Tinjauan Umum LAZ Lembaga Amil Zakat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum LAZ Lembaga Amil Zakat

Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011, Lembaga amil zakat adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Pembentukan lembaga amil zakat wajib mendapat izin menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh menteri. Sebagaimana yang di sebutkan dalam pasal 18 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011, izin sebagaimana dimaksud pada ayat 1 hanya diberikan apabila memenuhi persyaratan paling sedikit: a. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial. b. Berbentuk lembaga berbadan hukum. c. Mendapat rekomendasi dari BAZNAS. d. Memiliki pengawas syariat. e. Memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk melaksanakan kegiatannya. f. Bersifat nirlaba. g. Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat. h. Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala. Lembaga amil zakat juga wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala. Selain menerima zakat, lembaga amil zakat juga dapat menerima infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya. Pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya harus dilakukan sesuai dengan syariat Islam. Pengelolaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya juga harus dicatat dalam pembukuan tersendiri. 9 Sesuai dengan pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011, Pengelolaan zakat harus berasaskan: a. syariat Islam; b. amanah; c. kemanfaatan; d. keadilan; e. kepastian hukum; f. terintegrasi; dan g. akuntabilitas. Sesuai dengan PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah, sumber dana zakat, infak, dan shadaqah berasal dari bank dari pihak lain yang diterima bank untuk disalurkan kepada yang berhak. Jadi lembaga amil zakat menerima dana zakat, infak, dan shadaqah dari masyarakat yang mampu atau masyarakat yang membayar dana zakat, infak, dan shadaqah, kemudian menyalurkannya kepada masyarakat yang berhak menerima. Kemudian penyaluran dana zakat, infak, dan shadaqah kepada yang berhak harus sesuai dengan prinsip syariah. Kemudian untuk sisa dana zakat, infak, dan shadaqah adalah dana zakat, infak, dan shadaqah yang belum dibagikan pada tanggal tertentu kepada masyarakat yang berhak.

2.2 Tinjauan Umum Qardhul Hasan