seseorang warga Negara dari suatu Negara peserta perjanjian akan memperoleh pengakuan dan hak-hak yang sama seperti seorang warga negara dimana
mereknya didaftarkan Djumhana dan Djubaedillah,1999:129. Prinsip perlakuan ini dimaksudkan untuk melindungi merek asing yang didaftarkan di Negara
peserta Konvensi Paris termasuk Indonessia. Pasal 6 bis Konvensi Paris tidak memberikan definisi atau kriteria tentang merek terkenal tetapi diserahkan
sepenuhnmya pada masing-masing negara anggota, pengertian merek asing menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak didefinisikan secara
pasti. Berdasarkan Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Merek Tahun 2001 dapat diinterprestasikan mengenai pengertian merek asing yaitu merek yang diajukan
oleh pemilik atau yang berhak atas merek yang tidak bertempat tinggal atau berkedudukan tetap di luar wilayah Negara Indonesia.
Merek terkenal asing yaitu merek terkenal yang dimiliki oleh subjek hukum orang alamiah maupun badan hukum yang tidak memiliki nasionalitas
Indonesia. Merek terkenal untuk barang dan atau jasa yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai merek tersebut
di bidang usaha yang bersangkutan. Terkenal atau tidaknya suatu merek, perlu di ukur berdasarkan reputasi merek tersebut yang diperoleh karena promosi yang
gencar dan besar-besaran.
2.5 Barang Palsu
Barang KW adalah barang tiruanimitasi dari barang yang asli original. Kata KW berasal dari “kualitas” yang konotasinya “imitasi” atau “tiruan”.
Awalnya istilah KW digunakan untuk tas tangan wanita tiruan bermerek, yang digunakan oleh pedagang untuk membedakan kategori kualitas dan range
kisaran harganya. Misalnya “KW super” untuk barang tiruan terbaik mendekati
aslinya, KW ada banyak tingkatan serta kelasnya. Contohnya KW 1, barangnya 90 mendekati barang yang asli. KW 2, 80 seperti aslinya, sampai ada istilah
KW yang jelek karena sudah jauh dari kualitas asli produknya. Akhirnya istilah barang KW digunakan secara luas untuk produk-produk tiruan lainnya, seperti
HP, jam tangan, baju bermerek dan sebagainya. Penerapan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, hanya
dikenal istilah barang palsu untuk menyebut barang-barang yang diproduksi dan atau diperdagangkan dengan menggunakan Merek
yang sama pada keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain.
Terkenalnya suatu merek menjadi well-knownfamous mark, dapat lebih memicu tindakan-tindakan pelanggaran merek baik yang berskala nasional
maupun Internasional, karena suatu merek terkenal mengalami perluasan perdagangan melintas batas-batas negara. Perlindungan merek terkenal secara
Internasional telah diatur dengan ketentuan yang terdapat pada Pasal 6 bis Konvensi Paris sebagai berikut:
a. The countries of the Union undertake,ex oficio if their legislation
so permits,or at the request of an interested party, to refuse or to cancel the registration, and to prohibit the use o a trademark which
constitutes a reproduction, an imitation,or a translation, liable to create confusion, of a mark considred by the competent authoritty
of the country of registration or use to be wellknown in that country as being already the mark of a person entitled to the benefits o this
convention and used for identical or similar goods. These provitions shall also apply when the essential part of the mark
constitutes a reproduction o any such well-known mark or an
imititation liable to create conusion therewith bahwa negara- negara peserta Konvensi Paris dapat secara ex officio jika
diperbolehkan oleh peraturan perundang-undangan negara mereka, atau atas permintaan yang berkepentingan untuk menolak atau
membatalkan pendaftaran suatu merek yang merupakan reproduksi, imitasi, atau terjemahan belaka, yang dapat menimbulkan
kekeliruan dari suatu merek yang dianggap oleh instansi berwenang bahwa pendaftaran atau pemakaian merek itu sebagai merek yang
terkenal di negara itu, serta dipakai untuk barang-barang yang sama sejenis.
b. A Period of at least five years from the date of registration shall be
allowed for requwsting the cancellation of such a mark. The countries of the union may provide for a period within which the
prohibition o use must be requested bahwa jangka waktu untuk mengajukan permohonan pembatalan merek seperti itu, sekurang-
kurangnya 5 tahun sejak tanggal pendaftaran merek yang bersangkutan. Kemudian ditentukan pula bahwa negara-negara
peserta konvensi dapat memastikan suatu jangka waktu di dalam mana permohonan larangan harus diajukan.
c. No time limit shall be fixed for requesting the cancellation or the
prohibition o the use o marks registered or used in bad faith.”
tidak ada jangka waktu untuk meminta pembatalan atau larangan pemakaian merek yang telah didaftar atau dipakai dengan itikad
buruk bad faith. Ketentuan pasal 6 bis Konvensi paris mengingatkan kita pada pentingnya sitem pendataran merek untuk
memberikan perlindungan terhadap merek asli dan produk asli, khususnya
merek-merk terkenal.
Rizaldi,2009:2 Gautama,1993:148-150
Sengketa merek yang terjadi bukan lagi terjadi antara pelaku usaha dan merek yang dimiliki oleh Indonesia dan didaftarkan di Indonesia, tetapi sengketa
ini telah melintasi batas-batas negara. Disamping itu, terhadap suatu produk yang mempunyai merek terkenal dan telah berhasil menembus pasar dengan sukses
biasanya perusahaan pesaing akan mencoba untuk copy produk sejenis, baik dengan cara mengubah nama yang sedikit berbeda maupun kemasan yang tidak
jauh berbeda dengan aslinya, karena jika hendak memperkenalkan produk baru diperlukan promosi yang besar dan akan mempengaruhi harga jual produk.
Tindakan-tindakan pemalsuan dari suatu merek yang sudah dikenal lebih dahulu oleh masyarakat, dapat dikategorikan pula sebagai persaingan curang yang
dilandasi dengan itikad tidak baik yang dapat mengakibatkan kerugian terhadap pemegang merek yang mereknya lebih dahulu terdaftar. Beberapa faktor atau
alasan yang menyebabkan pihak-pihak tertentu melakukan pelanggaran merek milik orang lain, diantaranya adalah:
1. Memperoleh keuntungan secara cepat dan pasti, karena merek yang
dipalsu atau ditiru tersebut biasanaya merek-merek dari barang- barang yang laris di pasaran;
2. Tidak mau menanggung resiko rugi dalam hal harus membuat suatu
merek baru menjadi terkenal karena biaya iklan dan promosi biasanya sangat besar;
3. Selisih keuntungan yang diperoleh dari menjual barang dengan
merek palsu itu jauh lebih besar jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh jika menjual barang yang asli, karena
pemalsu tidak perlu membayar riset dan pengembangan, biaya iklan dan promosi, serta pajak, sehingga bisa memberikan potongan harga
kepada pedagang.
2.6 Praktek Pemalsuan Merek Dagang