ANALISIS KINERJA PD. BANK PERKREDITAN RAKYAT DI WILAYAH SOLO RAYA TAHUN 2006 2008

(1)

commit to user

DI WILAYAH SOLO RAYA

TAHUN 2006 - 2008

PROPOSAL PENELITIAN

Untuk memenuhi sebagian Persyaratan mencapai Derajat Magister

Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Keuangan dan Perbankan

Oleh :

SITI ROIKHANAH BUDIARTI

S4209033

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS

MARET

PROGRAM PASCA SARJANA

MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

SURAKARTA


(2)

commit to user

DI WILAYAH SOLO RAYA

TAHUN 2006 - 2008

TESIS

Untuk memenuhi sebagian Persyaratan mencapai Derajat Magister

Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Keuangan Perbankan dan Kebanksentralan

Oleh :

SITI ROIKHANAH BUDIARTI

S4209033

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PROGRAM PASCA SARJANA

MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

SURAKARTA


(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas karunia dan petunjukNya sehingga penulisan tesis sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat Sarjana S-2 program studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas maret dapat diselesaikan. Tesis ini berjudul Analisis Kinerja PD. Bank Perkreditan Rakyat di Wilayah Solo Raya Tahun 2006-2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Wilayah Soloraya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi Pemerintah Daerah di Wilayah Soloraya, serta sebagai pedoman dalam mengukur tingkat kinerja yang sudah dicapai serta menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun rencana kerja pada masa yang akan datang.

Dukungan, kritik dan saran banyak diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Untuk itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Direktur Program Pasca Srjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Direktur Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas


(5)

3. Bapak Dr. AM Susilo, M.Sc dan Drs. Supriyono, M.Si Selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah banyak memberikan arahan dan bimbingan serta saran dalam penulisan tesis ini.

4. Bapak Direktur PD. BPR Djoko Tingkir yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi pada Program Pascasarjana MESP Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Segenap keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak terdapat berbagai kekurangan ataupun kesalahan yang disebabkan oleh keterbatasan data, waktu dan kemampuan penulis. Untuk itu, saran dan kritik sangat diharapkan. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.


(6)

HALAMAN JUDUL………i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING………...ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………iii

HALAMAN PERNYATAAN……….iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………..v

KATA PENGANTAR……….vi

DAFTAR ISI………vii

ABSTRACT……….viii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah………...1

B.Rumusan Masalah ………....7

C.Tujuan Penelitian ……….7

D.Manfaat Penelitian ………...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teoritis ………..………...8

1. Pengertian Bank ………..………..8

2. Kinerja ………..……….9

3. Efisiensi ………..………..11

4. Data Envelopment Analysis (DEA) ………...15

B.Kajian Empiris ………....19

C.Kerangka Pemikiran ………...20

D.Hipotesis ………...21

BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ………....22

B. Unit Analisis ………...22

C. Data Penelitian ………...22

D. Metode Pengumpulan Data ………..24


(7)

A. Sejarah Berdirinya BPR di Wilayah Soloraya ………...30 B. Analisis Data ………36 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………..50 B. Saran ………..…..52 DAFTAR PUSTAKA


(8)

Tabel Hal 1.1 Kegiatan Usaha BPR Konvensional Di Propinsi Jawa Tengah Periode :

Juli – Desember 2008………

4

1.2 Rincian Laba PD. BPR Di Solo Raya Periode 2006-2008………... 5 4.1 Data Input Output PD. BPR Di Solo Raya Periode 2006-2008………… 37 4.2 Tingkat Efisiensi Tahap Intermediasi PD BPR Di Solo Raya Tahun

2006-2009………..

39

4.3 Tingkat Efisien Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Klaten Tahun 2006-2008………..

40

4.4 Tingket Efisiensi Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Klaten Tahun 2006 42 4.5 Tingkat Efisien Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Karanganyar Tahun

2006-2008………

44

4.6 Tingkat Efisien Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Surakarta Tahun 2006-2008………..

45

4.7 Tingkat Efisien Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Sukoharjo Tahun 2006-2008………

46

4.8 Tingkat Efisien Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Boyolali Tahun 2006-2008………..

47

4.9 Tingkat Efisien Tahap Intermediasi PD. BPR Djoko Tingkir Tahun 2006-2008………..

48

4.10 Tingkat Efisien Tahap Intermediasi PD. BPR Giri Sukadana Tahun 2006-2008………..


(9)

Gambar Halaman 2.1 Produktivitas teknikal efisiensi dan Skala Ekonomi 18

2.2 Kerangka Pemikiran 20


(10)

DATA INPUT OUTPUT PD. BPR DI SOLORAYA TAHUN 2006 - 2009

Adapun data input PD. BPR di Solo Raya yang akan dianalisa adalah sebagai berikut :

Tabel Input Output PD.BPR di Soloraya Tahun 2006 - 2008

INTERMEDIASI

INPUT OUTPUT

Nama Bank Dana Pihak Ketiga Biaya Operasional Biaya Opr lain Jml Tenaga

Kerja Kredit Yg diberikan

Pendapatan

Oprs Pendpt op lain

Bapas Kr.Anyar 68,726,757.700 17,399,837.700

1,295,775.700 85

124,198,945.000

22,834,058.300 130,675.300 Bapas Klaten 51,439,106.700 9,269,484.000

741,445.000 126

61,851,243.700

12,227,447.300 107,880.000 Bapas Surakarta 11,165,416.000 2,905,466.000

87,513.700 68

12,812,900.300

3,235,596.000 153,355.000

Bapas Sukoharjo 18,331,827.700 7,398,795.000

774,077.000 67.3

43,539,226.700

8,610,989.000 353,633.000

Bapas Boyolali 45,915,111.000 13,070,000.000

503,018.000 73

66,198,487.700

15,404,950.000 222,979.300 BPR Djoko Tingkir

40,916,674.700

76,552,820.700

382,079.300 35

51,523,431.000

9,851,956.700 227,044.300

BPR Giri Suka Dana 5,413,187.700 1,191,074.700

26,750.000 41.3

5,186,945.700

1,625,806.300 12,227.000


(11)

Data Input Output PD.BPR di Soloraya Tahun 2006

INPUT OUTPUT

Nama Bank Dana Pihak Ketiga Biaya Operasional Biaya Opr lain Jml Tenaga Kerja Kredit Yg

diberikan Pendapatan Oprs Pendpt op lain

Bapas Kr.Anyar 59,116,925,000 15,016,173,000

1,147,631,000 82

101,709,144,000

20,439,998,000 208,442,000

Bapas Klaten 24,301,811,000 7,320,632,000

623,197,000 122

37,950,996,000

9,120,269,000 104,815,000

Bapas Surakarta 7,804,468,000 2,675,747,000

65,181,000 68

9,096,726,000

2,703,227,000 70,075,000

Bapas Sukoharjo 15,242,952,000 8,123,962,000

782,818,000 62

44,118,025,000

8,952,774,000 369,710,000

Bapas Boyolali 34,127,688,000 10,227,430,000

217,846,000 70

50,733,911,000

12,437,046,000 65,123,000

BPR Djoko Tingkir

35,593,940,000

6,968,078,000

379,812,000 35

43,706,839,000

8,982,249,000 236,924,000

BPR Giri Suka Dana

4,090,190,000

949,331,000

20,150,000 38

613,520,000

1,284,402,000 12,162,000


(12)

Data Input Output PD.BPR di Soloraya Tahun 2007

INPUT OUTPUT

Nama Bank Dana Pihak

Ketiga

Biaya

Operasional Biaya Opr lain

Jml Tenaga Kerja

Kredit Yg

diberikan Pendapatan Oprs Pendpt op lain

Bapas Kr.Anyar 73,054,364,000 17,463,431,000

1,573,878,000 85

127,317,771,000

22,443,014,000 183,584,000

Bapas Klaten 63,261,948,000 8,312,569,000

743,083 125

55,924,534,000

11,302,967,000 99,266,000

Bapas Surakarta 11,144,650,000 2,734,954,000

72,608,000 68

10,205,453,000

3,067,841,000 83,350,000

Bapas Sukoharjo 18,489,405,000 7,136,304,000

702,539,000 68

42,816,958,000

8,643,610,000 309,838,000

Bapas Boyolali 42,367,582,000 13,665,145,000

300,632,000 73

70,201,375,000

15,602,122,000 190,301,000

BPR Djoko Tingkir

41,091,156,000

7,659,694,000

409,292,000 35

51,428,443,000

9,861,113,000 235,085,000

BPR Giri Suka Dana

5,692,059,000

1,255,759,000

9,828,000 41

6,251,925,000

1,677,517,000 12,898,000


(13)

Data Input Output PD.BPR di Soloraya Tahun 2008

INPUT OUTPUT

Nama Bank Dana Pihak Ketiga Biaya Operasional Biaya Opr lain Jml Tenaga Kerja Kredit Yg

diberikan Pendapatan Oprs Pendpt op lain

Bapas Kr.Anyar 74,008,984,000 19,719,909,000

1,165,818,000 89

143,569,920,000

25,619,163,000 -

Bapas Klaten 66,753,561,000 12,175,251,000

858,055,000 131

91,678,201,000

16,259,106 119,560,000

Bapas Surakarta 14,547,130,000 3,305,697,000

124,752,000 68

19,136,522,000

3,935,720,000 305,541,000

Bapas Sukoharjo 21,263,126,000 6,936,119,000

836,875,000 72

43,682,697,000

8,236,553,000 381,351,000

Bapas Boyolali 61,250,063,000 15,317,425,000

990,578,000 76

77,660,177

18,175,683,000 413,514,000

BPR Djoko Tingkir

46,064,928,000

8,338,076,000

357,134,000 35

59,435,011,000

10,712,508,000 209,124,000

BPR Giri Suka Dana

6,457,314,000

1,368,134,000

50,272,000 45

8,695,392,000

1,915,500,000 11,621,000


(14)

ABSTRAK

Perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan penting dituntut untuk memiliki kinerja yang baik, khususnya dalam hal menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya pada masyarakat. Bank dihadapkan dengan masalah efisiensi yang akan menentukan kelangsungan usaha perbankan. Bank yang tidak efisien mengakibatkan ketidakmampuan bersaing dalam menghimpun dana masyarakat, yang merupakan salah satu sumber dana perbankan. Ketidakmampuan bersaing tersebut menyebabkan rendahnya kemampuan memberikan kredit kepada masyarakat sebagai salah satu sumber utama pendapatan bank.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat efiensi teknis pada tujuh Bank Perkreditan Rakyat yang ada di wilayah Solo Raya pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. Selain itu pada penelitian ini juga akan mengetahui efisiensi bank jika dilihat dari pendekatan mengenai fungsi bank, yaitu pendekatan intermediasi. Data yang dipergunakan adalah data input- output ke 7 bank yang menjadi obyek penelitian.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa hampir semua PD. BPR di Solo Raya yang diteliti mampu mengelola input-output- nya secara efisien. Jika dilihat dari kekonstanan efisiensinya tahun 2006, hanya ada 1 BPR yang tidak mampu mengelola input- output-nya secara baik sehingga nilai efisiensi selama tahun pengamatan belum mencapai 100%.Sedangkan 6 PD.BPR lainnya pada tahun pengamatan sudah mencapai 100 % Apabila dilihat dari prosentase efisiensi pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, perkembangan PD. BPR di Solo Raya yang menjadi obyek penelitian mengalami peningkatan efisiensi.

Saran dalam penelitian ini adalah di dalam operasionalnya, bank disarankan untuk menggunakan dana baik itu bersumber dari masyarakat, pinjaman dari perbankan maupun non perbankan dengan suku bunga yang murah, sehingga akan berdampak positif terhadap peningkatan nilai kredit yang diberikan serta pendapatan operasional maupun pendapatan non operasional lainnya.


(15)

ABSTRACT

Banking as one of financial institution owning important role claimed to own good performance, specially in the case of mustering fund from society in the form of deposit and channeling to society. Bank confronted with problem of efficiency to determine the continuity of the effort banking. Inefficient bank result disability compete in mustering society fund, representing one of source of banking fund. Disability compete the cause to lower of ability give credit to society as one of especial source of bank earnings.

This research aim to measure technical efficiency level at seven Bank Perkreditan Rakyat that exist in Solo Raya region in the year 2006 up to year 2008. This research also will know bank efficiency if seen from approach hit bank function, that is intermediation approach. Data utilized by input - output data to 7 bank becoming object research.

Conclusion from this research indicate that most of all PD. BPR in Solo Raya checked able to manage input-output efficiently. If seen from constant of efficiency year 2006, there's only 1 BPR which unable to manage input- output well so that assess efficiency during perception year not yet reached 100%. And 6 other PD.BPR in the year the perception have reached 100 % If seen from procentage efficiency in the year 2006 up to year 2008, growth PD. BPR in Solo Raya becoming object research experience of efficiency improvement.

Suggestion in this research is in its operational, bank suggested to use that good fund stem from society, loan from banking and also non banking with cheap rate of interest, so that will affect positive to improvement assess credit given and also earnings of operational and also earnings of non other operational.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya mempunyai jangka waktu yang lama dengan harapan mendapatkan keuntungan pada masa yang akan datang. Penanaman modal dapat dilakukan oleh individu atu institusi yang punya kelebihan dana.

Investasi dalam arti luas terdiri dari 2 (dua) bagian utama, yaitu investasi dalam bentuk aktiva riil (real assets) dan investasi dalam bentuk surat berharga atau sekuritas (marketable assets atau financial assets). Aktiva riil adalah aktiva berwujud seperti mobil, bangunan, barang-barang seni dan lainnya. Sedangkan Aktiva financial adalah surat-surat berharga yang pada dasarnya adalah klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh suatu institusi.

Kepemilikan aktiva financial dalam rangka investasi pada sebuah institusi dapat dilakukan dengan dua cara :

1. Investasi Langsung ( direct investing )

Investasi langsung dapat diartikan sebagai suatu kepemilikan surat-surat berharga secara langsung dalam suatu institusi yang go public dan berharap akan mendapatkan keuntungan berupa deviden dan capital gain.


(17)

2. Investasi Tidak Langsung ( Indirect investing )

Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi ( investment company ) yang berfungsi sebagai perantara. Kepemilikan aktiva tidak langsung dilakukan melalui lembaga-lembaga keuangan yang terdaftar dan bertindak sebagai perantara atau intermediatry.

Dalam suatu negara, pemerintah selalu melakukan campur tangan dalam menentukan tingkat suku bunga di pasar. Dimana suku bunga adalah merupakan besarnya imbalan yang harus dibayarkan atas penggunaan sejumlah uang berdasarkan perjanjian pinjam meminjam. Tingkat suku bunga dan sekuritas adalah dua faktor yang sering diperhatikan oleh investor sebelum melakukan investasi.

Perkembangan semakin tingginya animo masyarakat untuk melakukan investasi, ternyata memberikan dampak yang sangat luar biasa besarnya terhadap perkembangan lembaga keuangan yang ada di Indonesia, baik lembaga keuangan yang memiliki skala internasional, nasional maupun regional. Sebagai buktinya adalah banyaknya lembaga keuangan perbankan dalam skala nasional dan international yang melakukan ekspansi operasionalnya ke daerah tingkat dua,demikian pula dengan lembaga keuangan daerah, dalam hal ini tidak mau ketinggalan untuk melakukan ekspansi besar-besaran, walaupun skala dan daerah yang dijamahnya adalah masih skala mikro dan lokal ( sebagai contoh adalah Bank Perkreditan Rakyat ).


(18)

Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ), menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, secara tegas disebutkan bahwa BPR adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara komersial atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak membuka jasa dalam lalulintas pembayaran. Dan kegiatan usaha BPR terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil masyarakat di daerah pedesaan, sedangkan bentuk hukum BPR dapat berupa Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah atau Koperasi. Usaha-usaha yang dapat dilakukan BPR adalah :

1. Menghimpun dana masyarakat dalam dalam bentuk simpanan berupa Deposito Berjangka, Tabungan dan/ atau bentuk lainnya yang disamakan dengan itu.

2. Memberikan Kredit

3. Menempatkan dananya dalam bentuk sertifikat Bank Indonesia (SBI), Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito dan atau Tabungan pada bank lain.

Perkembangan dan pertumbuhan BPR di Jawa Tengah sangat pesat sekali, di mana kepemilikan BPR tidak hanya dimiliki oleh sektor swasta, akan tetapi masing-masing Pemerintah Daerah berlomba untuk melakukan kompetisi di dalam pendirian BPR tersebut. Selain Itu kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan BPR juga semakin besar, hal ini terbukti dengan semakin besarnya masyarakat datang ke BPR untuk menyimpan uangnya dalam bentuk deposito maupun tabungan. Hal ini dapat dibuktikan di dalam tabel berikut ini :


(19)

Tabel 1.1

Kegiatan Usaha BPR Konvensional Di Propinsi Jawa Tengah Periode : Juli – Desember 2008

2008 Indikator

Juli Agustus September Oktober November Desember

Jml BPR 312 310 301 282 282 282

Sumber

Dana(Rp.000) 6.101.117.930 6.095.138.413 6.104.139.301 6.196.693.294 6.267.111.419 6.431.470.424

Tabungan 2.139.955.158 2.120.187.672 2.053.697.114 2.149.252.996 2.209.296.574 2.304.170.007 Deposito 3.000.538.494 2.992.116.241 3.016.593.726 3.035.694.543 3.045.550.776 3.090.585.509 Antarbank Pasiva 879.984.594 904.849.106 946.444.958 922.373..987 918.082.654 925.281.721 Pinj.diterima 80.639.684 77.985.394 87.403.503 89.371.768 94.181.415 111.433.187

Penanaman

Dana ( Rp.000) 7.251.920.317 7.275.762.022 7.314.637.173 7.399.517.593 7.500.157.914 7.661.652.842

Kredit yang

diberikan 6.069.854.555 6.244.834.792 6.373.625.117 6.337.576.523 6.397.687.271 6.355.101.547 Antarbank Aktiva 1.182.065.762 1.030.927.230 941.012.056 1.061.177.212 1.102.470.643 1.306.551.295

SBI 163.858

Jumlah Nasabah

(Rek) 4.461.479 3.496.943 4.804.224 3.098.077 3.130.113 3.747.620

Tabungan 3.499.211 2.533.679 3.833.632 2.131.505 2.159.453 2.783.540

Deposito 133.991 132.783 132.295 133.977 134.939 136.080

Debitur 828.277 830.481 838.297 832.595 835.721 828.000

Total Aset 7.354.240.638 7.379.383.849 7.395.450.946 7.519.618.829 7.622.294.070 7.789.602.536

Sumber data : Statistik Bank Indonesia

Kondisi tersebut di atas menunjukkan Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Tengah pada periode tersebut lebih berhasil pada penyaluran kreditnya yakni sebesar 98 % dari total asset, dibandingkan dengan penghimpunan dana yakni 82,8 % dari total asset. Hal itu menunjukkan kinerja BPR di Jawa Tengah mampu mengelola perusahaan sehingga mendatangkan laba yang signifikan dibandingkan asset yang dimiliki.

PD. BPR di Wilayah Solo Raya, sebagai Badan Usaha yang modalnya 100% dimiliki oleh masing-masing Pemerintah Daerah Tingkat II di Wilayah Solo Raya diharapkan dapat mendatangkan kontribusi terbesar dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga pengelolaan BPR


(20)

tersebut, harus dilakukan secara maksimal. Hal ini dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 1.2

Rincian Laba PD. BPR Di Solo Raya Periode 2006 - 2008

Laba Tahun Prosentase terhadap Total

No. Nama PD. BPR

2006 2007 2008 2006 2007 2008

1 2 3 4 5 6 7 8

1 PD.BPR Djoko Tingkir

Sragen 1,694,196 1,839,836 2,019,975 21,018 20,32 17,56

2 PD.BPR Dati II

Boyolali 1,907,472 1,657,068 2,003,576 23,664 18,30 17,42

3 PD.BP Kab.Dati II

Klaten 897,806 1,674,368 2,378,924 11.,38 18,49 20,68

4 PD BPR Bank Daerah

Karanganyar 3,101,873 2,400,900 3,443,664 38,481 26,52 29,94

5 PD.BP Kab.Dati II

Sukoharjo 182,330 831,821 604,870 2,262 9,19 5,26

6 PD.BP Kota Dati II

Surakarta 30,576 351,707 694,443 0,379 3,88 6,04

7 PD.BPR Giri Suka Dana 246,458 297,891 356,191 3,058 3,30 3,10

Total 8,060,711 9,053,591 11,501,643 100,00 100,00 100,00

Sumber Data : Data Publikasi BI dan telah diolah

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat, bahwa angka nominal laba sebelum pajak rata-rata menunjukkan peningkatan yang variatif. Melihat kondisi adanya perbedaan laba yang dihasilkan oleh masing-masing PD. BPR di Solo Raya, berarti dalam hal ini menunjukkan kinerja dari masing-masing PD. BPR berbeda pula.

Bank sebagai lembaga perantara (intermediatry) antara pemilik dana (borrowers), maka bank harus berperan sebagai pengganti pemilik dana, apabila dana yang dipakai (disalurkan dalam bentuk kredit), baik pada saat


(21)

jatuh tempo maupun karena pemakaian dan tidak dapat mengembalikannya lagi. Selain itu bank sebagai pengelola uang masyarakat harus dapat menunjukkan kinerjanya untuk mendatangkan hasil yang maksimal. Bank yang tidak efisien menunjukkan ketidakmampuan bersaing dalam menghimpun dana masyarakat, yang merupakan salah satu sumber dana perbankan. Ketidak mampuan bersaing tersebut menyebabkan rendahnya kemampuan memberikan kredit kepada masyarakat sebagai salah satu sumber utama pendapatan bank.

Perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan penting dituntut untuk memiliki kinerja yang baik. Salah satu aspek penting dalam pengukuran kinerja perbankan adalah efisiensi yang antara lain dapat ditingkatkan melalui penurunan biaya (reduching cost) dalam proses produksi. Berger, et al (1993), mengatakan jika terjadi pada struktur keuangan suatu bank dengan cepat maka hal penting yang harus dilakukan adalah mengidentifikasikan efisiensi biaya dan pendapatan. Bank yang efisien diharapkan akan mendapatkan keuntungan yang optimal, dana pinjaman yang lebih banyak, dan kualitas service yang lebih baik kepada nasabah.

Penelitian ini menganalisis kinerja perbankan dari sisi efisiensi teknik dan mencari faktor-faktor yang menyebabkan inefisiensi yang dapat menurunkan kinerja internal dalam perbankan. Pengukuran inefisiensi tidak akan mengalami kendala, jika bank hanya memiliki satu input dan satu output saja dalam produksinya. Namun hal ini jarang dijumpai karena bank biasanya memerlukan multi input dan menghasilkan berbagai output.


(22)

Berdasarkan paparan di atas, dapat diberiikan petunjuk bagi penulis untuk menganalisis lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi kinerja Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) milik Pemerintah Daerah Tingkat II di wilayah Solo Raya.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Kinerja PD. BPR ( Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat ) di wilayah Solo Raya dilihat dari tingkat efisiensinya ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui tingkat efisiensi kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Wilayah Solo Raya dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat hasil dalam penelitian ini antara lain adalah :

1. Sebagai masukan dan dorongan kepada manajemen, dewan pengawas dan Pemilik dalam meningkatkan kinerja BPR milik Pemda Tingkat II di Solo Raya sehingga sesuai dengan standar kinerja yang telah ditetapkan. 2. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain untuk melaksanakan penelitian


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Pengertian Bank

Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Lebih lanjut Stuart (dalam Simorangkir;2000;10) mengatakan bahwa bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarn sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang.

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 secara tegas disebutkan bahwa bahwa BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha sacara komersial atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak membuka jasa dalam lalulintas pembayaran.


(24)

Kegiatan usaha yang dapat dilakukan BPR :

a) Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpan pinjam, deposito berjangka, tabungan / bentuk lainnya yang disamakan

b) Memberikan kredit

c) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikan Bank Indonesia (SBI) ,deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan pada bank lain.

Usaha-usaha perbankan yang tidak dapat dan tidak boleh dilakukan oleh BPR adalah :

a) Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalulintas pembayaran

b) Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing c) Melalukan penyertaan modal

d) Melakukan usaha perasuransian

2. Kinerja

Pengertian Kinerja atau prestasi kerja menurut Armstrong dan baron berasal dari pengertian performance,yaitu tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat


(25)

dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara kinerja adalah hasil kerja kualitas dan kuantintas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja perusahaan menurut Mulyadi (1993:409) adalah tampilan perusahaan selama periode tertentu. Penilaian atau pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik atas tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi karyawannya berupa sasaran, dan criteria yang telah ditetapkan sebelumya. Pengertian kinerja hampir sama dengan prestasi kerja yang merupakan perbandingan antara hasil kerja secara nyata dengan standar kerja yang telah ditetapkan. Dalam hal ini kinerja lebih memfokuskan pada hasil kinerjanya.

Secara umum kinerja perbankan bersumber kepada laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan perhitungsn rugi laba, serta laporan perubahan modal. Neraca pada waktu tertentu menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan modal.dari suatu perusahan, sedangkan perhitungan rugi laba memperlihatkan hasil - hasil yang telah dicapai oleh perusahaan dan biaya-biaya yang terjadi selama periode tertentu.

Sehubungan dengan kinerja perbankan, Zaenal Abidin menuliskan bahwa kinerja bank merupakan concern bersama baik dari sisi pengelola,


(26)

masyarakat maupun para pengambil keputusan, dimana kinerja bank dapat ditinjau dari sisi keuangan maupun dari sisi efisiensi kinerja perbankan.

Penelitian ini akan menganalisa kinerja perbankan khususnya BPR di Solo Raya dari sisi efisiensi teknik dan mengupas faktor-faktor yang menyebabkan inefisiensi yang dapat menurunkan kinerja internal perbankan. Selama ini kinerja bank diukur menggunakan rasio keuangan, misalnya dari Return on equity (ROE), Return On Asset (ROA), BOPO dan seterusnya. Di dalam penelitian ini tidak menggunakan rasio keuangan, tetapi dengan Data Envelopment Analisys (DEA), diharapkan akan memperoleh informasi mengenai sumber-sumber inefisiensi pada manajerial perbankan dan diketahui faktor – faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi terjadinya inefisiensi tersebut.

3. Efisiensi

Dalam penelitian ini, kinerja perbankan akan dilihat dari sisi efisiensi kinerja. Di mana efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (Output) dengan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari satu input yang dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien apabila mempergunakan jumlah unit input yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah unit input yang dipergunakan perusahaan lain untuk menghasilkan output yang sama, atau


(27)

menggunakan unit input yang sama dapat menghasilkan jumlah output yang lebih besar.

Efisiensi menurut Ghofur dalam Atmawardhana,2006 juga bisa diartikan sebagai rasio antara output dengan input. Ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu :

a) Apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang sama

b) Input yang lebih kecil dapat menghasilkan output yang sama

c) Dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih besar lagi

Ditinjau dari teori ekonomi masih menurut Ghofur (2006), ada dua pengertian efisiensi, yaitu efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang makro yang jangkauannya lebih luas dibandingkan dengan efisiensi teknik.

Pengukuran efisiensi teknik cenderung terbatas pada hubungan teknis dan operasional dalam proses konversi input menjadi output. Akibatnya, usaha untuk meningkatkan efisiensi hanya memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan pengendalian dan alokasi sumberdaya yang optimal.

Tobin dalam Atmawardhana (2006), menyebutkan ada empat faktor yang menyebabkan efisiensi dalam lembaga keuangan. Faktor utama adalah :


(28)

a) Efisiensi Karena arbitrase informasi

b) Efisiensi karena ketepatan penilaian asset-assetnya

c) Efisiensi karena lembaga keuangan bank mampu mengantisipasi resiko yang muncul

d) Efisiensi fungsional, berkaitan dengan administrasi dan mekanisme pembayaran yang dilakukan oleh lembaga keuangan. Termasuk di dalam efisiensi fungsional ini adalah risk pooling, general insurance, administrasi, dan mobilisasi dana masyarakat

Salah satu aspek penting bagi keberhasilan suatu perusahaan adalah efisiensi. Efisiensi tidak hanya sekedar menekan biaya serendah mungkin tetapi menyangkut pengelolaan hubungan input dan output yaitu bagaimana mengelola faktor-faktor produksi (input) sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan output lebih banyak atau pada tingkat output tertentu bisa menggunakan input lebih sedikit.Efisiensi merupakan akar permasalahan kesehatan dan sumber pertumbuhan perbankan. Fenomena munculnya bank-bank besar dan merger perbankan juga ditujukan untuk mendapatkan efisiensi. Hukum Too big too fail pada perbankan konvensional telah mendorong perbankan untuk meningkatkan efisiensi.

Masalah efisiensi menjadi isu penting pada saat ini dan di masa yang akan datang karena :


(29)

2. Persaingan yang semakin meningkat 3. Meningkatnya standar kepuasan konsumen 4. Meningkatnya mutu kehidupan

Oleh karena itu analisis efisiensi sangat penting untuk mengetahui dan menentukan penyebab perubahan tingkat efisiensi dan selanjutnya menentukan tindakan koreksi untuk peningkatan efisiensi.

Efisiensi bank merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisa performance suatu bank dan juga sebagai sarana untuk lebih meningkatkan efektifitas kebijakan moneter. Efisiensi menurut berger dan Mester , dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu :

a) Efisiensi dari sisi biaya ( Cost Efficiency )

Cost Eficiency pada dasarnya adalah mengukur tingkat biaya suatu bank dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya operasi terbaik yang menghasilkan output yang sama dengan teknologi yang sama

b) Profit Efficiency

Adalah mengukur tingkat efisiensi dari kemampuan bank dalam menghasilkan laba untuk setiap unit input yang digunakan

Dari apa yang dipaparkan di atas, dalam menganalisa efisiensi kinerja Bank, menggunakan pendekatan intermediasi, di mana di dalam operasionalnya bank adalah sebagai mediator antara masyarakat pemilik dana dengan masyarakat yang membutuhkan dana. Bank menggunakan


(30)

managerialnya dan marketing di dalam tahap intermediasi untuk mentransformasikan deposit menjadi pinjaman dan investasi.

Kerangka kerja bank dalam menghasilkan output dan input itulah yang akan dijadikan sebagai alat pengukur efisiensi kinerja PD. BPR di Soloraya.

4. Data Envelopment Analysis ( DEA)

Metode yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi yaitu metode Data Envelopment Analysis (DEA), di mana dengan metode ini dapat diperoleh hasil ukuran nilai efisiensi relatif suatu perusahaan perbankan, serta petunjuk mengenai perusahaan perbankan mana yang dapat dijadikan aebagai acuan perbaikan (best practice) bagi perusahaan perbankan yang tidak efisien.

DEA diperkenalkan oleh Charnes, Cooper dan Rhoders (1978). Metode DEA dibuat sebagai alat bantu untuk evaluasi kinerja suatu aktivitas dalam sebuah unit entitas ( organisasi ), dan merupakan suatu pendekatan non parametik yang pada dasarnya merupakan teknis berbasis pemrograman linier.

DEA bekerja dengan langkah mengidentifikasikan unit-unit yang akan dievaluasi, input serta output unit tersebut. Kemudian dihitung nilai produktivitasnya dan mengidentifikasi unit mana yang tidak


(31)

menggunakan input secara efisien atau tidak menghasilkan output secara efektif.

Produktifitas yang diukur bersifat relatif, karena hanya membandingkan antar unit pengukuran dari satu set data yang sama. Dan DEA adalah model analisis faktor produksi untuk mengukur tingkat efisiensi relatif dari set unit kegiatan ekonomi (UKE).

Keunggulan dan kekurangan penggunaan analisi dengan menggunakan metode DEA (Data Envelopment Analisys) menurut Purwanto (2004) adalah :

1. Keunggulan :

a. Dapat menangani banyak input dan output

b. Tidak Perlu asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output

c. UKE (Unit Pengambil Keputusan)dibandingkan secara langsung dengan sesamanya

d. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda.

2. Sedangkan kekurangan penggunaan analisa DEA adalah : a. Bersifat simple spesifik

b. Merupakan extreme point technique, di mana kesalahan pengukuran dapat berakibat fatal


(32)

c. DEA sangat bagus untuk estimasi efisiensi relatif UKE tetapi sangat lambat untuk mengukur efisiensi absolute dengan kata lain bias membandingkan sesama UKE tetapi bukan membandingkan maksimasi teori

d. Uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan e. Menggunakan perumusan linier programming terpisah untuk

UKE (perhitungan secara manual sulit dilakukan apalagi untuk masalah berskala besar)

f. Bobot dan input yang dilakukan oleh DEA tidak dapat ditafsirkan dalam nilai ekonomi

Awalnya DEA digunakan untuk mengatasi kekurangan yang dimiliki oleh analisis rasio dan regresi berganda. Analisa rasio hanya mampu memberikan informasi UKE (bank) tertentu yang memiliki kemampuan khusus berganda. Sedangkan DEA dirancang untuk mengukur efisiensi relatif suatu bank yang menggunakan input dan output yang lebih dari satu.

DEA digunakan untuk menyelesaikan masalah dengan memberikan kebebasan pada setiap bank untuk menentukan pembobotnya masing-masing.

Efisiensi bank diukur dari jumlah output tertimbang dibandingkan dengan jumlah input tertimbang. Dimana setiap bank dalam menggunakan sampel harus dapat menggunakan seperangkat bobot yang


(33)

sama untuk mengevaluasi rasionya . Dimana angka rasio 1 ( atau kurang dari 1) berarti bank tersebut efisien dalam menghasilkan tingkat output maksimum dari tiap input.

Secara grafis sederhana pengukuran efisiensi teknis suatu unit kegiatan ekonomi, dengan satu input dan satu output, dengan menggunakan alat analisis Data Envelopment Analysis ( DEA ) adalah sebagai berikut :

● ●

Gambar 2.1

Produktivitas, Teknikal Efisiensi dan Skala Ekonomi Sumber : Timothy J. Coelli dan kawan-kawan (2005)

Keterangan gambar 2.1 di atas merupakan gambaran dari efisiensi secara teknik dan produktivitas. Di mana poin A merupakan hasil pengoperasian antara input dengan out put suatu perusahaan, akan tetapi

y

Optimal Scale

0

C

F B

A


(34)

hasil dari produktivitas tersebut tidak efisien, karena masih terletak di bawah production frontier. Poin B dan Poin C sudah berada pada garis production frontier.

Poin A akan menjadi efisien apabila memaksimalkan outputnya hingga mencapai poin B, tetapi hal tesebut terlalu berat untuk dilakukan. Maka disarankan untuk meminimisasi input agar berubah menjadi poin C. Poin C dianggap sebagai skala optimal dari hasil produktivitas suatu perusahaan.

B. Kajian Empiris

Riskiyah dan Reni (2009) dalam penelitiannya dengan judul Analisis Efisiensi Kinerja Perbankan Indonesia berdasarkan metode DEA studi pada Bank Umum swasta Nasional Devisa dan Umum Swasta Nasional Non Devisa di Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efisiensi yang signifikan antara Bank Umum Swasta Nasional Devisa dan Bank Umum Swasta nasional Non Devisa.

Ivan Hadinata dan Adler Manurung (2008) dengan judul penelitiannya Penerapan Data Envelopment Analysis untuk mengukur efisiensi kinerja Reksa Dana Saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara return reksa dana dengan efisiensi kinerja reksa dana.

Ferdyana (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Efisiensi Pada 31 Bank di Indonesia Tahun 2002 (dengan pendekatan DEA), dengan


(35)

hasil hampir sebagian besar bank yang diteliti tidak mampu mengelola input-outputnya secara efisien. Jika dilihat dari kekonstanan efisiensinya tahun 2002, hanya ada 3 bank yang mampu mengelola input-outputnya secara baik sehingga nilai efisiensi selama tahun pengamatan 100 %. Apabila dilihat dari persentase efisiensi pada tahun 2002, perkembangan 31 bank-bank yang menjadi obyek penelitian, mengalami peningkatan efisiensi.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran

Kerangka pikir di atas menerangkan bahwa penelitian ini khusus menilai kinerja PD. BPR di Solo Raya dilihat dari tingkat efisiensinya. Untuk mengukurnya digunakan dua variabel , yaitu variabel input dan variabel output,

VARIABEL OUTPUT

1. Kredit yang diberikan

2. Pendapatan operasional

3. Pendapatan operasional

lainnya

VARIABEL INPUT

1. Dana pihak ketiga ( tabungan

dan deposito )

2. Biaya operasional

3. Biaya operasional lainnya

4. Tenaga kerja

ANALISA DEA

( Data Envelopment Analysis ) EVALUASI KINERJA


(36)

yang kemudian diolah dengan analisis DEA, sehingga akan diketahui unit usaha mana yang berhasil mengelola unit produksinya dengan menggunakan input seminimal mungkin untuk menghasilkan output maksimal.

PD. BPR di Solo Raya sesuai dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi dalam mengelola unit inputnya, yang meliputi : Dana pihak ketiga ( meliputi tabungan dan deposito), biaya operasional, biaya operasional lainnya, serta jumlah tenaga kerja yang memproses pengelolaan input menjadi output, akan menghasilkan output yang maksimal, dalam hal ini adalah kredit yang diberikan, pendapatan operasional dan pendapatan operasional lainnya. Apabila jumlah output yang dihasilkan belum efisien, maka PD. BPR yang menjadi obyek penelitian ini segera meminimalkan inputnya untuk menghasilkan output maksimal.

D. Hipotesis

Hipotesis di dalam penelitian ini adalah :

Kinerja Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat di Solo Raya belum semuanya efisien.


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang bersifat kuantitatif. Tipe penelitian ini adalah penelitian kausalitas, karena meneliti pengaruh variabel satu dengan variabel yang lain, yaitu antara variabel input dengan variabel output. Variabel input dalam penelitian ini terdiri dari dana pihak ketiga (tabungan dan deposito), biaya operasional, biaya operasional lainnya dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan variabel outputnya adalah kredit yang diberikan, pendapatan operasional dan pendapatan non operasional.

B. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah Perusahaan Daerah BPR di wilayah Solo Raya yang meliputi wilayah Surakarta, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Boyolali dan Klaten. Obyek didalam penelitian ini adalah PD. BPR di Solo Raya yang status kepemilikannya adalah seratus persen milik pemerintah daerah tingkat II, yang terdiri dari :

1. PD. BPR Djoko Tingkir Sragen 2. PD. Bank Daerah Karanganyar 3. PD. Bank Pasar Sukoharjo 4. PD. Bank Pasar Surakarta


(38)

5. PD. Bank Pasar Dati II Boyolali 6. PD. BPR Giri Sukadana Wonogiri 7. PD. BPR Dati II Klaten

C. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari laporan keuangan hasil publikasai Bank Indonesia dan pengambilan data langsung dari obyek penelitian. Variabel di dalam penelitian ini adalah input dan output yang mampu dihasilkan oleh masing-masing obyek penelitian, yaitu dengan menggunakan pendekatan Intrmediate Variabel, di mana bank adalah sebagai penghimpun dan sekaligus menyalurkan dana dalam bentuk kredit.

Variabel input terdiri dari :

1. Dana pihak ketiga ( terdiri dari tabungan dan deposito ), 2. Biaya operasional,

3. Biaya operasional lainnya, dan jumlah tenaga kerja. Variabel outputnya dipilih :

1. Outstanding Kredit ( Kredit yang diberikan ), 2. Pendapatan operasional


(39)

D. Metode Pengumpulan Data

Didalam penelitian ini, pengumpulan data bersumber dari publikasi – publikasi yang telah diterbitkan oleh Bank Indonesia, antara lain Direktori Bank Indonesia, laporan tahunan bank Indonesia serta Statistik Ekonomi dan Keuangan sesuai dengan kerangka pembicaraan sebelumnya, bahwa di dalam penelitian ini akan digunakan pendekatan intermediasi untuk melengkapi analisis efisiensi PD. BPR di Solo Raya.

Pada tahap intermediasi kenyataanya melengkapi pendekatan produksi dan menggambarkan aktivitas perbankan sebagai transforming uang yang dipinjam dari penabung, deposan menjadi uang yang dipinjam borrowers. Aktivitas transformasi ini menimbulkan perbedaan karakteristik dari simpanan dan kredit. Pendekatan ini berkaitan erat dengan pemberian fasilitas atau kemudahan mengenai aliran dana dari mereka yang kelebihan dana kepada mereka yang kekurangan atau membutuhkan dana. Dalam hal ini bank berperan untuk meningkatkan efisiensi kedua belah pihak.

E. Definisi Operasional

Pemilihan variabel yang sesuai diperlukan agar pengukuran dapat memberikan hasil yang maksimal. Variabel yang digunakan dalam DEA dikelompokkan menjadi dua, yaitu :


(40)

a) Dana Pihak Ketiga

Sesuai fungsi bank sebagai intermediasi, maka bank harus mampu menghimpun dana sebanyak-banyaknya dari masyarakat.

Dana pihak ketiga terdiri dari tabungan dan deposito. Untuk pengukurannya menggunakan ribuan rupiah

b) Biaya Operasional

Semua biaya yang dikeluarkan oleh bank terkait dengan operasional bank, seperti biaya bunga, barang dan jasa, sewa, pajak, dan lain-lain. Untuk pengukurannya menggunakan ribuan rupiah.

c) Biaya operasional lainnya

Biaya yang dikeluarkan oleh ban, untuk mendukung operasional bank, misalnya : pembayaran pajak listrik, air, dan lain-lain. Untuk pengukurannya menggunakan ribuan rupiah.

d) Tenaga kerja

Terkait dengan jumlah tenaga kerja yang mendukung operasional bank.

2. Variabel output

a) Kredit yang diberikan

Nilai dana yang diberikan kepada pihak ketiga oleh bank sebagai pinjaman yang pengembaliannya dilakukan dalam jangkan waktu tertentu. Pemilihan nilai kredit, sebagai output didasarkan pada pertimbangan bahwa setiap bank bertindak sebagai financial


(41)

intermediary yaitu lembaga perantara yang salah satu fungsinya menerima dana dari pihak yang kelebihan dana dan menyalurkan kepada pihak yang kekurangan dana. Untuk pengukurannya menggunakan ribuan rupiah.

b) Pendapatan operasional

Pendapatan operasional adalah pendapatan yang didapat dari penghasilan utama bank, seperti ; bunga kredit, provisi, administrasi, dan lain-lain. Untuk pengukurannya menggunakan ribuan rupiah.

c) Pendapatan operasional lainnya

Adalah pendapatan bank yang diperoleh dari pendapatan selain bersumber dari pendapatan bunga, provisi dan administrasi. Untuk pengukurannya menggunakan ribuan rupiah.

F. Teknik Analisa Data

Menurut Data Envelopment Analysis (DEA) sebuah kegiatan ekonomi dikatakan efisien adalah apabila rasio perbandingan input/output = 1, artinya unit kegiatan ekonomi tersebut sudah tidak lagi melakukan pemborosan dalam penggunaan input-inputnya dan/atau sudah mampu memanfaatkan secara optimal kemampuan potensial berpoduksi yang dipunyai, sehingga mampu mencapai tingkat output yang efisien. Sebuah unit kegiatan ekonomi dikatakan


(42)

antara 0 < output/input < 1, artinya unit kegiatan ekonomi ini masih melakukan tindakan pemborosan dalam penggunaan input-inputnya dan/ belum mampu memanfaatkan secara optimal potensial kemampuan berproduksi, yang dimiliki. Dalam penelitian ini digunakan alat analisa efisiensi sebuah perusahaan atau industri yaitu Data Envelopment Analysis (DEA). Dimana DEA akan menghitung bank yang menggunakan input n untuk menghasilkan output m yang berbeda (Noulas dan Glaveli;2002:9-10).Efisiensi diukur sebagai berikut :

m n

h8 = ∑ uis yis / ∑ vjs xjs

i=1 j=1

dimana :

h8 = efisien teknis bank s

yi = jumlah output i yang dihasilkan oleh bank s dan dihitung dari

i = 1 hingga m

xjs = jumlah input j yang digunakanoleh bank s dan dihitung dari

j = 1 hingga n

uis = bobot yangdiberikan pada output i yang dihasilkan oleh bank s

vjs = bobot yang diberikan pada Ij yang digunakan oleh bank s

Persamaan di atas menunjukkan adanya penggunaan variable input dan output. Kriteria UKE s untuk memilih bobot dengan batasan atau kendala bahwa tidak ada UKE lain yang akan memiliki efisiensi lebih besar dari 1 atau


(43)

100% jika UKE lain tersebut menggunakan bobot yang dipilih oleh UKE s, sehingga formulasi selanjutnya (Noulas dan Glaveli;2002:9-10) adalah :

m n

∑uis yis / ∑vjs xjs ≤ 1 untuk r = 1, ………, n

i=1 j=1

uis dan vjs ≥ 0

dimana n menunjukkan jumlah bank dalam sampel. Persamaan kedua menunjukkan bahwa nilai efisiensi bank yang dianalisa nanti tidak lebih dari 1, sementara pertidaksamaan dapat diketahui bahwa bobot input-output bernilai positif. Dari kedua persamaan tersebut menunjukkan efisiensi bank semakin rendah.

Beberapa bagian program fraksional kemudian ditransformasikan ke dalam program linier biasa, dan metode simplek dapat digunakan untuk menyelesaikannya. Transformasi program linier yang kita sebut dengan DEA adalah sebagai berikut (Noulas dan Glaveli;2002:9-10) :

m

Maksiminasi h8 = ∑uis yis

i=1 m n

Kendala ∑uis yis - ∑vjs xjs ≤ 1 untuk r= 1, ………, n

i=1 j=1

n

∑vjs xjs = 1danuis danyis ≥ 0

j=1

Efisiensi pada masing-masing bank dihitung menggunakan program linier dengan memaksimumkan jumlah output yang dibobot dari bank s. Kendala


(44)

jumlah input yang dibobot harus sama dengan satu bank s. Sedangkan kendala untuk semua bank yaitu jumlah output yang dibobot dikurangi jumlah input yang dibobot harus kurang atau sama dengan 0. Hal ini berarti semua bank akan berada atau dibawah referensi kinerja frontier yang merupakan garis lurus yang memotong sumbu origin.


(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sejarah Berdirinya BPR di Wilayah Solo Raya

Sesuai dengan GBHN bahwa salah satu tujuan Bangsa Indonesia adalah untuk mewujudkan kesejahteraan umum. Sedangkan yang dimaksud dengan kesejahteraan umum adalah meliputi kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia baik yang ada di pusat kota maupun yang ada di daerah-daerah atau desa. Kesejahteraan yang diharapkan adalah kesejahteraan adalam segala bidang. Pembangunan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam membangun ekonomi bangsa. Dan perbankan memegang peranan penting di dalam pembangunan, karena sesuai dengan fungsinya bank adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana kepada masyarakat. Salah satu bank yang memegang peranan tersebut adalah Bank Perkreditan Rakyat.

Bank Perkreditan Rakyat menurut UU No 10 Tahun 1998 secara tegas disebutkan bahwa BPR adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara komersial atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak membuka jasa dalam lalulintas pembayaran ( seperti menerima simpanan giro, melakukan usaha dalam Valas, serta melakukan penyertaan modal ).


(46)

1. Sumber modal BPR

Sumber dana atau modal Bank Perkreditan yang kepemilikannya milik Pemerintah Daerah Tingkat II adalah sebagai berikut :

b. Modal Dasar

Merupakan penyertaan modal pemerintah daerah tingkat II di mana PD.BPR tersebut berdiri. Besarnya modal disetor tergantung dari kebijaksanaan pemerintah Daerah setempat atas pesetujuan DPRD tingkat II.

c. Pinjaman

1) Pinjaman dari Bank

Untuk melaksanakan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, perbankan tidak hanya menggantungkan modalnya kepada pemilik, tetapi juga menjalin kerjasama dengan Bank besar.

2) Pinjaman Dana Pihak Ketiga

Pinjaman dana pihak ketiga merupakan pinjaman yang dimiliki oleh BPR yang bersumber dari lembaga non bank

3) Dana Pihak Ketiga

Dana pihak ketiga terdiri dari tabungan dan deposito masyarakat, yang mengendap dalam jangka waktu tertentu, dengan imbalan atau jasa yang telah ditentukan sebelumnya.


(47)

2. Struktur Organisasi

Tujuan BPR adalah untuk membantu mengelola keuangan bagi orang yang kelebihan, kemudian menyalurkannya kepada orang yang membutuhkan dana tersebut. Dengan kata lain BPR sebagai lembaga intermediasi mengemas produk tabungan menjadi kredit bagi orang yang membutuhkan modal.

Sebagai lembaga intermediasi, PD BPR di Solo Raya, harus dikelola secara profesional agar dapat menghasilkan laba secara maksimal. Untuk mewujudkan pengelolaan BPR lebih profesional, sangat dibutuhkan bagian – bagian yang terorganisir dan terstruktur, sehingga tugas pemilik dan direksi yang dipercaya untuk mengelola perusahaan menjadi lebih sempurna dan efisien. Karena keberhasilan efisiensi kinerja sumber daya yang ada di dalamnya dapat digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan pengelolaan management masing-masing perusahaan.

Direksi sebagai pengelola unit produksi suatu kegiatan ekonomi, harus dapat mengelola sumber daya secara tepat guna untuk menghindari pemborosan – pemborosan yang hampir selalu terjadi dalam setiap proses produksi. Struktur organisasi PD.BPR di Solo Raya terlihat seperti gambar di bawah ini :


(48)

Gambar 4.

STRUKTUR ORGANISASI

(Sumber : Badan Pembina BPR se Solo Raya, Perkembangan Operasional BPR di Solo Raya, 2007)

Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing adalah sebagai berikut : a. Pemilik

Pemilik PD. BPR di Solo Raya adalah Kepala Daerah Tingkat II setempat b. Dewan Pengawas

Sesuai dengan Perda dari masing-masing daerah yang mengatur tentang keberadaan PD BPR, maka tugas pokok dari dewan Pengawas adalah ikut serta dalam pembuatan kebijakan yang diambil oleh direktur/ pimpinan serta mengawasi pelaksanaan kebijakan yang dibuat. Dewas sekaligus sebagai wakil pemilik di BPR.

Direksi Pemilik

Dewan Pengawas

SPI

Staf

Kabag Umum Kabag

Kredit

Kabag Dana

Kabag Kas


(49)

c. Direktur

Direktur bertugas memimpin pengelolaan BPR, dalam menjalankan peraturan, kebijakan agar sesuai dengan peraturan dan UU perbankan yang berlaku. Di Solo Raya, kedudukan direktur dijalankan oleh dua orang, yakni direktur Utama dan direktur.

d. Satuan Pengawas Intern

SPI mempunyai tugas melakukan edit dalam rangka pengamanan harta kekayaan PD.BPR dan menilai pelaksanaan system dan prosedur yang telah ditetapkan serta menilai tingkat efektifitas dan efisiensi di masing-masing tingkat organisasi.

e. Bagian Umum

Bagian umum bertugas menyelenggarakan hubungan kemasyarakatan dengan unit kerja maupun investasi intern serta mengelola kearsipan dan dokumentasi.Bagian Umum juga menyajikan laporan keuangan setiap hari, bulanan, ataupun setiap hari.

f. Bagian Kredit

Bagian kredit adalah bagian yang merumuskan kebijakan di bidang perkreditan dan mencari sasaran-sasarannya.

g. Bagian Dana

Bagian ini membantu direksi dalam merumuskan kebijakan penghimpunan dana bank , merumuskan rencana kerja dan anggran di bidang pemasaran


(50)

serta mencari sumber dana, mengatur penggunaan dana dan bertanggung jawab atas prasarana dan sarana di lingkungan dana.

3. Produk PD.BPR di Solo Raya a. Tabungan

Merupakan dana simpanan masyarakat, yang tidak terikat oleh jangka waktu tertentu, sehingga pemilik dana setiap saat dapat mengambil uangnya. Pemberian jasa atau bunga tabungan diberikan setiap akhir bulan. Prosentase suku bunga didasarkan kepada kebijakan management bank bersangkutan.

b. Deposito

Jangka waktu deposito terbagi dalam beberapa bagian, di mana jangka waktu penyimpanan deposito juga akan berpengaruh terhadap besarnya suku bunga yang diberikan. Pemberian besarnya suku bunga tabungan dan deposito sangat bergantung kepada kebijaksanaan intern BPR yang bersangkutan, dengan tetap berpijak kepada penetapan suku bunga maksimal simpanan di BPR oleh Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS). Dan suku bunga yang berlaku antara PD. BPR yang satu dengan yang lain terutama di wilayah Solo Raya sangat bervariasi. Misalnya : 1). Deposito jangka waktu 1 bulan, bunga 7 % / thn 2). Deposito jangka waktu 3 bulan, bunga 9 % / thn 3). Deposito jangka waktu 6 bulan, bunga 10 % / thn 4). Deposito jangka waktu 12 bulan, bunga 10,5 % / thn


(51)

c. Kredit

Sebagaimana yang telah dipaparkan di dalam bab II, bahwa bank sebagai lembaga intermediasi memiliki fungsi mengolah dana yang telah terkumpul dalam bentuk tabungan dan deposito, kemudian menyalurkan dana tersebut dalam kredit bagi orang yang membutuhkan dana.

4. Sumber Pendapatan

Sumber pendapatan PD. BPR paling utama berasal dari bunga kredit yang diberikan. Sedangkan pendapatan digolongkan dalam dua bagian :

a. Pendapatan operasional

Yang dikategorikan pendapatan operasional adalah : bunga kredit, provisi dan administrasi kredit, biaya penutupan rekening tabungan, Bunga tabungan dari bank lain ( penempatan Antar Bank ).

b. Pendapatan non operasional

Pendapatan yang bersumber dari luar operasional perbankan, misalnya : cash back asuransi, cash back notaris, dll.

2. Analisis Data

Penelitian ini menghasilkan angka aktual dan angka target, di mana angka aktual adalah angka input-output yang dimiliki oleh PD.BPR di Solo Raya dari tahun 2006 – 2008, sedangkan angka target adalah angka yang disarankan oleh DEA, agar input-output tersebut menjadi efisien.


(52)

Data input-output yang diolah dengan DEA (Data Envelopment Analysis) ini adalah dalam jumlah jutaan rupiah. Pengolahan data ini adalah dengan system Constant returns to scale . Dalam DEA yang dimaksud dengan constant returns to scale adalah apabila unit kegiatan ekonomi menjadi frontier ( sudah efisien ), yang diasumsikan bernilai efisiensi = 100 %, sedangkan yang tidak efisien bernilai antara 0 % hingga kurang dari 100 %. Di dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan minimisasi input yang nanti dapat dilihat dari hasil olah data yang menunjukkan pada bagian masing-masing unit input masih memerlukan analisis lebih lanjut, sedangkan untuk masing-masing unit output semua sudah mencapai 100 %, hal ini untuk memudahkan analisis.

Hasil olah data terhadap PD.BPR di Solo Raya mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 adalah sebagai berikut :

1. Data Input Output

Tabel 4.1 Data Input Output

PD.BPR di Solo Raya Periode 2006 – 2008

INTERMEDIASI

INPUT OUTPUT

Nama

Bank Dana

Pihak Ketiga Biaya Operasion al Biaya Opr lain Jml Tenaga Kerja Kredit Yg diberikan Pendapata n Oprs Pendpt op lain Bapas

Kr.Anyar 68726757.7 17399837.7 1295775.7 85 124198945 22834058.3 130675.3 Bapas Klaten 51439106.7 9269484 741445 126 61851243.7 12227447.3 107880 Bapas

Surakarta 11165416 2905466 87513.7 68 12812900.3 3235596 153355 Bapas

Sukoharjo 18331827.7 7398795 774077 67.3 43539226.7 8610989 353633 Bapas

Boyolali 45915111 13070000 503018 73 66198487.7 15404950 222979.3 BPR Djoko

Tingkir 40916674.7 76552820.7 382079.3 35 51523431 9851956.7 227044.3 BPR Giri

Suka dana 5413187.7 1191074.7 26750 41.3 5186945.7 1625806.3 12227


(53)

Tabel 4.1 merupakan data input output yang diambil secara rata-rata dari tahun 2006 sampai dengan 2008. Tabel di atas menunjukkan variabel-variabel input-output yang akan dianalisis di dalam penelitian ini.Dimana untuk masing-masing variabel baik input maupun output untuk masing-masing masing-masing bank yang akan diteliti menunjukkan angka yang sangat variatif.

Akan tetapi data dalam tabel 4.1 di atas merupakan angka aktual yang belum dapat menunjukkan tingkat efisiensi unit produksi yang akan diteliti. Karena angka aktual adalah angka input-output yang dimiliki bank-bank pada tahun pengamatan (Tahun 2006–2008). Tabel di atas menjadi dasar pengamatan

lebih lanjut

1. Hasil Olah Data Keseluruhan

Hasil olah data keseluruhan disini merupakan hasil kinerja PD. BPR di

Solo Raya dilihat dari tingkat efisiensi kinerjanya, yang diambil secara rata-rata pada tahun pengamatan, yakni tahun 2006 – 2008, yang akan disajikan dalam tabel 4.2. Dimana ketujuh PD. BPR di

wilayah Soloraya sudah menunjukkan kinerja yang efisien, untuk pemilihan variabel Unit Kegiatan Analisis dalam obyek penelitian ini. Masing-masing BPR sudah menunjukkan angka 1 atau mencapai tingkat efisiensi sebesar 100 %. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :


(54)

Tabel 4.2

Tingkat Efisiensi Tahap Intermediasi PD BPR Di Solo Raya Tahun 2006 – 2009

No Nama Bank Efisiensi

1 Bapas Kr.Anyar 100%

2 Bapas Klaten 100%

3 Bapas Surakarta 100%

4 Bapas Sukoharjo 100%

5 Bapas Boyolali 100%

6 BPR Djoko Tingkir 100%

7 BPR Giri Suka dana 100%

Sumber : Bank Indonesia,2006-2008, diolah

Tabel 4.2, menunjukkan bahwa pada tahap intermediasi semua PD. BPR di Solo Raya pada tahun 2006 – 2008 nilai efisiensinya sudah mencapai 100 % . Nilai efisiensi yang terlihat pada tabel 4.2 didasarkan pada nilai aktual masing-masing variabel unit produksi yang diteliti, yang diambil angka rata-rata selama tiga tahun berturut-turut, yakni dari tahun 2006 sampai dengan 2008.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa semua PD. BPR di Solo Raya pada tahun 2006 – 2008 telah sanggup mencapai tingkat efisieni yang optimal yaitu sebesar 100 % pada tahap intermediasi. Jadi sudah tidak ada lagi pemborosan dalam penggunaan input-inputnya atau dapat dikatakan juga bahwa pemanfaatan semua inputnya sudah efisien dan juga sudah mampu memanfaatkan secara optimal (100 %) kemampuan berproduksi yang dimiliki untuk mencapai tingkat output yang efisien ( efisiensi = 100 % ). Dapat dikatakan bahwa pada tahap intermediasi pada tahun 2006 – 2008, pihak pengambil kebijakan atau pihak managemen sudah efisien dalam mengelola input output yang


(55)

dimilikinya. Karena PD. BPR di Solo Raya secara keseluruhan telah mampu mengelola output inputnya secara efisien, disarankan untuk mempertahankan tingkat efisiensinya yang sudah mencapai 100 %. Adapun cara yang ditempuh adalah dengan cara, dalam penggunaan input-inputnya harus sesuai dengan angka target atau lebih baik lagi kalau input-input yang dipergunakan lebih kecil dari angka target. Kemampuan potensial berproduksi dapat ditingkatkan lagi atau dengan kata lain output yang diproduksi ditingkatkan sehingga lebih besar dari angka target.

2. Hasil Olah Data Per BPR

a. PD. BPR Klaten

Untuk mengetahui tingkat efisiensi tahap intermediasi PD. Bapas Klaten adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3

Tingkat Efiiensi Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Klaten Tahun 2006 - 2008

Sumber : Bank Indonesia,2006-2008, diolah

Tahun 2006

No Variabel Tingkat

Efisiensi To Gain

Tahun 2007

Tahun 2008

1 I Dana Pihak Ketiga 97.10% 2.90% 100% 100%

2 I Biaya Operasional 97.10% 2.90% 100% 100%

3 I Biaya Operasional

Lainnya 93.90% 6.10% 100% 100%

4 I Jml Tenaga Kerja 35.60% 64.40% 100% 100%

5 O Kredit yang diberikan 83.80% 19.30% 100% 100%

6 O Pendapatan Operasional 100% 0.0% 100% 100%

7 O Pendapatan Non


(56)

Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa PD. Bank Pasar Klaten telah menujukkan rata-rata kinerjanya pada tahap intermediasi, sudah efisen untuk tahun 2007 dan 2008, sedangkan pada tahun 2006 managemen PD. Bank Pasar Klaten belum efisiensi kinerjanya. Di mana nilai efisiensinya hanya mencapai 97,06 %. Akan tetapi pada tahun berikutnya nilai efisiensinya pada tahap intermediasi sudah mencapai 100 %.

Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada tahun 2006. PD Bank Pasar Klaten belum mampu mengelola input outputnya pada tahap intermediasi secara efisien, nilai efisiensinya adalah 97,06 %. Hal ini berarti, bahwa PD. Bank Perkreditan milik Pemerintah Daerah Klaten, masih melakukan pemborosan pada setiap variabel input maupun outputnya.

Pada tahap intermediasi ini PD. Bapas Klaten pada tahun 2006 masih melakukan pemborosan pada setiap inputnya, di mana dari tabel 4.3 untuk dana pihak ketiga masih melakukan pemborosan sebesar 2,90 %, biaya operasional pemborosan sebesar 2,90 %, biaya non operasional pemborosan sebesar 6,10 %, serta tenaga kerja sebesar 64,40 %. Dengan hasil pengolahan data tahun 2006 dengan analisis DEA, pada tahap intermediasi ternyata dengan jumlah tenaga kerja yang mencapai angka aktual sebesar 122, sedangkan angka targetnya hanya sebesar 43,4 %, tenaga kerjanya belum mampu mengelola inputnya seminimal mungkin untuk dapat mencapai nilai efisiensi outputnya sebesar 100 %.


(57)

Pada tahun 2006 PD. Bapas Klaten harus melakukan minimisasi input, misalnya dengan menghemat biaya – biaya baik itu untuk biaya operasional aataupun non operasional, serta memaksimalkan peran tenaga kerjanya agar dapat mengelola faktor-faktor produksinya agar dapat mencapai output yang maksimal. Seperti digambarkan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4

Tingkat Efisiensi Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Klaten Tahun 2006

No VARIABEL BANK RUJUKAN

24,301,811,000 (714,365,800)

1 Input Dana Pihak Ketiga

97.1% 7,320,632,000 (215,194,200)

2 Input Biaya operasional

93.9% 623,197,000 (37,728,700)

3 Input Biaya Operasional Lainnya

93.9% 122 (79)

4 Input Jumlah tenaga Kerja

35.6% 37,950,996,000 (7,318,453,500)

5 Output Kredit Yang diberikan

83.8% 9,120,269,000 9,120,269,000

6 Output Pendapatan Operasional

100.0% 104,815,000 (57,133,000)

7 Output Pendapatan Operasional

Lainnya

63.2%

PD.Bank Karanganyar, PD Bank Pasar

Surakarta


(58)

Di mana pada tabel 4.4 di atas jelas terlihat hasil analisis data, yang menunjukkan tingkat efisiensi kinerja pada tahapan intermediasi PD. Bapas Klaten pada tahun 2006, yang cara membacanya misalnya pada variabel inputnya PD Bapas. Klaten seperti Dana Pihak Ketiga, pihak bank belum dapat mengelola secara efisien, dimana pada dana pihak ketiga pihak bank masih melakukan pemborosan sekitar 714.365.800.

Sama halnya dengan variabel input lainnya seperti biaya operasional, biaya operasional lainnya, serta jumlah tenaga kerja, pada tahap intermediasi Bapas Klaten masih harus melakukan efisiensi agar nilai efisiensinya 100 % atau sama dengan 1, dengan jalan merujuk pada PD. Bapas Karanganyar serta PD. Surakarta yang nilai efisiensinya sudah mencapai 100 %.

Sedangkan untuk variabel outputnya seperti kredit yang diberikan, dan pendapatan non operasionalnya, pihak bank belum mengelola secara maksimal dimana angka efisiensinya masih kurang dari 1 atau 100 %. Pihak Bank masih harus menyesuaikan angka aktualnya sesuai dengan angka target dalam dalam tahun pengamatan ini. Dan untuk pendapatan operasional tingkat efisiensi nya telah mencapai 100 %.

Pada tahun 2007 – 2008 PD. Bapas Klaten sudah menunjukkan kinerja yang bagus, di mana bank telah mampu mengelola secara efisien, Dimana nilai efisiensinya adalah 100 % atau sama dengan 1.


(59)

Walaupun dalam perkembangannya Bank telah mampu mengelola input outnya secara efisien, untuk selanjutnya diharapkan dengan input yang ada mampu menghasilkan output yang lebih maksimal.

b. PD.Bank Pasar Karanganyar Tabel 4.5

Tingkat Efiiensi Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Karanganyar Tahun 2006 - 2008

Efisiensi

No Variabel

2006 2007 2008

1 Dana Pihak Ketiga 100% 100% 100%

2 Biaya Operasional 100% 100% 100%

3 Biaya Operasional Lainnya 100% 100% 100%

4 Jumlah Tenaga Kerja 100% 100% 100%

5 Kredit yang diberikan 100% 100% 100%

6 Pendapatan Operasional 100% 100% 100%

7 Pendapatan Non Operasional Lainnya 100% 100% 100%

Sumber : Bank Indonesia,2006-2008, diolah

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 PD. Bank Pasar Karanganyar telah berhasil di dalam mengelola input outputnya secara efisien, dimana tingkat efisiensi untuk variable input dan output sudah mencapai 100 %. Pada tahun pengamatan tersebut, bank sudah tidak melakukan pemborosan pada unit inputnya, dan telah berhasil dalam menghasilkan output dengan hasil yang telah sesuai dengan angka target.

Walaupun kenyataannya, kinerja bank dilihat dari efisiensinya telah berhasil, akan tetapi dalam perkembangannya dari tahun ketahun bank harus tetap mempertahankan efisiensi kinerjanya dengan cara tidak


(60)

melakukan pemborosan lebih besar lagi pada unit inputnya agar output yang dicapai menjadi lebih maksimal. Selain itu PD. Bank Pasar Karanganyar harus juga memperhatikan faktor –faktor di luar input output.

c. PD. Bank Pasar Surakarta

Tabel 4.6

Tingkat Efiiensi Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Surakarta Tahun 2006 - 2008

Efisiensi

No Variabel

2006 2007 2008

1 Dana Pihak Ketiga 100% 100% 100%

2 Biaya Operasional 100% 100% 100%

3 Biaya Operasional Lainnya 100% 100% 100%

4 Jml Tenaga Kerja 100% 100% 100%

5 Kredit yang diberikan 100% 100% 100%

6 Pendapatan Operasional 100% 100% 100%

7

Pendapatan Non

Operasional Lainnya 100% 100% 100%

Sumber : Bank Indonesia,2006-2008, diolah

Kinerja PD. Bank Pasar Surakarta dilihat dari tingkat efisiensinya ditunjukkan dalam table 4.6 di atas. PD. Bank Pasar Surakarta menurut tabel di atas telah berhasil dalam mengelola input outputnya pada tahun 2006 – 2008, di mana tingkat efisiensinya telah mencapai nilai 100 % untuk setiap unit input maupun outputnya.

Pada tahun pengamatan dalam penelitian ini, PD. Bapas Surakarta sudah tidak melakukan pemborosan dalam mengelola inputnya, sehingga nilai outputnya menjadi maksimal.


(61)

Untuk mempertahankan agar tingkat efisiensinya pada tahap intermediasi nilainya tetap 100 %, maka pihak pengelola bank selain lebih menekan angka pemborosan dalam mengelola inputnya, pengaruh dari luar juga harus menjadi titik perhatian, agar output yang dihasilkan menjadi lebih maksimal.

d. PD. Bank Pasar Sukoharjo

Tabel 4.7

Tingkat Efiiensi Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Sukoharjo Tahun 2006 - 2008

Efisiensi

No Variabel

2006 2007 2008

1 Dana Pihak Ketiga 100% 100% 100%

2 Biaya Operasional 100% 100% 100%

3 Biaya Operasional Lainnya 100% 100% 100%

4 Jml Tenaga Kerja 100% 100% 100%

5 Kredit yang diberikan 100% 100% 100%

6 Pendapatan Operasional 100% 100% 100%

7

Pendapatan Non

Operasional Lainnya 100% 100% 100%

Sumber : Bank Indonesia,2006-2008, diolah

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa PD. Bank Pasar Sukoharjo sudah berhasil dalam mengelola input outputnya dengan baik, dimana nilai efisiensinya telah mencapai 100 %, artinya bank dalam mengelola input outputnya, angka actual pada tahun pengamatan penelitian ini, telah sesuai dengan angka yang ditargetkan.

Untuk mendapatkan nilai output yang lebih maksimal bank harus tetap menekan input atau meminimasi input. Sebaliknya apabila ada


(62)

kenaikan pada nilai inputnya, yang harus dilakukan bank adalah maksimisasi output, agar nilai efisiensi yang dicapai tetap 100 %.

e. PD. Bank Pasar Boyolali

Tabel 4.8

Tingkat Efiiensi Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Boyolali Tahun 2006 - 2008

Efisiensi

No Variabel

2006 2007 2008

1 Dana Pihak Ketiga 100% 100% 100%

2 Biaya Operasional 100% 100% 100%

3 Biaya Operasional Lainnya 100% 100% 100%

4 Jml Tenaga Kerja 100% 100% 100%

5 Kredit yang diberikan 100% 100% 100%

6 Pendapatan Operasional 100% 100% 100%

7

Pendapatan Non

Operasional Lainnya 100% 100% 100%

Sumber : Bank Indonesia,2006-2008, diolah

Tabel 4.8 menunjukkan kinerja PD. Bank Pasar Boyolali dilihat dari tingkat efisiensinya sudah menunjukkan kinerja yang bagus atau efisien, karena berdasarkan penelitian pada tahun pengamatan yakni tahun 2006 – 2008 tingkat efisiensinya mencapai 100 %. Artinya bank sudah tidak melakukan pemborosan dalam mengelola input-inputnya atau angka aktualnya sudah sesuai dengan angka target di dalam pengolahan data-datanya, sehingga dalam tabel 4.8 ditunjukkan tingkat efisiensinya adalah 100 %. Demikian pula dengan output yang dicapai juga menunjukkan nilai 100 %.


(63)

f. PD. BPR Djoko Tingkir

Tabel 4.9

Tingkat Efiiensi Tahap Intermediasi PD. BPR Djoko Tingkir Tahun 2006 - 2008

Efisiensi

No Variabel

2006 2007 2008

1 Dana Pihak Ketiga 100% 100% 100%

2 Biaya Operasional 100% 100% 100%

3 Biaya Operasional Lainnya 100% 100% 100%

4 Jml Tenaga Kerja 100% 100% 100%

5 Kredit yang diberikan 100% 100% 100%

6 Pendapatan Operasional 100% 100% 100%

7

Pendapatan Non

Operasional Lainnya 100% 100% 100%

Sumber : Bank Indonesia,2006-2008, diolah

Tabel 4.8 menunjukkan kinerja PD. BPR Djoko Tingkir Sragen dilihat dari tingkat efisiensinya sudah menunjukkan kinerja yang bagus atau efisien, karena berdasarkan penelitian pada tahun pengamatan yakni tahun 2006 – 2008 tingkat efisiensinya mencapai 100 %. Artinya bank sudah tidak melakukan pemborosan dalam mengelola input-inputnya atau angka aktualnya sudah sesuai dengan angk target di dalam pengolahan data-datanya, sehingga dalam tabel 4.8 ditunjukkan tingkat efisiensinya adalah 100 %. Demikian pula dengan output yang dicapai juga menunjukkan nilai 100 %.


(64)

g. PD. BPR Giri Sukadana

Hasil penelitian di PD. BPR Giri Sukadadana adalah sebagai berikut : Tabel 4.10

Tingkat Efiiensi Tahap Intermediasi PD. BPR Giri Sukadana Tahun 2006 - 2008

Efisiensi

No Variabel

2006 2007 2008

1 Dana Pihak Ketiga 100% 100% 100%

2 Biaya Operasional 100% 100% 100%

3 Biaya Operasional Lainnya 100% 100% 100%

4 Jml Tenaga Kerja 100% 100% 100%

5 Kredit yang diberikan 100% 100% 100%

6 Pendapatan Operasional 100% 100% 100%

7

Pendapatan Non

Operasional Lainnya 100% 100% 100%

Sumber : Bank Indonesia,2006-2008, diolah

Berdasarkan hasil olah data untuk PD BPR Giri Sukadana dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 sudah menunjukkan efisiensi 100 % untuk tahap intermediasi, seperti yang telah disajikan dalam tabel 4.10.

Dari tabel 4.10 tersebut di atas dapat dilihat hasil pengamatan pengelolaan input output PD BPR Giri Sukadana tahun 2006- 2008 pada tahap intermediasi, tingkat efisiensinya sudah mencapai 100 %. Hal ini dapat dikatakan bahwa PD.BPR Giri Sukadana sudah berhasil di dalam mengelola factor-faktor produksinya yang kemudian disebut sebagai variabel input outputnya secara maksimal, yakni dengan meminimalkan input untuk mencapai output yang maksimal.


(1)

g.

PD. BPR Giri Sukadana

Hasil penelitian di PD. BPR Giri Sukadadana adalah sebagai berikut :

Tabel 4.10

Tingkat Efiiensi Tahap Intermediasi PD. BPR Giri Sukadana

Tahun 2006 - 2008

Efisiensi

No Variabel

2006 2007 2008

1 Dana Pihak Ketiga 100% 100% 100%

2 Biaya Operasional 100% 100% 100%

3 Biaya Operasional Lainnya 100% 100% 100%

4 Jml Tenaga Kerja 100% 100% 100%

5 Kredit yang diberikan 100% 100% 100%

6 Pendapatan Operasional 100% 100% 100%

7

Pendapatan Non

Operasional Lainnya 100% 100% 100%

Sumber : Bank Indonesia,2006-2008, diolah

Berdasarkan hasil olah data untuk PD BPR Giri Sukadana dari

tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 sudah menunjukkan efisiensi 100

% untuk tahap intermediasi, seperti yang telah disajikan dalam tabel 4.10.

Dari tabel 4.10 tersebut di atas dapat dilihat hasil pengamatan

pengelolaan input output PD BPR Giri Sukadana tahun 2006- 2008 pada

tahap intermediasi, tingkat efisiensinya sudah mencapai 100 %. Hal ini

dapat dikatakan bahwa PD.BPR Giri Sukadana sudah berhasil di dalam

mengelola factor-faktor produksinya yang kemudian disebut sebagai

variabel input outputnya secara maksimal, yakni dengan meminimalkan

input untuk mencapai output yang maksimal.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pada bab sebelumnya, maka di dalam bab ini akan disajikan

kesimpulan dan saran sebagai berikut.

A.

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil pengolahan data , analisis dan pembahasan, maka pada

penelitian ini dapat disimpulkan :

1.

Pada dasarnya secara rata-rata antara tahun 2006 sampai dengan tahun

2008 semua BPR milik pemerintah daerah di wilayah Solo Raya, telah

mengelola input - outputnya secara efisien pada tahap intermediasi.

Karena apabila dilihat dari hasil olah data secara keseluruhan mulai tahun

2006 sampai tahun 2008 hasil yang dicapai untuk tingkat efisiensinya

pada tahap intermediasi adalah 100 %.

2.

Dilihat dari pengamatan terhadap obyek penelitian pertahun, hasilnya

adalah pada tahun 2006 hanya PD.Bank Pasar Klaten yang belum efisien

dalam mengelola input outputnya pada proses intermediasi. Dimana

tingkat efisiensinya adalah 97,06 %.

Sedangkan Bank yang dijadikan rujukan agar Bank Pasar Klaten menjadi

efisien dalam mengelola input outputnya adalah PD. Bank Pasar

Karanganyar dan PD. Bank Pasar Surakarta. Diharapkan dengan

dijadikannya kedua PD.BPR sebagai rujukan, pihak pengelola dapat


(3)

mengelola variabel input outputnya dengan sebaik-baiknya. Yakni dengan

jalan menekan input serendah mungkin untuk mendapatkan output yang

maksimal.

Akan tetapi pada tahun pengamatan 2007 dan tahun 2008 PD. Bank Pasar

Klaten tingkat efisiensinya telah mencapai 100 %. Artinya Bank telah

mampu mengelola inputnya dengan tidak melakukan pemborosan,

sehingga output yang dihasilkan menjadi maksimal.

Jika dilihat dari kekonstanan efisiensi dari tahun 2006 sampai dengan tahun

2008 sebanyak 6 PD. BPR yang telah mampu mengelola input outputnya secara

baik sehingga nilai efisiensinya selama tahun pengamatan adalah 100 %.

Keenam PD, BPR tesebut adalah PD. Bapas Karanganyar, PD. Bapas

Surakarta, PD.Bapas Sukoharjo, PD. Bapas Boyolali, PD. BPR Djoko Tingkir,

PD.BPR Giri Sukadana. Hal ini membuktikan bahwa BPR tersebut di atas

sudah tidak lagi melakukan pemborosan dalam menggunakan input outputnya,

sehingga hipotesis yang menyatakan “Kinerja Perusahaan Daerah Bank

Perkreditan Rakyat di Solo Raya belum semuanya efisien” terbukti.

B.

SARAN – SARAN

Karena pada pengamatan tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 rata – rata PD.

BPR di Solo Raya tingkat efisiensinya telah mencapai 100 % pada proses

intermediasinya, maka bank tetap disarankan untuk :


(4)

a.

Minimisasi Input.

1)

Dana Pihak Ketiga

Minimisasi input, dalam hal ini dana pihak ketiga, adalah dengan

cara menurunkan tingkat suku bunga dan menghapuskan suku

bunga nego untuk tabungan dan deposito. Diasumsikan dengan

cara tersebut di atas akan didapatkan dana yang benar benar

berkualitas dan berdaya guna.

2)

Biaya Operasional

Penurunan suku bunga tabungan dan deposito secara otomatis

akan berpengaruh terhadap penekanan biaya operasional. Selain

itu untuk lebih menekan biaya operasional disarankan untuk lebih

mengutamakan yang lebih penting serta lebih mendayagunakan

sumber dana yang murah, seperti misalnya menekan penggunaan

dana mahal baik yang bersumber dari perbankan maupun dari

pihak ketiga bukan bank.

3)

Biaya Operasional Lainnya

Penekanan angka pemborosan pada biaya operasional, secara

otomatis akan berpengaruh terhadap biaya-biaya pada pos biaya

operasonal lainnya.


(5)

4)

Tenaga Kerja

Jumlah tenaga yang telah mendukung kegiatan perbankan di

dalam penelitian ini, disarankan untuk lebih diberdayagunakan,

sehingga akan menghasilkan kinerja perbankan yang efisien.

b.

Maksimisasi Output.

1)

Kredit yang diberikan

Turunnya suku bunga tabungan dan deposito, akan berdampak

kepada menurunnya suku bunga kredit dan meningkatnya nilai

investasi masyarakat, sehingga peluang bank untuk lebih

memperluas jaringan pemberian kredit kepada masyarakat

semakin besar.

2)

Pendapatan operasional dan pendapatan operasional lainnya

Ekspansi kredit serta penyeleksian calon nasabah secara tepat,

penurunan suku bunga simpanan, serta penekanan terhadap

pengeluaran biaya, secara otomatis berpengaruh terhadap

meningkatnya jumlah pendapatan operasional, dan pendapatan

non operasional.

c.

Selain itu perlu diperhatikan juga adanya pengaruh dari pihak luar

yang dapat mempengaruhi input ataupun output suatu bank, misalnya

Peraturan Daerah, Kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia,

Penetapan suku bunga maksimal yang dikeluarkan oleh Lembaga

Penjaminan Simpanan (LPS).


(6)

d.

Khususnya untuk PD. Bank Pasar Klaten, karena pada tahun

pengamatan 2006 pernah mengalami ketidakefisienan dalam

mengelola

input-outputnya,

tetap

berhati–hati

di

dalam

mempertahankan tingkat efisiensinya, yakni dengan cara lebih

mengoptimalkan input-inputnya untuk menghasilkan ouput maksimal

sesuai dengan variabel yang dipilih didalam penelitian ini.