bahasa yang telah dikuasai. Adapun kekeliruan berbahasa disebabkan oleh ketidakmampuan untuk memproduksi bahasa sesuai kaidah bahasanya, yang sebenarnya
telah diketahui oleh pembelajar. Kesalahan berbahasa pada penelitian ini adalah kesalahan berbahasa Jawa tataran
diksi ibu-ibu PKK Dusun Kwangen, Kabupaten Pacitan. Penelitian ini mengacu pada pendapat Tarigan 1997:346 yaitu penggunaan kata-kata yang saling menggantikan dan
yang dipaksakan akan menimbulkan perubahan makna kalimat bahkan dapat merubah struktur kalimat, apabila tidak disesuaikan dengan makna atau maksud kalimat yang
sebenarnya.
2.2.2 Jenis-Jenis Kesalahan Berbahasa
Tarigan 1997:48 mengklasifikasikan kesalahan berbahasa, antara lain, 1 tataran linguistik, 2 kegiatan berbahasa, 3 jenis bahasa yang digunakan, 4 penyebab
kesalahan berbahasa, dan 5 frekuensi kesalahan berbahasa. Pertama, kesalahan berbahasa dapat dipilah-pilah berdasarkan tataran linguistik.
Hasil pengklasifikasian berdasarkan tataran linguistik ini berupa kesalahan berbahasa bidang fonologi, morfologi, sintaksis, wacana, dan semantik.
Kedua, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan berdasarkan kegiatan berbahasa atau ketrampilan berbahasa. Kegiatan berbahasa mencakup kegiatan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Hasil pengklasifikasian kesalahan berbahasa berdasarkan kegiatan berbahasa tersebut berwujud kesalahan berbahasa dalam
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Ketiga, kesalahan berbahasa berdasarkan jenis bahasa yang digunakan. Hasil pengklasifikasian kesalahan berbahasa berdasarkan penggunaan bahasa secara lisan dan
secara tertulis berwujud kesalahan berbahasa lisan dan kesalahan berbahasa tulis. Keempat, kesalahan berbahasa berdasarkan penyebab kesalahan berbahasa.
Dalam pengajaran bahasa pertama, kesalahan berbahasa itu disebabkan oleh pelaksanaan pengajaran yang belum sempurna. Dalam pengajaran bahasa kedua, kesalahan berbahasa
itu disebabkan oleh interferensi bahasa ibu terhadap bahasa kedua. Hasil pengklasifikasian kesalahan berbahasa berdasarkan penyebab kesalahan berbahasa
berwujud kesalahan berbahasa karena pengajaran dan kesalahan berbahasa karena interferensi.
Kelima, kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya kesalahan berbahasa. Hasil pengklasifikasian kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi ini
berwujud kesalahan berbahasa yang paling sering, sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi.
Kesalahan berbahasa tataran diksi termasuk kesalahan berbahasa tataran semantik. Menurut Tarigan 1997:333-351, daerah kesalahan semantik berhubungan
dengan pemahaman makna kata dan ketepatan pemakaian kata dalam bertutur. Ketidaktepatan memilih kata mengakibatkan makna yang terkandung dalam sebuah
kalimat menjadi kabur atau tidak jelas bahkan dianggap sebagai penyimpangan.
2.2.3 Kesalahan Berbahasa Tataran Diksi