Nasal n- Nasal m- Nasal ny-

d. thuk nong [ ṭUk nɔŋ] Thuk nong merupakan gabungan dari dua kata, kemudian mengalami proses pemendekan kata. Kata thuk [ ṭUk] berasal dari bentuk bathuk [baṭUk] berkategori nomina dan menjadi inti dari frasa, sedangkan kata nong [n ɔŋ]yang berasal dari nonong berkategori adjektiva yang menjadi atribut kata thuk bathuk. Penggabungan dua kata tersebut menghasilkan bentuk baru. Bentuk satuan lingual yang tergolong hasil yang diperoleh dan termasuk kategori monomorfemis di antaranya ialah welut [w əlUt] „belut‟, urang [ura ŋ]„udang‟, cethul [ceṭUl]„ikan teri rawa‟, wader [wadər] „ikan wader‟, lele [lele]„ikan lele rawa‟, bawal [bawal]„ikan bawal‟, breskap [brɛskap] „ikan braskap‟, males [maləs] „ikan betutu‟, kalper [kalpər]„ikan kalper‟, rebon [r əbɔn]„udang kecil‟, dan bulus [bulUs]„kura-kura rawa‟, peso [peso]„ikan hibrida‟.

4.1.1.2 Polimorfemis

Berdasarkan hasil penelitian, leksikon perikanan di Rawa Pening Ambarawa yang berbentuk polimorfemis karena adanya proses afiksasi.

4.1.1.2.1 Afiksasi

Berdasarkan hasil penelitian, data yang diperoleh terbentuk karena proses afiksasi dengan proses pemberian prefiks nasal n-, nasal m-, dan nasal ny-.

1. Prefiks ater-ater anuswara {m-, n-, ny-, ng-}

a. Nasal n-

Leksikon perikanan di Rawa Pening Ambarawa hanya ditemukan dua data leksikon yang berkategori verba dengan nasal n-. Berikut hasil analisisnya. a njaring [ñjarI ŋ] Leksikon njaring „menjaring‟ tergolong bentuk polimorfemis karena njaringberasal dari nomina jaringdan mendapatkan ater- aterimbuhan anuswara nasal n- , sehingga bentuk nomina jaringakan berubah menjadi verba ketika sudah mendapatkan imbuhan nasal. nasal n- + nomina → verba n- + jaring → njaring b njala[ñjɔlɔ] Leksikon njala „menjala‟ tergolong bentuk polimorfemis karena katanjalaberasal dari nomina jala dan mendapatkan ater-aterimbuhan anuswara nasal n- , sehingga bentuk nomina jala akan berubah menjadi verba ketika sudah mendapatkan imbuhan nasal. nasal n- + nomina → verba n- + jala → njala

b. Nasal m-

Leksikon perikanan di Rawa Pening Ambarawa hanya ditemukan dua data leksikon yang berkategori verba dengan nasal m-. Berikut hasil analisisnya. a Mancing [mañcIŋ] Leksikonmancing tergolong bentuk polimorfemis karena kata asli dari nomina pancingdan mendapatkan ater-ater anuswara m- atau imbuhan nasal m-, sehingga kata yang semula nomina akan secara langsung berubah menjadi verba nasal m- + nomina → verba m- + pancing→ mancing b Mbranjang [mbrañjaŋ] Leksikon mbranjang tergolong bentuk polimorfemis karena kata asli dari nomina branjang dan mendapatkan ater-ater anuswara m- atau imbuhan nasal m-, sehingga kata yang semula nomina akan secara langsung berubah menjadi verba. nasal m- + nomina → verba m- + branjang→ mbranjang

c. Nasal ny-

Leksikon perikanan di Rawa Pening Ambarawa hanya ditemukan dua data leksikon yang berkategori verba dengan nasal ny-. Berikut hasil analisisnya. a Nyeser [ñ ɛsɛr] Leksikon nyeser tergolong bentuk polimorfemis karena berasal dari nomina seser dan mendapatkan imbuhan nasal atau dalam bahasa jawa disebut dengan ater-ater anuswara ny-, maka akan berubah bentuk menjadi verba dan makna yang semula hanya nominakata benda, berubah menjadi verba kata kerja. nasal ny- + nomina → verba ny- + seser → nyeser b nyrengkeng [ñrɛŋkɛŋ] Leksikon nyrengkeng tergolong bentuk polimorfemis karena berasal dari nomina crengkengdan mendapatkan imbuhan nasal atau ater- ater anuswara ny-, maka akan berubah bentuk menjadi verba dan makna yang semula hanya nominakata benda, berubah menjadi verbakata kerja. nasal ny- + nomina → verba ny- + crengkeg → nyrengkeng c nyicir [ñicIr] Leksikon nyicir tergolong bentuk polimorfemis karena berasal dari nomina icir dan mendapatkan imbuhan nasal atau ater-ater anuswara ny-, maka akan berubah bentuk menjadi verba dan makna yang semula hanya nomina kata benda, berubah menjadi verba kata kerja. nasal ny- + nomin → verba ny- + icir → nyicir d nyodo [ño ḍo] Leksikon nyodo tergolong bentuk polimorfemis karena berasal dari nomina sodo dan mendapatkan imbuhan nasal atau ater-ater anuswara ny-, maka akan berubah bentuk menjadi verba dan makna yang semula hanya nomina kata benda, berubah menjadi verba kata kerja. nasal ny- + nomina → verba ny- + sodo → nyodo KONTEKS : Penanya Dita mewawancarai Bapak Rusyanto di kediaman Bapak Rusyanto mengenai aktivitas yang dilakukan di rawa. Dita : “Pak, menawi aktivitas sanesipun mbranjang menapa malih? “ „Pak kalau untuk aktivitas selain mbranjang ada yang lain?‟ Bapak Rusyanto: “Namine nggih ngoten niku, njaring, nyrengkeng niku termasuk aktivitas.” „Namanya ya itu tadi seperti njaring, nyrengkengitu sudah termasuk aktivitasnya.‟

4.1.2 Satuan Lingual yang Berupa Frasa

Berdasarkan hasil penelitian, leksikon perikanan di Rawa Pening Ambarawa yang berupa frasa bersifat endosentrik dan berkategori nomina. Berikut hasil analisisnya. a. wader andong [wad ər andɔŋ] Wader andong merupakan salah satu hasil yang diperoleh nelayan berupa ikan. Wader andong termasuk endosentrik. Kata wader berkategori nomina dan menjadi inti dari frasa, sedangkan kata andong berkategori nomina yang menjadi atribut kata wader. Penggabungan dua kata tersebut menghasilkan bentuk baru yang berupa frasa nominal dan bertipe endosentrik. b. wader ijo [wad ər ijo] Wader ijo merupakan salah satu hasil yang diperoleh nelayan berupa ikan. Wader ijo termasuk endosentrik. Kata wader berkategori nomina dan menjadi inti dari frasa, sedangkan kata ijo berkategori adjektiva yang menjadi atribut kata wader. Penggabungan dua kata tersebut menghasilkan bentuk baru yang berupa frasa nominal dan bertipe endosentrik. c. sepat jawa [s əpat jɔwɔ] Sepat jawa merupakan salah satu hasil yang diperoleh nelayan berupa ikan. Sepat jawa termasuk endosentrik. Kata sepat berkategori nomina dan menjadi inti dari frasa, sedangkan kata jawa berkategori nomina yang menjadi atribut kata sepat. Penggabungan dua kata tersebut menghasilkan bentuk baru yang berupa frasa nominal dan bertipe endosentrik.

4.2. Makna Leksikon Perikanan di Rawa Pening Ambarawa