f. Menetukan besarnya t hitung dengan bantuan pengolahan data melalui
komputer SPSS 15 g.
Menarik kesimpulan dari hasil yang diperoleh Jika Ho diterima berarti variabel bebas yaitu harga jual minyak sawit
dan inti sawit tidak signifikan pengaruhnya terhadap marjin kotor minyak sawit dan inti sawit, dan sebaliknya, jika Ha diterima berarti
variabel bebas yaitu harga jual minyak sawit dan inti sawit berpengaruh secara signifikan terhadap marjin kotor minyak sawit dan
inti sawit.
E. Jadwal dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak Juli 2007 sampai selesai, bertempat di kantor pusat PT. Perkebunan Nusantara IV yang beralamat di Jl.Suprapto No.2
Medan.
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara IV
a. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara IV Persero merupakan Badan Usaha Milik Negara bidang perkebunan yang berkedudukan di Sumatera Utara. Pada
umumnya perusahaan-perusahaan perkebunan di Sumatera Utara mempunyai sejarah panjang sejak zaman Belanda. Seperti diketahui, pada awalnya keberadaan
perkebunan ini adalah milik Maskapai Belanda yang dinasionalisasikan sekitar tahun 1959 yang selanjutnya mengalami perubahan organisasi beberapa kali
sebelum menjadi PT. Perkebunan Nusantara IV Persero. Secara kronologis riwayat PT. Perkebunan Nusantara IV Persero, dapat
disajikan sebagai berikut: 1
Tahun 1958, Tahap Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan swasta asing Belanda dinasionalisasikan oleh
Pemerintah RI dan kemudian dilebur menjadi Perusahaan Milik Pemerintah atas dasar Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 1959.
2 Tahun 1967, Tahap Regrouping I
Pada tahun 1967-1968 selanjutnya pemerintah melakukan regrouping menjadi Perusahaan Perkebunan Negara PPN Aneka Tanaman, PPN Karet, dan PPN
Serat.
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
3 Tahun 1968, Tahap Perubahan menjadi Perusahaan Negara Perkebunan PNP
Dengan Kepres No.144 Tahun 1968, Persahaan Perkebunan Negara PPN yang ada di Sumut dan Aceh diregrouping ulang menjadi PNP I s.d IX.
4 Tahun 1971, Tahap Perubahan menjadi Perusahaan Perseroan
Dengan dasar Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1971, Perusahaan Negara Perkebunan PNP dialihkan menjadi Perusahaan Terbatas Persero dengan
nama resmi PT. Perkebunan I s.d IX. 5
Tahun 1996, Tahap Peleburan menjadi PTPN Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996,
semua PTP yang ada di Indonesia diregrouping kembali dan dilebur menjadi PTPN 1 s.d XIV.
PT. Perkebunan Nusantara IV merupakan hasil peleburan dari tiga perusahaan, yakni PT. Perkebunan VI, PT. Perkebunan VII, dan PT. Perkebunan
VIII yang berada di wilayah Sumatera Utara. Sedangkan Proyek Pengembangan PTP VI, PTP VII, dan PTP VIII yang ada di luar Sumatera Utara diserahkan
kepada PTPN yang dibentuk di masing-masing propinsi. PT. Perkebunan Nusantara IV Persero didirikan di Bah Jambi,
Simalungun, Sumatera Utara berdasarkan Akta Pendirian No.37 tanggal 11 Maret 1996 dari Harun Kamil, SH, notaris di Jakarta dan telah mendapat pengesahan
Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.C2- 8332.HT.01.01.Thn.96 tanggal 8 Agustus 1996 dan telah diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia No.81 tanggal 8 Oktober 1996, Tambahan No. 86751996, serta telah didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Tingkat I
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
Sumatera Utara c.q. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Simalungun No.001BH.2.15IX1996 tanggal 16 September 1996 dan telah diperbaharui
dengan Nomor 07BH0215VIII01 tanggal 23 Agustus 2001. Anggaran Dasar Perusahaan telah diubah berdasarkan Akta No.18 dari Notaris Sri Rahayu H.
Prasetio, SH tanggal 26 September 2002, tentang tempat kedudukan Kantor Pusat dari Bah Jambi Kabupaten Simalungun ke Medan dan Modal Dasar Perusahaan
dari 425.000 lembar saham prioritas dan 550.000 lembar saham biasa yang ditempatkan dan disetor penuh menjadi 975.000 lembar saham. Akta Perubahan
Anggaran Dasar ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-
20652.HT.01.04.TH.2002 tanggal 23 Oktober 2002. Maksud dan tujuan perusahaan menurut akta pendirian antara lain:
1. Turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di
bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di subsektor pertanian dalam arti seluas-luasnya dengan tujuan memupuk
keuntungan berdasrkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. 2.
Melaksanakan kegiatan usaha, antara lain: a.
Mengusahakan budidaya tanaman meliputi pembukaan dan pengolahan lahan, pembibitan, penanaman dan pemeliharaan serta
melakukan kegiatan-kegiatan lain yang sehubungan dengan budidaya tanaman tersebut.
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
b. Produksi meliputi pemungutan hasil tanaman, pengolahan hasil
tanaman sendiri maupun dari pihak lain menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
c. Perdagangan meliputi penyelenggaraan kegiatan pemasaran
berbagai macam hasil produksi serta melakukan kegiatan perdagangan barang lainnya yang sehubungan dengan kegiatan
usaha perusahaan. d.
Pengembangan usaha di bidang perkebunan, agro usaha, dan agro bisnis.
e. Mendirikan menjalankan perusahaan dan usaha lainnya yang
mempunyai hubungan dengan usaha bidang pertanian baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan badan-badan lainnya
sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
b. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi adalah suatu kerangka atau bagan yang menggambarkan jaringan hubungan kerja yang bersifat formal, yang
menunjukkan kedudukan dan jabatan secara hirarki. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas garis wewenang dan tanggung jawab setiap fungsi
dalam suatu organisasi, yang sifatnya relatif permanen tanpa menutup kemungkinan adanya reorganisasi, baik yang bersifat pemekaran maupun
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
penyederhanaan organisasi sesuai dengan tuntutan dari perkembangan orang tersebut.
Struktur organisasi secara umum merupakan suatu susunan tentang tingkat pekerjaan dan wewenang masing-masing bagian yang terdapat dalam perusahaan
mulai dari tingkat yang paling tinggi sampai kepada tingkat yang paling rendah. Struktur organisasi yang telah ada merupakan dasar penyusunan prosedur
kegiatan perusahaan yang akan terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan kegiatan serta tujuan pengawasan oleh perusahaan.
Struktur organisasi yang baik dalam suatu perusahaan belum dapat memberikan jaminan tentang loyalitas setiap individu untuk melakukan tugas dan
tanggung jawabnya sebagaimana yang telah digariskan. Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dengan baik banyak dipengaruhi oleh mengerti
atau tidaknya seseorang atau individu yang tergabung dalam organisasi untuk memahami fungsi dan tugasnya dalam organisasi tersebut. Dengan demikian
struktur organisasi yang baik bukanlah menjadi tujuan utama perusahaan, namun lebih sebagai alat yang dipergunakan dalam mencapai tujuan perusahaan.
Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV menggunakan struktur organisasi garis dan staf, di mana masing-masing bagian mempunyai tugas dan
wewenang yang berbeda satu dengan yang lainnya. PT. Perkebunan Nusantara IV telah mengalami restrukturisasi organisasi dengan membentuk Group Unit Usaha
GUU menjadi 5 GUU Perkebunan dan 1 GUU Rumah Sakit. Setiap GUU dikepalai oleh seorang direktur GUU yang bertanggung jawab kepada Dewan
Direksi. Dan masing-masing kebun dikepalai oleh seorang manager unit yang
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
bertanggung jawab kepada direktur GUU. Adapun group usaha yang ada pada PT. Perkebunan Nusantara IV adalah sebagai berikut:
1. GUU I, berkedudukan di Kantor Bah Jambi, yang terdiri dari:
• Kebun Bah Jambi
• Kebun Marihat
• Kebun Dolok Sinumbah
• Kebun Tonduhan
• Kebun Pasir Mandoge
• Kebun Sei Kopas
• Kebun Balimbingan
2. GUU II, berkedudukan di Kantor Bah Jambi, yang terdiri dari:
• Kebun Dolok Ilir
• Kebun Laras
• Kebun Gunung Bayu
• Kebun Mayang
• Kebun Bukit Lima
• Kebun Tanah Itam Ulu
3. GUU III, berkedudukan di Kantor Pabatu, yang terdiri dari:
• Kebun Air Batu
• Kebun Adolina
• Kebun Pabatu
• Kebun Tinjowan Sawit-I
• Kebun Tinjowan Sawit-II
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
• Kebun Tinjowan Kakao
• Kebun Sawit Langkat
4. GUU IV, terdiri dari:
• Kebun Berangir
• Kebun Pulau Raja
• Kebun Ajamu I
• Kebun Ajamu II
• Kebun Sosa
• Unit PKS Sosa
5. GUU V, berkedudukan di Kantor Bah Jambi, yang terdiri dari:
• Kebun Sidamanik
• Kebun Bah Butong
• Kebun Bah Birung Ulu
• Kebun Marjandi
• Kebun Tobasari
• Kebun Sibosur
6. GUU VI, berkedudukan di Kantor Pabatu, yang tgerdirir dari:
• Unit Rumah Sakit Laras
• Unit Rumah Sakit Pabatu
• Unit Rumah Sakit Balimbingan
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor 04.13Kpts43VIII2003 tanggal 27 Agustus 2003 uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-
masing bagian dalam struktur organisasi perusahaan adalah sebagai berikut:
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
1. Kepala Bagian Sekretaris Perusahaan
Tugas pokoknya adalah membantu dan memberikan saran pemikiran kepada Direksi Direktur Utama dalm melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di
bidang sekretariat, aspek legal corporate law dan kepatuhan compliance, aspek manajemen hubungan investor, aspek komunikasi perusahaan
corporate communication, hubungan masyarakat, dan protokoler. 2.
Kepala Bagian Satuan Pengawas Intern Membantu dan memberikan saran pemikiran kepada Direktur Utama dalam
melaksanakan fungsi-fungsi pengawasan perusahaan di bidang penggunaan sumber daya operasional serta sistem dan prosedur untuk menciptakan
efektivitas dan efisiensi perusahaan. 3.
Kepala Bagian Tanaman Bertugas untuk membantu dan memberikan saran pemikiran kepada Direksi
dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di bidang produksi tanaman, antara lain dengan mengembangkan teknik manajemen tanaman secara
inovatif guna meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kualitas. 4.
Kepala Bagian Teknik Membantu dan memberikan saran pemikiran kepada direksi dalam
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di bidang teknik, memonitor dan mengevaluasi kinerja bidang instalasi, traksi, sipil, dan listrik, serta
mengembangkan teknik manajemen bidang keteknikan secara inovatif. 5.
Kepala Bagian Pengolahan
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
Membantu dan memberikan saran pemikiran kepada Direksi dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di bidang pengolahan, menyusun
program kegiatan, dan mengevaluasi kinerja bidang pengolahan. 6.
Kepala Bagian Perencanaan, Pengkajian, dan Pengembangan Tugas pokoknya adalah melaksanakan analisis bisnis dalam rangka
penyusunan perencanaan perusahaan yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta merumuskan kebijakan dalam rangka antisipasi terhadap resiko
perusahaan risk management, termasuk merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi pengembangan dan pengelolaan data secara elektronik dan
sistem informasi manajemen di perusahaan serta pengembangan teknologi informasi.
7. Kepala Bagian Keuangan
Bertugas membantu dan memberikan saran pemikiran kepada Direksi dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di bidang keuangan, antara lain
merencanakan, mengelola, dan mengevaluasi sumber dana dan pengalokasian dana untuk mencapai sasaran keuangan perusahaan.
8. Kepala Bagian Akuntansi
Menyelenggarakan akuntansi keuangan financial accounting, akuntansi biaya cost accounting, verifikasi, dan penyusunan laporan keuangan serta
administrasi PIR dan administrasi penyertaan modal anak perusahaan, termasuk melaksanakan kegiatan administrasi aktiva tetap dan investasi.
9. Kepala Bagian Pemasaran
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
Bertugas menyusun dan mengevaluasi kebijakan di bidang pemasaran, antara lain melaksanakan analisa pasar, promosi, dan survey kebutuhan kepuasan
pelanggan secara periodik, merumuskan strategi pemasaran, melakukan pengujian mutu produk, serta melakukan kegiatan penjualan produk komoditi
yang dihasilkan. 10.
Kepala Bagian Pengadaan Bertugas melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di bidang pengadaan, yakni
menyelenggarakan pergudangan untuk persediaan barang yang digunakan dalam proses produksi.
11. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia
Bertugas merumuskan sistem dan prosedur administrasi kepersonaliaan, menyelenggarakan recruitment karyawan untuk semua unit usaha,
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan karyawan, membuat pemetaan personil untuk keperluan penempatan dan pengembangan, dan tugas-tugas
lainnya yang berhubungan dengan sumber daya manusia perusahaan 12.
Kepala Bagian Umum Mempunyai tugas pokok membantu dan memberikan saran pemikiran kepada
Direksi dalam melaksanakan fungsi manajemen di bidang rumah tangga perusahaan, hukum, pertanahan perusahaan, dan keamanan.
13. Kepala Bagian Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi Kemitraan Bina
Lingkungan PUKKKBL
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
Bertugas menyusun dan melaksanakan sistem dan prosedur penyaluran kredit untuk usaha kecil dan koperasi beserta pola pengembaliannya, serta membina
kerjasama dengan instansi lainyang terkait dengan PUKKKBL. Seluruh kepala bagian dalam struktur organisasi di atas harus membina
kerjasama yang baik dengan Bagian, Grup Unit Usaha, dan Unit usaha terkait sehingga tugas-tugas dan kebijaksanaan yang digariskan Direksi dapat
dilaksanakan dengan baik.
c. Operasional PT. Perkebunan Nusantara IV
PT. Perkebunan Nusantara IV Persero mengelola tiga budidaya perkebunan yang berupa tanaman kelapa sawit, kakao, dan teh dengan 31 unit
kebun yang dilengkapi dengan sarana pengolahannya berupa 16 unit Pabrik Kelapa Sawit PKS, 1 unit Pabrik Pemurnian Minyak Sawit, 1 unit Pabrik
Pengolahan Inti Sawit, 4 unit Pabrik Pengeringan Biji Kakao, 6 unit Pabrik Pengolahan Teh, 1 unit Perbengkelan, dan 3 unit Rumah Sakit.
Kegiatan usaha perusahaan terletak di atas lahan seluas 151.968 Ha areal konsesi, yang tersebar di 8 delapan Kabupaten Daerah Tingkat II yaitu
Kabupaten Simalungun, Serdang Bedagai, Asahan, Labuhan Datu, Langkat, Toba Samosir, Tapanuli Selatan, dan Kota Madya Medan.
Untuk mengurangi tingkat kerugian perusahaan dari komoditi yang tidak menguntungkan, perusahaan telah mengambil langkah-langkah perbaikan,
diantaranya dengan melakukan konversi tanaman. Adapun tanaman yang
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
dikonversi adalah kebun teh seluas 3.313,57 hektar dan areal kebun kakao seluas 1.824 hektar menjadi tanaman kelapa sawit.
Berikut ini adalah perbandingan realisasi volume produksi olahan tahun 2006 dengan tahun 2005:
Tabel 4.1 Volume Produksi Olahan PT.Perkebunan Nusantara IV
dalam kg
Jenis Produk Realisasi
Tahun 2006 Realisasi
Tahun 2005
528.088.290 109.060.773
539.467.217 117.317.304
Produk Sawit
Minyak Sawit Inti Sawit
Jumlah Produksi Sawit 637.149.063
656.784.521
- -
- 1.880.231
995.365 617.730
Biji Kakao Kering
Biji Besar Biji Kecil
Remah
Jumlah Produksi Biji Kakao Kering - 3.493.326
5.621.404 4.427.334
1.866.641 6.539.803
4.722.312 1.839.305
Daun Teh Kering
Grade I Grade II
Grade III
Jumlah Produksi Daun Teh Kering 11.915.379
13.1401.420
Sumber : Laporan Keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV, 2007
2. Laporan Laba Rugi PT. Perkebunan Nusantara IV
Laporan keuangan yang disusun oleh PT. Perkebunan Nusantara IV terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, Perubahan Modal, dan Laporan Arus Kas.
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
Laporan keuangan ini telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yaitu Standar Akuntansi Keuangan, serta peraturan
pemerintah yang berlaku dalam penyajian laporan keuangan perusahaan perkebunan.
Dasar pengukuran laporan keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV adalah konsep biaya perolehan, kecuali untuk persediaan yang dinyatakan sebesar nilai
yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih, surat berharga yang dinilai dengan nilai aktiva bersih, investasi dalam efek tertentu yang dicatat
sebesar nilai wajarnya, penyertaan saham yang dicatat dengan metode ekuitas dan aktiva tetap tertentu yang dicatat berdasarkan penilaian kembali. Laporan arus kas
disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Laporan laba rugi disusun dengan format multiple-step, dan rincian bebannya disajikan berdasarkan fungsi beban.
3. Harga Jual Produk PT. Perkebunan Nusantara IV
PT. Perkebunan Nusantara IV menetapkan harga jual produk untuk penjualan ekspor maupun penjualan ocal. Dalam hal penentuan harga jual
minyak sawit dan inti sawit, PT. Perkebunan Nusantara IV menetapkan harga jualnya pada Kantor Pemasaran Bersama KPB PT. Perkebunan Nusantara.
Dalam penelitian ini, harga jual yang digunakan adalah harga jual rata-rata per kilogram untuk penjualan lokal.
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
Tabel 4.2 Harga Jual Minyak Sawit per kg PT. Perkebunan Nusantara IV
Tahun 2002-2006
dalam Rupiah
Tahun Triwulan I
Triwulan II Triwulan III
Triwulan IV 2002
2.798,41 2.943,11 3.233,11 3.284,39 2003 3.434,42 3.282,89 3.180,97
3.464,90 2004 3.812,60 4.157,15 3.418,73
3.395,15 2005 3.032,68 3.385,47 3.443,86
3.515,91 2006 3.327,21 3.422,77 3.707,42
3.634,35 Sumber : Laporan Keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV, 2007
Tabel 4.3 Harga Jual Inti Sawit per kg PT. Perkebunan Nusantara IV
Tahun 2002-2006 dalam Rupiah
Sumber : Laporan Keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV, 2007
Tahun Triwulan I
Triwulan II Triwulan III
Triwulan IV 2002
1.016,81 1.355,05 1.437,31 1.420,38 2003 1.603,77 1.350,85 1.269,22
1.660,07 2004 2.024,10 2.519,10 2.242,14
2.282,30 2005 2.238,83 2.373,76 2.176,02
2.178,51 2006 2.071,35 1.945,84 1.940,38
1.997,93
4. Marjin Kotor PT. Perkebunan Nusantara IV
PT. Perkebunan Nusantara IV tidak melakukan perhitungan marjin kotor dalam laporan laba ruginya. Dalam skripsi ini, penulis menghitung marjin kotor
berdasarkan data-data yang diperoleh dari perusahaan.
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
Tabel 4.4 Marjin Kotor Minyak Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV
Tahun 2002-2006 Tahun
Triwulan I Triwulan II
Triwulan III Triwulan IV
2002 39,67 40,68 41,72 42,79
2003 37,79 36,83 36,01
35,31 2004 39,12 40,25
41,39 42,55
2005 36,84 35,78 34,90
34,17 2006 36,57 37,16
37,82 38,55
Sumber : Data Olahan, 2007
Tabel 4.5 Marjin Kotor Inti Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV
Tahun 2002-2006
Sumber : Data Olahan, 2007
Tahun Triwulan I
Triwulan II Triwulan III
Triwulan IV
2002 25,54 32,67 39,12
44,97 2003 31,56 30,26
29,15 28,19
2004 37,84 39,99 41,76
43,25 2005 32,12 27,95
23,30 18,10
2006 20,58 18,19 15,56
12,66
C. Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis pengaruh harga jual minyak sawit terhadap marjin kotor
minyak sawit.
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
Tabel 4.6 Correlations
marjinkotor hargajual
marjinkotor 1.000
-.049 Pearson Correlation
hargajual -.049
1.000 marjinkotor
. .418
Sig. 1-tailed hargajual
.418 .
marjinkotor 20
20 N
hargajual 20
20
Sumber : Lampiran 3 Dari tabel 4.6 dapat diketahui:
a. Nilai korelasi menunjukkan angka sebesar 0,49 antara marjin kotor dan
harga jual. Hal ini menunjukkan hubungan kedua variabel adalah lemah. Indikator kuat atau lemahnya hubungan dapat diketahui secara singkat
dengan menggunakan pedoman nilai di atas 0,5 menunjukkan kuatnya hubungan dan di bawah 0,5 menyatakan lemahnya hubungan.
b. Nilai signifikan sebesar 0,418 menunjukkan hasil korelasi kedua variabel
ini adalah tidak signifikan, yang artinya menerima Ho, atau kedua variabel ini kurang memiliki hubungan.
Indikator signifikan atau tidak didapat dengan membandingkan nilai signifikan dengan 0,05 pada derajat kepercayaan 95 atau taraf nyata
5. Jika kurang dari 0,05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan, dan jika lebih dari 0,05 artinya menerima Ho, berarti kedua
variabel tersebut kurang memiliki hubungan.
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
Tabel 4.7 Model Summaryb
Model R
R Square
Adjusted R
Square Std. Error
of the Estimate
Change Statistics Durbin
- Watso
n R Square
Change F
Change df1
df2 Sig. F
Change R
Square Chang
e F
Change df1 df2
Sig. F Change
1 .049a
.002 -.053
.0268171 .002
.044 1
18 .83
7 .717
a Predictors: Constant, hargajual b Dependent Variable: marjinkotor
Sumber : Lampiran 3 Dari tabel 4.7 dapat dilihat:
a. Angka R square sebesar 0,002 R square adalah hasil kuadrat atas
koefisien korelasi 0,049 memiliki arti 0,2 marjin kotor minyak sawit dapat dijelaskan oleh variabel harga jual minyak sawit, sedang sisanya
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi. b.
Standard error of estimate adalah 0,0268171 dengan satuan variabel adalah marjin kotor. Bila dibandingkan dengan analisis atas output 1, maka
standar error of estimate lebih besar dari standar deviasi 0,0261336, sehingga disimpulkan bahwa model rata-rata marjin kotor lebih baik
dalam bertindak sebagai prediktor.
Tabel 4.8 Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients Standardize
d Coefficients
t Sig.
Correlations B
Std. Error
Beta Zero-order
Partial Part
B Std.
Error 1
Constant .397
.069 5.720
.000 hargajual
-4.27E- 006
.000 -.049
-.209 .837
-.049 -.049
-.049 a Dependent Variable: marjinkotor
Sumber : Lampiran 3
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
Dari hasil analisis tersebut didapat sebuah persamaan regresi sebagai berikut:
Y1 = 0,397 – 4,27X
Di mana: Y1 = Marjin kotor minyak sawit
X = Harga jual Konstanta sebesar 0,397 menyatakan bahwa dengan adanya harga jual
maka marjin kotor akan bertambah sebesar 39,7. Koefisiennya sebesar -4,27 menyatakan bahwa setiap penambahan harga
jual minyak sawit sebesar Rp 1.000,- maka akan mengurangi marjin kotor minyak sawit sebesar Rp 4.270,-
Menguji Hipotesis
1. Menguji Hipotesis
Ho : bi = 0 harga jual minyak sawit tidak berpengaruh terhadap marjin kotor minyak sawit
Ha : bi ≠ 0 harga jual minyak sawit berpengaruh terhadap marjin kotor
minyak sawit 2.
α yang digunakan sebesar 5 dengan derajat kebebasan df = n-1 = 19 3.
Statistik t-hitung Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa t-hitung adalah sebesar -0,209
4. Kriteria uji t yang akan dilakukan adalah:
Terima Ho : bila t hitung ≤ t tabel
α Terima Ha : bila t hitung
≥ t tabel α
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
Untuk t-tabel dua sisi didapat angka 2,093 5.
Menarik kesimpulan dari hasil yang diperoleh Oleh karena t-hitung lebih kecil dari t-tabel, yaitu -0,2092,093, maka Ho
diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti harga jual minyak sawit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap marjin kotor minyak sawit pada
PT. Perkebunan Nusantara IV periode 2002-2006.
2. Analis pengaruh harga jual inti sawit terhadap marjin kotor inti sawit.
Tabel 4.9 Correlations
marjinkotor hargajual
marjinkotor 1.000
-.032 Pearson Correlation
hargajual -.032
1.000 marjinkotor
. .447
Sig. 1-tailed hargajual
.447 .
marjinkotor 20
20 N
hargajual 20
20
Sumber : Lampiran 3 Dari tabel 4.9 dapat diketahui:
a. Nilai korelasi menunjukkan angka sebesar 0,032 antara marjin kotor dan
harga jual. Hal ini menunjukkan hubungan kedua variabel adalah lemah. Indikator kuat atau lemahnya hubungan dapat diketahui secara singkat
dengan menggunakan pedoman nilai di atas 0,5 menunjukkan kuatnya hubungan dan di bawah 0,5 menyatakan lemahnya hubungan.
b. Nilai signifikan sebesar 0,447 menunjukkan hasil korelasi kedua variabel
ini adalah tidak signifikan, yang artinya menerima Ho, atau kedua variabel ini kurang memiliki hubungan.
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
Indikator signifikan atau tidak didapat dengan membandingkan nilai signifikan dengan 0,05 pada derajat kepercayaan 95 atau taraf nyata
5. Jika kurang dari 0,05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan, dan jika lebih dari 0,05 artinya menerima Ho, berarti kedua
variabel tersebut kurang memiliki hubungan.
Tabel 4.10 Model Summaryb
Model R
R Square
Adjusted R
Square Std. Error
of the Estimate
Change Statistics Durbin-
Watson R
Square Change
F Change
df1 df2
Sig. F Chang
e R
Square Change
F Change
df1 df2
Sig. F Change
1 .032a
.001 -.054
.0984419 .001
.018 1
18 .89
5 .366
a Predictors: Constant, hargajual b Dependent Variable: marjinkotor
Sumber : Lampiran 3 Dari tabel 4.10 dapat dilihat:
a. Angka R square sebesar 0,001 R square adalah hasil kuadrat atas
koefisien korelasi 0,032 memiliki arti 0,1 marjin kotor inti sawit dapat dijelaskan oleh variabel harga jual inti sawit, sedang sisanya dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi. b.
Standard error of estimate adalah 0,0984419 dengan satuan variabel adalah marjin kotor. Bila dibandingkan dengan anaalisis atas output 1, maka
standar error of estimate lebih besar dari standar deviasi 0,0958644, sehingga disimpulkan bahwa model rata-rata marjin kotor lebih baik
dalam bertindak sebagai prediktor.
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
Tabel 4.11 Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Correlations
B Std.
Error Beta
Zero- order
Partial Part
B Std.
Error 1
Constant .310
.100 3.103
.006 hargajual
-7.05E- 006
.000 -.032
-.134 .895
-.032 -.032
-.032 a Dependent Variable: marjinkotor
Dari hasil analisis tersebut didapat sebuah persamaan regresi sebagai berikut:
Y2 = 0,310 – 7,05X
Di mana: Y2 = Marjin kotor inti sawit
X = Harga jual Konstanta sebesar 0,310 menyatakan bahwa dengan adanya harga jual
maka marjin kotor akan bertambah sebesar 31. Koefisiennya sebesar -7,05 menyatakan bahwa setiap penambahan harga
jual minyak sawit sebesar Rp 1.000,- maka akan mengurangi marjin kotor minyak sawit sebesar Rp 7.050,-
Menguji Hipotesis
1. Menguji Hipotesis
Ho : bi = 0 harga jual inti sawit tidak berpengaruh terhadap marjin kotor inti sawit
Ha : bi ≠ 0 harga jual inti sawit berpengaruh terhadap marjin kotor inti
sawit 2.
α yang digunakan sebesar 5 dengan derajat kebebasan df = n-1 = 19
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
3. Statistik t-hitung
Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa t-hitung adalah sebesar -0,134 4.
Kriteria uji t yang akan dilakukan adalah: Terima Ho : bila t hitung
≤ t tabel α
Terima Ha : bila t hitung ≥ t tabel
α Untuk t-tabel dua sisi didapat angka 2,093
5. Menarik kesimpulan dari hasil yang diperoleh
Oleh karena t-hitung lebih kecil dari t-tabel, yaitu -0,1342,093, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti harga jual inti sawit tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap marjin kotor inti sawit pada PT. Perkebunan Nusantara IV periode 2002-2006.
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian mengenai pengaruh harga jual produk terhadap marjin kotor PT. Perkebunan Nusantara IV dengan menggunakan
analisis regresi linier, maka diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Hasil model estimasi yang diperoleh: Y1 = 0,397 – 4,27X
Y2 = 0,310 – 7,05X
2. Berdasarkan hasil estimasi di atas dapat disimpulkan bahwa:
a. Variabel X harga jual minyak sawit tidak berpengaruh positif
terhadap Y1 marjin kotor minyak sawit. Koefisiennya sebesar -4,27 menyatakan bahwa setiap penambahan harga jual minyak sawit
sebesar Rp 1.000,- maka akan mengurangi marjin kotor minyak sawit sebesar Rp 4.270,-
b. Variabel X harga jual inti sawit juga tidak berpengaruh positif
terhadap Y1 marjin kotor inti sawit. Koefisiennya sebesar -7,05 menyatakan bahwa setiap penambahan harga jual inti sawit sebesar Rp
1.000,- maka akan mengurangi marjin kotor inti sawit sebesar Rp 7.050,-
3. Hasil regresi linear menunjukkan:
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
a. Variabel harga jual minyak sawit tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap marjin kotor minyak sawit, di mana t-hitung- 0,209 t-tabel2,093 pada tingkat kepercayaan 95.
b. Variabel harga jual inti sawit tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap marjin kotor inti sawit, di mana t-hitung-0,134t- tabel2,093 pada tingkat kepercayaan 95.
4. Koefisien determinasi R² sebesar 0,005 dan 0,007:
a. 0,002 memiliki arti 0,2 marjin kotor minyak sawit dapat dijelaskan
oleh variabel harga jual minyak sawit, sedang sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi.
b. 0,001 memiliki arti 0,1 marjin kotor inti sawit dapat dijelaskan oleh
variabel harga jual inti sawit, sedang sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi.
B. Saran