Sirkumsisi Pada Anak Perempuan Dalam Medis dan Kesehatan

20

2. Pelaksana Sirkumsisi Perempuan

Pelaksanaan sirkumsisi pada perempuan di Indonesia bervariasi, mulai dari : 1. Tenaga medis perawat, bidan maupun dokter 2. Dukun bayi dan 3. Dukun tukang sunat Dalam melaksanakan sunat, biasanya pelaksana menggunakan alat modern dan tradisional. Alat modern seperti gunting. Sedangkan alat tradisional, seperti pisau, sembilu, bambu, jarum, kaca, kuku. Pelaksanaan sunat biasanya dengan atau tanpa anastesi. Usia pelaksanaan sunat biasanya dilakukan pada usia 0 – 18 tahun Khomar, 2007.

E. Beberapa Pandangan Sirkumsisi

1. Sirkumsisi Pada Anak Perempuan Dalam Medis dan Kesehatan

Bila ditinjau dari segi medis dan kesehatan, menurut dokter kandungan Italia, Laura Guarenti yang mewakili LSM Jakarta, menyatakan sirkumsisi yang dilakukan pada anak perempuan tidak tidak memberikan keuntungan seperti yang dilakukan pada anak laki – laki. Karena bila dilakukan pada anak laki – laki dapat mencegah penyakit kanker bila anak perempuan tidak disirkumsisi dikemudian hari. Sementara untuk anak perempuan bila tidak disirkumsisi tidak akan menimbulkan dampak negative dikemudian hari. Bahkan dianjurkan untuk tidak melakukan penyunatan pada anak perempuan Arta, 2008 . Klitoris merupakan organ yang kaya akan persyarafan, sehingga sangat sensitive dan dinyatakan sebagai organ dimana perempuan dapat meresakan orgasme. Sehinga peniadaan klitoris dianggap oleh beberapa kalangan sebagai pemasungan hak reproduksi Universitas Sumatera Utara 21 perempuan dalam kaitan perempuan tersebut tidak dapat merasakan orgasme Khomar, 2007 . Sirkumsisi pada perempuan dapat menimbulkan suatu trauma yang akan selalu ada dalam kehidupan dan pikiran wanita yang mengalaminya. Komplikasi psikologi dapat terpendam pada alam bawah sadar, dan dapat menimbulkan gangguan prilaku. Hilangnya rasa percaya diri dilaporkan sebagai efek serius yang bias terjadi. Dalam jangka panjang dapat menimbulkan perasaan tidak sempurna dan depresi. Hal – hal tersebut dapat menjadi konflik dalam pernikahannya. Banyak perempuan yang mengalami trauma dengan pengalaman FGM tersebut. Tetapi tidak dapat mengungkapkan ketakutan dan penderitaanya secara terbuka Khomar, 2007 . WHO secara konsisten dan jelas menyampaikan bahwa FGM dalam bentuk apapun, tidak boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan dimanapun, termasuk rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya. WHO berdasarkan pada etika dasar kesehatan bahwa mutilasi tubuh yang tidak perlu tidak boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan. Medikalisasi sirkumsisi pada perempuan cenderung akan mempertahankan tradisi ini. Masyarakat akan lebih yakin dengan anggapan adanya dukungan dan legalitas oleh tenaga kesehatan. Berbeda dengan laki – laki, sirkumsisi pada perempuan tidak pernah diajarkan dalam pendidikan kesehatan, tidak ada standart dan prosedur tetap sunat pada perempuan secara medis Khomar, 2007 .

A. Tipe- tipe Sirkumsisi Pada Perempuan