1
BAB I PENDAHULUAN
I.A. LATAR BELAKANG
Dalam era globalisasi, persaingan kerja yang semakin meningkat memaksa setiap orang untuk menguasai keahlian dan kemampuan tertentu Wills, 1993.
Untuk dapat menjawab tantangan ini diperlukan adanya dedikasi, kerja keras dan kejujuran dalam bekerja. Menurut Anoraga 1992 manusia yang berhasil harus
memiliki pandangan dan sikap yang menghargai kerja sebagai sesuatu yang luhur untuk eksistensi manusia. Suatu pandangan dan sikap demikian dikenal dengan
istilah Etos Kerja. Dewasa ini Etos Kerja merupakan topik yang kembali hangat. Telah sekian lama Indonesia selalu berkutat dengan masalah korupsi, ”jam karet”,
asal kerja, semrawut dan predikat negatif lainnya. Berbeda dengan kondisi di negara Jepang, yang menjadikan kerja sebagai sesuatu yang sangat mulia, dan
kualitas kerja merupakan nilai-nilai penting yang didasari spiritualitas agama Anoraga, 1992.
Suatu opini untuk menggambarkan kondisi Etos Kerja bangsa kita saat ini dinyatakan oleh Muhtadi 2005 bahwa kondisi masyarakat kita kurang memiliki
Etos Kerja. Secara khusus Muhtadi menyoroti kondisi perguruan tinggi dan sekolah di Indonesia. Sebagai lingkungan organisasi yang berfokus pada tujuan
utama mendidik serta mengembangkan ilmu pengetahuan, perguruan-perguruan tinggi dan sekolah-sekolah sering ditemui sebagai organisasi yang kurang efektif
dalam mencapai sasarannya karena kinerja individu-individu yang terlibat didalamnya tidak didukung oleh Etos Kerja yang baik. Sepertinya Etos Kerja di
Indonesia relatif masih belum tinggi. Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja ini, diperlukan adanya suatu sikap yang menilai tinggi pada kerja keras dan sungguh-
sungguh. Karena itu perlu ditemukan suatu dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap rakyat kita. Nilai-nilai sikap dan faktor motivasi
yang baik menurut Anoraga 1992 bukan bersumber dari luar diri, tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri, yang sering disebut dengan motivasi
intrinsik.
Hubungan Antara Organization-Based Self-Esteem Dengan Etos Kerja, 2009 USU e-Repository © 2009
2 Manusia merupakan mahluk sosial yang bekerja bukan hanya untuk
memenuhi kebutuhan diri sendiri saja, tetapi juga untuk melayani sesama. Melalui pekerjaan, kita bekerjasama dan melayani teman sekerja, memenuhi kebutuhan
keluarga, mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara Anoraga, 1992. Untuk mempermudah tercapainya berbagai tujuan ini di dalam masyarakat, maka
manusia berkumpul untuk bekerja secara bersama-sama dan terbentuklah berbagai organisasi. Setiap organisasi diatur dan dikelola oleh manusia. Tanpa adanya
manusia yang mengelola dan bekerja, suatu organisasi tidak dapat eksis di tengah- tengah masyarakat Cascio, 2003. Setiap organisasi memiliki tujuan bersama
yang tertuang dalam visi dan misi organisasi. Untuk mencapai tujuan ini organisasi menerapkan filosofi, kebijakan, serta target. Filosofi, target, dan
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh organisasi dibuat agar dapat mensejajarkan arah pencapaian, tujuan, dan nilai-nilai yang terdapat dalam
individu sebagai anggota organisasi dengan tujuan organisasi itu sendiri. Hal ini dikenal dengan istilah penjajaranalignment Wills, 1993. Proses penjajaran ini
tentunya akan mempengaruhi individu dalam memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri, karena apa yang ditanamkan oleh organisasi pada individu
merupakan suatu harapan yang bernilai ideal atas dirinya. Suatu keyakinan nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara
keseluruhan dikenal dengan istilah harga diri atau self-esteem. Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota organisasi yang bertindak
dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis organisasiOrganization- Based Self-esteem; selanjutnya disingkat dengan OBSE. Individu dengan nilai
OBSE yang tinggi cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting, berharga, berpengaruh, dan berarti dalam konteks organisasi yang
mempekerjakannya. Dari beberapa aspek yang dipengaruhi OBSE, salah satunya adalah motivasi intrinsik Kreitner Kinicki, 2000. Faktor yang terakhir ini
seperti yang dinyatakan Anoraga 1992 merupakan elemen yang penting dalam mengembangkan Etos Kerja. Penulisan membuktikan bahwa tidak selamanya self-
esteem yang tinggi itu memberikan indikasi yang positif. Pada penulisan Baumeister dkk. 1996 ditemukan bahwa perilaku agresif dapat muncul ketika
Hubungan Antara Organization-Based Self-Esteem Dengan Etos Kerja, 2009 USU e-Repository © 2009
3 individu yang self-esteem-nya tinggi dihadapkan pada situasi yang menekan.
Artinya self-esteem yang tinggi menjadi sesuatu yang baik hanya jika dijaga dan disalurkan dengan cara yang membangun dan etis Kreitner Kinicki, 2000.
I.B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan hubungan antara Organization-Based Self-Esteem OBSE dengan Etos Kerja.
I.C. MANFAAT PENULISAN
Diharapkan tulisan ini bermanfaat untuk: 1.
Memperkuat pemahaman ilmu pengetahuan di bidang Psikologi Industri dan Organisasi mengenai hubungan Organization-Based Self-Esteem OBSE
dengan Etos Kerja. 2.
Menjadi bahan masukan dan saran untuk meningkatkan efektifitas organisasi melalui peningkatan etos kerja karyawan dengan memperhatikan variabel
Organization-Based Self-Esteem OBSE sebagai variabel prediktor.
Hubungan Antara Organization-Based Self-Esteem Dengan Etos Kerja, 2009 USU e-Repository © 2009
4
BAB II LANDASAN TEORI