Kriteria Disiplin Belajar Disiplin Belajar

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. 4 Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan menetap. 5 Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada peubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. 6 Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses balajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan , dan sebagainya.

7. Prinsip – Prinsip Belajar

Burton dalam Hamalik 2012: 31 menyimpulkan uraiannya yang cukup panjang tentang prinsip-prinsip belajar sebagai berikut. 1. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui under going. 2. Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu. 3. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid. 4. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu. 5. Proses belajar dan hasi belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan. 6. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual di kalangan murid-murid. 7. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid. 8. Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan. 9. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur. 10. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat didiskusikan secara terpisah. 11. Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan. 12. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-niai, pengertian- pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan. 13. Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya. 14. Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman- pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik. 15. Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda. 16. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah adaptable, jadi tidak sederhana dan statis.

8. Teori Belajar

1 Teori Belajar Kognitif Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil Suyono Hariyanto, 2012: 75. Masih dalam sumber yang sama, belajar menurut teori ini merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya. Tokoh yang mengembangkan teori belajar ini adalah Jean Piaget. Gredler dalam Suyono Hariyanto 2012: 83 menyebutkan bahwa menurut pandangan Piaget, pengetahuan adalah proses mengetahui sesuatu melalui interaksi dengan lingkungannya sedangkan intelegensi adalah sebuah sistem terorganisisai yang mengonstruksi struktur yang dibutuhkan dalam beradaptasi dengan lingkungan. Piaget menambahkan bahwa setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya secara bertahap, teratur, dari sesuatu yang konkret menuju sesuatu yang abstrak serta bersifat kualitatif, artinya kemampuan berpikir anak akan berbeda sesuai dengan usianya. Secara garis besar, terdapat empat tahapan perkembangan kognitif berpikir anak, yaitu periode sensori motor anak yang terjadi pada usia 0-2 tahun, periode pra-operasional terjadi pada usia 2-7 tahun, periode operasional kongkret pada usia 7-11 tahun, dan periode operasional formal terjadi pada usia 11-15 tahun Gredler dalam Suyono Hariyanto, 2012: 83.