Agus Irawan Sensus, 2014. MODEL KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN UNTUK MENGEMBANGKAN
KETERAMPILAN SOSIAL ANAK DENGAN HIGH FUNCTIONING AUTISM DISEKOLAH DASAR INKLUSIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
3 Perilaku Interpersonal
Merupakan perilaku menyangkut keterampilan yang dipergunakan selama melakukan interaksi sosial. Analisis data dalam dimensi ini memfokuskan
pada tercapainya perilaku yang dikehendaki target behaviour yaitu meningkatnya kemauan untuk memberikan bantuan.
4 Perilaku Personal
Merupakan keterampilan untuk mengatur diri sendiri dalam situasi sosial. Dalam penelitian ini, data tentang perilaku interpersonal memfokuskan
pada pada target behaviour, yakni meningkatnya kemauan dan kemampuan untuk menghadapi kendalakesulitan.
5 Perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademis
Merupakan perilaku atau keterampilan sosial yang dapat mendukung prestasi belajar di sekolah. Dalam data ini memfokuskan pada target
behaviour, yakni meningkatnya kemauan dan kemampuan untuk mendengarkan penjelasan materi pelajaran.
G. Asumsi Penelitian
1. Layanan program bimbingan dan penyuluhan merupakan bagian
integral dari sistem pendidikan anak luar biasa, termasuk di dalamnya bagi anak autis. Moerdiani, 1987: 12.
2. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan
kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga Depdikbud, 1994.
3. Semua anak memerlukan pendidikan yang membantu mereka
berkembang untuk hidup dalam masyarakat yang normal Sunanto, 2000: 4.
4. Individu akan mencapai perkembangan secara optimal, manakala
terjadi interaksi yang sehat antara individu dengan lingkungan. Ahman, 1997: 3.
Agus Irawan Sensus, 2014. MODEL KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN UNTUK MENGEMBANGKAN
KETERAMPILAN SOSIAL ANAK DENGAN HIGH FUNCTIONING AUTISM DISEKOLAH DASAR INKLUSIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan analisis teori tentang rancang bangun konseling kelompok dengan teknik bermain peran dan karakrteristik perilaku anak dengan High
Functioning Autism di sekolah dasar inklusif, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Penerapan model konseling kelompok dengan teknik bermain peran dapat
meningkatkan keterampilan sosial anak dengan High Functioning Autism yang berperilaku agresif dan menyendiri di sekolah dasar inklusif Kota
Bandung. 2.
Penerapan model konseling kelompok dengan teknik bermain peran dapat meningkatkan keterampilan sosial anak dengan High Functioning Autism
kelas rendah dan kelas tinggi di sekolah dasar inklusif Kota Bandung. 3.
Penerapan model konseling kelompok dengan teknik bermain peran yang efektif dapat meningkatkan keterampilan sosial anak dengan High
Functioning Autism yang berasal dari keluarga yang memiliki dukungan memadai dan kurang memadai di sekolah dasar inklusif Kota Bandung.
Agus Irawan Sensus, 2014. MODEL KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN UNTUK MENGEMBANGKAN
KETERAMPILAN SOSIAL ANAK DENGAN HIGH FUNCTIONING AUTISM DISEKOLAH DASAR INKLUSIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Agus Irawan Sensus, 2014. MODEL KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN UNTUK MENGEMBANGKAN
KETERAMPILAN SOSIAL ANAK DENGAN HIGH FUNCTIONING AUTISM DISEKOLAH DASAR INKLUSIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Puteraco Kota Bandung dengan alasan supaya data-data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat dipenuhi secara
memadai. Dijadikanya sekolah ini sebagai lokasi penelitian didasarkan pada hasil studi awal yang menunjukan dua fakta empirik sebagai berikut: 1
sekolah ini memiliki pengalaman yang cukup lama sebagai sekolah dasar yang menyelenggarakan pendidikan inklusi di Kota Bandung, dan pernah ditunjuk
sebagai sekolah inklusi rintisan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat; dan 2 di sekolah ini terdapat anak dengan High Functioning Autism yang
menjadi fokus atau subyek penelitian ini. SDN Puteraco sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif di Kota
Bandung dimulai sejak tahun 2005 yang difasilitasi oleh dana piloting penyelenggaraan sekolah inklusi di Provinsi Jawa Barat. Semenjak tahun 2006,
SDN Puteraco sudah tidak lagi mendapatkan bantuan dana dan teknik penyelenggaraan pendidikan inklusif dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat. Namun
demikian, SDN
Puteraco secara
mandiri terus
menyelenggarakan pendidikan inklusif dengan jumlah dan ragam anak berkebutuhan khusus yang terus bertambah
—termasuk anak dengan High Functioning Autism. Semenjak tahun 2010 SDN Puteraco ini mendapatkan
fasilitasi dalam hal teknis penyelenggaraan pendidikan inklusif dan pengembangan kompetensi SDM guru.
Dalam menentukan subyek penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purpossive sampling. Penentuan teknik penentuan sampel penelitian ini,
didasarkan pada tiga pertimbangan atau asumsi. Pertama, situasi pembelajaran dan interaksi sosial peserta didik di sekolah inklusi memberikan banyak
peluang terjadinya komunikasi di antara peserta didik, termasuk interaksi antara peserta didik dengan High Functioning Autism dengan peserta didik