yang tidak memperlakukannya secara wajar, yang pada gilirannya bias menjerumuskan ia kedalam pelacuran dan menjadi sasaran kaum homo yang
sangat berbahaya bagi dirinya dan masyarakat. Karena itu, apabila kemajuan teknologi kedokteran bias memperbaiki kondisi kesehatan fisik dan psikis
mental sibanci alami itu melalui operasi kelamin, maka Islam bias membolehkan, bahkan menganjurkan, karena akan mencapai maslahatnya lebih besar daripada
mafsadatnya.
52
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa operasi ganti kelamin yang dilakukan oleh seorang banci untuk mengganti merubah bentuk
kelamin yang ada sehingga mengakibatkan jenis kelamin luar berlawanan dengan jenis kelamin dalam, hukumnya haram dalam islam, karena hal tersebut juga
termasuk telah merubah ciptaan Allah SWT. Sedangkan operasi penyempurnaan alat kelamin hukumnya mubah
boleh bahkan dianjurkan dalam Islam karena akan memperjelas identitas seseorang dari seorang banci menjadi seorang laki-laki atau perempuan yang
penuh dengan identitas alat kelamin.
B. Pengaruh Operasi kelamin terhadap Status Perkawinan
1. Pengertian Perkawinan
52
M asifuk Zuhdi, op cit , h. 174
Hidup berpasang-pasanganan merupakan salah satu sunatullah yang umum berlaku pada semua makhluk Tuhan baik manusia, hewan rnaupun
tumbuh-tumbuhan, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
Ahmad Warson Munawir mengemukakan bahwa : ﺢﻜﻧ adalah mengawini, menikahi, menguasai, dan kata حﺎﻜﻨﻟا adalah
جاوﺰﻟا kawin dan ءطﻮﻟا bersetubuh.
54
Dengan demikian perkawinan menurut bahasa adaiah persetubuhan perjanjian, sedang menurut istilah adalah suatu ketetapan yang menyatakar.
bahwa laki-laki dan perempuan dihalalkan dalam hubungan senggama sesud:. melalui pernikahan yang sah.
55
2. Pengaruh perubahan Keiamin Terhadap Status Perkawmannya Agama Islam sangat menganjurkan perkawinan. Anjuran ini
dituangkar. dalam bermacam-macam ungkapan yang terdapat dalam ai Quran dan al-Had:- Ada yang mengatakan bahwa perkawinan sudah menjadi sunah
para Rasul sejak zaman dahulu kala dan hendaklah diikuti oleh generasi yang datang kemudian Firman Allah swt :
Allah menganjurkan agar kaum muslimin saiing bantu membantu dalam perkawinan, berusaha menearikan jodoh dari saudaranya yang belum
mempunyai jodoh, karena perkawinan itujalan untuk menghindari kefakiran dan kemiskirtansesuai dengan Firman Allah swt.
Adanya calon suami dan calon istri yang merupakan rukun dalam perkawinan baru dianggap sah, apabila dapat memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut: a. Syarat calon suami
1 Beragama islam. 2 Laki-laki bukan banci.
3 Tertentu jelas orangnya. 4 Tidak terkena halangan perkawinan.
5 Cakap bertindak hokum untuk hidup berumah tangga. 6 Tidak sedang mengerjakan haji umiah.
7 Belum mempunyai empat orang istri. b. Syarat calon istri
1 Beragama islam. 2 Perempuan bukan banci.
3 Tertentu jelas orangnya. 4 Dapat dimintai persetujuan.
5 Tidak terkena halangan perkawinan. 6 Diluar Iddah bagi janda.
7 Tidak dalam haji.
57
57
A. Zuhdi Muhdlor, Memcihami Hukum perkawinan nikah, talak, cerai, dan nijuk Menurur Hukum Islam, LIU No. I, 1974 UU perkawinan, UU No. 7.1989 UU Peradian Agama, dan Kompilasi
Hukum Islam Hi Indonesia, Bandung: Al-bayan, 1994,cet.ke-1, h. 52
Salah satu syarat calon suami dan calon istri adalah harus berjenis keiamin laki-laki dan perempuan. Maka berdasarkan hal ini dapat dikatakan
bahwa khun.su musykil yang belum jelas kemusykilannya setelah diteliti alat keiamin yang dilalui air kencing, atau kecenderungan seknya, dan tanda-tanda
kedewasaannya kemudian ia melakukan perkawinan bukan atas dasar keinginan sendiri, maka perkawinan tersebut menurut hukum Islam tidak sah
dan haram hukumnya karena kemusykilannya. Hal ini berbeda apabila seorang khunsa musykil mempunyai keinginan
sendiri untuk melakukan perkawinan dengan seseorang, maka perkawinannya itu adalah sah menurut hokum islam. Kecenderungan seksual khunsa tersebut
merupakan alasan sahnya perkawinan itu. Bila khunsa musykil itu melakukan perkawinan dengan seorang perempuan maka ia dianggap berjenis keiamin
laki- laki. Kendati dalam keadaan tertentu kemusykilan tersebut dapat diatasi,
misalnya dengan mencari tahu dari mana ia membuang air kecil. Bila urinnya keluar dari penis, maka ia divonis sebagai laki-laki, sedangkan jika ia
mengeluarkan urine dari vagina, ia divonis sebagai perempuan. Namun bila ia mengeluarkan urine dari kedua alat kelaminnya secara berbarengan, maka
inilah yang diriyatakan sebagai khunsa musykil. Dan ia akan tctap musykil hingga datang masa akil baligh.
Berdasarkan hal ini, maka dapat dikatakan bahwa perkawinan seorang khunsa musykil atas dasar keinginan sendiri, hukumnya sah sebab ia telah
menjadi wadih jelas, dengan pengakuan sendiri atas kecenderungan -a yang ia rasakan sendiri meskipun sulit diidentikan melalui penelitian _ keiamin
yang dilalui air kencing, meneliti tanda-tanda kedewasaannya maur_-. keterangan dari dokter yang memeriksanya. Kecenderungan seknya dapa:
diketahui dengan cara bagaimana cara ia bermimpi dewasa dan dengan c_ra melihat kecenderungan ia mendekati laki-laki atau kecenderungannya
mendekati perempuan. Masjfuk Zuhdi menegaskan bahwa:
Sebagai konsekuensi diijinkan seorang wariabanci alarm menjalani opera-; perbaikan jenis kelaminnya, maka ia boleh melakukan perkawinan dengan
pasangan yang berbeda jenis kelaminnya.
58
Khunsa musykil yang melakukan perkawinan bukan atas dasar keinginan sendiri dikawinkan, maka perkawinannya itu tidak sah dan haram
hukumnva karena ketidakjelasan statusnya. Hal itu berbeda kalau perkawinannya itu dilakukan atas dasar keinginannya sendiri maka sah
perkawinannya sebab telah jelas statusnya berdasarkan kecenderungan seksualnya.
Mengenai waria banci kejiwaan seperti transeksual, homosex dan tranvestite, bila hendak kawin juga tidak dilarang asal jelas apa kelaminnya
yang tampak dan dengan pasangan yang berbeda jenis kelaminnya walaupun hal itu tidak dapat memberikan kepuasan yang maksimal.
58
M asifuk Zuhdi, Op. Cit ,h. 167
Apabila seorang waria banci kejiwaan melakukan operasi penggantianpengubahan keiamin untuk maksud perkawinan . Kemudian ia
laksanakan perkawinan tersebut dengan kondisi jenis keiamin yang baru . maka perkawi nan itu hukumnya tidak sah bahkan haram.
Menurut Masjfuk Zuhdi opersi penggantianpengubahan keiamin dari laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya tidak merubah status jenis
kelaminnya , ia tetap berstatus dengan jenis kelaminnya yang asli yang normal pada waktu lahirnya.
Seorang waria banci kejiwaan sangat berpotensi menyenangi sesama jenisnya walaupun ia telah menikah dengan I a wan jenisnya. Kecenderungan
ini akan terus berlanjut apabila tidak ada usaha untuk mengobatmya. Bahkan ada diantara mereka yang sampai pada keinginan untuk melakukan operasi
penggantian pengubahan keiamin. Apabila penggantian atau pengubahan keiamin ini dilakukannya
sedang ia masih dalam ikatan perkawinan , maka hal ini akan berakibat pada fasakhnya perkawinan.
Yang dimaksud fasakh perkawinan adalah : salah satu dari macam perceraian, yang berarti membatalkan ikatan perkawinan dan rnemutuskan tali
perhubungan yang mengikat antara suami istri karena suatu sebab. Beberapa alasan yang dapat diajukan untuk minta fasakh perkawinan
adalah karena: a. Suami mempunyai cacat atau penyakit.
b. Suami tidak sanggup memberikan nafkah pada istrinya. c. Suami melakukan kekejaman terhadap istrinya.
d. Suami meninggalkan tempat kediaman bersama. e. Suami di hukum penjara.
Operasi penggantian atau pengubahan keiamin bertujuan untuk mengubah dan merekontruksi alat keiamin luar dari satu jenis menjadi jenis
yang berlawanan serta menggantikannya dengan alat keiamin yang sesuai dengan keadaan jiwa. Apabila seorang suami yang trasnseksual dan masih
dalam ikatan perkawinan dengan istrinya melakukan opersi penggantian keiamin, maka si istri berhak minta cerai dengan suarninya dengan alasan
bahwa suaminya tidak mampu menjalankan kewajibannya sebagai suami yang normal karena alat kelaminnya telah dirubah dan itu berarti suaminya
mempunyai cacat atau penyakit impoten. Dengan alasan tersebut hakim dapat mem fasakh ikatan perkawinan mereka.
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa : Perkawinan yang dilakukan oleh Khunsa Musykkil waria atau banci hernia prodite yang
bukan atas dasar keinginannya sendiri haram hukumnya dan tidak sah karena ketidakjelasan statusnya. Sedang bagi mereka yang jelas statusnya jenis
kelaminnya karena melakukan perkawinan tersebut atas dasar keinginannya sendiri atau telah menjalani operasi penyempurnaanpenyesuaaian keiamin,
maka sah menikah dengan lawan jenisnya. Dengan kata lain, perkawinan banci jasmaniah maupun kejiwaan itu hukumnya sah, asai jelas laki-laki
dengan perempuan atau perempuan dengan laki-laki seperti manusia pada umumnya. Di samping itu operasi penggantian pengubahan keiamin dapat
mempengaruhi kepada ikatan perkawinan yang sedang berlangsung. Hakim dapat memutuskan fasakh perkawinan karena tidak ada kemampuan suami
menunaikan kewajibannya akibat operasi penggantianpengubahan keiamin yang dilakukan.
C. Pengaruh Operasi Keiamin Terhadap Status kewarisan