Sikap itu merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu pengetahuan. Sikap itu merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah
laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi Terbentuknya Sikap
Pembentukan sikap seseorang sangat ditentukan oleh: kepribadian, intelegensia, minat. Sikap dapat dipelajari, dibentuk, dan sikap akan
mencerminkan kepribadian seseorang. Sikap dapat dipelajari, dimana belajar itu adalah berlatih, dan belajar berlangsung seumur hidup.
Sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu: petama kepercayaan keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek. Kedua kehidupan emosional
atau evaluasi terhadap suatu objek. Ketiga kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam
penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting Notoatmodjo, 2003.
2.2.3 Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo 2003 tingkatan sikap terbagi menjadi 4 bagian utama, diantaranya adalah pertama menerima diartikan bahwa orang subyek mau
menerima atau memperhatikan stimulus yang telah diberikan obyek. Misalnya
Universitas Sumatera Utara
sikap orang terhadap intervensi keperawatan dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang intervensi keperawatan
atau dengan kata lain orang atau subyek mau dan memperhatikan stimulus yang telah diberikan obyek. Kedua merespon yaitu memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang telah diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang telah diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut. Ketiga menghargai yaitu mengajak
orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Keempat bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko Notoatmodjo, 2003.
2.2.4 Struktur Dan Pembentukan Sikap
Struktur sikap terdiri dari komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif Azwar, 2005. Komponen kognitif
merupakan representasi apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu sudah terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan
seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu. Tentu saja kepercayaan itu terbentuk justru dikarenakan kurang atau tidak adanya informasi
yang benar mengenai obyek yang dihadapi. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional subyektif terhadap suatu obyek
sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Pada umumnya reaksi emosional yang merupakan komponen
Universitas Sumatera Utara
afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi obyek termaksud. Komponen konatif merupakan
aspek kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa
kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Maksudnya, bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu
akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual. Karena itu, adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap
seseorang akan dicerminkannya dalam bentuk tendensi perilaku terhadap obyek. Pengertian kecenderungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen afektif
meliputi pula bentuk-bentuk perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang. Memang kemudian masalahnya adalah tidak ada
jaminan bahwa kecenderungan berperilaku itu akan benar-benar ditampakkan dalam bentuk perilaku yang sesuai apabila individu berada situasi yang
termaksud. Pembentukan sikap menurut Azwar 2005 dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu yang pertama pengalaman pribadi, haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Yang kedua pengaruh orang lain yang dianggap penting atau orang lain disekitar kita
merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara
Universitas Sumatera Utara
lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Yang ketiga pengaruh kebudayaan, dimana kita hidup
dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Kita memiliki pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan kita mendapat
reinforcement penguatan, ganjaran dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut. Yang keempat media massa, pengaruh media massa tidaklah sebesar
pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap. Yang kelima lembaga pendidikan dan lembaga agama
sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentuksan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep dalam diri
individu. Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Yang keenam pengaruh faktor emosional merupakan
pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
2.2.5 Pembagian Sikap