EFEK ANTIPIRETIK MINYAK BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.) PADA TIKUS PUTIH STRAIN WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI RAGI ROTI

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Demam yang berarti suhu tubuh di atas batas normal, dapat disebabkan oleh
kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang mempengaruhi
pusat pengaturan suhu (Guyton, 2008). Demam merupakan mekanisme dalam
menanggapi beberapa penyakit misalnya penyakit karena infeksi bakteri, virus,
dan lain-lain (Kaneshiro, 2010). Pada penelitian terhadap 2470 pasien influenza,
dilaporkan sebanyak 68% disertai dengan demam (Monto et al, 2000). Apabila
demam tidak segera ditangani, dikhawatirkan dapat menjadi kejang pada anakanak (Silbernagl, 2006). Kejadian ini dilaporkan pada penelitian yang dilakukan
di RSI Ibnu Sina Pekanbaru, dari 309 total sampel, didapatkan sebanyak 142 anak
mengalami kejang pada suhu 39C (Yanti, 2012). Kejadian kejang demam juga
dapat disebabkan oleh pemberian vaksin DPT dan MMR yang diperkirakan
masing-masing sekitar 6-9 dan 25-34 per 100.000 anak (Barlow et al, 2001).
Demam disebabkan karena pirogen eksogen atau endogen (Sullivan, 2011).
Beberapa pirogen eksogen (lipopolisakarida, toksin, atau

beberapa agen

infeksius) akan menginduksi makrofag untuk memproduksi sitokin pro-inflamasi

(IL-1, IFN, IL-6 dan TNF-α) yang masuk ke sirkulasi hipotalamus. Sitokin ini
akan merangsang pengeluaran asam arakidonat dan akan dirubah menjadi
prostaglandin E2 (PGE2) oleh enzim cyclooxigenase-2 (COX-2) sehingga terjadi
peningkatan set-point pada hipotalamus dan terjadilah demam (Dalal, 2006; Netea
et al, 2000).

1

2

Saat demam terjadi, biasanya seseorang akan melakukan hal-hal seperti
meningkatkan

asupan

cairan

sampai

menggunakan


antipiretik

seperti

asetaminofen, ibuprofen, asam asetilsalisilat. Asetaminofen (parasetamol) banyak
digunakan oleh masyarakat, karena pada umumnya dianggap sebagai zat untuk
swamedikasi (pengobatan mandiri) (Tjay, 2007). Namun beberapa orang
didapatkan mengalami reaksi alergi dalam penggunaan parasetamol. Pada
penelitian, didapatkan sebanyak 50% dari 32 pasien suspek alergi parasetamol
menunjukkan adanya reaksi hipersensitivitas terhadap parasetamol (Krzysztof,
2012). Oleh karena itu, diperlukan terapi adjuvant dengan menggunakan obatobat herbal.
Penggunaan obat-obat herbal (tanaman obat) menjadi pengobatan alternatif
oleh masyarakat saat ini dikarenakan obat herbal memiliki beberapa kelebihan
saperti efek samping yang relatif kecil, serta memiliki kandungan bahan aktif
lebih dari satu yang memberikan efek saling mendukung (Katno, 2008). Menurut
WHO, sekitar 80% dari populasi penduduk di dunia menggunakan obat herbal
sebagai penanganan kesehatan primer (primary health care) (Bauer, 2003). Salah
satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat herbal ialah bunga matahari.
Bunga matahari (Helianthus annuus L.) termasuk famili Asteraceae. Bagian

yang dapat dimanfaatkan sebagai antipiretik adalah bunga. Bagian bunganya
diduga memberikan efek antipiretik yang lebih daripada bijinya. Hal ini
dikarenakan biji bunga matahari mengandung asam linoleat yang dapat
meningkatkan kadar PGE2 yang berfungsi sebagai proinflamasi terhadap demam
(Monograph, 2004). Meskipun asam linoleat ini apabila dimetabolisme oleh

3

enzim COX akan menghasilkan PGE1 yang berguna sebagai antiinflamasi
(Monograph, 2004; Kapoor, 2006).
Kandungan bunga matahari yang diduga memberikan efek antipiretik yakni
quercimeritrin (flavon glikosida), antosianin, dan choline

(Saini, 2011).

Quercimeritrin (Quercetin-7-O-β-D-glucoside) merupakan salah satu golongan
flavonoid yang terbukti memiliki efek antiinflamasi diduga dengan cara
menghambat COX-2 (Legault et al, 2011). Antosianin juga terbukti dapat
menghambat ekspresi COX-2 pada aktivitas makrofag yang diinduksi dengan LPS
(Hou et al, 2005). Choline juga terbukti memiliki efek antiinflamasi pada tikus

nyeri pasca operasi dengan cara menghambat pelepasan TNF-α (Rowley et al,
2010).
Berdasarkan hal tersebut diatas, minyak bunga matahari mengandung zat yaitu
quercimeritrin, antosianin, dan choline yang diduga mempunyai efek untuk
menurunkan demam melalui mekanisme penghambatan COX-2 dan TNF-α
sehingga pembentukan PGE2 dapat dihambat dan tidak terjadilah demam. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang efek antipiretik
minyak bunga matahari pada tikus putih strain wistar (Rattus norvegicus) yang
diinduksi ragi roti.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah minyak bunga memiliki efek antipiretik pada tikus putih strain
wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi ragi roti?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk membuktikan efek antipiretik minyak bunga matahari pada tikus
putih strain wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi ragi roti.

4

1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Penelitian Secara Teoritis

Diketahuinya informasi bahwa minyak bunga matahari memiliki efek
antipiretik dan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang
kedokteran.
2. Manfaat Penelitian Secara Praktis
a. Masyarakat dapat menggunakan minyak bunga matahari sebagai terapi
adjuvant pada demam, serta pelestarian sumber daya alam hayati dapat
ditingkatkan.
b. Masyarakat dapat menggunakan minyak bunga matahari sebagai
tindakan preventif pada demam-demam yang dapat diprediksi seperti
demam akibat imunisasi MMR dan DPT.

KARYA TULIS AKHIR

EFEK ANTIPIRETIK MINYAK BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus
L.) PADA TIKUS PUTIH STRAIN WISTAR (Rattus norvegicus) YANG
DIINDUKSI RAGI ROTI

Oleh :
Nindya Puspita Sari
2010103303111087


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014

HASIL PENELITIAN

EFEK ANTIPIRETIK MINYAK BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus
L.) PADA TIKUS PUTIH STRAIN WISTAR (Rattus norvegicus) YANG
DIINDUKSI RAGI ROTI

KARYA TULIS AKHIR
Diajukan Kepada
Universitas Muhammadiyah Malang
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana
Fakultas Kedokteran

Oleh:
NINDYA PUSPITA SARI

201010330311087

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014

ii

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN

Telah disetujui sebagai hasil penelitian
untuk memenuhi persyaratan
Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
Tanggal : 16 Agustus 2014

Pembimbing I

dr. Fathiyah Safithri, M.Kes


Pembimbing II

dr. Aulia Syavitri Damayanti

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang

dr. Irma Suswati, M.Kes

iii

LEMBAR PENGUJIAN

Karya Tulis Akhir oleh Nindya Puspita Sari ini
telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji
Pada tanggal : 16 Agustus 2014

Tim Penguji


dr. Fathiyah Safithri, M.Kes

, Ketua

dr. Aulia Syavitri Damayanti

, Anggota

dr. Isbandiyah, Sp. PD

, Anggota

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan hidayah dan karuniaNya sehingga penulis data menyelesaikan karya
tulis akhir yang berjudul ―Efek Antipiretik Minyak Bunga Matahari (Helianthus

Annuus L.) Pada Tikus Putih Strain Wistar (Rattus Norvegicus) yang Diinduksi
Ragi Roti‖. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad
SAW karena atas kerja keras dan suri tauladan beliau, kita mampu menuju jalan
yang telah diridhoi oleh Allah SWT.
Penulisan penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Kedokteran Jurusan Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
penelitian ini, sangatlah tidak mudah. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1.

2.

3.

4.
5.
6.
7.


8.

9.

Ibunda Hj. Mujamilatin, Ayahanda H. Rifa’I dan saudara-saudara penulis Ika
Dewi Subandiyah, M. Fahmi Ibrahim yang telah memberikan dorongan
motivasi dan kasih sayang, sehingga penulis bisa menyelesaikan karya tulis
ini.
dr. Fathiyah Safithri, M.Kes selaku pembimbing I atas segala dukungan,
masukan dan saran yang sangat membangun serta luar biasa dalam
penyusunan karya tulis akhir ini.
dr. Aulia Syavitri Damayanti sebagai pembimbing II dan dosen wali atas
segala bimbingan, koreksi serta motivasi yang diberikan demi kesempurnaan
karya tulis ini.
dr. Isbandiyah, Sp.PD selaku penguji atas berbagai saran, kritik dan inspirasi
yang begitu membangun.
dr. Irma Suswati, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran.
dr. Mochammad Ma’roef, Sp.OG selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Kedokteran.
dr. Iwan Sis Indrawanto, Sp.Kj selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Kedokteran atas segala bimbingan dalam kuliah dan organisasi yang begitu
luar biasa.
Seluruh Staf Tata Usaha dan Staf Lab Terpadu Fakultas Kedokteran (Pak
Yono, Mas Miftah, Bu Endang, Pak Chusnan, Mas Didit, Mas Faisal, Mas
Nyono, Mbak Emy, Mbak Dilla, Mbak Tyas dan Mbak Fat). Terima kasih
atas segala dukungan yang telah diberikan
Choirin Nur yang telah memberikan berbagai dorongan, semangat, inspirasi
dan doa yang luar biasa, terima kasih banyak.

v

10. Sahabat Penulis Indah Ika S.H, Frida Neila Rahmatika, Indro Catur Raharjo,
Rischa Intan A.K, Mia Puteri Rahayu, Nur Indah Permatasari, Puannita Sari
Santoso dan Rezky Ami Cahyaharnita yang telah banyak memberi doa dan
dukungannya.
11. Teman-teman penulis yang membantu menyukseskan penelitian ini, Yusrin
Aulia, Risky Kukuh Widadi, Tristy Yunita Pratiwi, Siti Aisyatunnasiha serta
seluruh mahasiswa angkatan 2010.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu, yang telah
memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian penelitian ini.
Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan kerendahan hati penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan saran dan kritik yang
membangun. Semoga penelitian ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat
bagi semua pihak.
Malang, 16 Agustus 2014

Penulis

vi

ABSTRAK
Sari, Nindya Puspita. 2014. Efek Antipiretik Minyak Bunga Matahari (Helianthus
annuus L.) pada Tikus Putih Strain Wistar (Rattus norvegicus) yang
Diinduksi Ragi Roti. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Malang. Pembimbing: (1) Fathiyah Safithri (2) Aulia
Syavitri Damayanti.
Latar Belakang: Demam merupakan respon tubuh dalam menanggapi beberapa
pirogen. Untuk menurunkan demam, biasanya digunakan asetaminofen sebagai
obat antipiretik. Minyak bunga matahari yang mengandung quercimeritrin,
antosianin, dan choline diduga dapat digunakan sebagai antipiretik.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek antipiretik minyak
bunga matahari (Helianthus annuus L.) pada tikus putih strain wistar (Rattus
norvegicus) yang diinduksi ragi roti.
Metode: Penelitian ini menggunakan 28 ekor tikus, yang dibagi menjadi 4
kelompok. Setelah 4 jam diinduksi ragi roti, kelompok pertama diberikan aquades
per oral. Kelompok kedua, ketiga, dan keempat diberikan dosis minyak bunga
matahari sebesar 100 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 500 mg/kgBB per oral.
Hasil Penelitian dan Diskusi: Minyak bunga matahari dosis 100 mg/kgBB, 300
mg/kgBB, dan 500 mg/kgBB menunjukkan hasil yang signifikan dalam
menghambat peningkatan suhu tubuh tikus yang diinduksi ragi roti (p < 0,05),
namun tidak signifikan menurunkan suhu tubuh tikus yang demam karena induksi
ragi roti (p > 0,05). Dosis maksimum dalam menghambat peningkatan suhu tubuh
tikus yakni dosis 500 mg/kgBB jika dibandingkan dengan dosis 100 mg/kgBB
dan 300 mg/kgBB.
Kesimpulan: Minyak bunga matahari (Helianthus annuus L.) terbukti memiliki
efek antipiretik pada tikus putih strain wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi
ragi roti.
Kata Kunci: Minyak bunga matahari, demam, antipiretik.

vii

ABSTRACT
Sari, Nindya Puspita. 2014. Antipyretic Effects of The Sunflower Oil (Helianthus
annuus L.) at Wistar Strain Albino Rats (Rattus norvegicus) Induced by
Baker’s Yeast. Final Assignment, Medical Faculty of University of
Muhammadiyah Malang. Counselor: (1) Fathiyah Safithri (2) Aulia Syavitri
Damayanti.
Background: Fever is the body’s response to some pyrogens. To reduce fever,
commonly used acetaminophen as an antipyretic. Sunflower oil contains
quercimeritrin, anthocyanin, and choline which may be useful as an antipyretic
agent.
Objective: This research aims to prove the antipyretic effects of sunflower oil
(Helianthus annuus L.) at Wistar strain rats (Rattus norvegicus) induced by
Baker’s yeast orally.
Methods: This research used 28 rats, divided into four group. After 4 hours of
injection Baker’s yeast-induced fever, the first group was given aquades orally.
The second, third, and fourth group were given sunflower oil at doses 100 mg/kg
b.w, 300 mg/kg b.w, and 500 mg/kg b.w orally.
Result and Discussion: Sunflower oil at doses 100 mg/kg b.w, 300 mg/kg b.w,
and 500 mg/kg b.w significantly inhibited the increase body temperatures of rats
(p < 0,05) but no significant to lowering the body temperatures of rats (p > 0,05)
that induced by Baker’s yeast. The maximum to inhibited the increase body
temperatures of rats achieved at dose 500 mg/kg b.w when compared to doses 100
mg/kg b.w and 300 mg/kg b.w.
Conclusion: Sunflower oil (Helianthus annuus L.) has an antipyretic effect at
Wistar strain rats (Rattus norvegicus) induced by Baker’s yeast.
Keyword: Sunflower oil, fever, antipyretic.

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii
LEMBAR PENGUJIAN ....................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
2.1 Suhu Tubuh ................................................................................................ 5
2.1.1 Suhu Tubuh Normal .......................................................................... 5
2.1.2 Pengaturan Suhu ............................................................................... 5
2.1.3 Konsep “Set-Point” .......................................................................... 8
2.2 Demam ....................................................................................................... 9

ix

2.2.1 Definisi Demam ................................................................................ 9
2.2.2 Penyebab Demam.............................................................................. 9
2.2.3 Fisiologi Demam ............................................................................. 10
2.2.4 Patofisiologi Demam....................................................................... 11
2.2.5 Komplikasi Demam ........................................................................ 13
2.2.6 Terapi Demam ................................................................................. 14
2.3 Bunga Matahari (Helianthus annuus L.) .................................................. 15
2.3.1 Taksonomi Bunga Matahari ............................................................ 15
2.3.2 Uraian Tanaman .............................................................................. 15
2.3.3 Kandungan Bunga Matahari ........................................................... 17
2.3.4 Efek Antipiretik Bunga Matahari .................................................... 17
2.4 Induksi Ragi Roti ..................................................................................... 19
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ................................. 21
3.1 Kerangka Konseptual ............................................................................... 21
3.2 Hipotesis................................................................................................... 23
BAB 4 METODE PENELITIAN......................................................................... 24
4.1 Rancangan Penelitian ............................................................................... 24
4.2 Lokasi danWaktu Penelitian .................................................................... 24
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 24
4.3.1 Populasi ........................................................................................... 24
4.3.2 Sampel Penelitian ............................................................................ 24
4.3.3 Teknik Sampling ............................................................................. 24
4.3.4 Estimasi Besar Sampel .................................................................... 25
4.3.5 Karakteristik Sampel Penelitian ...................................................... 25

x

4.4 Variabel dan Definisi Operasional ........................................................... 26
4.4.1 Variabel ........................................................................................... 26
4.4.2 Definisi Operasional........................................................................ 26
4.5 Dasar Penentuan Dosis............................................................................. 27
4.6 Bahan dan Instrumen Penelitian............................................................... 28
4.6.1 Bahan .............................................................................................. 28
4.6.2 Instrumen Penelitian........................................................................ 28
4.7 Prosedur Penelitian................................................................................... 29
4.7.1 Proses Adaptasi ............................................................................... 29
4.7.2 Pembagian Kelompok Tikus ........................................................... 30
4.7.3 Pembuatan Minyak Bunga Matahari ............................................... 30
4.7.4 Pembuatan Dosis Minyak Bunga Matahari..................................... 31
4.7.5 Induksi Panas .................................................................................. 31
4.7.6 Pengukuran Suhu Tikus .................................................................. 32
4.7.7 Skema Alur Penelitian..................................................................... 33
4.8 Analisis Data ............................................................................................ 34
BAB 5 HASIL PENELITIAN ............................................................................. 36
5.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 36
5.2 Analisis Data ............................................................................................ 38
5.2.1 Analisis Data Peningkatan Suhu Rektal Tikus................................ 38
5.2.2 Analisis Data Penurunan Suhu Rektal Tikus ................................. 40
BAB 6 PEMBAHASAN ...................................................................................... 42
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 47
7.1 Kesimpulan .............................................................................................. 47

xi

7.2 Saran ......................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 48
LAMPIRAN ......................................................................................................... 52

xii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1 Taksonomi Bunga Matahari (Helianthus annuus L.) ..................................... 15
2.2 Perkiraan komposisi ekstrak heksana dari Helianthus annuus L. .................. 17
5.1 Hasil ∆T peningkatan suhu rektal tikus pada T1 (oC) .................................... 37
5.2 Hasil ∆T penurunan suhu rektal tikus pada T3 (oC) ...................................... 37

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Konsep ―set-point‖ tubuh ................................................................................. 8
2.2 Mekanisme Patofisiologi Demam .................................................................. 13
2.3 Morfologi Bunga Matahari ............................................................................ 16
2.4 Dua Tipe Bunga Matahari : (a) Bunga Lidah (b) Bunga Tabung .................. 17
2.5 Struktur Kimia Quercimeritrin ...................................................................... 18
2.6 Struktur Kimia Antosianin ............................................................................. 19
2.7 Struktur Kimia Choline .................................................................................. 19
3.1 Kerangka Konseptual ..................................................................................... 21
4.1 Diagram Alur Penelitian ................................................................................ 33
5.1 Grafik rata-rata suhu rektal tikus.................................................................... 36

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

Lampiran 1 Identifikasi Tanaman Bunga Matahari oleh Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia – UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun
Raya Purwodadi ........................................................................... 52
Lampiran 2 Petunjuk Penggunaan ThermoOne Alpha 1 ..................................... 53
Lampiran 3 Data Suhu Rektal Tikus .................................................................... 54
Lampiran 4 Uji Normalitas dan Homogenitas (Peningkatan Suhu) 1.................. 55
Lampiran 5 Uji Normalitas dan Homogenitas (Peningkatan Suhu) 2.................. 56
Lampiran 6 Uji Kruskal-Wallis (Peningkatan Suhu) ........................................... 57
Lampiran 7 Uji Mann-Whitney (Peningkatan Suhu) ........................................... 58
Lampiran 8 Uji Korelasi (Peningkatan Suhu) ...................................................... 61
Lampiran 9 Uji Regresi Linier (Peningkatan Suhu) ............................................ 62
Lampiran 10 Uji Normalitas dan Homogenitas (Penurunan Suhu) ..................... 63
Lampiran 11 Uji Kruskal-Wallis (Penurunan Suhu) ............................................ 64
Lampiran 12 Uji Korelasi (Penurunan Suhu) ...................................................... 65
Lampiran 13 Uji Regresi Linier (Penurunan Suhu) ............................................. 66
Lampiran 14 Surat Keterangan Penelitian ........................................................... 67
Lampiran 15 Kartu Konsultasi Tugas Akhir ........................................................ 68
Lampiran 16 Dokumentasi Penelitian .................................................................. 69

xv

DAFTAR SINGKATAN

C

: Celcius

cAMP

: Cyclic Adenosine Monophosphate

COX-2

: Cyclooxygenase-2

D6D

: Delta-6-desaturase

DGLA

: Dihomo gamma-linoleic Acid

DPT

: Difteri Pertusis Tetanus

GLA

: Gamma Linoleic Acid

IFN

: Interferon

IgE

: Immunoglobulin E

IL-1

: Interleukin-1

IL-1α

: Interleukin-1α

IL-1β

: Interleukin-1β

IL-6

: Interleukin-6

kJ

: Kilo Joule

LBP

: Lipopolysaccharide-Binding Protein

LPS

: Lipopolysaccharide

MMR

: Measles, Mumps, Rubella

NaCl

: Natrium Chlorida

Na-K-ATPase : Sodium-Potassium-Adenosine Triphosphatase
NSAID

: Non Steroid Anti-inflammatory Drugs

OVLT

: Organo Vaskulosa Lamina Terminalis

PGE1

: Prostaglandin E1

xvi

PGE2

: Prostaglandin E2

RSI

: Rumah Sakit Islam

TBC

: Tuberkulosis

TNF-α

: Tumor Necrosis Factor-α

xvii

DAFTAR PUSTAKA

Barlow WE, Davis RL, Glasser JW, et al, 2001, The Risk of Seizures After Receipt
of Whole-Cell Pertussis or Measles, Mumps, and Rubella Vaccine, New
England Jeournal of Medicine, 345, pp. 656-661.
Bauer Brent A, 2003, Herbal Medicine The Good, The Bad, and The Ugly,
SoCRA Source, pp. 27-30.
Dalal S, Zhukovsky DS, 2006, Pathophysiology and Management of Fever, The
Journal of Supportive Oncology, 4, pp. 009 – 016.
Dalimartha S, 2008, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5, Pustaka Bunda,
Jakarta, (Online) (http://books.google.co.id/books?id, diunduh pada
tanggal 7 Januari 2014).
Dahlan S, 2008, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3, Salemba
Medika, Jakarta.
Danquah CA, Woode E, Gyasi EB, et al, 2011, Anti-Inflammatory and Antipyretic
Effects of an Ethanolic Extract of Capparis erythrocarpos Isert Roots,
Research Journal of Medicinal Plant, 5 (2), pp. 158-168.
Despopoulos A, 2003, Thermal Balance and Thermoregulation, Dalam :
Despopoulos A, Silbernagl S, Color Atlas of Physsiology 5th Edition,:
Thieme, New York, 9, pp. 222-225.
Dubey N, Dubey N, Mehta RS, et al, 2009, Physicochemical and
Pharmacological Assessment of A Traditional Biomedicine : Mukta
Shouktic Bhasma, Songklanakarin Journal of Science and Technology, 31
(5), pp. 501-510.
Furst, Ulrich RW, 2010, Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid; Obat Antireumatik
Pemodifikasi Penyakit, Analgesik Nonopioid, Obat yang Digunakan pada
Gout, Dalam : Katzung B G, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 10,
EGC, Jakarta, 36, pp. 608.
Gerard C, C Gruyns, A Marchant, et al, 1993, interleukin 10 reduce the release of
tumor necrosis factor and prevent febrile lethality in experimental
endotoxemia, J Exp Med, 177, pp. 547-550, Dalam : Leon, Lisa R,
Wieslaw Kozak, et al, 1999, An antipyretic role for interleukin-10 in LPS
fever in mice, American Journal Physiology, 276, pp. R81-R89.
Guyton AC, Hall JE, 2008, Suhu Tubuh, Pengaturan Suhu, dan Demam, Dalam :
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, EGC, Jakarta, 73, pp. 936 –
950.

xviii

Helmenstine AM, 2003, Choline, (Online) (http://chemistry.about.com/od/
factsstructures/ig/Chemical-Strustures—C/Choline.htm, diunduh pada
tanggal 6 Maret 2014).
Hou DX, Yanagita T, Uto T, et al, 2005, Anthocyanidins Inhibit Cyclooxygenase
2 Expression in LPS-evoked Macrophages : Structure-activity
Relationship and Molecular Mechanisms Induced, Biochemical
Pharmacology, 70 (3), pp. 417 – 25.
Imasato A, Desbois-Mouthon C, Han J, Kai H, et al, 2002, Inhibition of p38
MAPK by glucocorticoids via induction of MAPK phosphatase-1 enhances
nontypeable Haemophilus influenza-induced expression of Toll-like
receptor 2, Journal Biology Cehemical, 49, pp. 47444-47450, Dalam :
Stickler T, Kalin H.N, Reul J.M.H.M, 2005, Endogenous antipyretics,
Dalam : Handbook of Stress and the Brain : Stress: integrative and
clinical aspects, Elsevier, 2 : pp. 213-227 (diunduh 06 Juli 2014 pada
http://books.google.co.id/books?id=HihP_D6neBQC&pg=PA214&lpg=P
A214&dq=endogenous+antipyretics&source=bl&ots=VZVliGQtQJ&sig=
4P_bSN4WP8iVHA4z8TCVJQnSIKM&hl=id&sa=X&ei=r025U6_RK9H
t8AXrhIG4Dg&ved=0CEIQ6AEwBDgK#v=onepage&q=endogenous%20
antipyretics&f=false)
Inparuban K, Vasantharuba S, Balakumar S, et al, 2009, Optimization of Culture
Conditions for Baker’s Yeast Cell Mass Production – A Preliminary Study,
JSc-EUSL, 6 (1), pp. 34-35.
Kaneshiro NK, 2010, Fever, (Online) (http://www.nlm.nih.gov/, diunduh tanggal
04 Juni 2013).
Kapoor R, 2006, Gamma-Linoleic Acid : A Natural Anti-Inflammatory Agent-Part
I, Natural Pharmacy.
Katno, 2008, Tingkat Manfaat Keamanan dan Efektifitas Tanaman Obat dan Obat
Tradisional, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional (B2P2TO-OT), Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kesehatan RI.
Konczak I, Zhang W, 2004, Anthocyanins : More Than Nature’s Colours. Journal
of Biomedicine and Biotechnology, 5, pp. 239-240.
Kumar CM, Gowda TV, 2010, Sunflower (Helianthus annuus L.) Petals : A New
Biological Source of Lutein, Research Journal of Pharmaceutical,
Biological, and Chemical Sciences, 1 (4), pp. 438-448.
Krzysztof R, Nasser SM, Ewan PW, 2012, Paracetamol Hypersensitivity: Clinical
Features, Mechanism and Role of Specific IgE, International Archives of
Alergy and Immunology, 159(1), pp. 60-64.

xix

Legault J, Perron T, Mshvildadze V, et al, 2011, Antioxidant and Antiinflammatory Activities of Quercetin 7-O-β-D-Glucopyranoside from the
Leaves of Brasenia schreberi, Journal of Medicinal Food, 14 (10).
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia – UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun
Raya Purwodadi, 2013, Surat Keterangan Identifikasi Tanaman No.
1750/IPH.3.04/HM/XI/2013, Purwodadi.
Leon L R, Kozak W, dan Kluger M J, 2006, Role of IL-10 in inflammation :
Studies Using Cytokine, Knockout Mice, Annals of the New York
Academy of Sciences, 856, pp. 69-75.
Mahalakshmi K, Natesan SK, Parthiban KG, Sekar G, 2013, Anti-inflammatory
and antipyretic activity of Fioria vitifolia, International Current
Pharmaceutical Journal, 2 (7), pp. 119-121.
Miquel MG, 2011, Anthocyanins : Antioxidant and/or Anti-Inflammatory
Activities, Journal of Applied Pharmaceutical Science, 01 (06), pp. 07 –
15.
Monograph. 2004. Gamma-Linoleic Acid (GLA). Alternative Medicine Review, 9
(1), pp. 70-78.
Monto AS, Gravenstein S, Elliott M, et al, 2000, Clinical Signs and Symptoms
Predicting Influenza Infection, Arch Intern Med, 160.
Nava F, G Calapai, G Facciola, et al, 1997, Effects of interleukin-10 on water
intake, locomotor activity, and rectal temperature rat treated with
endotoxin, Int J Immunopharmacol, 19, pp. 31-38, Dalam : Leon, Lisa R,
Wieslaw Kozak, et al, 1999, An antipyretic role for interleukin-10 in LPS
fever in mice, American Journal Physiology, 276, pp. R81-R89.
Nelwan RHH, 2009, Demam : Tipe dan Pendekatan. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Edisi V, InternaPublishing, Jakarta, 424, pp. 2767
– 2772.
Netea MG, Kullberg BJ, Meer JWM Van der, 2000, Circulating Cytokines as
Mediators of Fever, Clinical Infectious Disease, 31, pp. S178-184.
OAAD, 2011, Antipyretic, (http://oaadonline.oxfordlearnersdictionaries.com/
dictionary, diunduh pada tanggal 14 Juli 2014)
PubChem, 2005, Quercimeritrin. (Online) (http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov,
diunduh pada tanggal 25 Februari 2014)
Rowley TJ, McKinstry A, Greenidge E, et al, 2010, Antinociceptive and AntiInflammatory Effects of Choline in A Mouse Model of Postoperative Pain,
British Journal of Anaesthesia, 105 (2), pp. 201-7.

xx

Saini S, Sharma S, 2011, Helianthus annuus (Asteracea) : A review, International
journal of Pharma Professional’s Research, 2 (4).
Silbernagl S, 2006, Suhu, Energi, Dalam : Silbernagl S, Florian Lang, Teks &
Atlas Berwarna Patofisiologi, EGC, Jakarta, pp. 21.
Sini KR, Karpakavalli M, Sangeetha PT, 2010, Analgesic and Antipyretic Activity
of Cassia occidentalis Linn, World Applied Sciences Journal, 11 (10), pp.
1216-1219.
Smith SR, C Terminelli, J Kenworthy-Bott, et al, 1994, The cooperative effects of
TNF-α and IFN-ɣ are determining factors in the ability of IL-10 to protect
mice from lethal endotoxemia, J Leukoc Biol, 55, pp. 711-718, Dalam :
Leon, Lisa R, Wieslaw Kozak, et al, 1999, An antipyretic role for
interleukin-10 in LPS fever in mice, American Journal Physiology, 276,
pp. R81-R89.
Sullivan JE, Farrar HC, 2011, Fever and Antipyretic Use in Children, Pediatrics
Official Journal of The American Academy of Pediatrics, 127 (3).
Tjay TH, Rahardja K, 2007, Analgetika Perifer, Dalam : Obat-obat Penting :
Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya, Elex Media
Komputerindo, Jakarta, 20, pp. 295 – 302.
Tutorvista, 2014, Family Asteraceae, (Online) (http://tutorvista.com, diunduh
pada tanggal 5 Maret 2014).
Van der Poll T, P M Jansen, W J Montegut, et al, 1997, Effects of IL-10 on
systemic inflammatory responses during sublethal primate endotoxemia, J
Immunol, 158, pp. 1971-1975, Dalam : Leon, Lisa R, Wieslaw Kozak, et
al, 1999, An antipyretic role for interleukin-10 in LPS fever in mice,
American Journal Physiology, 276, pp. R81-R89.
Vossen HAM Vander, Duriyaprapan S, 2013, Helianthus annuus Linn, Flora Kita,
Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Indonesia.
Yanti R, Ananda RR, 2012, Karakteristik Kejang Demam Pada Anak Tahun
2008-2010 di RSI Ibnu Sina Pekanbaru, Jurnal Photon, 3(1).
Ziesel SH, 2004, Nutritional Importance of Choline for Brain Development,
Journal of The American College of Nutrition, 23 (16), pp. 621S-626S.

xxi