Hubungan Faktor Kebutuhan Terhadap Perilaku Pengobatan Tradisional

perbedaan selera dalam memilih pengobatan tradisional pada kelompok usia ≤ 30 tahun dengan 30 tahun dikarenakan mungkin adanya pengalaman yang kurang baik terhadap pengobatan konvensional. Sehingga kalangan usia ≤ 30 tahun memilih dan menggunakan pengobatan tradisional untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Dalam upaya promosi kesehatan, untuk mengurangi ketergantungan pada metode pengobatan Barat pada pengobatan dan melihat antusias kalangan usia muda dalam memilih pengobatan tradisional. Diperlukan langkah promosi mengenai pengobatan tradisional mulai dari usia sekolah. Selain itu, upaya promosi melalui pendidikan dengan media televisi, radio, dan melalui dunia maya juga perlu digalakan mengingat kecanggihan teknologi sudah maju pesat. Sehingga, masyarakat tidak hanya mengetahui metode pengobatan atau pengobatan konvensional. Masyarakat juga mampu memahami pengobatan tradisional dengan baik dan mampu memanfaatkannya dengan tepat pada saat mengalami gangguan kesehatan.

6.2.2. Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan yang terdapat pada tabel 5.20. dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan masyarakat dalam memilih pengobatan tradisional karena memiliki p value sebesar 0,019 atau kurang dari nilai α, yaitu 0,05. Hal ini tercermin pada distribusi masyarakat yang menjadi responden penelitian ini, yaitu wanita sebanyak 51 orang 53,7 memilih ke pengobatan tradisional dan pria sebanyak 44 orang 46,3. Hal ini dapat diasumsikan bahwa karakteristik masyarakat urban di Jakarta sudah tidak lagi didominasi oleh pria saja dalam pengambilan keputusan khususnya mengenai dalam pemilihan pengobatan . Emansipasi wanita di wilayah tempat tinggal masyarakat urban dalam memilih pengobatan tradisional terlihat dari distribusi data yang lebih besar wanita dibandingkan pria. Ini disebabkan beberapa keputusan dalam keluarga tidak selamanya bergantung pada pria. Proses pencarian pengobatan dalam suatu keluarga biasanya merupakan keputusan dari kepala keluarga. Kalau dalam keluarga masih terdapat seorang ayah, maka ayah yang dominan dalam pengamblian keputusan. Tapi kalau sudah single parent maka, single parent tersebut yang mengambil keputusan dalam keluarga. Oleh karena itu tingkat pemahaman kepala keluarga tentang konsep sehat sakit serta pengetahuan tentang pentingnya pengobatan untuk setiap gangguan kesehatan yang diderita anggota keluarga, sangat menentukan pemilihan sarana pengobatan yang mana untuk digunakan oleh keluarga tersebut.