Penetapan Kadar Asam Mefenamat Dalam Kaplet Omestan Secara Spektrofotometri Ultraviolet Di PT. Mutifa Industri Farmasi Medan
PENETAPAN KADAR ASAM MEFENAMAT DALAM
KAPLET OMESTAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET DI PT. MUTIFA INDUSTRI FARMASI
MEDAN
TUGAS AKHIR
OLEH:
SRI DEWI HARYATI NIM 072410001
PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
PENETAPAN KADAR ASAM MEFENAMAT DALAM
KAPLET OMESTAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI
DI PT. MUTIFA INDUSTRI FARMASI
MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
SRI DEWI HARYATI NIM 072410001
Medan, Mei 2010 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,
Drs. Maralaut Batubara. M.Phill., Apt.
NIP : 195101311976031003
Disahkan Oleh: Dekan,
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.
Tugas akhir ini merupakan hasil praktek kerja lapangan yang dilaksanakan di PT. MUTIFA Industri Farmasi Medan dan merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Ahli Madya di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dengan judul: “PENETAPAN KADAR ASAM MEFENAMAT DALAM KAPLET OMESTAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET DI PT. MUTIFA INDUSTRI FARMASI MEDAN”.
Sembah sujud dan terimakasih terbesar penulis ucapkan kepada Ayahanda Rasno dan Ibunda Suwarni tercinta yang telah mendidik, membesarkan, dan memberikan motivasi berupa moril maupun materil kepada penulis. Juga kepada Kakanda Rani Parlina Amkeb, Adinda Triani Novika Sari, Suci Lestari, dan Tegar Elfansyah. Serta seluruh keluarga (nenek, palek, ibu, dan adik-adik sepupu) yang penulis sayangi, terimakasih atas doa, dorongan dan kasih sayang yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan tugas akhir ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis telah banyak menerima bimbingan dan saran dari berbagai pihak, Untuk itu dengan segala ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan
(4)
2. Bapak Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt., selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan nasehat serta bantuannya sehingga selesai penulisan tugas akhir ini
3. Bapak Prof. Dr. Jansen silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku ketua program studi D III Analis Farmasi dan Makanan.
4. Ibunda Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen wali penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
5. Ibunda Dra. Nuranti Sirait., selaku Manager QC dan seluruh staf laboratorium PT MUTIFA Industri farmasi Medan, yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan 6. Seluruh dosen dan staf pegawai D III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara
7. Teman spesial penulis (Hery Sanukri Munte) yang telah banyak meluangkan waktu untuk membantu dalam penulisan Tugas Akhir ini
8. Seluruh teman-teman Analis Farmasi dan Makanan stambuk 2007 terutama (putri, santi, denny, felly).
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari keadaan sempurna. Oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima saran ataupun kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan TugasAkhir ini. Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Mei 2010
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………. iii
DAFTAR ISI ……… v
BAB I PENDAHULUAN ………... 1
1.1Latar belakang ……… 1
1.2Tujuan dan manfaat ……… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 3
2.1 Obat ……… 3
2.2 Tablet ……….. 3
2.2.1 Bentuk-bentuk tablet ………. 4
2.2.2 Syarat-syarat tablet ……….... 4
2.3 Nyeri ………... 6
2.4 Asam mefenamat ………. 7
2.4.1 Farmakologi ……….. 8
2.4.2 Farmakokinetik ………. 8
2.4.3 Efek samping ……… 9
2.5 Spektrofotometri ………. 9
BAB III METODOLOGI ……….... 11
3.1 Alat-alat ……….. 11
3.2 Bahan-bahan ………... 11
3.3 Pembuatan larutan pereaksi ……… 11
3.4 Pembuatan larutan baku ………. 12
3.5 Prosedur kerja ……… 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….... 14
(6)
4.2 Pembahasan ……… 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 15
5.1 Kesimpulan ……… 15
5.2 Saran ………... 15 DAFTAR PUSTAKA
(7)
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) merupakan salah satu perusahaan atau Industri farmasi yang telah memperoleh sertifikat cara pembuatan obat yang baik (CPOB) dan banyak memproduksi berbagai bentuk sediaan farmasi seperti tablet, kapsul, bedak gatal, syrup dan lain-lain dengan mutu atau kualitas yang baik. Salah satunya adalah tablet Omestan yang mengandung asam mefenamat.
Asam mefenamat biasanya diformulasi dalam bentuk sediaan tablet dengan dosis 500 mg tiap tablet. Asam mefenamat merupakan salah satu contoh obat analgetik yang biasa digunakan untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa sakit atau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Untuk dapat menyembuhkan penyakit, obat yang akan dikonsumsi harus memenuhi persyaratan mutu, kualitas dan kadar zat berkhasiat, serta digunakan sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Jika obat dikonsumsi dalam dosis yang kecil maka obat tidak dapat menyembuhkan suatu penyakit, dan jika dikonsumsi dalam dosis yang besar, maka obat akan menimbulkan keracunan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penetapan kadar asam mefenamat dalam tablet. Apakah telah memenuhi persyaratan yang di tetapkan didalam farmakope dengan menggunakan metode spektrofotometri (Munaf,1994).
(8)
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Untuk menganalisa kadar asam mefenamat yang terkandung di dalam tablet omestan produksi PT. MUTIFA Industri Farmasi-Medan telah memenuhi persyarat seperti yang tertera di dalam USP. 32 Vol II (2009).
1.2.2 Manfaat
Dapat mengetahui apakah kadar asam mefenamat yang terkandung di dalam tablet omestan produksi PT. MUTIFA Industri Farmasi-Medan telah memenuhi persyaratan, sehingga obat yang di produksi aman untuk di konsumsi.
(9)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat
Obat adalah unsur aktif secara fisiologis dipakai dalam diagnosis, pencegahan, pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit pada manusia atau hewan. Obat dapat berasal dari alam dapat diperoleh dari sumber mineral, tumbuh-tumbuhan, hewan, atau dapat juga dihasilkan dari sintesis kimia organic atau biosintesis (Ansel, 1989).
Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu dapat di katakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat secara obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebihan, maka akan menimbulkan keracunan. Dan bila dosisnya kecil, maka kita tidak akan memperoleh penyembuhan (Anief, 1991).
2.2 Tablet
Tablet adalah bentuk sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, tablet dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
(10)
menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan (Dirjen POM, 1995).
Komposisi utama dari tablet adalah zat berkhasiat yang terkandung di dalamnya sedangkan bahan pengisi yang sering digunakan dalam pembuatan tablet yaitu bahan penghancur, bahan penyalut, bahan pengikat, bahan pemberi rasa dan bahan tambahan lainnya (Ansel, 1989).
2.2.1 Bentuk- bentuk Tablet
Menurut (Jas, 2004) bentuk-bentuk tablet antara lain:
a. Bentuk bulat dan rata ( bikonvek) b. Bentuk cembung ( bikonkaf) c. Bentuk bulat telur (oval)
d. Bentuk segitiga (triangle), segilima dan seterusnya e. Bentuk kapsul di sebut kaplet.
2.2.2 Syarat-syarat Tablet
Syarat –syarat tablet adalah sebagai berikut:
1. Keseragaman ukuran
2. Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga kali tebal tablet
3. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot jika zat aktif merupakan bagian terbesar dari tablet dan cukup mewakili keseragaman kandungan. Keseragaman bobot bukan merupakan indikasi yang cukup dari
(11)
keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan bagian terkecil dari tablet atau jika tablet bersalut gula. Oleh karena itu, umumnya famakope mensyaratkan tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang pengujiaannya dilakukan pada tiap tablet.
4. Waktu hancur
Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan per oral, kecuali tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan. Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang ditetapkan pada masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna.
Pada pengujiaan waktu hancur, tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan keenam tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut.
5. Disolusi
Disolusi adalah suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk padat ke dalam larutan suatu media. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang terabsorbsi dan memberikan efek terapi di dalam tubuh. Kecepatan absorbsi obat tergantung pada cara pemberian yang dikehendaki dan juga harus dipertimbangkan frekuensi pemberian obat.
(12)
6. Penetapan kadar gizi
Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah kadar zat aktif yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Bila zat aktif obat tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak akan memberikan efek terapi dan juga tidak layak untuk dikonsumsi (Syamsuni, 2007).
2.3 Nyeri
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan seperti peradangan, rematik, encok atau kejang otot (Tjay, 2008).
Rasa sakit ini merupakan sensasi yang timbul oleh karena stimulus atau rangsangan yang berasal dari gangguan-gangguan atau kerusakan jaringan yang akan mengakibatkan terlepasnya mediator nyeri. Zat ini akan merangsang reseptor nyeri yang terdapat pada ujung-ujung saraf bebas seperti pada kulit dan selaput lendir yang akan diteruskan oleh saraf sensorik ke susunan saraf pusat dan akan diteruskan ke thalamus. Sehingga kita merasakan nyeri. Jadi rasa sakit ini penting untuk melindungi tubuh. Oleh karena adanya rasa sakit maka kita akan berusaha untuk menghindarkan ataupun menyelamatkan diri (Anwar, 1973).
Menurut (Tjay, 2008) berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapa cara, yaitu dengan:
(13)
a. Analgetika perifer, yang kerjanya menghambat terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer
b. Anestetika lokal, yang berfungsi merintangi penyaluran rangsangan di saraf-saraf sensoris
c. Analgetika sentral ( narkotika ), yang memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum
d. Antidepresiva trisiklis, yang digunakan pada nyeri kanker dan saraf.
Kebanyakan obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri atau rasa sakit tidak hanya berkhasiat sebagai analgetik saja, tetapi juga mempunyai khasiat sebagai antipiretik dan anti inflamasi. Analgetik adalah obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri atau rasa sakit tanpa menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan panas dan Antiinflamasi adalah obat yang merangsang atau menyebabkan pelepasan mediator inflamasi yang dapat menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak dan gangguan fungsi organ (Anwar, 1973).
2.4Asam mefenamat
(14)
- Pemerian : serbuk hablur putih atau hampir putih. Melebur pada suhu lebih kurang 2300C disertai peruraian.
- Kelarutan : larut dalam alkali hidroksida, agak sukar larut dalam klorofom, sukar larut dalam etanol dan
methanol, praktis tidak larut dalam air.
- Persyaratan Kadar : mengandung asam mefenamat tidak kurang dari 90.0% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Asam mefenamat merupakan derivat asam antranilat dan termasuk kedalam golongan obat Anti Inflamasi Nonsteroid (AINS). Dalam pengobatan, asam mefenamat digunakan untuk meredakan nyeri dan rematik. Obat ini cukup toksik terutama untuk anak-anak dan janin, karena sifat toksiknya, Asam mefenamat tidak boleh dipakai selama lebih dari 1 minggu dan sebaiknya jangan digunakan untuk anak-anak yang usianya di bawah 14 tahun (Munaf,1994).
2.4.1 Farmakologi
Asam mefenamat mempunyai khasiat sebagai analgetik dan anti inflamasi. Asam mefenamat merupakan satu-satunya fenamat yang menunjukkan kerja pusat dan juga kerja perifer. Mekanisme kerja asam mefenamat adalah dengan menghambat kerja enzim sikloogsigenase (Goodman, 2007).
2.4.2 Farmakokinetik
Tablet asam mefenamat diberikan secara oral. Diberikan melalui mulut dan diabsorbsi pertama kali dari lambung dan usus selanjutnya obat akan melalui
(15)
hati diserap darah dan dibawa oleh darah sampai ke tempat kerjanya. konsentrasi puncak asam mefenamat dalam plasma tercapai dalam 2 sampai 4 jam. Pada manusia, sekitar 50% dosis asam mefenamat diekskresikan dalam urin sebagai metabolit 3-hidroksimetil terkonjugasi. dan 20% obat ini ditemukan dalam feses sebagai metabolit 3-karboksil yang tidak terkonjugasi (Goodman, 2007).
2.4.3 Efek Samping
Efek samping dari asam mefenamat terhadap saluran cerna yang sering timbul adalah diare, diare sampai berdarah dan gejala iritasi terhadap mukosa lambung, selain itu dapat juga menyebabkan eritema kulit, memperhebat gejala asma dan kemungkinan gangguan ginjal (Setiabudy, 2009).
2.5 Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan suatu alat yang berguna untuk mempelajari keseimbangan kimia atau untuk menentukan laju reaksi kimia. zat kimia yang mengambil bagian dalam keseimbangan harus mempunyai spectra absorbsi yang berbeda, dan seseorang dengan mudah mengamati variasi absorbsi pada panjang gelombang tertentu untuk setiap zat (Martin, 1990).
Spektrofotometri terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilka sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 2008).
(16)
Dasar penetapan kadar secara spektrofotometri adalah adanya hubungan linier antara cahaya yang diserap dengan zat yang menyerap ( Hukum Lambert-Beer’s ). Hukum Lambert hubungan antara serapan radiasi dan panjang jalan melewati medium yang menyerap. Jika suatu berkas radiasi monokromatik diarahkan menembus medium ternyata tiap lapisan menyerap fraksi radiasi yang sama besar, sedangkan hukum Beer’s hubungan antara konsentrai spesies penyerap dan tingkat absorbsi dapat diterapkan benar-benar hanya untuk radiasi monokromatik dan sifat dasar penyerap tak berubah sepanjang jangka konsentrasi yang diselidiki (Underwood, 1986).
(17)
BAB III METODOLOGI 3.1 Alat-alat
- Spektrofotometer - Kuvet
- Timbangan analitik - Spatula
- Mortir dan stamper - Labu tentukur 100 ml - Pipet volum 1 ml - Penghisap karet - Corong.
3.2 Bahan-bahan
- Larutan NaOH 0,1 N - Kertas saring
- Kertas perkamen
- Kaplet Omestan dengan no Batch 1209302 produksi PT. MUTIFA.
3.3 Pembuatan larutan pereaksi
Larutan NaOH 0,1 N.
Ditimbang NaOH sebanyak 4 gr lalu dilarutkan dengan 1 liter akuades bebas CO2.
(18)
3.4 Pembuatan Larutan Baku
- Ditimbang seksama sejumlah 10 mg asam mefenamat baku - Masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml
- Tambahkan larutan NaOH 0,1 N sampai garis tanda, kocok sampai larut - Pipet 10 ml larutan, masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml
- Encerkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda
- Ukur serapan larutan baku pada panjang gelombang 285 nm.
3.5 Prosedur Kerja
- Timbang sejumlah 20 tablet
- Hitung bobot rata-rata dari 20 tablet
- Gerus tablet sampai homogen di dalam mortir
- Timbang seksama sejumlah serbuk setara dengan lebih kurang 100 mg asam mefenamat
- Masukkan serbuk kedalam labu tentukur 100 ml - Tambahkan larutan NaOH 0,1 N sebanyak 50 ml
- Kocok 15 menit, tambahkan lagi larutan NaOH sampai garis tanda - Kocok sampai homogen dan disaring
- Dipipet 10 ml larutan, masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml - Encerkan dengan larutan NaOH 0,1N sampai garis tanda
- Dikocok sampai homogen
- Ukur serapan larutan uji dalam kuvet, dengan panjang gelombang serapan maksimum 285 nm dengan menggunakan larutan NaOH sebagai blanko.
(19)
Perhitungan:
Kadar asam mefenamat dalam tablet dihitung terhadap jumlah yang tertera pada etiket dengan rumus:
Vb Vu
x
Fb Fu
x
Ab Au
x
Bu Br
x
Ke Bb
x 100 %
Dimana:
• Vu : Volume larutan Uji ( ml )
• Vb : Volume larutan baku (ml)
• Fu : Faktor pengenceran larutan uji
• Fb : Faktor pengenceran larutan baku
• Au : Absorbansi larutan uji
• Ab : Absorbansi larutan baku
• Br : Bobot rata-rata 1 tablet (mg)
• Bu : Bobot bahan uji yang digunakan (mg)
• Bb : Bobot baku yang ditimbang
• Ke : Kandungan asam mefenamat yang tertera pada etiket (mg)
Acuan untuk persyaratan kadar kandungan zat berkhasiat: USP 32. Volume II, tahun 2009.
Kadar asam mefenamat tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
(20)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
Hasil pemeriksaan kadar asam mefenamat yang terkandung dalam kaplet Omestan produksi PT. MUTIFA Industri Farmasi yang telah dilakukan di Laborotorium kimia PT. MUTIFA Industri Farmasi secara spektrofotometri adalah 98,4%.
( Data dan perhitungan dapat di lihat pada lampiran )
4.2 Pembahasan
Hasil penetapan kadar kaplet Omestan secara spektrofotometri Ultra Violet (UV) diperoleh kadar zat berkhasiat sebesar 98,4%. Dengan demikian kaplet Omestan telah memenuhi persyaratan Farmakope Amerika Serikat / USP 32 Vol II, tahun 2009, yaitu : tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
(21)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penetapan kadar zat berkhasiat Asam Mefenamat dapat dilakukan dengan metode spektrofotometri Ultra Violet (UV). Kadar asam mefenamat yang terkandung di dalam kaplet Omestan Produksi PT. MUTIFA Industri Farmasi Medan memenuhi persyaratan farmakope Amerika Serikat 32 Volume II, tahun 2009.
5.2 Saran
Diharapkan kepada PT. MUTIFA Industri Farmasi agar terus mempertahankan dan meningkatkan kualitas obat yang dihasilkan sehingga dapat menjaga kepercayaan masyarakat.
(22)
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (1991). Apa yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Yogyakarta: UGM-Press. Halaman 3.
Ansel, C. H. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI-Press. Halaman 50-52.
Anwar, J. (1973). Buku Farmakologi I. Medan: Penerbit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran USU. Halaman 70-71.
Day, R. A. dan Underwood, A.L. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif E V. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 52.
Dirjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 4, 43.
Goodman dan Gilman. (2007). Dasar Farmakologi Terapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 687.
Jas, A. (2004). Perihal Obat dan Berbagai Sediaannya. Medan: USU-Press. Halaman 36.
Khopkar, S. M. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. Halaman 225.
Martin, A. (1990). Dasar-Dasar Farmasi Fisik dan Ilmu Farmasetika. Jakarta: UI-Press. Halaman 246-247.
Munaf, S. (1994). Catatan Fuliah Farmakologi Bagian II. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 189.
Setiabudy, R. (2009). Farmakologi dan Terapi, E V. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI. Halaman 240.
Syamsuni, A. H. (2007). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 61.
Tjay, T., dan Kirana, R. (2008). Obat-Obat Penting, E VI. Jakarta: PT. Gramedia. Halaman 308, 312-313.
(23)
Lampiran
Tablet Omestan dengan no batch 1209302
Kadar yang tertera pada etiket tiap tablet mengandung 500 mg asam mefenamat. Bobot 20 tablet = 15028.0 mg
Berat rata-rata = 751.4 mg
Ditimbang serbuk tablet asam mefenamat setara dengan 100 mg asam mefenamat.
Bobot serbuk =
tiket Bobotpadae
a BobotSetar
x berat rata-rata
= 500 100
x 751.4 = 150.28 mg
Absorbansi larutan uji pada panjang gelombang 285 nm. A1 = 0,39053
A2 = 0,39230 A3 = 0,39446
Kadar asam mefenamat dalam tablet dapat dihitung dengan rumus:
Vb Vu x Fb Fu x Ab Au x Bu Br x Ke Bb
(24)
dimana:
Vu = 100 ml Vb = 100 ml Fu = 100 ml Fb = 100 ml Au:1 = 0,39053 2 = 0,39230 3 = 0,39446 Ab = 0,39867 Br = 751,4 mg Bu = 150,28 mg Bb = 100 Ke = 500 Kadar 1 (K1) =
100 100 x 100 100 x 39867 . 0 39053 . 0 x 28 . 150 4 . 751 x 500 100
x 100 % = 97,9 %
Kadar 2 (K2) = 100 100 x 100 100 x 39867 . 0 39230 . 0 x 28 . 150 4 . 751 x 500 100
x 100 % = 98,4 %
Kadar 3 (K3) = 100 100 x 100 100 x 39867 . 0 39446 . 0 x 28 . 150 4 . 751 x 500 100
x 100 % : 98,9 %
Kadar rata-rata (Kr) :
3 3 2 1 K K
K + +
: 3 %) 9 , 98 % 4 , 98 % 9 ,
97 + +
(1)
Perhitungan:
Kadar asam mefenamat dalam tablet dihitung terhadap jumlah yang tertera pada etiket dengan rumus:
Vb Vu
x Fb Fu
x Ab Au
x Bu Br
x Ke Bb
x 100 %
Dimana:
• Vu : Volume larutan Uji ( ml )
• Vb : Volume larutan baku (ml)
• Fu : Faktor pengenceran larutan uji
• Fb : Faktor pengenceran larutan baku
• Au : Absorbansi larutan uji
• Ab : Absorbansi larutan baku
• Br : Bobot rata-rata 1 tablet (mg)
• Bu : Bobot bahan uji yang digunakan (mg)
• Bb : Bobot baku yang ditimbang
• Ke : Kandungan asam mefenamat yang tertera pada etiket (mg)
Acuan untuk persyaratan kadar kandungan zat berkhasiat: USP 32. Volume II, tahun 2009.
Kadar asam mefenamat tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
(2)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
Hasil pemeriksaan kadar asam mefenamat yang terkandung dalam kaplet Omestan produksi PT. MUTIFA Industri Farmasi yang telah dilakukan di Laborotorium kimia PT. MUTIFA Industri Farmasi secara spektrofotometri adalah 98,4%.
( Data dan perhitungan dapat di lihat pada lampiran )
4.2 Pembahasan
Hasil penetapan kadar kaplet Omestan secara spektrofotometri Ultra Violet (UV) diperoleh kadar zat berkhasiat sebesar 98,4%. Dengan demikian kaplet Omestan telah memenuhi persyaratan Farmakope Amerika Serikat / USP 32 Vol II, tahun 2009, yaitu : tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penetapan kadar zat berkhasiat Asam Mefenamat dapat dilakukan dengan metode spektrofotometri Ultra Violet (UV). Kadar asam mefenamat yang terkandung di dalam kaplet Omestan Produksi PT. MUTIFA Industri Farmasi Medan memenuhi persyaratan farmakope Amerika Serikat 32 Volume II, tahun 2009.
5.2 Saran
Diharapkan kepada PT. MUTIFA Industri Farmasi agar terus mempertahankan dan meningkatkan kualitas obat yang dihasilkan sehingga dapat menjaga kepercayaan masyarakat.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (1991). Apa yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Yogyakarta: UGM-Press. Halaman 3.
Ansel, C. H. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI-Press. Halaman 50-52.
Anwar, J. (1973). Buku Farmakologi I. Medan: Penerbit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran USU. Halaman 70-71.
Day, R. A. dan Underwood, A.L. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif E V. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 52.
Dirjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 4, 43.
Goodman dan Gilman. (2007). Dasar Farmakologi Terapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 687.
Jas, A. (2004). Perihal Obat dan Berbagai Sediaannya. Medan: USU-Press. Halaman 36.
Khopkar, S. M. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. Halaman 225.
Martin, A. (1990). Dasar-Dasar Farmasi Fisik dan Ilmu Farmasetika. Jakarta: UI-Press. Halaman 246-247.
Munaf, S. (1994). Catatan Fuliah Farmakologi Bagian II. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 189.
Setiabudy, R. (2009). Farmakologi dan Terapi, E V. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI. Halaman 240.
Syamsuni, A. H. (2007). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 61.
(5)
Lampiran
Tablet Omestan dengan no batch 1209302
Kadar yang tertera pada etiket tiap tablet mengandung 500 mg asam mefenamat. Bobot 20 tablet = 15028.0 mg
Berat rata-rata = 751.4 mg
Ditimbang serbuk tablet asam mefenamat setara dengan 100 mg asam mefenamat. Bobot serbuk =
tiket Bobotpadae
a BobotSetar
x berat rata-rata
= 500 100
x 751.4 = 150.28 mg
Absorbansi larutan uji pada panjang gelombang 285 nm. A1 = 0,39053
A2 = 0,39230 A3 = 0,39446
Kadar asam mefenamat dalam tablet dapat dihitung dengan rumus:
Vb Vu
x Fb Fu
x Ab Au
x Bu Br
x Ke Bb
(6)
dimana:
Vu = 100 ml Vb = 100 ml Fu = 100 ml Fb = 100 ml Au:1 = 0,39053 2 = 0,39230 3 = 0,39446 Ab = 0,39867 Br = 751,4 mg Bu = 150,28 mg Bb = 100 Ke = 500 Kadar 1 (K1) =
100 100 x 100 100 x 39867 . 0 39053 . 0 x 28 . 150 4 . 751 x 500 100
x 100 % = 97,9 %
Kadar 2 (K2) = 100 100 x 100 100 x 39867 . 0 39230 . 0 x 28 . 150 4 . 751 x 500 100
x 100 % = 98,4 %
Kadar 3 (K3) = 100 100 x 100 100 x 39867 . 0 39446 . 0 x 28 . 150 4 . 751 x 500 100
x 100 % : 98,9 %
Kadar rata-rata (Kr) :
3 3 2
1 K K