1. Pancasila dijadikan dasar Filosofis negara Indonesia yang hendak didirikan.
2. Tiap golongan menerima anjuran dasar Filosofis ini, dengan catatan bahwa
tiap golongan masih berhak untuk memperjuangkan aspirasinya masing- masing dalam mengisi kemerdekaan.
Mengenai perbedaan interpretasi, dapat di lihat pada pidato Soekarno yang tidak menempatkan dasar ke-Tuhanan Y.M.E. sebagai dasar pertama dan utama,
sedangkan sebaliknya Hatta melihatnya sebagai sumber yang memberi isi bagi sila-sila yang lain. Umumnya bagi partai-partai yang berdasarkan agama baik
Islam maupun Kristen. Hatta dikenal sebagai pejuang gigih dalam menegakan Pancasila dan dedikasinya kepada Pancasila tidak diragukan lagi, ketika
bermaksud mendirikan Partai Demokrasi Islam Indonesia pada tahun 1976, tetap memperjuangkan kedua asas yaitu Pancasila dan Islam. Baginya dan umat Islam
lainnya mengakui bahwa dalam Islam politik tidak terpisah dari kehidupan dan ajaran agama.
Oleh sebab itu, bila PPP yang memang berasal dari Partai Islam, agak berdiam diri tentang gagasan Soeharto, sikap ini dapat dimaklumi. Bila PPP
menerima gagasan tersebut begitu saja, seakan-akan PPP mengakui bahwa dalam Islam ada pemisahan agama dan politik, Islam seakan-akan tidak sesuai dengan
tuntutan zaman, sekurang-kurangnya dalam bidang politik, Islam seakan pernah menerbitkan kekacauan pada waktu masa lalu paling sedikit tidak bersesuaian
dengan Pancasila dalam bidang politik, dalam rangka sinyalemen Presiden dalam
Pidato Kenegaraannya bahwa kekacauan pada masa kampanye memang disebabkan oleh asas PPP yang masih mempergunakan Islam, disamping
Pancasila.
38
Tidak hanya partai Islam saja yang bermasalah dengan Pidato Presiden Soeharto, Parkindo, Partai Katolik pun bermasalah. Peleburan mereka dalam PDI
Partai Demokrasi Indonesia yang mengesampingkan asas mereka Kekeristenan, Katolik agaknya lebih di dorong oleh pertimbangan-
pertimbangan praktis dan bukan asasi. Bagi Islam yang melihat tidak adanya pemisahan agama dan politik dalam
ajaran agama, gagasan tersebut bila di terima akan menjadi beban bagi kesadaran hati nurani. Sedangkan bagi Parkindo dan Partai Katolik untuk menerima asas
tunggal bagi partai tidak menyelesaikan masalah melainkan menggesernya kepada tiap hal yang hendak dikembangkan.
Yang menjadi masalah pokok dalam gagasan Presiden itu ialah gagasan tersebutmengarah kepada pengakuan, perlunya suatu sistem partai tunggal,
sungguhpun kemungkinan ini tidak disebutkan, tapi implikasinya biasa demikian. Asas tunggal membuka kemungkinan kepada semua orang untuk menjadi
anggota Partai bersangkutan. Dalam rangka ini secara asasi tidak ada perbedaan lagi antara partai-partai
tersebut. Oleh sebab itu dalam rangka ini tidak diperlukan lebih dari satu partai. Dengan adanya asas tunggal partai, adanya lebih dari satu partai akan lebih
38
Ibid, h. 55.
merupakan sekedar memenuhi kepuasan formil belaka. Dalam rangka ini demokrasi perlu dipertanyakan; artinya apakah kita memang berpijak atas asas
demokrasi yang memberi kesempatan untuk berpikir lain dan mengembangkan pikiran lain ini dengan leluasa tentu disertai dengan tanggung jawab, ataukah
kita secara formil saja berasas demokrasi, karena disertai penyempitan paham dan pikiran yang tidak dibenarkan untuk dikembangkan.
Gagasan asas tunggal, kata Deliar Noer, mengarah kepada pengakuan perlunya sistem partai tunggal. Sungguh pun kemungkinan ini tidak disebutkan,
tetapi implikasinya bisa demikian.
39
Lebih jauh, ia menyebutkan beberapa implikasi yang akan muncul bila asas tunggal diterapkan. Asas tunggal partai
menafikan kebhinekaan masyarakat yang memang berkembang menurut keyakinan masing-masing. Pemaksaan asas tunggal menghalangi orang-orang
yang sama keyakinan untuk mengelompokkan sesamanya serta bertukar fikiran sesamanya berdasar keyakinan, termasuk agama, yang dianut masing-masing.
Asas tunggal juga berarti dorongan untuk sekularisasi dalam politik dimana menafikan hubungan antara agama dan politik, yang bagi agama tertentu, apalagi
Islam, berarti bertentangan dengan ajarannya. Asas tunggal partai mengandung kecenderungan kearah sistem partai tunggal.
Setelah UU No: 8 Tahun 1985 disahkan berlakunya, maka semua Ormas Islam menerima Pancasila asas tunggal. Pertama, menerima asas tunggal
Pancasila secara Filosofis, tidak mengubah “bangunan ideologi” Ormas-Ormas
39
Ibid , h. 60.
Islam. Pancasila yang diterima tersebut terlebih dahulu “di Islamkan” sehingga tidak terjadi pertentangan apa-apa. Kedua, menghilangkan kendala ideologis
dalam dakwah Islam, baik mata birokrat, ABRI, maupun yang lain. PPP secara Formal tidak dapat lagi mengklaim diri sebagai Partai Politik Islam.
Hal yang diperhatikan dalam pemikiran orang-orang Islam di Negeri
adalah Pancasila. Muhammad Natsir, tokoh Islam dari Partai Masyumi, pernah mengemukakan dua pengertian tentang Pancasila. Yang pertama, ketika ia di
tahun 1952 pergi ke Karachi dimana ia mengaitkan ajaran Pancasila dengan Al Quran. Dalam pidatonya tersebut ia menyebut Pancasila sesuai dengan Islam.
Pidato Natsir lainnya ketika peringatan Nuzulul Quran di Jakarta tahun 1945 juga menegaskan bahwa Islam tidak mungkin berlawanan dengan Pancasila, yang
kedua , ketika sidang konstituante, Natsir seakan berbalik, ia melihat Pancasila
bisa kosong dari nilai-nilai yang dituntut Islam. Natsir seperti juga wakil-wakil Islam yang lain termasuk NU, PSII, Perti, di situ menggunakan Islam, dan
menolak Pancasila. Hal ini disebabkan; pertama, konstituante merupakan forum pembahasan terbuka, forum pembanding pendapat. Sebagaimana anggota lain
mengemukakan pemikiran mereka tentang Dasar Negara secara terbuka dan tuntas, Natsir juga berpendapat demikian. Kedua, Natsir dan kawan-kawannya
dan Organisasi Islam ingin mempertanggung jawabkan amanah yang diberikan oleh para pemilih yang telah mempercayakan kepada mereka aspirasi ummat
untuk diperjuangkan. Ketiga, seperti juga para anggota lain dari konstituante, ia
dan kawan-kawannya ingin memperkenalkan keagungan keyakinan masing- masing.
40
Masalah pokok adalah bahwa Dasar Negara akan disepakati sebagai produk konstituante, dan Dasar Negara ini adalah Pancasila. Tetapi Pancasila
yang dimaksud bukan dalam tafsiran yang ketat, melainkan akan wahana pedoman dan patokan untuk kemakmuran bangsa. Dengan pengetahuan seperti
ini maka mudah difahami menggapai partai-partai Islam terdahulu NU, Perti, PSII menyebutkan dalam anggaran dasar mereka yang berkaitan dengan Islam
atau ajaran Islam, tetapi mencantumkan juga Pancasila. Pancasila memang tidak bertentangan dengan Islam, tetapi ini bergantung
pada tafsiran yang diberikan. Pancasila memang di terima oleh Islam, karena mereka tidak ingin mengesampingkan Islam dalam hubungannya dengan
Pancasila, maka sebenarnya permainan penerimaan sudah dipergunakan : disebut atau tidak, alat pengukur tetap berupa ajaran Islam.
Menteri Agama Munawir Sadzali, dalam berbagai kesempatan berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam bahwa Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran
Islam, menurut menteri Agama, ada beberapa nilai dasar dalam ajaran Islam yang menjadikan pedoman dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
41
40
Deliar Noer, Op.Cit., h. 112.
41
Munawir Sadzali, Peranan Ummat Islam dalam Pembangunan Nasional, Jakarta: Departemen Agama, 1985, h. 62.
Sejak sosialisasi ide asas tunggal tahun 1982 sampai diundangkannya dalam bentuk Lima paket Undang Undang politik tahun 1985, reaksi kalangan
Islam beraneka ragam. Bila di pilah-pilah, reaksi tersebut dapat dibedakan antara yang bersifat pasif - konstitusional dan reaksi yang ekstrim – inkonstitusional.
42
Yang pertama diwakili oleh PPP sebagai “Partai Politik Islam” dan orang-orang yang dikenal dengan warna keislaman. Sedangkan yang kedua diwakili oleh
kelompok-kelompok individual yang kritis terhadap kebijaksanaan asas tunggal tersebut, dengan klimaks meletusnya Peristiwa Tanjung Priok.
Gagasan asas tunggal pertama kali disampaikan oleh presiden Soeharto dalam pidato kenegaraan di Depan Sidang Pleno DPR tanggal 16 Agustus 1982.
“…jumlah dan struktur partai politik seperti yang telah ditegaskan dalam Undang Undang tentang partai politik dan Golkar kiranya sudah memadai,
terbukti dari hasil dua kali pemilu yang diikuti oleh ketiga kontestan. Yang perlu dibulatka n dan ditegaskan adalah asas yang dianut oleh setiap partai politik dan
Golkar. Semua kekuatan sosial politik terutama partai politik yang menggunakan asas selain Pancasila seharusnyalah menegaskan bahwa satu-satunya asas yang
digunakan adalah Pancasila”.
43 Dari Pidato Pak Harto di atas jelas bahwa asas tunggal pada mulanya hanya ditujukan pada partai politik dan
Golkar. Imbauan Presiden secara implisit, ditujukan kepada PPP yang masih menggunakan asas cirinya. Sebelumnya dalam RUU tentang partai politik dan Golkar Tahun 1973, sudah diupayakan menyeragamkan asas partai politik, tetapi ketika itu
PPP berhasil melakukan kompromi dengan tetap mencantumkan asas cirinya Islam. Masih menurut Presiden Soeharto, penetapan asas tunggal ditandai oleh trauma masa lalu, terutama jatuh bangunnya Kabinet atau sistem Demokrasi
Parlementer akibat konflik Ideologis.
42
Panji Masyarakat, Tahun, XVI, No 163, 1 maret 1974, h. 4.
43
Pidato Kanegaraan Presiden Soeharto di Depan DPR Tanggal 19 Agustus 1982, Jakarta: Departemen Penerangan RI, 1982, h. 17-18.
Yang disebut Pancasila disini yang berlaku sejak 5 Juli 1959 adalah Pancasila yang ada dirumusan II yang dijiwai dari rumusan I Piagam Jakarta.
Rumusan inilah yang berlaku yang berlaku hingga sekarang. Mengenai sikap Umat Islam terhadap Pancasila ada 3 sikap yang
dilihatnya; Pertama sikap formal. Wakil-wakil umat Islam yang ada di DPR seperti Masyumi, NU, PSII, Perti dan lain-lain., sudah menerima secara aklamasi
pada tanggal 22 Juni 1959. Dekrit 5 Juli 1959 yang menyatakan berlakunya UUD 1945 yang dijiwai oleh Piagam Jakarta. Berlakunya Pancasila sebagai dasar dan
falsafah negara Republik Indonesia, sebagai landasan hidup bernegara. Kedua sikap agamis. Pancasila adalah salah satu Filsafat bangsa Indonesia, bukan
agama, baik dalam arti khusus maupun dalam arti luas. Pancasila, sila demi sila yang Lima, pada dasarnya tidak ada satu pun yang bertentangan dengan Islam,
kecuali bila diisi dengan tafsiran-tafsiran atau perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Islam bukanlah Filsafat, melainkan wahyu yang
mengandung serba sila Ilahi yang abadi. Ketiga sikap ideologis politis. Pancasila adalah dasar dan falsafah Negara Republik Indonesia. Pancasila juga merupakan
konsensus nasional yang perlu dihormati sebagai landasan bersama untuk hidup bernegara yang mengikat segenap aliran dan golongan bangsa dan Warga
Republik Indonesia yang harus ditegakan bersama-sama dengan saling menghormati identitas masing-masing.
44
C. Respon Organisasi Kemasyarakatan di Indonesia Terhadap UU No. 8 Tahun 1985