didominasi adalah Fe, Ca, Mg, Si, dan Al Suwarno dan Goto, 1997b. Oleh sebab itu, steel slag dapat dijadikan sebagai alternatif amelioran di tanah gambut.
Syihabuddin 2011 menunjukkan bahwa pemberian steel slag di tanah gambut dalam Jambi berpengaruh sangat nyata meningkatkan pH, Ca dan Mg
dapat ditukarkan, serta Mn tersedia tanah. Pemberian steel slag juga berpengaruh sangat nyata meningkatkan tinggi, jumlah anakan maksimum dan anakan
produktif, biomassa tanaman, bobot gabah kering panen, bobot gabah kering giling dan bobot kering gabah bernas, serta menurunkan persentase gabah hampa.
2.4.2 Dolomit sebagai Bahan Pengapuran
Kapur yang diberikan ke dalam tanah gambut akan memperbaiki kondisi tanah gambut dengan cara: menaikkan pH tanah, mengurangi ketersediaan
senyawa-senyawa organik beracun, meningkatkan kejenuhan basa, menambah unsur Ca dan Mg, menambah ketersedian hara, dan memperbaiki kehidupan
mikroorganisme tanah termasuk yang berada di dalam bintil-bintil akar. Dolomit merupakan salah satu jenis kapur yang digunakan untuk kesuburan tanah dan
mengurangi keasaman, secara teoritis mengandung 45.6 MgCO
3
atau 21.9 MgO dan 54.3 CaCO
3
atau 30.4 CaO. Reaksi pelarutan partikel kapur dalam tanah sebagai berikut:
CaCO
3
+ H
2
O Ca
2+
+ HCO
3 -
+OH
-
unsur Ca dan Mg dalam kapur akan terlarut dan menggantikan posisi H
+
yang berasal dari disosiasi asam-asam organik sehingga dapat menaikkan pH tanah
gambut. Selain itu, dengan pengapuran dapat mengurangi pengaruh buruk asam- asam organik dalam mengkhelat unsur hara seperti P, sehingga ketersediaan P
dalam tanah akan meningkat. Pemberian kapur, selain dapat mengurangi kemasaman tanah, juga dapat meningkatkan kandungan kation-kation basa,
yaitu Ca dan Mg, dan meningkatkan kejenuhan basa gambut Hardjowigeno 1986.
Pengapuran pada lahan gambut dapat memperbaiki kesuburan tanah gambut, namun efek residunya tidak berlangsung lama hanya 3-4 kali musim
tanam sehingga pengapuran harus dilakukan secara periodik. Pengapuran mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui dua cara yaitu peningkatan
ketersediaan unsur Ca dan Mg, serta perbaikan ketersediaan unsur-unsur lain yang ketersediaannya bergantung pada pH tanah Driessen 1978.
2.4.3 Karakteristik Silica Gel
Silica gel adalah butiran seperti kaca dengan bentuk butiran granular.
Silica gel dibuat secara sintetis dari natrium silikat yang dikenal dengan nama
silica gel padat. Silica gel adalah mineral alami yang dimurnikan dan diolah
menjadi salah satu bentuk butiran atau manik-manik. Silica gel merupakan suatu bentuk dari silika yang dihasilkan melalui penggumpalan sol natrium silikat
NaSiO
2
. Sol mirip agar-agar ini dapat didehidrasi sehingga berubah menjadi padatan atau butiran mirip kaca yang bersifat tidak elastis. Sifat ini menjadikan
silica gel dimanfaatkan sebagai zat penyerap, pengering dan penyangga katalis.
Silica gel mulai banyak diproduksi dalam bentuk silica gel biasa maupun nano
silica gel , yang memiliki keunggulan sebagai pupuk Si yang cepat tersedia bagi
tanaman http:id.wikipedia.orgwikigel_silica.
Kelemahan penggunaan silica gel adalah rendahnya efektivitas dan selektivitas permukaan dalam berinteraksi dengan ion logam berat, sehingga silica
gel tidak mampu berfungsi sebagai adsorben yang efektif untuk ion logam berat.
Hal ini terjadi karena gugus aktif yang ada hanya berupa gugus silanol Si-OH dan siloksan Si-O-Si. Akan tetapi, kekurangan ini dapat diatasi dengan
memodifikasi permukaan dengan menggunakan gugus aktif yang sesuai untuk mengadsorpsi ion logam berat yang dikehendaki Astuti et al. 2012.
2.5 Pemupukan dengan Pupuk Mikro
Tembaga II sulfat merupakan padatan kristal biru CuSO
4
.5H
2
O triklin. Pentahidratnya kehilangan empat molekul air pada suhu 110
o
C dan yang ke lima pada suhu 150
C membentuk senyawa anhidrat berwarna putih. Tembaga II sulfat mempunyai banyak kegunaan di bidang industri di antaranya untuk
membuat campuran Bordeaux sejenis fungisida dan senyawa tembaga lainnya. Senyawa ini juga digunakan dalam penyepuhan dan pewarnaan tekstil serta
sebagai bahan pengawet kayu Syabatini 2010.