Nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 26-27 dan aplikasinya

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
YANG TERKANDUNG DALAM AL-QUR’AN
SURAT AL-A’RAF AYAT 26-27 DAN APLIKASINYA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Jenjang Pendidikan Strata Satu (S-1)

Oleh:
SITI NURBAITI
1110011000056

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG TERKANDUNG DALAM
SURAT AL.A'RAF AYAT 26-27 DAN APLIKASINYA
Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Islam (S.Pd.D

Oleh

Siti Nurbaiti

NrM. 11100110000s6

h Bimbingan

NrP. 19450612 196510l

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA
2015

LBMBAR PENGESAHAN DOSEN PBMBIMBING
Skripsi berjuclul Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Al-

Qrrr'an Surat Al'A'raf ayat26-27 dan Aplikasinya disusun oleh Siti Nurbaiti,
NIM. 111001 1000056, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Kegumau, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah
melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak diujikan
pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 14 Januari 201 5

Yang mengesahkan,

Pembimbing

NrP. 19450612 1965101


LBMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam AlQur'an Surat Al-A'raf ayat 26-27 dan aplikasinya disusun oleh SITI
NURBAITI Nomor Induk Mahasiswa 1110011000056, diajukan kepada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah lakarta dan telah
dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 02 Februari 2015 di
hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana SI
(S.Pd.l) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, Februari
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI)

Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag
NrP. 19s80707 198703 I 00s

Sekretaris (Sekretaris Jurusan PAI)

Marhamah Saleh. Lc. MA
NIP. 19720313 200801 2 010
Penguji I


Dr. Sururin. M. Ag
NrP. 19710319 199803 2 001
Penguji II

Drs. Masan AF. M. Pd
NIP. 195107t6 t98103

1 005

Mengetahui:

Dr. FIj. Nurlena Rifa'i. MA. Ph.D
NrP. 19s91020 198603 2 001

2015

SURAT PERI\YATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama

Siti Nurbaiti

NIM

11

Jurusan

Pendidikan Agama Islam

Alamat

Jl. Utan Jati Kp. Wadas RT. 005 RW. 006 Kel. Pegadungan Kec.

1001 1000056

Kalideres Jakarta Barat 1 1830


MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung

dalam Al-Qur'an surat Al-A'raf ayat 26-27 dan Aplikasinya adalah benar
hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

H. Salman Harun

Nama Pembimbing

: Prof. Dr.

NIP

:19450612 1965101 001

Demikian surat pemyataan

ini


saya

buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.

Jakarta, 14Januai2015

Yang Menyatakan

Siti Nurbaiti

KEMENTERIAN AGAMA
UIN JAKARTA
FITK

:
Terbit :


No. Dokumen
Tgl.
No. Revisi:

FORM (FR)

Jl. h. H. Juada No 95 Ciputat 15412lndonesia

:

Hal

FITK-FR-AKD-089
1 Maret 2010
01

1t1

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI


Saya yang bertanda tangan

di bawah ini,

Nama

Siti Nurbaiti

Tempat/Tgl. Lahir

J

NIM

11

Jurusan/Prodi

Pendidikan Agama Islam


Judul Skripsi

Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung Dalam A1-

akarta, 07 Novemb er 1992
1001 1000056

Qur'an Surat Al-A'raf Ayat 26-27 dan Aplikasinya
Dosen Pembimbing
dengan

Prof. Dr. H. Salman Harun

ini menyatakan bahwa slaipsi yang

saya bertanggung

Pemyataan


saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan

jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, Januari

2015

NIM. 1110011000056

ABSTRAK
Nama

: Siti Nurbaiti

NIM

: 1110011000056

Fak/Jur

: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam

Judul

: Nilai-nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Al-Qur’an
Surat Al-A’raf Ayat 26-27 dan Aplikasinya

Al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan, di dalamnya menjelaskan
berbagai aspek-aspek kehidupan termasuk mengenai pendidikan. Setiap ayat yang
disebutkan di dalam al-Qur’an mempunyai makna dan nilai-nilai yang berarti, dan
nilai-nilai yang terkandung adalah sebagai pembelajaran dan pendidikan bagi
kehidupan umat manusia. Sebagai pedoman dan tuntunan hidup, al-Qur’an
diturunkan oleh Allah bukan sekedar untuk dibaca secara tekstual melainkan
dipahami dan diamalkan.
Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 26-27 merupakan ayat al-Qur’an yang di
dalamnya menjelaskan hal-hal mengenai nilai-nilai pendidikan Islam, terutama
dalam masalah pakaian. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam surat Al-A’raf ayat 26-27.
Untuk memperoleh data yang refresentatif dalam pembahasan skripsi ini,
digunakan metode penelitian studi kepustakaan (library research), yaitu dengan
cara mencari, mengumpulkan, membaca, dan menganalisis buku-buku yang
relevan dengan pembahasan skripsi ini. Adapun jenis penelitian skripsi ini adalah
kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa dalam al-Qur’an surat AlA’raf ayat 26-27 terdapat nilai-nilai pendidikan Islam, yaitu Pertama, nilai
pendidikan ibadah, meliputi perintah menutup aurat dan perintah bersyukur yang
mengajarkan kita untuk selalu bersyukur, karena pakaian juga merupakan nikmat.
Kedua, nilai pendidikan aqidah, meliputi, pendidikan taqwa, yang mengajarkan
kita bertaqwa kepada Allah dimana pun kita berada dan Pendidikan keimanan,
yaitu mengajarkan kita untuk selalu beriman kepada Allah SWT.

i

ABSTRACT
Name

: Siti Nurbaiti

NIM

: 1110011000056

Fak / Jur

: MT and Teaching Science / Islamic Education

Title

: Values of Islamic Education Contained in the Qur'an Surah AlAraf verse 26-27 and Applications

The Qur'an is the source of knowledge, in which explain various aspects of life
including education about. Each verse is mentioned in the Qur'an has meaning and
values are means, and values contained are as learning and education for human
life. As a guideline and life guidance, the Qur'an was revealed by God not just to
read textually but understood and practiced.
Al Quran surah Al-Araf verse 26-27 is a verse from the Qur'an that in it
explains things about the educational values of Islam, especially in the matter of
clothing. The purpose of this study was intended to determine the values of
Islamic education contained in the Al-Araf verse 26-27.
To obtain data refresentatif in the discussion of this thesis, used research
methods literature study (library research), that is by searching, collecting,
reading, and analyzing the books that are relevant to the discussion of this thesis.
The type of this thesis is a qualitative study.
Based on the results of the study, showed that the Quran surah Al-Araf verse
26-27 are the values of Islamic education, namely First, the value of religious
education, covering genitalia close command and command grateful that teaches
us to be grateful, because clothing is also delicious. Second, the value of
education aqidah, covers, education taqwa, which teaches us devoted to God
wherever we are and faith education, which teaches us to always believe in Allah
SWT.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia, taufiq, dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW, Rasul pilihan yang membawa cahaya penerang
dengan ilmu pengetahuan. Serta iringan do’a untuk keluarga, sahabat, dan seluruh
pengikutnya yang selalu setia sampai akhir zaman.
Skripsi berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam AlQur’an Surat Al-A’raf ayat 26-27 dan Aplikasinya” ini merupakan tugas akhir
yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada
jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, selesainya penulisan skripsi ini
tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan, motivasi serta dukungan dari
berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bimbingan dan dukungannya sehingga penulisan skripsi
ini dapat terselesaikan. Untuk itu, penulis ingin mennghanturkan ucapan terima
kasih kepada:
1.

Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sekaligus Dosen Pembimbing Akademik.

3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc. MA Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. H. Salman Harun, Dosen Pembimbing yang telah
membimbing, mendidik, memberikan saran dan motivasi, serta mengarahkan
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Alm. Dr. Anshori LAL, MA, Dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing, mendidik, memberikan saran dan motivasi kepada penulis.

ii

iii

6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
khususnya di Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah banyak membina,
membimbing dan menyampaikan ilmu pengetahuannya kepada penulis,
mudah-mudahan bermanfaat bagi penulis di dunia dan di akhirat.
7. Seluruh Staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Perpustakaan FITK atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis
untuk mendapatkan referensi yang mendukung dalam penyelesaian skripsi
ini.
8. Kepada kedua Orang tua penulis ayahanda Alm. H. Abdul Razak dan uminda
Hj. Iin Nurainah yang telah memberikan dukungan, do’a, pengorbanan,
perjuangan serta semangat hingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
9. Kakak-kakak penulis Asep Awaludin, Agus Rachman dan adik-adik penulis
Nurrozzah Sylvianda, Dede Khairunnisa serta keluarga besar penulis yang
telah banyak membantu baik moril maupun materil, memberikan do’a,
dorongan dan semangat selama penulisan skripsi ini.
10. Sahabat terbaik Nurchoirum Mauzuroh, Isnin Nadra, Intan Rahma Yuri
terimakasih atas segala canda, tawa, air mata, dukungan, dan mimpi-mimpi
yang akan kita wujudkan dikemudian hari.
11. Teman seperjuangan teh uchie, mae, mimah, albert dan seluruh keluarga
besar P20AI serta kawan-kawanku di PAI angkatan 2010, terimakasih atas
dukungan, bantuan, dorongan serta motivasi kepada penulis.
12. Sahabat Baniez Eleven Maria Ulfah, Nur Azizah, Amanah terimakasih atas
dukungan, bantuan dan motivasinya kepada penulis.
13. Sang Motivator pribadi Ahmad Abdul Hafiz, yang selalu setia menemani
langkah penulis dan mengisi hari-hari dengan senyum dan tawa, terimakasih
atas do’a, nasihat, saran, pengorbanan, serta bantuannya baik moril maupun
materil selama ini, semoga apa yang kita cita-citakan dapat terwujud. Aamiin.
Tiada kata yang dapat melukiskan rasa syukur dan terimakasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini yang
mungkin tidak dapat penulis sebutkan, semoga Allah SWT membalas kebaikan

iv

kalian semua. Akhir kata tiada gading yang tak retak, penulis menyatakan sebagai
manusia tidak sempurna, dengan senang hati akan menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya sederhana ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Jakarta, Januari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
BAB I :

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ........................................... 7

BAB II : KAJIAN TEORETIK
A. Nilai-nilai Pendidikan Islam .......................................................... 8
B. Pendidikan Berpakaian Islami ....................................................... 20
C. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................... 23
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian ......................................................... 25
B. Metode Penulisan .......................................................................... 25
C. Fokus Penelitian ............................................................................ 26
BAB IV : TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Tafsir Surat Al-A’raf ayat 26-27 .................................................. 28
B. Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Surat AlA’raf ayat 26-27 ............................................................................ 47
1.

Nilai-nilai Pendidikan Ibadah ................................................. 47
a. Menutup aurat ................................................................. 47
b. Perintah bersyukur........................................................... 53

2.

Nilai-nilai Pendidikan Aqidah ................................................ 56
a. Pendidikan Taqwa ........................................................... 56
b. Pendidikan Keimanan ..................................................... 60

C. Aplikasi Pendidikan Berpakaian Islami ........................................ 63

v

vi

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 67
B. Implikasi ........................................................................................ 69
C. Saran ............................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 71

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah untuk menjadi
pedoman bagi seluruh umat masuia, dengan segala petunjuknya yang
lengkap, meliputi aspek kehidupan yang bersifat universal. Nabi Muhammad
Saw sebagai pendidik pertama (pada masa awal pertumbuhan Islam) telah
menjadikan al-Qur’an sebagai dasar utama dalam pendidikan Islam. Bahkan
lebih dari itu, kedudukan al-Qur’an pun telah menjadi sumber pokok dalam
pendidikan Islam.
“Al-Qur’an memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah,
syari’ah, dan akhlak, dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsipil mengenai
persoalan-persoalan tersebut; dan Allah SWT menugaskan Rasul saw., untuk
memberikan

keterangan

yang

lengkap

mengenai

dasar-dasar

itu.

Sebagaimana dalam al-Qur’an surat An-Nahl ayat 44 dijelaskan:”1

           
  
Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan
kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang
telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. (Q.S. AnNahl [16]:44)
Dapat kita ketahui, bahwa agama Islam ialah agama yang membawa
manusia kepada kemajuan dan peradaban tinggi dalam masyarakat, yaitu

1

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1994), h. 33.

1

2

dengan menganjurkan memakai perhiasan yang sederhana dan pakaian yang
layak bagi diri seseorang.2
Pelajaran pertama ihwal peradaban, yang diajarkan Islam kepada
umatnya dalam soal pakaian ini, adalah dalam surat Al-A’raf ayat 26-27: 3

           
           

           

             

      

Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian
takwa. Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari
tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat. Hai
anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia
menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada
keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat
kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya
Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orangorang yang tidak beriman.
(QS. Al-A’raf [7]: 26-27)
Menurut M. Quraish Shihab, “ayat di atas menegaskan bahwa setiap lakilaki dan perempuan wajib menutup auratnya. Ayat ini berpesan kepada
manusia bahwa sesungguhnya Allah telah menyiapkan bahan pakaian untuk
menutupi aurat lahiriah serta bathiniah yakni bahan-bahan pakaian indah
untuk menghiasi diri dan digunakan dalam peristiwa-peristiwa istimewa.”4

2

212.
3
4

Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an karim, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 2004), cet. Ke-73, h.
Husein Shahab, Hijab menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, (Bandung: Mizania, 2013), h. 41.
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), cet. Ke-1, h. 58.

3

Kemudian, setelah menyebut kedua macam pakaian itu, disebut Allahlah
pakaian ketiga, pakaian takwa. Dengan ini diterangkan bahwasannya pakaian
bukanlah semata-mata dua yang lahir itu saja, tetapi ada lagi pakaian ketiga
yang lebih penting, yaitu pakaian takwa, pakaian jiwa.5
Mengenai nikmat Allah yang telah diberikan kepada manusia dan Adam
dahulu. Manusia diperintahkan untuk menjauhkan diri dari perilaku maksiat
dan durhaka, serta bertaqwa, baik dalam keadaan tertutup maupun nyata
(terbuka). Karena Allah yang menurunkan kepada manusia hujan dan awan.
Dengan diturunkannya air hujan itu tumbuhlah kapas dan katun, yang
kemudian bisa dijadikan bahan baku untuk membuat wol dan bulu unta serta
jenis-jenis pakaian lain yang dapat dipergunakan menutupi aurat ataupun
pakaian untuk menutup badan, bahkan untuk menghiasi diri. Allah
menurunkan yang demikian itu dari langit, dengan demikian Allah
menurunkan materi atau bahan baku kapas, katun dan sebagainya untuk
memenuhi kebutuhan sandang bagi manusia, yang bisa menutup tubuh dan
auratnya. Di samping itu, Allah menciptakan beberapa sifat keingintahuan
yang mendorong manusia untuk terus mempelajari cara-cara mempergunakan
dan mengolahnya, sehingga menjadi pakaian yang baik dan menarik.6
Dari ayat di atas sebelumnya bisa dilihat bagaimana Islam memposisikan
manusia dengan sangat mulia. Merupakan sebuah kenikmatan tentunya jika
Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menutup aurat menghiasi diri
dengan pakaian yang merupakan sebuah hiasan dan keindahan.
“Fenomena terbuka aurat pernah terjadi puluhan ribu tahun yang lalu,
dimana Adam dan Hawa melanggar perintah Allah karena termakan bujuk
rayu setan. Maka tanggallah semua hiasan pakaian dan hiasan surga yang
mereka kenakan. Dengan itu maka di turunkanlah mereka di dunia ini.”7
Aurat berasal dari bahasa Arab yang secara literal berarti celah,
kekurangan, sesuatu yang memalukan atau sesuatu yang dipandang buruk
5

Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), juz VIII, h. 197.
Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid, An-Nur, (Bandung:
Mizan), vol 2, h. 1376.
7
Hamka, op. cit., h. 196.
6

4

dari anggota tubuh manusia yang membuat malu bila dipandang. Hal ini
sebagaimana yang dapat difahami dari surat an-Nur ayat 31 yang diartikan
sesuatu anggota tubuh manusia yang membuat malu bila dipandang, atau
buruk untuk diperlihatkan.8
“Pada hakikatnya menutup aurat adalah fitrah manusia yang diaktualkan
pada saat ia memiliki kesadaran. Hal lain yang mengisyaratkan bahwa
berpakaian atau menutup aurat merupakan fitrah manusia adalah penggunaan
istilah “Ya Bani Adam” (Wahai putra putri Adam) dalam ayat-ayat yang
berbicara tentang berpakaian.”9

M. Quraish Shihab dalam bukunya mengatakan:
Pada saat ini yang sering kali menjadi masalah bagi sementara orang
adalah memadukan antara fungsi pakaian sebagai hiasan dengan
fungsinya menutup aurat. Di sini tidak jarang orang tergelincir sehingga
mengabaikan ketertutupan aurat demi sesuatu yang dinilainya keindahan
dan hiasan. Agama Islam menghendaki para pemeluknya agar berpakaian
sesuai dengan fungsi-fungsi tersebut atau paling sedikit fungsinya yang
terpenting yaitu menutup aurat. Ini karena penampakan aurat dapat
menimbulkan dampak negatif bagi yang menampakkan serta bagi yang
melihatnya.10
Di zaman modern seperti sekarang ini, masih ada wanita-wanita yang
memakai jilbab tetapi apa yang dipakainya itu atau gerak-gerik yang
diperagakannya tidak sejalan dengan tuntutan agama dan budaya masyarakat
Islam.
“Allah SWT memang menciptakan manusia dengan keunikan dan
kekhasan yang beragam dan membedakan antara yang satu dengan yang lain.
Dengan keragaman yang ada ini akan terus berlaku sampai akhir zaman.
Perkembangan zamanlah kemudian yang mengubah gaya berbusana orang-

8

Husen Muhammad, Fiqih Perempuan, (Yogyakarta: LKIS, 2001), h. 51.
M. Quraish Shihab, op. cit., h. 158.
10
M. Quraish Shihab, Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), h. 52-

9

53.

5

orang Barat, hingga akhirnya sampai pada model mutakhir seperti sekarang
ini.”11
Islam sendiri telah meletakkan satu etika berpakaian yang prinsip asasnya
ialah menutup aurat, ia cukup baik dan mempunyai tujuan yang amat jelas
kebaikan dan manfaatnya kepada umat Islam, yaitu untuk menjaga
kehormatan dan kesucian diri, sebagai tanda pengenalan umat Islam dan
orang beriman, serta menjaga pandangan mata dari melihat suatu yang haram
dipandang.
Sebagaimana Allah telah memberi peringatakan kepada Adam dan anak
cucunya, bahwa setan telah meminta kesempatan yang luas untuk
memperdayakan Adam dan anak cucunya. Dia akan datang dari muka
menggoda, dari belakang dan dari rusuk kanan dan rusuk kiri, dia tidak akan
berhenti sebelum maksudnya berhasil. Sedangkan manusia telah diberi ilham
oleh Allah untuk berpakaian yang perlu dan berpakaian perhiasan. Dalam
memakai pakaian manusia hendak selalu mengingat akan perdaya setan dan
iblis yang mula-mula menggoda dan menjebak untuk masuk dalam siasatnya,
sehingga Adam dan Hawa melanggar larangan dari Allah untuk tidak
mendekati pohon terlarang itu, maka yang mula-mula sekali terbuka ialah apa
arti kemaluan, sehingga terbukalah aurat masing-masing sampai mereka
cepat-cepat untuk mengambil daun-daun surga guna menutup aurat karena
sangat malu. Oleh sebab itu hendaklah manusia untuk selalu berpakaian
lengkap.12
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
kandungan yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 26-27, dengan
judul “Nilai-nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Al-Qur’an
Surat Al-A’raf ayat 26-27 dan Aplikasinya”.

11

Mahmoud Hamdi Zaqzouq, Islam Dihujat Islam Menjawab, (Jakarta: Lentera Hati, 2008),
h. 151-153.
12
Hamka, op. cit., h. 199.

6

B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
a.

Kurangnya penanaman nilai-nilai pendidikan berpakaian Islami bagi
manusia berdasarkan surat Al-A’raf ayat 26-27.

b.

Masih banyak orang tua yang cuek dan bangga apabila anaknya tidak
berpakaian Islami.

c.

Kurangnya kesadaran manusia akan berpakaian yang sesuai dengan
ajaran Islam.

d.

Masih ada wanita-wanita yang memakai jilbab tetapi apa yang
dipakainya tidak sejalan dengan tuntutan agama.

e.

Sedikitnya kajian tentang pengetahuan menanamkan makna pakaian bagi
manusia berdasarkan surat Al-A’raf ayat 26-27.

C. Pembatasan Masalah
Untuk lebih terarahnya pembahasan dalam skripsi ini, maka penulis
membatasi masalah yaitu:
a.

Nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalam al-Qur’an surat AlA’raf ayat 26-27.

b.

Aplikasi berpakaian Islami dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan alQur’an surat Al-A’raf ayat 26-27.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang
penulis ajukan adalah :
a.

Nilai-nilai pendidikan apa saja yang terkandung di dalam al-Qur’an surat
Al-A’raf ayat 26-27.

b.

Bagaimana aplikasi berpakaian Islami dalam kehidupan sehari-hari
berdasarkan al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 26-27.

7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai melalui
penelitian ini adalah:
a.

Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan apa saja yang terkandung
dalam al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 26-27.

b.

Untuk

mengaplikasikan

pendidikan

berpakaian

Islami

dalam

kehidupan sehari-hari.
2. Manfaat Penelitian
a.

Hasil penelitian ini diharapkan menarik minat peneliti lain, khususnya
para mahasiswa untuk mengembangkan penelitian lanjutan tentang
masalah yang sama.

b.

Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan.

c.

Menambah pengetahuan masyarakat mengenai adab berpakaian sesuai
syari’at Islam.

d.

Agar pesan-pesan yang terkandung didalamnya dapat direalisasikan
dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Nilai-nilai Pendidikan Islam
Kehidupan manusia tidak terlepas dari nilai dan nilai itu selanjutnya
diinstitusikan. Institusional nilai yang terbaik adalah melalui upaya
pendidikan. Pandangan Freeman But dalam bukunya Cultural History Of
Western Education yang dikutip Muhaimin dan Abdul Mujib menyatakan
bahwa “hakikat pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi nilai.
Proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai serta proses
penyesuaian terhadap nilai”.1
Prof. Dr. Hasan Langgulung mengatakan sebagaimana dikutip oleh
Jalaludin bahwa :
Pendidikan dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu, dari sudut
pandang individu dan masyarakat. Dari sudut individu pendidikan
diartikan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi individu,
sedangkan dari sudut masyarakat pendidikan merupakan pewarisan nilainilai budaya kepada generasi muda agar tetap terpelihara dan
terlestarikan. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan pewarisan nilainilai tersebut adalaha nilai-nilai ajaran Islam. Nilai-nilai yang telah
terbentuk dalam tradisi dan budaya Islam dan menjadi sebuah peradaban
Islam.2
Sedangkan Susanto dalam bukunya Pemikiran Pendidikan Islam
mengatakan:
Pendidikan Islam merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cita-cita
hidup Islam untuk melestarikan, mengalihkan, menanamkan
(internalisasi) dan mentransformasi nilai-nilai Islam yang meliputi proses
perubahan sikap dan tingkah laku serta kognitif peserta didik, baik secara
kelompok maupun individual ke arah kedewasaan yang optimal dengan
melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam.3

1

Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya,
1993), h. 127.
2
Jalaludin, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sejarah dan Pemikirannya, (Jakarta: Kalam
Mulia, 2001), h. 134.
3
Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), cet. Ke-1, h. 3.

8

9

Transformasi nilai-nilai Islam tersebut juga berarti merubah bentuk
kebiasaan masyarakat lama ke dalam bentuk kehidupan baru yang pada
pengamatannya diketahui bahwa kehidupan masyarakat lama dibentuk oleh
nilai-nilai adat yang diwariskan dari generasi sebelumnya yang berupa pola
pikir, prilaku yang harus di taati. Dengan transformasi nilai ajaran Islam
tersebut dapat mengarahkan kehidupan kita sesuai dengan ideologi Islam
serta dapat dengan mudah membentuk kehidupan diri kita sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam.

1.

Pengertian Nilai
“Menurut bahasa nilai artinya harga, hal-hal yang penting atau berguna

bagi kemanusiaan, sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan
hakikatnya.”4
Nilai merupakan sesuatu yang dianggap berharga, yang dipergunakan
sebagai landasan, pedoman atau pegangan seseorang dalam menjalankan
sesuatu sebagai pengukuran terhadap apa yang telah kita kerjakan atau
usahakan. Sesuatu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi
kehidupan manusia.
Menurut

pandangan

idealisme

para

pengikut

Hegel

(Hegelian)

sebagaimana dikutip Noor Syam, bahwa “nilai ialah suatu yang bersifat
normatif dan objektif, berlaku umum. Bahkan nilai itu bersifat idealisme, citacita tiap pribadi yang mengerti dan menyadarinya, nilai itu menjadi norma,
ukuran untuk suatu tindakan seseorang apakah itu baik, buruk dan
sebagainya.”5 Lebih lanjut ditegaskan bahwa, nilai-nilai tidak hanya menurut
pikiran dan keinginan manusia secara subjektif. Nilai-nilai itu bersifat
objektif, universal, independen dalam arti bebas dari pengaruh rasioa dan
keinginan manusia secara individual.

4

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), edisi ke-3, h. 783.
5
M. Noor Syam, Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1988), cet. IV, h. 133.

10

Dalam nilai terkandung sesuatu yang ideal, harapan yang dicita-citakan
untuk kebajikan. Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan menghubungkan
sesuatu dengan yang lain dan kemudian mengambil keputusan. Sesuatu
dianggap punya nilai jika sesuatu itu dianggap penting, baik dan berharga
bagi kehidupan umat manusia, baik ditinjau dari segi religius, politik, hukum,
moral, etika, estetika, ekonomi dan sosial budaya.
Nilai bukan semata-mata utuk memenuhi dorongan intelek dan keinginan
manusia. Nilai justru berfungsi untuk membimbing dan membina manusia
supaya menjadi lebih luhur, lebih matang, sesuai dengan martabat human
dignity.
Berdasarkan pada pendapat serta pengertian sebagaimana tersebut di atas,
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa nilai ialah suatu hal yang bersifat
normatif dan objektif, sebagai ukuran atas suatu tindakan yang menjadi
norma yang akan membimbing dan membina manusia supaya mejadi lebih
luhur, berguna dan bermanfaat dalam kehidupannya.
Nilai dapat dipandang sebagai sesuatu yang berharga, memiliki kualitas,
baik itu kualitas tinggi atau kualitas rendah. Notonegoro dalam Kaelan,
menyebutkan adanya 3 macam nilai. Dari ketiga jenis nilai tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan
jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia. Nilai kerohanian meliputi:
1) Nilai Kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta
manusia)
2) Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur
perasaan (emotion) manusia.
3) Nilai kebaikan atau nilai yang bersumber pada unsur kehendak
manusia.6
Dari uraian mengenai macam-macam nilai di atas, dapat dikemukakan
bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya sesuatu yang berwujud
6

Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2008), h. 87.

11

material saja, akan tetapi juga sesuatu yang berwujud non-material atau
immaterial. Bahkan sesuatu yang immaterial itu dapat mengandung nilai yang
sangat tinggi dan mutlak bagi manusia. Nilai-nilai material relatif lebih
mudah diukur, yaitu dengan menggunakan panca indera maupun alat
pengukur seperti berat, panjang, luas, dan sebagainya. Sedangkan nilai
kerohanian atau spiritual lebih sulit mengukurnya. Dalam menilai hal-hal
tersebut, yang menjadi alat ukurnya adalah hati nurani manusia yang dibantu
oleh alat indra, cipta, rasa, karsa, dan keyakinan manusia.

2.

Landasan Nilai-nilai Pendidikan Islam
“Setiap usaha, kegiatan, tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu

tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh
karena itu pendidikan Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia harus
mempunyai landasan kemana semua kegiatan dan semua perumusan tujuan
pendidikan Islam itu dihubungkan.”7
“Pendidikan Islam sangat memperhatikan penataan individual dan sosial
yang membawa penganutnya pada pengaplikasian Islam dan ajaran-ajarannya
kedalam tingkah laku sehari-hari. Karena itu, keberadaan sumber dan
landasan pendidikan Islam harus sama dengan sumber Islam itu sendiri, yaitu
al-Qur’an dan as-Sunnah.”8
Pandangan hidup yang mendasari seluruh kegiatan pendidikan Islam
ialah pandangan hidup muslim yang merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat
universal yakni al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih juga pendapat para
sahabat dan ulama sebagai tambahan. Hal ini senada dengan pendapat Ahmad
D. Marimba yang menjelaskan bahwa “yang menjadi landasan atau dasar
pendidikan sebagai sebuah bangunan sehingga isi al-Qur’an dan al-Hadits

7

Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara bekerja sama dengan
Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Depag, 1992), h. 19.
8
Abdurrahman an Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1983), Cet-III, h. 28.

12

menjadi pedoman, karena menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap
berdirinya pendidikan.”9
a. Al-Qur’an
Menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, “Secara etimologi alQur’an berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qira’atan, yang berarti
mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dhammu) huruf-huruf
atau kata-kata dari satu bagian ke bagian yang lain secara teratur.”10
Menurut Zakiyah Daradjat:
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh
jibril kepada Nabi Muhammad SAW. didalamnya terkandung ajaran
pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek
kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an
itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan
masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang berhubungan
dengan amal yang disebut syari’ah.11
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir dalam bukunya Ilmu Pendidikan
Islam, mengatakan:
Al-Qur’an dijadikan sebagai sumber pendidikan Islam yang pertama
dan utama karena ia memiliki nilai absolut yang diturunkan dari
Tuhan. Allah SWT menciptakan manusia dan Dia pula yang mendidik
manusia, yang mana isi pendidikan itu telah termaktub dalam wahyuNya. Tidak ada satupun persoalan, termasuk persoalan pendidikan,
yang luput dari jangkauan al-Qur’an.12
b. As-Sunnah
Setelah al-Qur’an, pendidikan Islam menjadikan as-Sunnah sebagai
dasar dan sumber kurikulumnya. Secara harfiah sunnah berarti jalan,
metode dan program. Secara istilah sunnah adalah perkara yang
dijelaskan melalui sanad yang shahih baik itu berupa perkataan,
perbuatan, atau sifat Nabi Muhammad SAW.

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Al-Ma’arif, 1989), h. 19.
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 32.
11
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara bekerja sama dengan
Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Depag, 1992), h. 19.
12
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, op. cit., h. 32-33.
9

10

13

Abdurrahman An Nahlawi dalam bukunya Prinsip-prinsip dan
Metode Pendidikan Islam :
Sebagaimana al-Qur’an, sunnah berisi petunjuk-petunjuk untuk
kemaslahatan manusia dalam segala aspeknya yang membina manusia
menjadi manusia yang bertaqwa. Dalam dunia pendidikan sunnah
memiliki dua faedah yang sangat besar, yaitu:
1) Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam alQur’an atau menerangkan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya.
2) Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah
SAW bersama anak-anaknya dan penanaman keimanan kedalam
jiwa yang dilakukannya.13
3.

Pengertian Pendidikan Islam
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan ialah “proses

perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.”14
“Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” yang diberi awalan “pe” dan
akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara, dan sebagainya).
Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani yaitu “paedagogie”,
yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.”15 Djumransjah dan
Abdul Malik Karim Amrullah dalam bukunya Pendidikan Islam, “Istilah
pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat di dalam
masyarakat dan bangsa.”16
Pendidikan Islam sebagaimana diketahui adalah pendidikan yang dalam
pelaksanaannya berdasarkan pada ajaran Islam. Karena ajaran Islam
berdasarkan al-Qur’an, As-Sunnah, pendapat ulama serta warisan sejarah,

13

Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung:
Diponogoro, 1992), h. 47.
14
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h.
232.
15
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 13.
16
Djumransjah dan Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang
Press, 2007), h. 1.

14

maka pendidikan Islam pun mendasarkan diri pada Al-Qur’an, As-Sunnah,
pendapat para ulama serta warisan sejarah tersebut.17
Pendidikan dalam pengertian luas adalah “meliputi semua perbuatan atau
semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya,
pengalamannya, kecakapan serta ketrampilannya kepada generasi muda,
sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memnuhi fungsi
hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah.”18
Secara terminologi

pendidikan mempunyai

beberapa pengertian,

diantaranya menurut Anton Moeliono yang dikutip oleh Samsul Nizar, ia
mendefinisikan pendidikan sebagai “proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan, dan cara-cara mendidik.”19
Sedangkan menurut Langeveld sebagaimana dikutip oleh Alisuf Sabri,
menyebutkan bahwa pendidikan itu ialah “pemberian bimbingan atau bantuan
rohani bagi yang masih memerlukan, pendidikan itu terjadi melalui pengaruh
dari seseorang yang telah dewasa kepada orang yang belum dewasa.”20
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan
peserta didik atau dalam mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam
lingkungan tertentu. Interaksi ini disebut interaksi pendidikan, yaitu adanya
keterkaitan dan saling mempengaruhi antara pendidik dengan anak didik.
Dalam saling mempengaruhi ini, peranan pendidik lebih besar dan lebih
utama karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih
berpengalaman, lebih banyak menguasai nila-nilai pengetahuan dan
lingkungan dibanding dengan peserta didik.21
Pengertian pendidikan secara umum itu kemudian dihubungkan dengan
Islam sebagai suatu sistem keagamaan menimbulkan pengertian-pengertian

17

Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press), h. 15.
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. Ke-V h. 92.
19
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001), cet. Ke-1, h. 92.
20
Alisuf Sabri, Pengaruh Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Press, 2005), cet. Ke-1, h. 8.
21
Zuhairini, loc. cit.
18

15

baru. Abdurahman An-Nahlawi menggambarkan hubungan antara Islam dan
pendidikan sebagai berikut:
“Islam merupakan syari’at Allah bagi manusia yang dengan syari’at itu
manusia beribadah. Agar manusia mampu memikul dan merealisasikan
amanat besar itu membutuhkan pengalaman, pengembangan, dan pembinaan.
Pengembangan dan pembinaan itulah yang dimaksud dengan pendidikan
Islam.”22
Dari definisi diatas baik secara etimologi maupun terminologi, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha transfer nilai-nilai budaya
dalam rangka penyempurnaan tingkah laku, pendewasaan dan pemahaman.
Atau dengan kata lain bahwa orientasi dari pendidikan adalah pembentukan
nilai-nilai kepribadian yang luhur dan berkualitas.

4.

Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan agama Islam secara umum adalah “meningkatkan

keimanan, pemahaman, pengetahuan, pengalaman peserta didik tentang
agama Islam. Sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah swt serta berakhlak mulia dan berguna bagi masyarakat, agama
dan Negara.”23
“Sebagai suatu kegiatan yang terencana, pendidikan Islam memiliki
kejelasan tujuan yang hendak dicapai. Banyak dari para ahli yang mengkaji
dengan sungguh-sungguh apa yang menjadi tujuan pendidikan tersebut. Hal
ini bisa dimengerti karena tujuan pendidikan mempunyai kedudukan yang
amat penting.”24

22

Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di rumah, Sekolah Dan Masyarakat, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1991), cet. Ke-1, h. 28.
23
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), cet. Ke3, h. 79.
24
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 45.

16

Abuddin Nata berpendapat sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad
Syar’i:
Sebagai suatu kegiatan yang terencana, pendidikan Islam memiliki
kejelasan tujuan yang ingin dicapai. Sulit dibayangkan jika ada suatu
kegiatan tanpa memiliki kejelasan tujuan. Menurutnya, perumusan dan
penetapan tujuan pendidikan Islam harus memenuhi kriteria berikut:
a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah di muka bumi dengan
melaksanakan tugas-tugas memakmurkan dan mengelola bumi
sesuai kehendak Tuhan.
b. Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahan
di muka bumi dilakukan dalam rangka pengabdian atau beribadah
kepada Allah.
c. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia sehingga tidak
menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya.
d. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa, dan jasmani guna
pemilikan pengetahuan, akhlak dan keterampilan yang dapat
digunakan mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya. Serta,
e. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.25
Omar Muhammad al-Toumi al-Syaibani yang dikutip oleh Ahmad Syar’i
merumuskan tujuan pendidikan Islam sejalan dengan misi Islam itu sendiri,
yaitu: “mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai tingkat akhlakul
karimah”. Sementara Jalaluddin dan Usman Said menyimpulkan tujuan
pendidikan Islam telah terangkum dalam kandungan surah al-Baqarah ayat
201:

 
          
  
dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami,
berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah Kami dari siksa neraka".26

25

Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), cet. Ke-1, h. 24-

26

Ibid., h. 28.

25.

17

Dari berbagai tujuan pendidikan Islam di atas menggambarkan betapa
luasnya ruang lingkup dan sasaran yang harus dicapai pendidikan Islam,
namun demikian, pada hakikatnya tujuan pendidikan Islam identik dengan
tujuan kehidupan manusia khususnya umat Islam, yang pada intinya untuk
memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.

5.

Dasar-dasar Pendidikan Islam
Dasar secara bahasa, “berarti asa, fundamen, pokok atau pangkal segala

sesuatu (pendapat, ajaran, aturan)”.27 Lebih lanjut dikatakan bahwa, dasar
adalah landasan berdirinya sesuatu. “Fungsi adalah memberikan arah kepada
tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya
sesuatu.”28
Pendidikan Islam sebagai aktivitas yang bergerak dalam bidang
pendidikan dan pembinaan kepribadian tertentu memerlukan dasar atau
landasan kerja untuk memberi arah bagi programnya. Ajaran itu bersumber
pada al-Qur’an dan as-Sunnah Rasulullah saw dan ijtihad (hasil pikir
manusia). Dasar inilah yang membuat ilmu pendidikan ini disebut sebagai
ilmu pendidikan Islam. Tanpa dasar ini, maka tidak ada ilmu pendidikan
Islam.
a. Al-Qur’an
“al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh
malaikat jibril kepada Nabi Muhammad saw. Di dalamnya terkandung
ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek
kehidupan melalui ijtihad. Ajaran berhubungan dengan masalah keimanan
yang disebut akidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut
syari’ah.”29
Nabi Muhammad sebagai pendidik pertama, (pada masa awal
pertumbuhan Islam) telah menjadikan al-Qur’an sebagai sumber pokok
serta dasar pendidikan Islam. Kedudukan al-Qur’an sebagai sumber pokok
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus…. h. 121.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), cet. Ke-1, h. 12.
29
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. Ke-3, h. 21.

27
28

18

pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat al-Qur’an itu yang berbunyi:
surat Al-„Alaq 1-5

             

           

bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Al-Qur’an diperuntukkan bagi manusia untuk dijadikan sebagai
pedoman hidupnya. Sebab pada dasarnya al-Qur’an banyak membahas
tentang berbagai aspek kehidupan manusia, dan pendidikan merupakan
tema terpenting yang dibahasnya. Setiap ayatnya merupakan bahan baku
bangunan pendidikan yang dibutuhkan manusia. Hal ini tidak aneh
mengingat al-Qur’an merupakan kitab hidayah, dan seseorang bisa
memperoleh hidayah tiada lain atas kehendak Allah, karena pendidikan
yang benar serta ketaatannya.
Menurut M. Quraish Shihab, al-Qur’an secara garis besar mempunyai
tiga tujuan pokok, diantaranya:
1) Petunjuk aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia
yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan, dan kepastian
akan adanya hari pembalasan.
2) Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan
norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh
manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.
3) Petunjuk mengenai syari’ah dan hukum dengan jalan menerangkan
dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Atau dengan kata lain
yang lebih singkat al-Qur’an adalah petunjuk bagi seluruh manusia
kejalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.30

30

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1997), cet. Ke- 26, h. 40.

19

b. As-Sunnah
Dasar yang kedua setelah al-Qur’an ialah as-Sunnah Rasulullah saw,
amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah dalam proses perubahan sikap
hidup sehari-hari tersebut menjadi dasar utama pendidikan Islam setelah
al-Qur’an, karena Allah telah menjadikan Rasulullah sebagai teladan bagi
umatnya, sebagaimana firmannya dalam surah al-Ahzab ayat 21 berikut
ini:

      
       
   
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
As-Sunnah menurut bahasa artinya jalan, baik terpuji maupun tercela.
Sedangkan menurut istilah ahli hadits, “sunnah ialah segala yang
dinukilkan dari Nabi saw, baik berupa perkataan, taqrir, pengajaran, sifat,
keadaan, maupun perjalanan hidup beliau: baik yang berupa demikian itu
terjadi sebelum maupun sesudah diangkat menjadi Rasul.”31

c. Ijtihad
“Adap

Dokumen yang terkait

Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Surat AL-Ankabut Ayat 16-24

2 20 87

Nilai-nilai pendidikan ibadah yang terkandung dalam surat al-hajj ayat 41

2 32 87

Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Al-Quran surat Al-Waqiah ayat 57-74

5 98 80

Nilai-Nilai Pendidikan Keimanan Yang Terkandung dalam Al-Quran Surat Al-Waqiah Ayat 57-74

23 205 80

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM AL-QUR’AN ( SURAT AL-BAQARAH AYAT 132-133, SURAT MARYAM AYAT 27-33, DAN Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Al-Qur’an ( Surat Al-Baqarah Ayat 132-133, Surat Maryam Ayat 27-33, Dan Surat Yusuf Ayat 4-8 ).

0 2 15

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM AL-QUR’AN (SURAT AL-BAQARAH AYAT 132-133, SURAT MARYAM AYAT 27-33, DAN SURAT Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Al-Qur’an ( Surat Al-Baqarah Ayat 132-133, Surat Maryam Ayat 27-33, Dan Surat Yusuf Ayat 4-8 ).

0 4 18

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM SURAT AL-HUJURAT AYAT 11-13 Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Yang Terkandung Dalam Surat Al-Hujurat Ayat 11-13.

1 3 15

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM SURAT AL-HUJURAT AYAT 11-13 Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Yang Terkandung Dalam Surat Al-Hujurat Ayat 11-13.

0 6 13

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK YANG TERKANDUNGDALAM SURAT AL ISRAA’ AYAT 23-27 Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat Al Israa’ ayat 23-27.

1 5 11

KONSEP JILBAB DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN (NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DALAM SURAT AL AHZAB AYAT 33 DAN 59, AL A’RAF AYAT 26 DAN 31, DAN AN NUR AYAT 31) SKRIPSI

0 0 122