Gambaran Perilaku Siswi Dalam Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2012

(1)

SKRIPSI

GAMBARAN PERILAKU SISWI DALAM PEMERIKSAAN

PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA PLUS SAFIYYATUL

AMALIYYAH

MEDAN TAHUN 2012

Oleh:

NIM 061000098 Masdiana Tanjung

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2012


(2)

GAMBARAN PERILAKU SISWI DALAM PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI

SMA PLUS SAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM : 061000098 MASDIANA TANJUNG

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

GAMBARAN PERILAKU SISWI DALAM PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI

SMA PLUS SAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2012

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM : 061000098 MASDIANA TANJUNG

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim penguji Skripsi Pada Tanggal 06 Agustus 2012 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua penguji Penguji I

Dra. Syarifah, MS

NIP. 19611219 198708 2 0 NIP. 19590713 198703 1 001 Drs. Eddy Syahrial, MS

Penguji II Penguji III

dr. Taufik Ashar, MKM

NIP. 19780331 200312 1 001 NIP. 19721004 200003 2 001

Dr. Namora Lumongga Lubis, MSc.,Phd.

Medan, 10 Agustus 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Dekan,

NIP. 19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama MS


(4)

ABSTRAK

Gaya Hidup dan perkembangan zaman adalah faktor penting yang sangat memengaruhi remaja dalam terkena resiko kanker payudara. Kanker payudara dapat ditemukan pada stadium dini dengan cara deteksi dini yaitu pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). SADARI merupakan metode yang efektif dan efisien untuk menemukan kanker payudara pada stadium dini. Akan tetapi, teknik SADARI juga masih awam, karena kurangnya promosi dari pemerintah dan masih sedikitnya jumlah remaja yang rutin melakukan SADARI setiap bulan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku siswi yang meliputi gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap upaya pencegahan kanker payudara dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah .

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi SMA yang masih bersekolah di SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah Medan. Sampel berjumlah 45 orang, dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai panduan pertanyaan ketika melakukan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang SADARI dikategorikan baik yaitu yaitu sebanyak 37 orang responden (84,45%), sikap responden dikategorikan baik sebanyak 41 orang responden (91,11%), dan tindakan responden terhadap SADARI dikategorikan baik yaitu sebanyak 34 orang responden (75,56%).

Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan disarankan kepada dinas kesehatan kota Medan dan lembaga kesehatan anti kanker lainnya untuk intensitas pemberian informasi serta penyuluhan kepada para remaja untuk melakukan tindakan pencegahan bagi dini kanker payudara dengan cara pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Kata kunci : Perilaku Siswi, Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), SMA Safiyyatul Amaliyyah.


(5)

ABSTRACT

Lifestyle and the times are very important factor in influencing adolescents exposed to risk of breast cancer. Breast cancer can be found at an early stage by means of early detection of the breast self examination (BSE). BSE is an effective and efficient methods for finding breast cancer at an early stage. However, Breast self-exam techniques are not common, just the small number of teenagers who regularly perform breast self-exam every month.

This study aims to know the description of student behavior that includes an overview of knowledge, attitudes and actions toward the prevention of breast cancer with breast self-examination (BSE) in High School Plus Safiyyatul amaliyyah.

This type of study is a descriptive survey research with a quantitative approach. The population in this study were all high school female student. The number of samples amounted to 45 person, with a purposive sampling technique sampling. The data was collected using a questionnaire as a guide when interview questions.

The results showed that most respondents knowledge about BSE categorization that as many as 37 respondents (84.45%), the attitude of the respondents considered good by 41 respondents (91.11%), and measures against BSE categorization of respondents as many as 34 the respondents (75.56%).

Based on the results of the study suggested to Medan city health department and other anti-cancer health agencies to adding intensity for information and counseling to young people to take precautionary action for early breast cancer by breast self-examination (BSE).

Keywords: Student Behaviors, Breast Self-Examination (BSE), SMA Safiyyatul Amaliyyah.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan serta keselamatan, dan atas berkah dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Gambaran Perilaku Siswi Dalam Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2012”.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara materi maupun dukungan moril. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Drs. Tukiman, MKM selaku ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.

3. Dra. Syarifah, MS, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

4. Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dan pikirannya dalaam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. dr. Taufik Ashar, MKM, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

6. Dr. Namora Lumongga Lubis, MSc. Phd, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis.

7. Seluruh staf pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, terima kasih untuk pembelajaran yang telah diberikan kepada penulis selama ini dan tidak lupa kepada Bang Warsito yang selalu membantu penulis dalam hal administrasi.


(7)

8. Dra. Jumirah, Apt. MKes , selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan petunjuk selama penulis mengikuti perkuliahan di FKM USU.

9. Rudi Sumarto. S.Si selaku Kepala Sekolah SMA Plus YP.Safiyyatul Amaliyyah Medan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian.

10.Orangtua Tercinta, Tiamas Harahap, Abang Tercinta Lahuddin, serta adik-adik tersayang Raja Akbar Hamonangan Tanjung dan Ainun Saadah,

11.Tulang Tersayang Anwar Sanusi Harahap dan Opung Tercinta, Sutan Amas Muda Harahap dan Mijah Sitorus terima kasih atas dukungan moril, materil serta kasih sayang yang diberikan kepada penulis.

12. Sahabat terbaikku, Nanda Kesuma Lubis, terima kasih atas kebersamaan dan motivasinya, semoga tetap akan menjadi sahabat terbaik.

13. Teman-teman tersayang Lidya N Situngkir, Eli M Hutagaol, Beta Liana Nasution,Erika Junita Pasaribu, dan Intan Fauziah yang telah banyak memberikan dukungan serta semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

14. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan, kerjasama dan doanya.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajiannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, 08 Agustus 2012 Penulis


(8)

DAFTAR ISI Halaman Persetujuan

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1. Tujuan Umum ... 11

1.3.2. Tujuan Khusus ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilaku ... 13

2.2 Perilaku Kesehatan ... 15

2.3 Teori Perubahan Perilaku ... 14

2.3.1. Teori Lw. Green ... 17

2.3.2. Teori WHO ... 19

2.3.3 Teori Snehandu B. Karr... 19

2.4. Faktor – faktor yang memengaruhi siswi dalam SADARI ... 20

2.5. Kanker Payudara... 24

2.5.1. Definisi Kanker Payudara... 24

2.5.2. Anatomi Payudara ... 25

2.5.3 Gejala Kanker ... 27

2.5.4 Stadium Kanker Payudara ... 29

2.5.5 Diagnosis Kanker Payudara... 31

2.6. Determinan Kanker Payudara ... 33

2.7. Pencegahan Kanker Payudara ... 36

2.8. Penatalaksanaan Medis ... 42

2.9. Ketahanan Hidup 5 tahun ... 44

2.10. Teknis Pelaksanaan SADARI ... 45

2.11. Kerangka Konsep ... 48

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 50

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 50

3.2.2. Waktu Penelitian ... 51


(9)

3.3.1. Populasi ... 51

3.3.2. Sampel ... 51

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 52

3.5. Definisi Operasional ... 52

3.6. Skala Pengukuran ... 54

3.7. Teknik Analisa Data ... 60

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum ... 61

4.1.1. Latar Belakang Pendirian YPSA Medan ... 61

4.1.2. Visi dan Misi... 62

4.1.3 Jenjang Pendidikan ... 63

4.1.3.1 Sekolah Mengengah Atas (SMA) Plus ... 63

4.1.4 Sarana dan Prasana YPSA ... 65

4.1.4 Struktur Organisasi ... 66

4.2. Faktor Predisposing ... 66

4.2.1. Pekerjaan Orang Tua ... 66

4.2.2. Penghasilan Orang Tua ... 67

4.2.3. Riwayat Keluarga ... 67

4.2.4. Pengetahuan Responden ... 68

4.2.5. Sikap Responden ... 75

4.2.7. Tindakan Responden ... 78

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1. Faktor Predisposing ... 80

5.1.1 Pekerjaan Orang Tua ... 80

5.1.2 Penghasilan Orang Tua ... 80

5.1.3 Riwayat Kesehatan Keluarga ... 81

5.1.4 Pengetahuan Responden ... 82

5.1.5 Sikap Responden ... 92

5.1.6 Tindakan Responden ... 94

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 105

6.2. Saran ... 106 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN

Kuesioner Hasil Output Surat Penelitian


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan Orang tua

Siswi SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah 2012……..……… 66 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penghasilan Orang

Tua per Bulan Siswi SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah 2012...67 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat

Keluarga Menderita Kanker Payudara Siswi SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah 2012... 67 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Pengertian

kanker payudara... 68 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Gejala

Kanker Payudara... 68 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

tentang Faktor yang paling mempengaruhi seseorang terkena

kanker payudara... 69 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Upaya

Deteksi Dini Kanker Payudara yang cukup efektif dan mudah

Untuk dilakukan... 69 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Remaja

Dapat Terserang Kanker Payudara... 70 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Penyebab

Utama Seorang Remaja Dapat Terserang Kanker... 70 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Pengertian

SADARI... 71 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Usia Wanita

Dianjurkan untuk Melakukan SADARI... 71 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang waktu

untuk memulai melakukan SADARI ...71 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Biaya untuk

Melakukan SADARI... 72 Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Intensitas

Melakukan SADARI... 72 Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Teknis

Pelaksanaan SADARI... 73 Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Responden tentang Sumber Informasi

mengenai SADARI...73 Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Media Informasi Responden Tentang

Informasi mengenai kanker payudara dan SADARI (Televisi,

Radio, Majalah/Koran, Leaflet, Jejaring sosial/internet/BBM)...74 Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kategori Pengetahuan


(11)

Tabel 4.18 Distribusi Sikap Responden Terhadap Bahaya Kanker Payudara

dan SADARI... 75 Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Terhadap Perilaku Siswi

dalam Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di SMA Plus

Safiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2012...77 Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Terhadap Pelaksanaan

SADARI...78 Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Frekuensi

Melakukan SADARI... 78 Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Alasan

Melakukan SADARI………... 78 Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Tindakan Keluarga/Kerabat Responden yang

Telah Melakukan SADARI………... 79 Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Intensitas

Melakukan SADARI……… 79 Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Teknis

Melakukan SADARI dengan Benar………... 80 Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Teknis

Pelaksanaan SADARI………... 80 Tabel 4.27 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Perilaku

mengajak/mendorong teman untuk melakukan SADARI………. 81 Tabel 4.28 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Terhadap Perilaku

Siswi dalam Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di SMA


(12)

ABSTRAK

Gaya Hidup dan perkembangan zaman adalah faktor penting yang sangat memengaruhi remaja dalam terkena resiko kanker payudara. Kanker payudara dapat ditemukan pada stadium dini dengan cara deteksi dini yaitu pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). SADARI merupakan metode yang efektif dan efisien untuk menemukan kanker payudara pada stadium dini. Akan tetapi, teknik SADARI juga masih awam, karena kurangnya promosi dari pemerintah dan masih sedikitnya jumlah remaja yang rutin melakukan SADARI setiap bulan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku siswi yang meliputi gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap upaya pencegahan kanker payudara dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah .

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi SMA yang masih bersekolah di SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah Medan. Sampel berjumlah 45 orang, dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai panduan pertanyaan ketika melakukan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang SADARI dikategorikan baik yaitu yaitu sebanyak 37 orang responden (84,45%), sikap responden dikategorikan baik sebanyak 41 orang responden (91,11%), dan tindakan responden terhadap SADARI dikategorikan baik yaitu sebanyak 34 orang responden (75,56%).

Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan disarankan kepada dinas kesehatan kota Medan dan lembaga kesehatan anti kanker lainnya untuk intensitas pemberian informasi serta penyuluhan kepada para remaja untuk melakukan tindakan pencegahan bagi dini kanker payudara dengan cara pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Kata kunci : Perilaku Siswi, Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), SMA Safiyyatul Amaliyyah.


(13)

ABSTRACT

Lifestyle and the times are very important factor in influencing adolescents exposed to risk of breast cancer. Breast cancer can be found at an early stage by means of early detection of the breast self examination (BSE). BSE is an effective and efficient methods for finding breast cancer at an early stage. However, Breast self-exam techniques are not common, just the small number of teenagers who regularly perform breast self-exam every month.

This study aims to know the description of student behavior that includes an overview of knowledge, attitudes and actions toward the prevention of breast cancer with breast self-examination (BSE) in High School Plus Safiyyatul amaliyyah.

This type of study is a descriptive survey research with a quantitative approach. The population in this study were all high school female student. The number of samples amounted to 45 person, with a purposive sampling technique sampling. The data was collected using a questionnaire as a guide when interview questions.

The results showed that most respondents knowledge about BSE categorization that as many as 37 respondents (84.45%), the attitude of the respondents considered good by 41 respondents (91.11%), and measures against BSE categorization of respondents as many as 34 the respondents (75.56%).

Based on the results of the study suggested to Medan city health department and other anti-cancer health agencies to adding intensity for information and counseling to young people to take precautionary action for early breast cancer by breast self-examination (BSE).

Keywords: Student Behaviors, Breast Self-Examination (BSE), SMA Safiyyatul Amaliyyah.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelaksanaan pembangunan nasional yang menimbulkan perubahan dari suatu negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari terjadinya perubahan pola dari penyakit menular ke penyakit tidak menular atau transisi epidemiologi dan adanya penurunan angka kematian dari penyakit menular dan peningkatan kematian akibat penyakit tidak menular. Kecenderungan transisi ini dipengaruhi oleh adanya perubahan gaya hidup yang terjadi karena perkembangan pembangunan, industrialisasi, pertumbuhan ekonomi, globalisasi, dan urbanisasi (DepKes RI, 2003)

Pada akhir abad 20 prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan penyakit tidak menular cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor risiko yang sama (common underlying risk factor). Penyakit tidak menular mengalami peningkatan karena perubahan gaya hidup masyarakat seperti pola konsumsi yang lebih mementingkan makanan berlemak, kurang serat, maupun yang diproses seperti diawetkan, diasinkan, dan diasap (DepKes RI, 2003)..

Kanker adalah salah satu penyakit tidak menular yang bisa menyerang jaringan dalam berbagai organ tubuh, termasuk organ reproduksi wanita yang terdiri dari payudara, rahim, indung telur,dan vagina (Mardiana,2004).


(15)

mengalami peningkatan kejadian dengan cepat dan berdampak pula pada peningkatan angka kematian dan kecacatan. Kanker merupakan salah satu penyakit degeneratif yang ditakuti karena insidennya terus meningkat (Dewinta, 2005).

Kanker sebagai penyakit tidak menular merupakan salah satu penyebab kematian yang cukup tinggi di negara-negara maju maupun negara-negara berkembang. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2003 di dunia diperkirakan terdapat 1.334.100 kasus kanker dengan 556.500 orang meninggal dengan Case Fatality Rate (CFR) 41,71%. Pada tahun 2004, insiden kanker di dunia 10 juta orang, dan 6 juta orang meninggal akibat kanker di seluruh dunia (CFR=60%). Pada tahun 2005 di seluruh dunia, jumlah kematian akibat kanker 7,6 juta jiwa. Pada tahun 2005 di Eropa CFR kanker 66,65% (WHO).

Menurut Organisasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Laporan WHO tahun 2005 jumlah perempuan penderita kanker payudara mencapai 1.150.000 orang, 700.000 diantaranya tinggal di negara berkembang, termasuk Indonesia. Penelitian Kanker Internasional di Lyon Perancis juga mencatat lebih dari satu juta kasus terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya, dan mayoritas menyerang perempuan usia lanjut. Berdasarkan data dari IARC (International Agency for Research on Cancer), pada tahun 2002 kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan (insiden rate 38 per 100.000 perempuan) dengan kasus baru sebesar 22,7% dan jumlah kematian 14% per tahun dari seluruh kanker pada perempuan di dunia ( Pusat Komunikasi Publik Setjen Depkes, 2008).


(16)

The American Cancer Society memperkirakan 211.240 wanita di Amerika Serikat akan didiagnosis menderita kanker payudara stadium I-IV dan 40.140 orang akan meninggal pada tahun 2005. Selanjutnya, Canadian Cancer Society memperkirakan penderita kanker payudara pada tahun 2005 di Kanada akan mencapai 21.600 wanita dan 5.300 orang akan meninggal dunia. Sementara itu, berdasarkan data dari Australian Institute of Health and Welfare Menunjukkan jumlah penderita kanker payudara di Australia pada tahun 2001 sebanyak 11.791 wanita dan jumlah yang meninggal sebanyak 2.594 orang (Kusminarto,2005).

Kanker payudara menduduki peringkat kedua setelah kanker leher rahim yang menyerang kaum wanita di seluruh dunia (Dalimartha, 2004). Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional tahun 2001 dan sistem informasi rumah sakit tahun 2006, kanker merupakan penyebab kematian kelima di Indonesia. Kanker payudara merupakan kasus terbanyak dari seluruh kasus kanker (Pidato Menkes pada peringatan hari kanker sedunia April 2008).

Di Negara-Negara Asia, insiden kanker payudara mencapai 20 per 100.000 penduduk (Medicastore,2002). Disamping itu, berdasarkan data Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) (2002), didapatkan estimasi insiden kanker payudara di Indonesia sebesar 26 per 100.000 perempuan (Depkes RI,2008).

Menurut data dari Badan Registrasi Kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi Indonesia (IAPI) tahun 1998 pada perempuan kanker payudara menduduki urutan kedua terbanyak dari seluruh kasus kanker dengan proporsi 12,2%. Menurut SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit) di Indonesia pada tahun 2007, pada kanker payudara


(17)

menempati urutan pertama dari seluruh kasus kanker dengan proporsi 24,3% (Juliana, 2005).

Data patologi anatomi di 13 Rumah Sakit terbesar di Indonesia menunjukkan bahwa jenis kanker pasien rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia tahun 2004 tertinggi adalah kanker payudara yaitu 5.196 kasus dengan jumlah kematian 367. Di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta tahun 2007 kanker payudara merupakan urutan pertama dari seluruh kasus kanker yaitu 437 kasus. Insiden kanker payudara meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Usia perempuan yang lebih sering terkena kanker payudara adalah diatas 40 tahun, yang disebut dengan “cancer age group”. Namun usia muda juga bukan jaminan aman dari kanker payudara (Luwia, 2003).

Menurut Sutjipto, saat ini telah banyak ditemukan penderita kanker payudara pada usia muda, bahkan tidak sedikit remaja putri usia empat belas tahun menderita tumor di payudaranya. Dimana tumor yang terjadi bisa menjadi kanker, bila tidak terdeteksi lebih awal. Meskipun tidak semuanya ganas, tetapi ini menunjukkan bahwa saat ini sudah ada tren gejala kanker payudara yang semakin tinggi di usia remaja (Lily, 2008).

Di Jawa Tengah pada tahun 2006 insidens rate kanker payudara 34,5 per 100.000 penduduk. Di Semarang pada tahun 1990-1999, insidens rate kanker payudara 14,84 per 100.000 perempuan per tahun dan pada tahun 2007 berdasarkan laporan program yang berasal dari Rumah Sakit dan Puskesmas jumlah kasus kanker payudara yaitu 5.641 kasus dengan proporsi 44% dari seluruh penyakit kanker. Tahun 2000-2004 di RSUD Provinsi Riau Pekanbaru tercatat sebanyak 207 kasus kanker


(18)

payudara rawat inap dengan jenis kelamin perempuan 205 kasus (99%) dan lak-laki 2 kasus (1%) (Juliana, 2005).

Menurut data dari tahun 2000-2004 di Rumah Sakit Tembakau Deli Medan tercatat sebanyak 116 kasus kanker payudara rawat inap dengan jenis kelamin semuanya perempuan (Dewinta,2004). Penelitian Nurmaya tahun 2003-2007 di Rumah Sakit Santa Elizabeth Medan tercatat sebanyak 170 kasus kanker payudara rawat inap dengan jenis kelamin semuanya perempuan. Data yang diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit Haji Medan pada tahun 2005-2009 terdapat 156 kasus kanker payudara rawat inap yaitu tahun 2005 terdapat 40 kasus, tahun 2006 terdapat 38 kasus , tahun 2007 terdapat 32 kasus, tahun 2008 terdapat 21 kasus, dan tahun 2009 terdapat 25 kasus. Sedangkan data dari RSUD dr. Pirngadi jumlah penderita kanker payudara yang berobat ke RSUD dr.Pirngadi tahun 2006 – 2010 sebanyak 350 orang dan terjadi peningkatan jumlah penderita setiap tahunnya. Dimana dari data tahun 2011 tersebut, ditemukan 2 kasus kanker payudara pada remaja usia 17 tahun dan 18 tahun.

Menurut Jane Wardle dari Badan Penelitian Kanker Amal Inggris, sebagian besar remaja putri disetiap negara tidak menyadari faktor pola hidup dapat memengaruhi resiko mereka terserang kanker payudara. Hanya 5% yang menyadari bahwa menyantap makanan, minuman alkohol serta kurang berolahraga beresiko terserang kanker payudara (Kollinko, 2007).

Janet E Olson dari Mayo Clinic College of Medicine di Rochester Minnesota (AS) mengatakan bahwa resiko kanker payudara dimulai saat remaja wanita memutuskan untuk merokok atau tidak. Penelitian yang dilakukan oleh Olson juga


(19)

menunjukan bahwa para wanita yang mulai merokok sebelum mengalami kehamilan pertama akan memiliki resiko terkena kanker payudara setelah masa menopause. Olson menyatakan bahwa target untuk menanggulangi terjadinya kanker payudara pada wanita bisa dicegah saat masih remaja (Jaknews, 2005).

Dunia Kedokteran dan kaum wanita semakin resah akibat laju perkembangan dari angka kejadian penyakit kanker payudara yang sangat cepat. Sampai saat ini belum ditemukan penyebab timbulnya kanker payudara secara pasti. Namun, dari keberhasilan para ahli klinik dalam bidang kanker menemukan beberapa prinsip untuk deteksi dini dan pengobatan penyakit kanker payudara yang segera memberikan masa depan yang cerah bagi penderita kanker payudara (Tjindarbumi,2005).

Penanganan terhadap kanker payudara telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, akan tetapi angka kematian dan angka kejadian kanker payudara masih tetap tinggi karena penderita ditemukan pada stadium lanjut. Kanker payudara akan mendapat penanganan yang secepatnya dan akan memberikan harapan kesembuhan serta harapan hidup yang lebih baik apabila kanker payudara dideteksi sejak dini. Kesembuhan akan semakin tinggi jika kanker payudara ditemukan dalam stadium dini yang biasanya masih berukuran kecil (Supit, 2002).

Kanker payudara dapat ditemukan pada stadium dini dengan cara deteksi dini. Menurut Soebroto, Ahmad Ghozali, Siswono, dan Evi Yulianti (2001), satu-satunya cara deteksi dini kanker payudara yang murah, namun praktis, akurat dan dapat dilakukan sendiri adalah pemeriksaan payudara sendiri. SADARI merupakan metode yang paling efektif dan efisien untuk menemukan kanker payudara pada stadium


(20)

dini. Masalah utama pada SADARI adalah ketidak teraturan dan jarang sekali dilakukan dengan benar. Sehingga perlu adanya intervensi berupa pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik (Erniyati, 2006).

Hasil penelitian para ahli yang dikutip oleh Widiyanto (1999) menunjukkan kanker payudara ditemukan secara tidak sengaja oleh penderita, seperti penelitian Long (1989) yang menyebutkan sekitar 90% kanker payudara ditemukan dengan SADARI. Demikian juga, Soelarto (1995) dalam penelitiannya menyebutkan kurang lebih 85% tumor ditemukan oleh penderita sendiri secara tidak sengaja. Dengan demikian, menurut Reksoprojo (1995), akan sangat besar artinya bila SADARI lebih digalakkan terhadap kaum wanita terutama yang lebih dari 15 tahun sampai dengan wanita yang lebih dari 30 tahun (Cancer Age) sehingga diharapkan akan banyak dijaring kasus kanker secara dini (Widiyanto, 1999).

Kesembuhan akan semakin tinggi jika kanker payudara (Ca Mammae) ditemukan dalam stadium dini, yang biasanya masih berukuran kecil. Minimnya informasi dan upaya publikasi deteksi dini kanker payudara menyebabkan penemuan dan penanganan kanker belum bisa terkelola dengan baik. Salah satu upaya untuk memberikan informasi tentang SADARI kepada wanita remaja adalah melalui pendidikan kesehatan (Melda S, 2008).

Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Berbagai hal tersebut mengakibatkan peningkatan kerentanan remaja terhadap berbagai macam penyakit (Agustiani, 2009). Gaya Hidup dan perkembangan zaman adalah faktor penting yang sangat


(21)

memengaruhi remaja dalam terkena resiko kanker payudara. Pola makan dan makanan juga merupakan faktor penting yang dapat memicu terkena kanker payudara. Dalam hal ini budaya makan makanan di Indonesia sangat memengaruhi resiko remaja Indonesia terkena kanker payudara, misalnya saja: gorengan (semua jenis gorengan), yang merupakan makanan favoritnya masyarakat Indonesia. Selain itu efek negatif yang didapat dari globalisasi yaitu masuknya tren makan makanan cepat saji seperti buger, kentang goreng, dll (fast food, junk food) yang kian merebak tidak hanya pada remaja tapi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Gaya hidup modern yang memicu semakin meningkatnya pola konsumsi alkohol, kebiasaan merokok yang terus meningkat khususnya di kalangan remaja. Ditambah lagi remaja saat ini kurang melakukan aktifitas fisik dan berolahraga (Kusminarto, 2005).

Selain daripada itu, masih banyak remaja Indonesia masih belum peka terhadap perawatan untuk payudaranya sendiri, mereka lebih peka terhadap jerawat yang timbul di wajah daripada adanya gejala kanker payudara. Di balik ketidakpekaan itu, juga dilatarbelakangi oleh kurang informasi dan kemauan untuk menggali informasi mengenai pencegahan kanker payudara ini. Selain daripada program pemerintah yang saat ini belum terfokus pada promosi tentang pelaksanaan SADARI bagi remaja, masih fokus kepada pelaksanaan mammografi saja. Bukan hanya itu, Teknik SADARI juga terasa masih awam, karena masih sedikitnya jumlah wanita yang rutin melakukan SADARI setiap bulan (Henny, 2007).

Oleh karena itu, sebagai upaya preventif sekaligus promotif yang dapat memberikan gambaran gaya hidup sehat kepada remaja saat ini adalah dengan cara memberikan pendidikan kesehatan kepada remaja Indonesia. Pendidikan kesehatan


(22)

adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengerti atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka, dan kesehatan orang lain. Pendididikan kesehatan dapat disisipkan dalam setiap mata pelajaran, misal mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, biologi, dan melalui bimbingan konseling (Notoatmodjo, 2003).

Selain daripada itu, adanya dampak positif dari perkembangan teknologi dan informasi yang mudah diakses oleh para remaja misalnya saja akses internet, jejaring sosial seperti pesan lewat layanan telpon selular blackberry (blackberry messanger) yang dengan mudah menyebarkan informasi-informasi kesehatan dan berbagai upaya pencegahan penyakit, dalam hal ini terutama mengenai kanker payudara yang dapat menyerang remaja dan SADARI dimana dapat dengan mudah diterima oleh kalangan remaja. Melalui survey awal yang telah dilakukan, pengetahuan yang didapat oleh para siswi di SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah cukup baik karena mereka telah mengetahui tentang bahaya kanker payudara dan apa itu SADARI dibandingkan dengan siswi sekolah lainnya. Untuk beberapa alasan diatas dipilih SMA Safiyyatul Amaliyyah sebagai lokasai penelitian. SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah merupakan salah satu SMA swasta favorit yang terletak di Jl. Setia Budi Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Selayang, juga merupakan Sekolah Menengah Atas Swasta Nasional berstandar Internasional, mempunyai jumlah siswa sebanyak 345 orang, terdiri dari 181 siswa laki-laki dan 164 siswa perempuan dengan rentang umur 15-19 tahun yang tergolong usia remaja. Selain itu juga SMA ini juga aktif dalam berbagai kegiatan di bidang pendidikan, peduli lingkungan. Pada umumnya siswa-siswi yang


(23)

bersekolah disini berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas yang dimana gaya hidup, pergaulan dan akses teknologinya sudah modern dan mengikuti perkembangan zaman. Dimana pola pikir dan tingkah laku mereka lebih berlandaskan pada pendidikan dan ilmu yang mereka peroleh.

Akan tetapi, sebagian besar dari gaya hidup yang modern tersebut, banyak diantaranya yang mengikuti pola hidup kebarat-baratan yang tidak sehat. Gaya hidup tidak sehat yang sering mereka lakukan antara lain, seperti menyukai makanan cepat saji seperti burger, kentang goring, dll (junk food, fast food) dan gorengan tentunya. Terbukti dari banyaknya pedagang makanan cepat saji dan gorengan yang berada di sekitar sekolah tersebut.

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh bagian tata usaha SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah, belum pernah ada penelitian maupun penyuluhan tentang SADARI dalam upaya deteksi dini kanker payudara di SMA tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian adalah perilaku siswi dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah Medan.

1.2. Tujuan Penelitian 1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku siswi dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMA Swasta Plus Safiyyatul Amaliyyah Medan.


(24)

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor predisposing (pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua, riwayat penyakit keluarga) terhadap pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah Medan. 2. Untuk mengetahui pengetahuan siswi terhadap SADARI di SMA Plus

Safiyyatul Amaliyyah Medan.

3. Untuk mengetahui sikap siswi terhadap SADARI di SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah Medan.

1.3. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi Dinas Kesehatan sehingga dapat merancang program kesehatan sebagai sarana promosi untuk meningkatkan pengetahuan mengenai SADARI pada setiap remaja.

2. Sebagai informasi bagi Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di Medan sehingga dapat merancang program kesehatan sebagai sarana promosi untuk meningkatkan pengetahuan mengenai SADARI pada setiap remaja.

3. Sebagai sarana penambah pengetahuan penulis tentang perilaku siswi dalam SADARI.

4. Sebagai sarana penambah pengetahuan bagi segenap siswi di SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah Medan dan siswi-siswi generasi berikutnya beserta beserta para staf akademis.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku

Perilaku adalah segala sesuatu yang dapat dikerjakan oleh seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung . Pengertian perilaku secara umum adalah perbuatan atau tindakan yang dilakukan makhluk hidup, sedangkan menurut ensiklopedia Amerika perilaku adalah suatu aksi dan reaksi dari organisme terhadap lingkungannya. Departemen Kesehatan RI mendefinisikan perilaku sebagai respon individu terhadap suatu stimulus atau tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan, baik disadari maupun tidak disadari. Pada dasarnya perilaku dapat diamati dengan sikap dan tindakan seseorang, hal tersebut sejalan dengan pernyataan Robert Kwick (1974) bahwa perilaku merupakan tindakan atau perbuatan yang dapat diamati serta dapat dipelajari.

Ross, Helen dan Mico, Paul tahun 1974 (dalam Sarwono, 1985) mendefinisikan perilaku manusia sebagai suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (restrining forces).

Perilaku menurut teori dari Lawrence Green (1980) yang membedakan masalah kesehatan menjadi 2 determinan yaitu faktor perilaku dan non perilaku. Untuk faktor perilaku sendiri bertujuan untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku pada setiap individu. Green membagi faktor perilaku menjadi 3 faktor utama yaitu faktor predisposisi, pemungkin dan penguat.


(26)

Faktor predisposisi merupakan faktor yang memotivasi suatu perilaku atau mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Perilaku siswi dalam SADARI dapat dihubungkan dengan faktor predisposisi seperti umur, pendidikan, pendapatan keluarga, pengetahuan, sikap, dan riwayat penyakit keluarga. Faktor pemungkin merupakan faktor lanjutan dari faktor predisposisi, dimana motivasi untuk terjadinya perubahan perilaku tersebut dapat terwujud. Biaya, informasi kesehatan, pelayanan kesehatan, dan media informasi menjadi faktor pemungkin bagi setiap individu untuk berperilaku. Hal ini disebabkan karena seseorang akan mendapat dan mencari informasi kesehatan maupun mendapat atau mencari informasi mengenai pencegahan dan pengobatan apabila adanya akses ke informasi dan pelayanan kesehatan tersebut. Selain informasi kesehatan dan media informasi, faktor lingkungan juga memiliki andil untuk mempengaruhi perilaku karena faktor lingkungan dapat memfasilitasi perilaku atau tindakan tersebut seperti biaya akses informasi dan biaya ke fasilitas kesehatan sehingga individu dapat mencari informasi mengenai perkembangan tren kesehatan , pencegahan penyakit dan pengobatan yang dibutuhkan (Green et al, 1980 yang dikutip oleh Gielen dan McDonald dalam Glanz, Rimer, Lewis 2002)

Faktor penguat yaitu faktor yang diperoleh dari orang terdekat dan adanya dukungan sosial yang diberikan ke individu tersebut seperti keluarga, teman, guru maupun petugas kesehatan yang dapat memperkuat perilaku. Dengan adanya dukungan yang diberikan dari orang-orang terdekat diharapkan dapat mendorong terjadinya perubahan perilaku (Green et al, 1980 yang dikutip oleh Gielen dan McDonald dalam Glanz, Rimer, Lewis 2002).


(27)

Menurut Green dkk (1999) yang dikutip Gielen, dkk (2002), ada 6 langkah proses perubahan perilaku kesehatan yaitu :

1. Penilaian Sosial

Penilaian sosial menentukan persepsi orang akan kebutuhan dan kualitas hidup mereka. Pada tahap ini ahli perencana memperluas pemahaman mereka pada masyarakat dimana mereka bekerja dengan beragam data, tindakan terpadu. Penilaian sosial penting untuk berbagai alasan yaitu hubungan antara kesehatan dan kualitas hidup yang saling berhubungan timbal balik dengan pengaruh masing-masing.

2. Penilaian Epidemiologi

Penilaian epidemiologi membantu menetapkan permasalahan kesehatan yang terpenting dalam suatu masyarakat. Penilaian ini dihubungkan dengan kualitas hidup dari masyarakat, juga sumber daya yang terbatas sebagai permasalahan kesehatan yang meluas di masyarakat.

3. Penilaian Perilaku dan Lingkungan

Penilaian perilaku dan lingkungan merupakan faktor-faktor yang memberi konstribusi kepada masalah kesehatan. Dimana faktor perilaku merupakan gaya hidup perorangan yang beresiko memberikan dukungan kepada kejadian dan kesulitan masalah kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan merupakan semua faktor-faktor sosial dan fisiologis luar kepada seseorang, sering tidak mencapai titik kontrol perorangan, yang dapat dimodifikasi untuk mendukung perilaku atau mempengaruhi hasil kesehatan.


(28)

4. Mengidentifikasi faktor yang mendahului dan yang dikuatkan yang harus ditempatkan untuk memulai dan menopang proses perubahan. Faktor ini diklasifikasikan sebagai pengaruh, penguat dan pemungkin dan secara bersama-sama mempengaruhi kemungkinan perubahan perilaku dan lingkungan.

5. Penilaian Administrasi dan Kebijakan

Merancang intervensi yang strategis dan rencana akhir untuk implementasi. Yaitu, administrasi dan kebijakan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan kebijakan, sumber-sumber dan keadaan umum yang berlaku dalam konteks program diorganisasi yang dapat memfasilitasi atau menghalangi program implementasi.

6. Implementasi dan Evaluasi

Dalam langkah ini program kesehatan siap untuk dilaksanakan untuk mengevaluasi proses, dampak dan hasil dari program, final dari tiga langkah dalam model perencanaan precede-proceed. Secara halus, proses evaluasi menentukan tingkat tertentu dari program yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Penilaian yang berpengaruh kuat berubah pada predisposing, reinforcing dan enabling faktor sebaik dalam perilaku dan faktor lingkungan.

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :


(29)

1). Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan, tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2). Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai mengingat suatu kemampuan untuk menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3). Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4). Analisis (analysis)

Analisis dapat diartikan suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5). Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru di formulasi-formulasi yang udah ada.

6). Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek atau materi tertentu.


(30)

Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

a. Kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Menimbang-nimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adopsi, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar yang di dapat dari pendidikan (Soekidjo,2003).

2.1.2. Sikap (attitude)

Definisi sikap menurut Thurstone (2000) yang dikutip Azwar (2003), adalah derajat efek positif atau efek negatif yang dikaitkan dengan suatu obyek psikologis. Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon


(31)

individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Dari sini sikap dapat digambarkan sebagai kecenderungan subyek merespon suka atau tidak suka terhadap suatu obyek. Dobb (1974) menyatakan bahwa sikap pada hakekatnya adalah tingkah laku yang tersembunyi yang terjadi secara disadari atau tidak disadari. Tingkah laku tersembunyi ditambahkan dengan faktor-faktor yang lain dari dalam diri individu seperti dorongan, kehendak, kebebasan akan menimbulkan tingkah laku nyata (overt behaviour). Dengan demikian maka setiap sikap akan selalu mendahului tingkah laku nyata tertentu dan selalu menunjuk ke tingkah laku nyata tersebut.

Sikap ini ditunjukkkan dalam berbagai kualitas dan intensitas yang berbeda dan bergerak secara kontiniu dari positif melalui areal netral ke arah negatif. Kualitas sikap digambarkan sebagai valensi positif menuju negatif, sebagai hasil penilaian terhadap obyek tertentu. Sedangkan intensitas sikap digambarkan dalam kedudukan ekstrim positif atau negatif. Kualitas dan intensitas sikap tersebut menunjukkkan suatu prosedur pengukuran yang menempatkan sikap seseorang dalam sesuatu dimensi evaluatif yang bipolar dari ekstrim positif menuju ekstrim negatif.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Newcomb, seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap ini merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.

Menyimak uraian sikap di atas dapat dipahami bahwa sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu obyek. Seseorang bersikap terhadap suatu obyek dapat diketahui dari evaluasi perasaannya terhadap obyek tersebut. Evaluasi perasaan ini dapat berupa perasaan senang-tidak senang,


(32)

memihak-tidak memihak, favorit–memihak-tidak favorit, positif–negatif. Walgito (2001) mengemukakan bahwa sikap adalah faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Adapun ciri-ciri sikap yaitu: tidak dibawa sejak lahir, selalu berhubungan dengan obyek sikap, dapat tertuju pada satu obyek saja maupun tertuju pada sekumpulan obyek-obyek, dapat berlangsung lama atau sebentar, dan mengandung faktor perasaan dan motivasi.

Selanjutnya Walgito (2001) mengemukakan tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu :

1. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.

2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang adalah hal negatif. 3. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu

komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak atau berperilaku terhadap obyek sikap.

Dalam psikologi umum, sikap merupakan ukuran besarnya pengaruh atas pengalaman subjektif. Anggapan yang mendasarinya adalah bahwa melalui pengalaman-pengalaman yang spesifik terjadi harapan-harapan, atau dengan kata lain hal-hal yang pernah dialami akan mempunyai suatu arti tertentu. Dalam arti inilah didefinisikan Rochracter bahwa sikap mempunyai pengaruh memilih dan mengemudikan kejadian-kejadian dengan sadar (Wijoto, 1990).


(33)

Allport (1954) menjelaskan sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok, yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide atau konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, atau keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan sikap, yaitu:

a. Menerima (receiving) artinya bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan oleh objek.

b. Merespon (responding) yaituy memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan sesuatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga (kecenderungan untuk

bertindak).

d. Bertanggung jawab (responsible) yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Faktor yang menyebabkan perubahan sikap, yaitu :

1. Faktor internal : yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.


(34)

2. Faktor eksternal : yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok.

Adapun fungsi sikap, yaitu :

1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri 2. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku

3. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman 4. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian (Purwanto, 1999).

2.1.3. Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlakukan faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2003).

Tindakan terdiri dari empat tingkatan, yaitu : 1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon Terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secar otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.


(35)

4. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.2 Perilaku Kesehatan

Pada dasarnya perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan-batasan tersebut mempunyai dua unsur pokok yaitu:

1. Respon atau reaksi manusia, baik yang bersifat pasif meliputi pengetahuan, persepsi dan sikap, maupun yang bersifat aktif seperti tindakan yang nyata. 2. Stimulus atau rangsangan yang terdiri dari 4 unsur pokok yaitu sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Untuk lebih rinci perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok yaitu: a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu respon manusia baik

secara pasif (mengetahui, bersikap, dan persepsi terhadap penyakit dan rasa penyakit) maupun aktif (tindakan yang diambil untuk mengobati sakit dan penyakitnya).

b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan merupakan respon seseorang terhadap pelayanan kesehatan (modern/tradisional). Perilaku tersebut menyangkut fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatan.


(36)

c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman yaitu respons seseorang terhadap makanan dan minuman karena makanan dan minuman dapat meningkatkan kesehatan bahkan dapat menurunkan kesehatan seseorang. d. Perilaku kesehatan lingkungan yaitu respons seseorang terhadap

lingkungannya agar mempengaruhi kesehatannnya.

Menurut Gochman (1988) membagi perilaku kesehatan menjadi 2 elemen yaitu elemen kognitif berupa adanya suatu hubungan antara kepercayaan, harapan, motivasi, nilai, persepsi dan lainnya, sedangkan yang termasuk dalam elemen afektif yaitu karakteristik individu, keadaan emosional dan kebiasaan seseorang yang berhubungan dengan pemulihan kesehatan agar dapat meningkatkan status kesehatannya. Sehingga perilaku kesehatan dapat diartikan aktivitas seseorang yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati yang berhubungan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatannya.

Becker mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (Healt Related Behaviour), sebagai berikut:

1. Perilaku Sehat (Healthy Behaviour) yaitu perilaku untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya yang meliputi makan makanan yang bergizi, kegiatan fisik secara teratur, tidak merokok dan minum minuman keras, istirahat yang cukup, pengendalian stress dan perilaku hidup sehat.

2. Perilaku Sakit (Illness Bahaviour) yaitu tindakan seseorang untuk mengatasi masalah kesehatannya dengan mencari pengobatan. Tindakan tersebut antara lain:


(37)

- Di diamkan saja ( no action), artinya mengabaikan penyakitnya.

- Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment atau self medication).

- Mencari penyembuhan ke pelayanan kesehatan

3. Perilaku Peran Orang Sakit (The Sick Role Behaviour) yaitu adanya hak dan kewajiban yang dimiliki orang sakit yang terdiri dari:

- Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

- Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat untuk memperoleh kesembuhan.

- Melakukan kewajiban sebagai pasien yaitu dengan mematuhi nasihat-nasihat dokter atau perawat untuk mempercepat kesembuhannya.

- Tidak melakukan sesuatu yang merugikan selama proses penyembuhan. - Melakukan kewajiban agar penyakitnya tidak kambuh.

Perilaku kesehatan menurut Kosa dan Robertson yaitu perilaku seseorang yang dipengaruhi dengan kepercayaan mengenai kondisi kesehatannya. Adanya perbedaan dari setiap individu dalam mengambil tindakan pencegahan/penyembuhan walaupun masalaha kesehatannya sama, tindakan tersebut diambil berdasarkan dari penilaian sendiri maupun dibantu orang lain. Menurut Kals dan Cobb (1996) perilaku kesehatan terdiri dari 3 macam yaitu (dikutip dari Glanz, Rimer, Lewis,2002):

1. Perilaku pencegahan kesehatan yaitu aktivitas yang dilakukan individu yang sehat untuk mencegah dan mendeteksi penyakit sebelum gejala muncul.


(38)

2. Perilaku sakit yaitu aktivitas yang dilakukan individu yang sakit untuk mencari penyembuhan.

3. Perilaku peran sakit yaitu aktivitas yang dilakukan individu yang sedang sakit, untuk penyembuhan dengan menerima pengobatan.

Menurut Elder et al (1994) diperlukan 3 hal untuk berperilaku sehat yaitu pengetahuan yang tepat, motivasi, dan ketrampilan untuk berperilaku sehat. Apabila seseorang tidak mempunyai ketrampilan untuk berperilaku sehat maka disebut skill deficits. Sulitnya seseorang untuk termotivasi untuk berperilaku sehat adalah karena perubahan perilaku dari yang tidak sehat menjadi sehat sehingga tidak menimbulkan dampak langsung secara tepat, atau mungkin berdampak terhadap pennyakitnya, namun hanya mencegah agar tidak menjadi lebih buruk.

2.3 Kanker Payudara

2.3.1 Definisi Kanker Payudara

Kanker atau neoplasma merupakan suatu penyakit akibat adanya pertumbuhan yang abnormal dari sel-sel jaringan tubuh yang dapat mengakibatkan invasi ke jaringan-jaringan normal. Definisi yang paling sederhana yang dapat diberikan adalah pertumbuhan sel-sel yang kehilangan pengendaliannya. Kanker dapat menyebar pada bagian tubuh tertentu seperti payudara.

Kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Kanker payudara oleh WHO


(39)

dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 174 untuk wanita dan 175 untuk pria.

Kanker payudara muncul sebagai akibat sel-sel yang abnormal terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel-sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya. Kanker payudara dapat menyebar ke organ lain seperti paru-paru, hati, dan otak melalui pembuluh darah. Kelenjar getah bening aksila ataupun supraklavikula membesar akibat dari penyebaran kanker payudara melalui pembuluh getah bening dan tumbuh di kelenjar getah bening.

2.3.2 Anatomi Payudara

Payudara pada pria dan wanita adalah sama sampai masa pubertas (11-13 tahun) karena hormon estrogen dan hormon lainnya mempengaruhi perkembangan payudara pada wanita. Pada wanita perkembangan payudara aktif, sedangkan pada pria kelenjar dan duktus mammae kurang berkembang dan sinus berkembang tidak sempurna. Payudara yang sensitif terhadap pengaruh hormonal mengakibatkan payudara cenderung mengalami pertumbuhan neoplastik baik yang bersifat jinak maupun ganas.

Payudara merupakan bagian dari organ reproduksi yang fungsi utamanya menyekresi susu untuk nutrisi bayi. Payudara terdiri dari jaringan duktural, fibrosa yang mengikat lobus-lobus, dan jaringan lemak didalam dan diantara lobus-lobus. 85% jaringan payudara terdiri dari lemak. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papila mamaria), tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola.


(40)

Puting dan areola biasanya mempunyai warna dan tekstur yang berbeda dari kulit di sekelilingnya. Warnanya bermacam-macam dari yang merah muda pucat, sampai hitam dan gelap selama masa kehamilan dan menyusui. Puting susu biasanya menonjol keluar dari permukaan payudara.

Kanker payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara, tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar di mana sebagian besar jaringan payudara terdapat. Dalam menentukan lokasi kanker payudara, payudara dibagi menjadi empat kuadran, yaitu kuadran lateral (pinggir atas), lateral bawah, medial (tengah atas), dan median bawah. Anatomi payudara dan kuadran letak kanker payudara dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.1. Anatomi Payudara dan Kuadran Letak Kanker Payudara Keterangan:

1. Korpus (badan) I Lateral atas(pinggir atas) 2. Areola II Lateral bawah

3. papilla atau puting, III Medial atas (tengah atas) IV Median bawah


(41)

2.3.3. Gejala Kanker Payudara

Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena awal pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan mudah. Gejala umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas.

Gejala-gejala kanker payudara yang tidak disadari dan tidak dirasakan pada stadium dini menyebabkan banyak penderita yang berobat dalam kondisi kanker stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk disembuhkan. Bila kanker payudara dapat diketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan. Tanda yang mungkin muncul pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di payudara yang tidak terasa nyeri.

Gejala yang timbul saat penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak, seperti:

a. Timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.

b. Saat benjolan mulai membesar, barulah menimbulkan rasa sakit (nyeri) saat payudara ditekan karena terbentuk penebalan pada kulit payudara.

c. Bentuk, ukuran atau berat salah satu payudara berubah kerena terjadi pembengkakan.

d. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil dibawah ketiak.


(42)

e. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam dan yang tadinya berwarna merah muda dan akhirnya menjadi kecoklatan.

f. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang sedang tidak hamil. Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati.

g. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah.

h. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange) akibat dari neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan pitting kulit. Payudara yang mengalami peau d’orange dapat dilihat pada gambar 2.4.3.

Gambar 2.2 Luka pada payudara Gambar 2.3 peau d’orange

Gejala kanker payudara pada pria sama seperti kanker payudara yang dialami wanita, mulanya hanya benjolan. Umumnya benjolah hanya dialami di satu payudara, dan bila diraba terasa keras dan menggerenjil. Bila stadium kanker sudah lanjut, ada perubahan pada puting dan daerah hitam di sekitar puting. Kulit putingnya bertambah merah, mengerut, tertarik ke dalam, atau puting mengeluarkan cairan.


(43)

2.3.4 Stadium Kanker Payudara

Pembagian stadium menurut Portmann yang disesuaikan dengan aplikasi klinik yaitu:

Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot) . Besar tumor 1 - 2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjar getah bening regional belum teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya adalah agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.

Stadium II : Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5 - 5 cm, sudah ada satu atau beberapa kelenjar getah bening aksila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30 - 40 %.

Stadium III A : Tumor sudah meluas dalam payudara, besar tumor 5 - 10 cm, tapi masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening aksila masih bebas satu sama lain. Menurut data dari Depkes, 87% kanker payudara ditemukan pada stadium ini.


(44)

Stadium III B : Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan ada edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara), ulserasi, kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2 - 5 cm. Kanker sudah menyebar ke seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.

Stadium IV : Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III). Tapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikula dan Metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher. Tindakan yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara. Tujuan pengobatan pada stadium ini adalah palliatif bukan lagi kuratif (menyembuhkan).

2.3.5. Diagnosis Kanker Payudara

Terdiri dari diagnosis klinis, pemeriksaan penunjang dan diagnosis pasti. 2.3.5.1. Diagnosis Klinis

Diagnosis klinis di dasarkan atas:

a. Wawancara dengan pengajuan pertanyaan umum dan terarah sehubungan dengan kanker payudara.

b. Pemeriksaan klinis payudara untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya. Pemerikasaan payudara dilakukan saat ± 1 minggu dari hari terakhir


(45)

menstruasi. Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka dan posisi badan tegak.

c. Insfeksi untuk melihat simetri payudara kanan dan kiri,kelainan papila, letak dan bentuk, retraksi puting susu, kelainan kulit, tanda radang, dan ulserasi. Dilakukan dalam keadaan kedua lengan diangkat keatas untuk melihat ada tidaknya bayangan tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang tertinggal.

d. Palpasi dan pemeriksaan kelenjar getah bening regional atau aksila. 2.3.5.2. Pemeriksaan Penunjang

Ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk menuju diagnosis pasti suatu kanker payudara, yaitu:

a. Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra merah.

b. Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar x yang diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi adalah kemampuannya mendeteksi tumor yang belum teraba (radius 0,5 cm) sekalipun masih dalam stadium dini. Waktu yang tepat untuk melakukan mammografi pada wanita usia produktif adalah hari ke 1-14 dari siklus haid. Pada perempuan usia nonproduktif dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini berbeda-beda berkisar antara 83%-95%.

c. Ultrasonografi, metode ini dapat membedakan lesi/tumor yang solid dan kistik, dan hanya dapat membuat diagnosis dugaan berdasarkan pemantulan gelombang suara.


(46)

d. Scintimammografi adalah teknik pemeriksaan radionuklir dengan menggunakan radioisotop.

Dalam protokol penanganan kanker payudara, pemeriksaan yang dianjurkan adalah mammografi dan ultrasonografi. Pemeriksaan gabungan ultrasonografi dan mammografi memberikan angka ketepatan diagnostik yang lebih tinggi.

2.3.5.3 Diagnosis Pasti

Diagnosis pasti hanya ditegakan dengan pemeriksaan histopatologis. Bahan pemeriksaan dapat diambil dengan berbagai cara, yaitu:

a. Biopsi aspirasi (fine needle biopsy)

b. Needle core biopsy dengan jarum Silverman

c. Excisional biopsy dan pemeriksaan potong beku waktu operasi.

2.4. Determinan Kanker Payudara

Sampai saat ini belum ada penyebab spesifik timbulnya kanker payudara yang diketahui, diperkirakan multifaktorial. Namun timbulnya kanker payudara dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. Faktor risiko ini penting untuk mengembangkan program-program pencegahan. Faktor risiko timbulnya kanker payudara terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat diubah (unchangeable) dan dapat diubah (changeable) yaitu:

a. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah (Unchangeable) 1) Umur

Semakin bertambahnya umur meningkatkan risiko kanker payudara. Wanita paling sering terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur


(47)

di bawah 40 tahun juga dapat terserang kanker payudara, namun risikonya lebih rendah dibandingkan wanita di atas 40 tahun.Namun saat ini kanker payudara juga banyak menyerang remaja usia >14 tahun, remaja yang telah masuk masa produktif. 2) Menarche Usia Dini

Risiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan progesteron pada wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara. 3) Menopause Usia Lanjut

Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara.Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.

4) Riwayat Keluarga

Terdapat peningkatan risiko menderita kanker payudara pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengaBRCA 1 (Breast Cancer 1) dan BRCA 2 (Breast Cancer 2), yaitu suat payudara, tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% kanker payudara bersifat familial. 5) Riwayat Penyakit Payudara Jinak

Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan risiko untuk mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Brinton (2008) di


(48)

Amerika Serikat, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis) mempunyai risiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker payudara. Wanita dengan hiperplasia tipikal mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara. Wanita dengan hiperplasia atipikal mempunyai risiko 5,0 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara.

b. Faktor Risiko yang Dapat Diubah / Dicegah (Changeable) 1) Riwayat Kehamilan

Usia maternal lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan risiko mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai risiko 3,6 kali lebih besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena kanker payudara. Wanita yang nullipara atau belum pernah melahirkan mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita yang multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan untuk terkena kanker payudara.

2) Obesitas dan Konsumsi Lemak Tinggi

Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara.

Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat, laki-laki yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 25 mempunyai risiko 1,79 kali lebih besar dibandingkan pria yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) < 25 untuk terkena kanker payudara .


(49)

3) Penggunaan Hormon dan Kontrasepsi Oral

Hormon yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Kandungan estrogen dan progesteron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjar payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai risiko untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause.

4) Konsumsi Rokok

Wanita yang merokok meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara daripada wanita yang tidak merokok.

Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat, laki-laki yang merokok mempunyai risiko 1,26 kali lebih besar dibandingkan laki-laki yang tidak merokok untuk terkena kanker payudara.

5) Riwayat Keterpaparan Radiasi

Radiasi diduga meningkatkan risiko kejadian kanker payudara. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun meningkatkan risiko kanker payudara.

2.5. Pencegahan Kanker Payudara

Pencegahan merupakan suatu usaha mencegah timbulnya kanker payudara atau mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan kanker payudara. Usaha pencegahan dengan menghilangkan dan melindungi tubuh dari karsinogen dan mengelola kanker dengan baik. Usaha pencegahan kanker payudara dapat berupa


(50)

pencegahan primordial, pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tertier.

2.5.1. Pencegahan Primordial

Pencegahan sangat dini atau sangat dasar ini ditujukan kepada orang sehat yang belum memiliki faktor risiko dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak berkembang yaitu dengan membiasakan pola hidup sehat sejak dini dan menjauhi faktor risiko changeable (dapat diubah) kejadian kanker payudara. Pencegahan primordial yang dapat dilakukan antara lain:

1) Perbanyak konsumsi buah dan sayuran yang banyak mengandung serat dan vitamin C, mineral, klorofil yang bersifat antikarsinogenik dan radioprotektif, serta antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas, berbagai zat kimia dan logam berat serta melindungi tubuh dari bahaya radiasi.

2) Perbanyak konsumsi kedelai serta olahannya yang mengandung fitoestrogen yang dapat menurunkan risiko terkena kanker payudara.

3) Hindari makanan yang berkadar lemak tinggi karena dapat meningkatkan berat badan menyebabkan kegemukan atau obesitas yang merupakan faktor risiko kanker payudara.

4) Pengontrolan berat badan dengan berolah raga dan diet seimbang dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara.

5) Hindari alkohol, rokok, dan stress.

6) Hindari keterpaparan radiasi yang berlebihan. Wanita dan pria yang bekerja di bagian radiasi menggunakan alat pelindung diri.


(51)

2.5.2. Pencegahaan Primer

Pencegahan primer adalah usaha mencegah timbulnya kanker pada orang sehat yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Beberapa usaha yang dapat dilakukan antara lain:

a. Penggunaan Obat-obatan Hormonal

1) Penggunaan obat-obatan hormonal harus sesuai dengan saran dokter.

2) Wanita yang mempunyai riwayat keluarga menderita kanker payudara atau yang berhubungan, sebaiknya tidak menggunakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon seperti pil, suntikan, dan susuk KB.

b. Pemberian ASI

Memberikan ASI pada anak setelah melahirkan selama mungkin dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara. Hal ini di sebabkan selama proses menyusui, tubuh akan memproduksi hormon oksitosin yang dapat mengurangi produksi hormon estrogen. Hormon estrogen memegang peranan penting dalam perkembangan sel kanker payudara.

c. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).

SADARI adalah pemeriksaan/ perabaan sendiri untuk menemukan timbulnya benjolan abnormal pada payudara (Otto, 2005). SADARI adalah pemeriksaan yang dilakukan sebagai deteksi dini kanker payudara. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang sangat mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya. SADARI dilakukan dengan posisi tegak menghadap kaca dan


(52)

berbaring, dilakukan pengamatan dan perabaan payudara secara sistematis (Dalimartha, 2007).

Berdasarkan rekomendasi dari The American Cancer Society, menginformasikan bahwa keuntungan untuk melakukan SADARI saat mencapai usia 20 tahun (MayoClinic, 2007). SADARI dilakukan karena dapat membantu untuk mendeteksi kista, tumor jinak, serta kanker payudara (Hisch, 2007). Pemeriksaan SADARI dilakukan secara rutin setelah haid, sekitar 1 minggu dari hari pertama haid terakhir. Karena pada saat itu payudara akan terasa lebih lunak dan longgar sehingga memudahkan perabaan (Bakar, 2002). Struktur payudara akan berubah seiring dengan dengan siklus haid (MayoClinic,2007). Menurut uji kesehatan dan Deteksi Dini Kanker dan Instalasi Radiodiagnostik Rumah Sakit Kanker Dharmais, bila wanita yang sudah menapouse, dapat dilakukan secara rutin setiap bulan pada tanggal tertentu yang mudah diingat.

Tujuan dilakukannya skrining kanker payudara adalah untuk deteksi dini. Wanita yang melakukan SADARI menunjukan tumor yang kecil dan masih pada stadium awal, hal ini memberikan prognosis yang baik. SADARI hanya untuk mendeteksi dini adanya ketidak normalan pada payudara, tidak untuk mencegah kanker payudara. Sebagian wanita berfikir untuk apa melakukan SADARI, apalagi yang masih berusia dibawah 30 tahun, kebanyakan berangapan bahwa kasus kanker payudara jarang ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Dengan melakukan SADARI sejak dini akan membantu deteksi kanker payudara pada stadium dini sehingga kesempatan untuk sembuh lebih besar (Otto,S, 2005).


(53)

Mayo Fundation for Medical Education and Research (2005) mengemukakan bahwa beberapa penelitian memang menunjukan SADARI tidak menurunkan angka kematian akibat kanker payudara, namun kombinasi antara SADARI dan mamografi masih dibutuhkan untuk menurunkan resiko kematian akibat kanker payudara. Kearney dan Murray (2006) mengemukakan bahwa keunggulan SADARI adalah dapat menemukan tumor/benjolan payudara pada saat stadium awal, penemuan awal benjolan dipakai sebagai rujukan melakukan mamografi untuk mendeteksi interval kanker, mendeteksi benjolan yang tidak terlihat saat melakukan mamografi dan menurunkan kematian akibat kanker payudara.

SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia remaja, segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas. Pada wanita muda, agak sedikit sulit karena payudara mereka masih berserabut (fibrous), sehingga dianjurkan sebaiknya mulai melakukan SADARI pada usia remaja karena pada umumnya pada usia tersebut jaringan payudara sudah terbentuk sempurna. Wanita sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika wanita menjadi familiar terhadap payudaranya dengan melakukan SADARI secara rutin maka dia akan lebih mudah mendeteksi keabnormalan pada payudaranya sejak awal atau mengetahui bahwa penemuanya adalah normal atau tidak berubah selama bertahun - tahun. Wanita yang belum menopouse sebaiknya melakukan SADARI setelah menstruasi sebab perubahan hormonal meningkatkan kelembutan dan pembengkakan pada payudara sebelum menstruasi. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar satu minggu setelah menstruasi. Satelah menopouse SADARI sebaiknya dilakukan pada tanggal


(54)

yang sama setiap bulan sehingga aktifitas rutin dalam kehidupan wanita tersebut (Burroughs, 1997).

d. Pemeriksaan Mammografi.

Pemeriksaan melalui mammografi memiliki akurasi tinggi yaitu sekitar 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena hal tersebut, menurut American Cancer Society mammografi dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:

1) Untuk perempuan berumur 35-39 tahun, cukup dilakukan 1 kali mammografi.

2) Untuk perempuan berumur 40-50 tahun, mammografi dilakukan 1-2 tahun sekali.

3) Untuk perempuan berumur di atas 50 tahun, mammografi dilakukan setiap tahun dan pemeriksaan rutin.

2.5.3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan diagnosis dini terhadap penderita kanker payudara dan biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara agar dapat dilakukan pengobatan dan penanganan yang tepat. Penanganan yang tepat pada penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan, mencegah komplikasi penyakit, dan memperpanjang harapan hidup penderita Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:


(55)

a. Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis di mulai dengan mewawancarai penderita kanker payudara, pemeriksaan klinis payudara, untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya, insfeksi payudara, palpasi, dan pemeriksaan kelenjar getah bening regional atau aksila. Dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang dilakukan dengan menggunakan alat-alat tertentu antara lain dengan termografi, ultrasonografi, scintimammografi, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologis untuk mendiagnosis secara pasti penderita kanker payudara.

b. Penatalaksanaan Medis yang Tepat

Semakin dini kanker payudara ditemukan maka penyembuhan akan semakin mudah. Penatalaksanaan medis tergantung dari stadium kanker didiagnosis yaitu dapat berupa operasi/pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan terapi homonal. 2.5.4. Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier dapat dilakukan dengan perawatan paliatif dengan tujuan mempertahankan kualitas hidup penderita dan memperlambat progresifitas penyakit dan mengurangi rasa nyeri dan keluhan lain serta perbaikan di bidang psikologis, sosial, dan spritual.

Untuk mengurangi ketidakmampuan dapat dilakukan Rehabilitasi supaya penderita dapat melakukan aktivitasnya kembali. Upaya rehabilitasi dilakukan baik secara fisik, mental, maupun sosial, seperti menghilangkan rasa nyeri, harus mendapatkan asupan gizi yang baik, dukungan moral dari orang-orang terdekat terhadap penderita pasca operasi.


(56)

2.6. Penatalaksanaan Medis

Ada beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya tergantung pada stadium klinik kanker payudara. Pengobatan kanker payudara biasanya meliputi pembedahan/operasi, radioterapi/penyinaran, kemoterapi, dan terapi hormonal. Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi beberapa kombinasi.

2.6.1. Pembedahan/Operasi

Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan pada kanker payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat kuratif (menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit).

Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

a. Mastektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpektomi direkomendasikan pada penderita yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.

b. Mastektomi total (mastektomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.

c. Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.


(57)

2.6.2. Radioterapi

Radioterapi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi. 2.6.3. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.

2.6.4. Terapi Hormonal

Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormon estrogen, oleh karena itu tindakan mengurangi pembentukan hormon dapat menghambat laju perkembangan sel kanker. Terapi hormonal disebut juga dengan therapy anti-estrogen karena sistem kerjanya menghambat atau menghentikan kemampuan hormon estrogen yang ada dalam menstimulus perkembangan kanker pada payudara.

2.7Ketahanan Hidup 5 Tahun


(1)

Valid Gaya Hidup

(makanan,pola hidup)

38 84.4 84.4 84.4

Hereditas (keturunan) 7 15.6 15.6 100.0

Total 45 100.0 100.0

P4

Frequency Percent

Valid

Percent Cumulative Percent

Valid SADARI 44 97.8 97.8 97.8

Periksa ke dokter 1 2.2 2.2 100.0

Total 45 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya, dapat terserang

kanker payudara

45 100.0 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Karena perubahan

gaya hidup yang condong ke arah yang tidak sehat, makan makanan junk food, kurang

olahraga

43 95.6 95.6 95.6

karena faktor hereditas/keturunan

2 4.4 4.4 100.0


(2)

PekerjaanOrangTua

Frequen

cy Percent

Valid

Percent Cumulative Percent

Valid Pegawai Swasta 4 8.9 8.9 8.9

PNS 7 15.6 15.6 24.4

TNI/POLRI 1 2.2 2.2 26.7

Wiraswata 29 64.4 64.4 91.1

Lainnya/BUMN 4 8.9 8.9 100.0

Valid Salah satu upaya deteksi dini kanker payudara yang dilakukan setelah masa haid secara rutin

45 100.0 100.0 100.0

P8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 12-30 tahun 43 95.6 95.6 95.6

20-30 tahun 2 4.4 4.4 100.0

Total 45 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Sebelum

menderita kanker payudara

45 100.0 100.0 100.0

P10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Biaya sangat

murah

2 4.4 4.4 4.4

Tidak

membutuhkan biaya sama sekali

43 95.6 95.6 100.0


(3)

P11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Sebulan sekali

dengan rutin setelah menstruasi

42 93.3 93.3 93.3

Sesering mungkin 3 6.7 6.7 100.0

Total 45 100.0 100.0

P12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Pelaksanaan SADARI

simpel, murah dan mudah untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

45 100.0 100.0 100.0

P13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Keluarga 20 44.4 44.4 44.4

Guru 5 11.1 11.1 55.6

Dokter/Petugas kesehatan

18 40.0 40.0 95.6

Teman 2 4.4 4.4 100.0

Total 45 100.0 100.0

P14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid <2 media

informasi

3 6.7 6.7 6.7

2-3 media informasi

4 8.9 8.9 15.6

>3 media informasi

38 84.4 84.4 100.0


(4)

S1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 45 100.0 100.0 100.0

S2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 45 100.0 100.0 100.0

S3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 45 100.0 100.0 100.0

S4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 15 33.3 33.3 33.3

Tidak Setuju 30 66.7 66.7 100.0

Total 45 100.0 100.0

S5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 45 100.0 100.0 100.0

S6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 37 82.2 82.2 82.2

Tidak Setuju

8 17.8 17.8 100.0

Total 45 100.0 100.0

S7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 45 100.0 100.0 100.0

S8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


(5)

Tidak Setuju

4 8.9 8.9 100.0

Total 45 100.0 100.0

S9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 45 100.0 100.0 100.0

S10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 45 100.0 100.0 100.0

S11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 45 100.0 100.0 100.0

T1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 42 93.3 93.3 93.3

Tidak 3 6.7 6.7 100.0

Total 45 100.0 100.0

T2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1-5 kali/tahun 1 2.2 2.4 2.4

>5 kal/tahuni 41 91.1 97.6 100.0

Total 42 93.3 100.0

Missing System 3 6.7

Total 45 100.0

T3

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Takut akan terkena kanker

payudara


(6)

Peduli kesehatan dan juga upaya deteksi dini kanker payudara

28 62.2 66.7 100.0

Total 42 93.3 100.0

Missing System 3 6.7

Total 45 100.0

T4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 17 37.8 40.5 40.5

Tidak 25 55.6 59.5 100.0

Total 42 93.3 100.0

Missing System 3 6.7

Total 45 100.0

T5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 13 28.9 31.0 31.0

Tidak 29 64.4 69.0 100.0

Total 42 93.3 100.0

Missing System 3 6.7

Total 45 100.0

T6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya sudah 9 20.0 21.4 21.4

Belum tahu 33 73.3 78.6 100.0

Total 42 93.3 100.0

Missing System 3 6.7

Total 45 100.0

T7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent