penyelenggaraannya tidak dilakukan oleh golongan-golongan tertentu saja dalam masyarakat, tetapi semua golongan boleh melakukannya tanpa membedakan kelas-kelas sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu permainan gasiang dimainkan oleh seluruh


(12)

anak-anak usia sekolah tanpa memandang derajat dan tingkat, kaya, miskin, petani, pengusaha, bangsawan, semuanya boleh ikut serta.

2.2.2 Latar Belakang Sejarah Perkembangannya

Khusus dalam main gasiang, generasi sekarang menghadapi tantangan yang berat untuk mengungkapkan sejarahnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya data yang diperlukan baik secara tertulis maupun peninggalan-peninggalan yang ada. Oleh karena itu satu-satunya sumber yang dapat membantu memecahkan masalah tersebut adalah informasi yang diperoleh dari orang tua- orang tua yang masih hidup.

Di antara mereka ada yang mengalami secara langsung atau menghayati dan memahami, sehingga dari informasi itu diperoleh sedikit pengetahuan yang dapat memberi tafsiran tentang main gasiang tersebut. Dari pengalaman masa lalu itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis permainan ini telah lama usianya. Bahkan sebagai salah satu bentuk tingkah laku masyarakat sudah barang tentu, permainan itu lahir bersamaan dengan masyarakat pendukungnya. Namun yang jelas fakta telah membuktikan bahwa permainan itu sampai sekarang hidup dengan suburnya secara luas dalam masyarakat Sumatera Barat.


(13)

BAB III

“GASIANG” PERMAINAN RAKYAT

SUMATERA BARAT

3.1 Peserta / Pelaku

Main gasiang ini selain sifat rekreatif yaitu sebagai hiburan bagi pesertanya, juga bersifat kompetitif, dipertandingkan. Tetapi sifat kompetitifnya tidaklah bertujuan memperebutkan juara dan memperoleh hadiah-hadiah tertentu dalam permainan, tetapi hanya bersifat ketangkasan dalam memainkan gasiang itu saja.

a. Jumlah Pelaku

Jumlah pelakunya dalam main gasiang tidak terbatas melainkan tergantung pada anak yang ingin ikut bermain. Tetapi dalam pengamatan yang sering dilakukan, maka peserta paling minimal dua orang.

b. Usia Pelaku

Mengenai usia anak-anak yang ikut main gasiang berumur dari 6 sampai 14 tahun. Jadi dalam kelompok anak-anak yang masih duduk di Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Pertama, yang masih haus dalam segala bentuk permainan. Dengan pengertian bahwa permainan ini tidak dilarang bagi orang-orang dewasa. Siapa saja boleh mencoba bermain gasiang.

c. Jenis Kelamin

Permainan ini hanya kebanyakan dilakukan oleh anak laki-laki, jarang anak perempuan yang ikut main. Ini disebabkan karena untuk membuat gasiang memerlukan keterampilan khusus yang membutuhkan tenaga. Begitu juga ketika memainkannya membutuhkan kekuatan untuk melemparkan gasiang. Main ini


(14)

juga mengandung bahaya, kalau tidak hati-hati dalam melemparkannya akan kena gasiang itu sendiri yang bagian bawahnya di beri paku yang runcing.

3.2 Peralatan dan Perlengkapan Permainan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka didaerah Sumatera Barat ini terdapat berjenis-jenis bentuk gasiang yang dibuat dari berbagai bahan antara lain:

1. Gasiang dari kayu

2. Gasiang dari buah pinang 3. Gasiang dari seng

4. Gasiang dari bambu 5. Gasiang dari tengkorak

Dari berbagai jenis bentuk gasiang yang disebut diatas, kecuali gasiang tengkorak semuanya adalah permainan untuk anak-anak. Permainan ini tidak memerlukan peralatan khusus, yang dibutuhkan hanya :

- Sepotong kayu yang keras untuk dibuat gasiang - Paku untuk bagian bawah gasiang

- Tali atau benang kasar untuk memainkannya - Cat untuk memberi warna gasiang itu

- Tempat bermain ditanah yang keras dan tidak ditumbuhi rumput, luasnya paling kurang 2x2 meter persegi.

3.3 Jalannya Permainan a. Persiapan


(15)

Sebelum bermain tentu saja harus ada persiapan, baik berupa sarana maupun prasarana. Sarananya adalah gasiang dan benang untuk memainkannya. Prasarana adalah tempat bermain yaitu lapangan tanah yang tidak berbatu, dan tidak berumput, serta datar. Dan terakhir yang penting adalah anak-anak yang akan ikut bermain gasiang. Biasanya anak-anak yang ikut bermain itu sebelum bertanding harus melatih diri sendiri, bagaimana cara melemparkan gasiang supaya hidup. Tanpa latihan tentu mengalami kesulitan dalam bermain. Orang yang tidak pandai memainkan gasiang, akan menyebabkan gasiang itu sering mati dan kurang lama hidupnya (berputar). Oleh sebab itu latihan adalah penting sebelum kita ikut main yang sesungguhnya.

b. Aturan Permainan

Adapun aturan permainannya adalah sebagai berikut: 1. Peserta harus memiliki gasiang.

2. Harus ada lingkaran yang luasnya paling kurang 30cm, tempat untuk meletakkan gasiang.

3. Peserta tidak boleh panas hati dalam permainan. 4. Mempunyai gasiang cadangan.

c. Tahap-tahap permainan

Mula-mula dibuat sebuah lingkaran yang luasny 30cm. Dalam lingkaran tersebut diletakkan sebuah kerikil atau putik jambu. Semua peserta boleh mulai melemparkan gasiangnya ke sasaran putik jambu tersebut. Barang siapa yang dapat mengeluarkan putik jambu yang ada dalam lingkaran itu, pada tahap tersebut dialah yang menang, maka seluruh gasiang yang lain harus dimasukkan dalam lingkaran itu.


(16)

Pemenang tersebut mulailah menghantamkan gasiangnya ke tumpukan gasiang lawannya yang berada dalam lingkaran itu.biasanya dalam beberapa kali lemparan saja, sudah ada gasiang yang kena dan terlempar ke luar dari garis lingkaran itu. Kalau dalam lemparan itu gasiang lawannya kena dan keluar semuanya, maka gasiang tersebut harus dimasukkan kembali semuanya.

Siapa gasiangnya yang tidak keluar dari sejumlah gasiang yang ada dalam lingkaran itu, maka gasiang yang tinggal tersebutlah yang dihantam bersama-sama. Siapa diantara lawan yang waktu memukul itu gasiangnya mati, dengan arti kata tidak mau berputar, maka gasiang tersebut harus dimasukkan ke dalam lingkaran tadi. Kalau dalam permainan itu ada gasiang yang pecah kena hantam, maka peserta tersebut harus menukar gasiangnya dengan yang baru, kalau ingin ikut terus bermain juga. Oleh sebab itu seorang peserta main gasiang harus memiliki paling kurang dua buah gasiang. Demikianlah permainan itu berjalan terus menerus sampai anak-anak tersebut menjadi bosan dan menghentikan permainan atas kesepakatan bersama. Biasanya sesudah main itu,anak-anak tersebut akan meneliti gasiang mereka masing-masing, berapa kali gasiang tersebut kena hantam dalam permainan tersebut. Ini bisa saja dilihat berapa jejak paku yang membekas pada gasiang mereka. Yang paling banyak jejak paku pada gasiangnya, itulah yang dianggap kalah. Jadi permainan gasiang hanya sekedar hiburan untuk anak-anak.

Ada juga main gasiang yang dipertandingkan lama hidupnya atau lama berputarnya dalam satu kali lemparan. Kalau gasiang itu cepat matinya, maka gasiang tersebut dianggap kalah. Permainan yang seperti ini biasanya diikuti


(17)

dengan taruhan. Taruhannya ada yang gasiang, kadangkala ada pula berupa uang.

Siapa yang kalah harus menyerahkan gasiangnya kepada lawannya. d. Konsekuensi kalah menang

Tidak ada konsekuensi bagi peserta yang kalah dalam permainan ini. Permainan gasiang hanya merupakan hiburan saja untuk anak-anak dalam memanfaatkan waktu senggangnya, serta mendidik mereka hidup bermasyarakat tanpa memandang derajad dan tingkat. Hanya saja dalam permainan gasiang yang mempertandingkan lama hidupnya, kadangkala diikuti dengan taruhan-taruhan tersebut hanya berupa gasiang atau uang ala kadarnya.

Siapa yang kalah akan menyerahkan gasiangnya kepada yang menang.

3.4 Peranannya Masa Kini

Menurut data yang ada di masyarakat sekarang ini tampak dengan jelas mana diantara jenis permainan yang telah musnah, setengah berkembang dan yang hidup secara populer. Hal ini tergantung pada nilai-nilai yang ada pada permainan itu sendiri. Artinya semakin tinggi nilai yang terkandung didalamnya dan bermanfaat bagi masyarakat pendukungnya maka permainan ini akan berperan terhadap masyarakat sekitarnya.

Dari penjelas diatas Gasiang masih tetap digemari walaupun banyak jenis permainan baru yang muncul. Hal ini disebabkan karena jenis permainan ini merupakan bagian dari nilai-nilai yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Oleh karena itu peranannya sangat besar dalam masyarakat, terutama untuk anak-anak yang berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya.


(18)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Indonesia memiliki banyak permainan rakyat tradisional, salah satunya yang

ada di Sumatera Barat.

2) Gasing digunakan sebagai sarana menanamkan nilai kerjasama dan kekompakan, nilai kejujuran, nilai keterbukaan, sportivitas, nilai prestise, dan nilai ekonomi.

3) Merupakan salah satu permainan rakyat yang ada di Sumatera Barat, yang dapat dimainkan oleh seluruh masyarakat tanpa memandang latar belakang sosial.

4) Gasiang merupakan alat permainan yang terbuat dari kayu atau plastik, yang dimainkan dengan menggunakan seutas tali.

4.2 Saran

1) Penulis mengharapkan agar para pembaca dapat lebih mengenal salah satu permaianan rakyat yang ada di Sumatera Barat yaitu Gasiang.

2) Penulis mengharapkan agar kita bisa lebih menghargai dan melestarikan kebudayaan kita.

3) Penulis mengharapkan agar kita tidak terpengaruh dengan budaya barat sehingga kita lupa akan budaya kita sendiri.


(19)

DAFTAR PUSTAKA

1. Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Permainan Rakyat Daerah Sumatera Barat, PD. Grafika Padang, 1981/1982.


(1)

juga mengandung bahaya, kalau tidak hati-hati dalam melemparkannya akan kena gasiang itu sendiri yang bagian bawahnya di beri paku yang runcing.

3.2Peralatan dan Perlengkapan Permainan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka didaerah Sumatera Barat ini terdapat berjenis-jenis bentuk gasiang yang dibuat dari berbagai bahan antara lain:

1. Gasiang dari kayu

2. Gasiang dari buah pinang 3. Gasiang dari seng

4. Gasiang dari bambu 5. Gasiang dari tengkorak

Dari berbagai jenis bentuk gasiang yang disebut diatas, kecuali gasiang tengkorak semuanya adalah permainan untuk anak-anak. Permainan ini tidak memerlukan peralatan khusus, yang dibutuhkan hanya :

- Sepotong kayu yang keras untuk dibuat gasiang

- Paku untuk bagian bawah gasiang

- Tali atau benang kasar untuk memainkannya

- Cat untuk memberi warna gasiang itu

- Tempat bermain ditanah yang keras dan tidak ditumbuhi rumput, luasnya paling kurang 2x2 meter persegi.

3.3 Jalannya Permainan a. Persiapan


(2)

Sebelum bermain tentu saja harus ada persiapan, baik berupa sarana maupun prasarana. Sarananya adalah gasiang dan benang untuk memainkannya. Prasarana adalah tempat bermain yaitu lapangan tanah yang tidak berbatu, dan tidak berumput, serta datar. Dan terakhir yang penting adalah anak-anak yang akan ikut bermain gasiang. Biasanya anak-anak yang ikut bermain itu sebelum bertanding harus melatih diri sendiri, bagaimana cara melemparkan gasiang supaya hidup. Tanpa latihan tentu mengalami kesulitan dalam bermain. Orang yang tidak pandai memainkan gasiang, akan menyebabkan gasiang itu sering mati dan kurang lama hidupnya (berputar). Oleh sebab itu latihan adalah penting sebelum kita ikut main yang sesungguhnya.

b. Aturan Permainan

Adapun aturan permainannya adalah sebagai berikut: 1. Peserta harus memiliki gasiang.

2. Harus ada lingkaran yang luasnya paling kurang 30cm, tempat untuk meletakkan gasiang.

3. Peserta tidak boleh panas hati dalam permainan. 4. Mempunyai gasiang cadangan.

c. Tahap-tahap permainan

Mula-mula dibuat sebuah lingkaran yang luasny 30cm. Dalam lingkaran tersebut diletakkan sebuah kerikil atau putik jambu. Semua peserta boleh mulai melemparkan gasiangnya ke sasaran putik jambu tersebut. Barang siapa yang dapat mengeluarkan putik jambu yang ada dalam lingkaran itu, pada tahap tersebut dialah yang menang, maka seluruh gasiang yang lain harus dimasukkan dalam lingkaran itu.


(3)

Pemenang tersebut mulailah menghantamkan gasiangnya ke tumpukan gasiang lawannya yang berada dalam lingkaran itu.biasanya dalam beberapa kali lemparan saja, sudah ada gasiang yang kena dan terlempar ke luar dari garis lingkaran itu. Kalau dalam lemparan itu gasiang lawannya kena dan keluar semuanya, maka gasiang tersebut harus dimasukkan kembali semuanya.

Siapa gasiangnya yang tidak keluar dari sejumlah gasiang yang ada dalam lingkaran itu, maka gasiang yang tinggal tersebutlah yang dihantam bersama-sama. Siapa diantara lawan yang waktu memukul itu gasiangnya mati, dengan arti kata tidak mau berputar, maka gasiang tersebut harus dimasukkan ke dalam lingkaran tadi. Kalau dalam permainan itu ada gasiang yang pecah kena hantam, maka peserta tersebut harus menukar gasiangnya dengan yang baru, kalau ingin ikut terus bermain juga. Oleh sebab itu seorang peserta main gasiang harus memiliki paling kurang dua buah gasiang. Demikianlah permainan itu berjalan terus menerus sampai anak-anak tersebut menjadi bosan dan menghentikan permainan atas kesepakatan bersama. Biasanya sesudah main itu,anak-anak tersebut akan meneliti gasiang mereka masing-masing, berapa kali gasiang tersebut kena hantam dalam permainan tersebut. Ini bisa saja dilihat berapa jejak paku yang membekas pada gasiang mereka. Yang paling banyak jejak paku pada gasiangnya, itulah yang dianggap kalah. Jadi permainan gasiang hanya sekedar hiburan untuk anak-anak.

Ada juga main gasiang yang dipertandingkan lama hidupnya atau lama berputarnya dalam satu kali lemparan. Kalau gasiang itu cepat matinya, maka gasiang tersebut dianggap kalah. Permainan yang seperti ini biasanya diikuti


(4)

dengan taruhan. Taruhannya ada yang gasiang, kadangkala ada pula berupa uang.

Siapa yang kalah harus menyerahkan gasiangnya kepada lawannya. d. Konsekuensi kalah menang

Tidak ada konsekuensi bagi peserta yang kalah dalam permainan ini. Permainan gasiang hanya merupakan hiburan saja untuk anak-anak dalam memanfaatkan waktu senggangnya, serta mendidik mereka hidup bermasyarakat tanpa memandang derajad dan tingkat. Hanya saja dalam permainan gasiang yang mempertandingkan lama hidupnya, kadangkala diikuti dengan taruhan-taruhan tersebut hanya berupa gasiang atau uang ala kadarnya.

Siapa yang kalah akan menyerahkan gasiangnya kepada yang menang.

3.4Peranannya Masa Kini

Menurut data yang ada di masyarakat sekarang ini tampak dengan jelas mana diantara jenis permainan yang telah musnah, setengah berkembang dan yang hidup secara populer. Hal ini tergantung pada nilai-nilai yang ada pada permainan itu sendiri. Artinya semakin tinggi nilai yang terkandung didalamnya dan bermanfaat bagi masyarakat pendukungnya maka permainan ini akan berperan terhadap masyarakat sekitarnya.

Dari penjelas diatas Gasiang masih tetap digemari walaupun banyak jenis permainan baru yang muncul. Hal ini disebabkan karena jenis permainan ini merupakan bagian dari nilai-nilai yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Oleh karena itu peranannya sangat besar dalam masyarakat, terutama untuk anak-anak yang berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya.


(5)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Indonesia memiliki banyak permainan rakyat tradisional, salah satunya yang

ada di Sumatera Barat.

2) Gasing digunakan sebagai sarana menanamkan nilai kerjasama dan kekompakan, nilai kejujuran, nilai keterbukaan, sportivitas, nilai prestise, dan nilai ekonomi.

3) Merupakan salah satu permainan rakyat yang ada di Sumatera Barat, yang dapat dimainkan oleh seluruh masyarakat tanpa memandang latar belakang sosial.

4) Gasiang merupakan alat permainan yang terbuat dari kayu atau plastik, yang dimainkan dengan menggunakan seutas tali.

4.2 Saran

1) Penulis mengharapkan agar para pembaca dapat lebih mengenal salah satu permaianan rakyat yang ada di Sumatera Barat yaitu Gasiang.

2) Penulis mengharapkan agar kita bisa lebih menghargai dan melestarikan kebudayaan kita.

3) Penulis mengharapkan agar kita tidak terpengaruh dengan budaya barat sehingga kita lupa akan budaya kita sendiri.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Permainan Rakyat Daerah Sumatera Barat, PD. Grafika Padang, 1981/1982.