Beritahu mengenai bagian tubuh tertentu yang tak boleh disentuh

asasi manusia”. Dengan demikian hak asasi perempuan adalah hak asasi manusia, maka hak asasi perempuan ini harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun. Undang Undang Nomor 26 Tahun 2000 adalah sebuah Undang- undang yang mengatur tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. UU Pengadilan HAM lahir karena amanat Bab IX Pasal 104 Ayat 1 UU No. 39 Tahun 1999. Dengan lahirnya UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM tersebut, maka penyelesaian kasus HAM berat dilakukan dilingkungan Peradilan Umum. Kekerasan seksual terdiri dari dua kata yaitu kekerasan dan seksual. Kekerasan itu sendiri adalah tindakan agresi dan pelanggaran penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan yang menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain. Sedangkan seksual adalah sesuatu yang berkaitan dengan jenis kelamin atau yang berhubungan dengan jenis kelamin pria dan wanita. Berdasarkan dari pengertian kekerasan dan seksual diatas, dapat dikatakan bahwa kekerasan seksual adalah suatu perilaku pemaksaan tidak baik yang merendahkan harga diri orang lain yang dilakukan suatu pihak kepada pihak lain, yang berkaitan langsung dengan jenis kelamin pihak tersebut. Hingga sampai sekarang kekerasan seksual semakin banyak terjadi di masyarakat. Kekerasan seksual diatur dalam KUHP Bab XIV tentang kejahatan terhadap kesusilaan dalam pasal 284 mengenai perzinahan, dan pasal 285 mengenai pemerkosaan. Bab IX tentang kejahatan terhadap nyawa diatur dalam pasal 338 tentang pembunuhan dan pasal 340 tentang pembunuhan berencana. Penganiayaan diatur dalam Bab XX Pasal 351, Pasal 352, Pasal 353, Pasal 354, Pasal 355, Pasal 356 jo. Pelaku kekerasan seksual diatur didalam pasal 289 KUHP ditentukan bahwa “Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun”. Dengan demikian ketentuan pasal 285 lebih berat dari ketentuan pasal 287 dan pasal 289, namun ada persamaan unsur yang harus dipenuhi yaitu adanya kekerasan atau ancaman kekerasan. Dalam kasus kekerasan seksual terhadap perempuan, Ketimpangan diperparah ketika satu pihak memiliki kendali lebih terhadap korban. Kendali ini bisa berupa sumber daya, termasuk pengetahuan, ekonomi dan juga penerimaan masyarakat. Termasuk pula kendali yang muncul dari bentuk hubungan feodalisme, seperti antara orang tua dengan anak, majikan dengan buruh, guru dengan murid, tokoh masyarakat dengan warga dan kelompok bersenjata atau aparat dengan penduduk sipil. Yang banyak terjadi kepada perempuan baik kepada anak-anak, orang dewasa, dan manula.

B. Sintesis

Masalah kekerasan seksual yang selalu menganggu keamanan dan kenyamanan sosial adalah merupakan suatu masalah yang besar bagi masyarakat diseluruh dunia terutama di Indonesia. Kekerasan seksual dapat dikatakan sebagai suatu perilaku manusia yang menyimpang, bertentangan dengan hukum, serta merugikan orang lain terutama perempuan, maka dari itu perlu adanya upaya penanggulangannya. Penanggulangan kekerasan seksual mencakup tindakan preventif dan represif terhadap kekerasan seksual. Tindakan pencegahan atau preventif yaitu usaha yang menunjukkan pembinaan, pendidikan dan penyadaran terhadap masyarakat umum sebelum terjadi gejolak perbuatan kekerasan seksual, sedangkan tindakan represif yaitu usaha yang menunjukkan upaya pemberantasan terhadap tindakan kekerasan seksual yang sedang terjadi. Dalam lingkungan masyarakat, dapat diupayakan upaya penanggulangan melalui pendidikan hukum yang dapat diajarkan sejak dini. Manusia dididik untuk menghormati dan melindungi hak-hak asasi sesamanya, dengan cara mencegah diri dari perbuatan yang cenderung dapat merugikan, merampas, dan memperkosa hak-hak manusia lainnya.