Agus Irawan Sensus, 2014. MODEL KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN UNTUK MENGEMBANGKAN
KETERAMPILAN SOSIAL ANAK DENGAN HIGH FUNCTIONING AUTISM DISEKOLAH DASAR INKLUSIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Dukungan Materi
a. Memberikan
biaya tambahan
b.
Memberikan alat bantu belajar dan
fasilitas sekolah Pedoman
Wawan- cara
Guru Kelas
Kepala Sekolah
Orang Tua Anak
Autis
5. Model bermain
peran yang diperlukan
untuk mengembangka
n keterampilan sosial anak High
Functioning Autism di
sekolah dasar inklusif
Struktur Model
bermain peran
untuk mengem-
bangkan Keteram-
pilan Sosial di
sekolah dasar
sekolah inklusi
a. Rasional
b. Tujuan
c. Asumsi Model
d. Target Intervensi
e. Komponen
Model f.
Langkah- langkah Model
g. Kompetensi
Konselor h.
Struktur, isi kompetensi
i. Evaluasi,
indikator keberhasilan
j. Pengembangan
Staf Skala
Penilaian Pakar BK
Pakar PLB
b. Pengembangan Alat Pengumpul Data
Sesuai dengan jenis metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, maka peneliti sendiri merupakan instrumen utama penelitian. Dalam
hal ini, Lincoln dan Guba dalam Moleong 1988: 119 mengemukakan bahwa “seorang peneliti naturalistik memilih menggunakan sendiri sebagai human
instrument pengumpul data primer. Dalam kedudukannya sebagai instrumen utama, maka peneliti dapat menangkap secara utuh situasi yang sesungguhnya
serta dapat memberikan makna atas apa ya ng diamatinya itu”.
Pendapat di atas, diperkuat dengan pernyataan Nasution 1982: 55-56 tentang ciri-ciri manusia peneliti sebagai instrumen penelitian, yaitu:
1 Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus
dari lingkungan yang harus diperkirakan bermakna; 2
Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka data sekaligus;
Agus Irawan Sensus, 2014. MODEL KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN UNTUK MENGEMBANGKAN
KETERAMPILAN SOSIAL ANAK DENGAN HIGH FUNCTIONING AUTISM DISEKOLAH DASAR INKLUSIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
3 Tiap situasi merupakan suatu keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen
berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia;
4 Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami
dengan pengetahuan semata-mata. Untuk memahami, kita perlu merasakannya, menyelaminya berdasarkan penghayatan kita;
5 Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang
diperoleh dan menafsirkannya; 6
Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera
menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan dan penolakan.
Peneliti sebagai instrumen utama penelitian, maka ia dapat menggunakan berbagai teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1 Wawancara, yaitu melaksanakan tanya jawab tatap muka atau
mengkonfirmasikan yang dilakukan oleh peneliti dengan 1 orang guru di kelas rendah dan 1 orang guru di kelas tinggi yang memiliki peserta didik
anak dengan High Functioning Autism dan kepala sekolah di SDN Puteraco Kota Bandung. Adapun pedoman wawancara ini digunakan untuk
mengungkap data lapangan terkait dengan dua pertanyaan penelitian sebagai berikut: a hambatan dan kemampuan yang dimiliki anak High
Functioning Autism dalam mengembang-kan keterampilan sosial di sekolah dasar inklusif; dan b dukungan yang diberikan orang tua siswa dalam
mengembangkan keterampilan sosial anak dengan High Functioning Autism di sekolah dasar inklusif Pedoman wawancara disajikan dalam
lampiran 2.
2 Tes Pengetahuan knowledge test yang dikemas dalam bentuk tes pilihan
ganda dengan jumlah opsi sebanyak 4 alternatif jawaban. Tes pengetahuan ini digunakan untuk mengungkap tentang dua pertanyaan penelitian, yaitu:
a aspek-aspek yang difahami guru tentang keterampilan sosial pada anak dengan High Functioning Autism di sekolah dasar inklusif; dan b
Pengetahuan guru dalam melaksanakan teknik bermain peran untuk
Agus Irawan Sensus, 2014. MODEL KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN UNTUK MENGEMBANGKAN
KETERAMPILAN SOSIAL ANAK DENGAN HIGH FUNCTIONING AUTISM DISEKOLAH DASAR INKLUSIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
mengembang-kan keterampilan sosial pada anak High Functioning Autism
di sekolah dasar inklusif. Tes pengetahuan disajikan dalam lampiran 8.
3 Skala Penilaian, yaitu melaksanakan penilaian terhadap kelayakan dari
model bermain peran yang dirumuskan berdasarkan hasil analisis empirik berdasarkan data-data kualitatif dan analisis konseptual tentang konseling
kelompok. Skala penilaian ini dilakukan oleh 2 orang pakar bimbingan dan konseling dan 1 orang pakar pendidikan luar biasa. Pedoman skala
penilaian disajikan dalam lampiran 6
.
c. Penimbangan Instrumen