1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan primer yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa
dapat diukur apakah bangsa itu maju atau mundur, karena seperti yang diketahui bahwa suatu pendidikan tentunya akan mencetak Sumber Daya
Manusia yang berkualitas, baik dari segi spiritual, intelegensi dan skill, di samping sebagai proses mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output
dari proses pendidikan ini gagal, maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan. Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidikan harus
dipandang sebagai sebuah kebutuhan, sama halnya dengan kebutuhan- kebutuhan lainnya. Oleh karena itu, tentu peningkatan mutu pendidikan juga
berpengaruh terhadap perkembangan suatu bangsa. Ahmad Tafsir 2008: 26 menjelaskan bahwa pendidikan dalam
pengertian yang luas yaitu pengembangan pribadi dalam semua aspeknya. Pengembangan pribadi adalah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri
serta pendidikan oleh orang lain guru. Sedangkan seluruh aspek mencakup jasmani, akal dan hati. Teori ini tidak sepenuhnya bisa diterapkan, karena
pada kenyataannya, pendidikan oleh diri sendiri itu sulit dilaksanakan, teorinya pun tidak banyak berkembang. Akan tetapi, pendidikan yang mudah
direkayasa itu adalah pendidikan oleh orang lain kepada orang lain, di mana pelaksanaannya dapat dikembangkan di rumah, sekolah dan masyarakat. Di
antara ketiga tempat pendidikan itu, pendidikan sekolah adalah yang paling mudah direncanakan, teori-teorinya pun berkembang dengan pesat.
Dari penjabaran di atas dapat diungkapkan, bahwa hasil yang ingin dicapai dari suatu pendidikan adalah cerdas secara keseluruhan, yaitu
seimbang antara kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual dengan mengembangkan segala potensi yang ada. Proses pengembangan potensi diri
dapat dilakukan oleh diri sendiri maupun oleh orang lain atau lingkungan. Di dalam Islam, pendidikan pun merupakan kebutuhan yang sangat
penting, bahkan menduduki posisi paling penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, wajar bagi orang Islam meletakkan Al-Quran, Hadits, dan
akal sebagai dasar bagi teori-teori pendidikannya. Definisi pendidikan Islam menurut Ahmad Tafsir 2008: 32 ialah
bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Bila disingkat,
pendidikan Islam ialah bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi muslim semaksimal mungkin. Definisi ini menyangkut dua hal, yang pertama adalah
pendidikan oleh seseorang terhadap orang lain, yang bisa diselenggarakan di dalam keluarga, sekolah, ataupun masyarakat; dan yang kedua menyangkut
pembinaan aspek jasmani, akal, dan hati anak didik. Pendidikan Islam mempunyai tujuan yang jelas, seperti yang di
ungkapkan oleh Muhammad Quthb bahwasanya tujuan umum pendidikan Islam itu adalah membentuk manusia yang taqwa. Itulah
manusia yang baik menurutnya. Itu diambil dari Al-Quran surat al- Hujarat ayat13:
sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian menurut padangan Allah ialah yang paling tinggi tingkat ketaqwaannya.
Manusia yang taqwa ialah manusia yang selalu beribadah kepada Allah, manusia yang selalu menuruti ajaran Allah, dan manusia yang
memenuhi syarat untuk menjadi khalifah Allah di bumi Ahmad Tafsir, 2008: 48.
Dalam syariat Islam, setiap orang berhak mendapatkan pendidikan
yang sama tanpa membedakan laki-laki atau perempuan. Bahkan kaum perempuan mendapatkan kemuliaan dan kehormatan, sehingga kedudukannya
terangkat dan martabatnya diakui. Ia memiliki hak dan kewajiban yang setara dengan kaum laki-laki. Sebagai bukti bahwa agama Islam menghormati dan
menghargai kaum perempuan, yaitu Allah subhanahu wa ta’ala memberikan
nama salah satu surah dalam Al-Quran dengan nama Surat An-Nisa, yang artinya adalah kaum perempuan. Selain itu, ada juga Surat di dalam Al-Quran
yang bernama Surat Maryam. Bukti berikutnya adalah Al-Quran Al-Karim tidak menyebutkan sifat kebaikan pada kaum laki-laki, kecuali dengan disertai
penyebutan kaum perempuan pula. Allah menyamakan keduanya dalam pahala amal kebaikan. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Al-
Ahzab ayat 35:
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan
yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki- laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-
laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah,
laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut
nama Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar QS. Al-Ahzab: 35 Al-
Qur‟an dan Terjemah Edisi Departemen Agama, 2006: 422.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, disebutkan bahwa kebaikan kepada ibu dalam hal ini adalah seorang wanita tiga kali
lebih besar daripada kepada ayah. Sebagaimana Hadits Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam:
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, seseorang datang
kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, wahai
Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali? Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, Ibumu dan orang tersebut kembali
bertanya, Kemudian siapa lagi? Nabi shalalla ahu ‘alaihi wasallam
menjawab, Ibumu orang tersebut bertanya kembali, Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab, Ibumu, orang tersebut bertanya kembali, Kemudian siapa
lagi, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, kemudian ayahmu
HR. Bukhari, Muslim Yazid Abdul Qadir, 2004: 50-51.
Peranan perempuan di dalam pendidikan Islam sejak Islam diturunkan sampai sekarang tidak kalah penting dengan laki-laki, sebagai
contoh yaitu di masa sepeninggal Nabi, banyak para sahabat yang belajar agama kepada
„Aisyah istri beliau karena faqihnya dan banyaknya ilmu agama yang diperoleh
„Aisyah dari Nabi salallahu ‘alaihi wa sallam. „Aisyah merupakan seorang Sahabat yang paling banyak meriwayatkan Hadits. Faktor-
faktor yang membuat posisi „Aisyiyah tidak bisa ditandingi oleh para Sahabat maupun para istri Nabi di bidang ilmu Hadits dan Sunnah
karena „Aisyiyah
adalah istri Nabi yang paling banyak memiliki kesempatan untuk selalu bersama-
sama beliau. Di samping itu, rumah „Aisyiyah yang bersebelahan dengan Masjid Nabawi, di mana Masjid tersebut merupakan tempat yang
digunakan setiap hari untuk belajar dan menimba ilmu bersama Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam Sulaiman An-Nadawi, 2007: 292-293. Adapun
di masa sekarang ini banyak dijumpai organisasi perempuan yang berkecimpung di bidang pendidikan guna memajukan pendidikan di negeri ini.
Salah satu yang banyak menunjukkan peran serta pengaruhnya adalah organisasi perempuan
„Aisyiyah. „Aisyiyah adalah organisasi perempuan yang bergerak dalam bidang
sosial, keagamaan dan kemasyarakatan. Sebagai komponen organisasi perempuan Muhammadiyah,
„Aisyiyah didirikan pada tanggal 27 Rajab 1335 bertepatan dengan tanggal 19 Mei 1917 di Yogyakarta oleh KH. Ahmad
Dahlan, yang pada awalnya berupa perhimpunan Sopo Tresno yang didirikan tahun 1914 M. Sebutan „Aisyiyah waktu itu masih menggunakan ejaan lama
„Aisjijah, artinya pengikut „Aisyah, istri Nabi Muhammad yang dikenal cemerlang pemikirannya, salah satu sumber periwayatan hadits, dan sosok
perempuan pemberani. Sopo Tresno artinya siapa cinta sendiri merupakan perhimpunan yang sebelumnya merupakan wahana perhimpunan yang
embrionya merupakan forum pengajian yang dibidani Kyai Dahlan yang anggota-anggotanya saat itu terdiri atas perempuan-perempuan muda usia lima
belas tahunan Haedar Nashir, 2010: 354.
Keterlibatan „Aisyiyah dalam penyelenggaraan pendidikan sudah dimulai sejak tahun 1919, dua tahun setelah kelahirannya, yaitu dengan
mempelopori mendirikan Frobel atau Taman Kanak-kanak.. Pendirian Frobel saat itu merupakan Frobel yang pertama kali didirikan oleh pribumi bangsa
Indonesia. „Aisyiyah memberi nama yang berbeda terhadap pendidikan formal tersebut dengan nama Bustanul Athfal. Untuk membedakan dengan TK
yang lain, sebutan Bustanul Athfal dipa kai sebagai identitas milik „Aisyiyah.
Dengan demikian nama lengkapnya menjadi Taman Kanak- kanak „Aisyiyah
Bustanul Athfal Pimpinan Pusat Aisyiyah, 2006: 69. Dalam perkembangannya, gerakan
„Aisyiyah dari waktu ke waktu terus meningkatkan peran dan memperluas kerja dalam rangka peningkatan
dan pemajuan pendidikan Islam di Indonesia. Hasil yang sangat nyata adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan sekolah dari Taman Kanak-kanak
hingga perguruan tinggi, rumah sakit, balai bersalin, panti asuhan, panti jompo, rumah-rumah sosial, dan lembaga ekonomi.
Dalam penelitian ini penulis tidak membahas „Aisyiyah secara
umum dalam peranannya terhadap pendidikan Islam di Indonesia, melainkan sebagai organisasi perempuan Islam yang dapat menumbuh kembangkan serta
meningkatkan pendidikan Islam di Kelurahan Karangasem, Kecamatan
Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah yang berada di bawah Pimpinan Ranting
„Aisyiyah Karangasem. Realitas dari gerakan Ranting
„Aisyiyah Karangasem telah dapat dirasakan oleh masyarakat khususnya masyarakat Karangasem, kehadiran
Ranting „Aisyiyah Karangasem telah terlihat dengan banyaknya amal usaha
yang telah dilakukan, seperti mendirikan Taman Kanak-kanak dan menyelenggarakan Pendidikan Anak Usia Dini serta mengadakan beberapa
pengajian. Sambutan yang baik dari masyarakat akan kegiatan-kegiatan pengajian yang diselenggarakan Pimpinan Ranting „Aisyiyah Karangasem
menjadikan pengamalan ibadah serta semangat menuntut ilmu agama bagi mayarakat khususnya para ibu-ibu menjadi semakin tinggi. Hal itu terlihat dari
antusiasnya kaum ibu-ibu dalam mengikuti semua kegiatan-kegiatan „Aisyiyah Karangasem khususnya pengajian. Dalam kesehariannya pun para
ibu-ibu selalu menerapkan ilmu yang mereka dapatkan dari pengajian- pengajian tersebut dan menjauhi segala perbuatan yang menyelisihi ajaran
Islam yang benar. Kegiatan-kegiatan pendidikan Islam yang diselenggarakan Ranting
„Aisyiyah Karangasem yang merupakan kegiatan untuk untuk kaum perempuan bisa menyamai kegiatan-kegiatan pendidikan Islam yang
diselenggarakan oleh dan untuk kaum laki-laki. Apabila dibandingkan dengan beberapa kelurahan yang lain, kegiatan-kegiatan pendidikan Islam untuk kaum
perempuan relatif lebih sedikit dibandingkan kegiatan-kegiatan pendidikan Islam untuk kaum laki-laki.
Oleh sebab itu, penulis ingin meneliti lebih lanjut pelaksanaan pendidikan Islam di Karangasem Laweyan Surakarta yang diselenggarakan
oleh Ranting
„Aisyiyah pada satu periode yang telah dipertanggungjawabkan dalam laporan pertanggungjawaban organisasi yaitu pada periode 2005-2010.
Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang
berjudul Peran Ranting ‘Aisyiyah dalam Pendidikan Islam di
Karangasem Laweyan Surakarta Tahun 2005 - 2010.
B. Penegasan Istilah